Efek Antelmintik Leucaena glauca Benth Pada Ascaris suum In Vitro.
ABSTRAK
EFEK ANTELMINTIK Leucaena glauca BENTH
PADA Ascaris suum IN VITRO
Hendra Subroto,2003. Pembimbing I : Dra. Endang Evacuasiany,Apt.,MS.,AFk
Pembimbing II : Freddy Soebiantoro,dr.
Latar Belakang : Ascariasis merupakan penyakit yang berinfestasi pada manusia
yang paling umum dan tersebar luas. Di Indonesia ascariasis mempunyai prevalensi
yang tinggi, terutama di daerah pedesaan. Biasanya ketersediaan obat antelmintik
sintetik di desa kurang. Untuk itu diperlukan obat antelmintik altematif yang mudah
diperoleh dan murah. Karena alasan ini, Leucaena glauca BENTH dipilih sebagai
obat antelmintik alternatif
Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antelmintik dari
Leucaena glauca BENTH.
Metode : Penelitian ini menggunakan 40 ekor cacing Ascaris yang direndam
dalam larutan kontrol NaCl 0,9%, sirup piperazin sitrat, dan larutan Leucaena glauca
BENTH dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% 100%, kemudian di inkubasi pada
3'PC selama 3.jam. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik
Chi Kuadrat.
Basil
penelitian
Semua konsentrasi
Leucaena glauca
BENTH
(20%,40%,60%,80%,100%) mempunyai efek antelmintik yang lebih rendah daripada
efek Piperazin sitrat.
Kesimpulan : Leucaena glauca BENTH memiliki efek antelmintik terhadap
Ascaris suum in vitro.
Saran : Penggunaan Leucaena glauca BENTH pada manusia secara in vivo dan
efeknya terhadap nematoda lain perlu diteliti lebih lanjut.
1V
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF Leucaena glauca BENTH
ON Ascaris suum IN VITRO
Hendra Subroto,2003.
Tutor I : Dra. Endang Evacuasiany,Apt.,MS.,AFk
Tutor II: Freddy Soebiantoro,dr.
Background : Ascariasis is one of the most common and most widespread
human infestation. In Indonesia it is highly prevalent, especially in villages. Usually
it's very difficult to find synthetic antehelmintics in there. So it is needed an
alternative anthelmintic which is easy to be found and lower price. For this reason,
Leucaena glauca BENTH is chosen as an alternative anthelmintic.
Objectives : The aim of this research is to know the effectivity of Leucaena
glauca BENTH as anthelmintic in ascaris.
Methods: This research used 40 Ascaris suum and soaked in control solutions,
NaCI
0,9%, Piperazine
citrate
syrup,
and
varying
concentrations
(20%,40%,60%,80%,100%) of Leucaena glauca BENTH for 3 hours at 37'C.
Statistical analysis used Statistical non parametric Chi Square.
Results
All
Leucaena
glauca
BENTH
concentrations
(20%,40%,60%,80%,100%) had anthelmintic effect on Ascaris, which is smaller
than piperazine's effect.
Conclusions : Leucaena glauca BENTH has anthelmintic effect on Ascaris suum
in vitro.
Recommendations
The using of Leucaena glauca BENTH in vivo and
anthelmintic effect on other nematodes need further research.
v
DAFT AR ISI
SURAT PERSETUJUAN
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANT AR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
.......
DAFTAR LAMPIRAN'" .......................................................................................
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................
BABI
BAB II
halaman
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
...............................................................
1.2. Identifikasi Masalah.................................................................
1.3. Maksud dan Tujuan ...............................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ...............................................................
1.4.1. Kegunaan Akademis ....................................................
1.4.2. Kegunaan Praktis ...........................................................
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .........................................
1.6. Metode Penelitian ...................................................................
1.7. Lokasi dan Waktu ...................................................................
TINJAUAN PUST AKA
2.1. Parasitologi Umum .................................................................
2.2. Helminthes .............................................................................
2.2.1. Annelida .......................................................................
2.2.2. Nemathelminthes ..........................................................
2.2.3. Plathyhelminthes ...........................................................
2.3. Ascaris /umbricoides ..............................................................
2.3.1. Taksonomi
..............................
2.3.2. Morfologi .
.......
2.3.3.
Anatomi
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . . .. .. .. . . . .. .. . . . .. .. .. . . . .
2.3.3.1. Dinding Badan .................................................
2.3.3.2. Traktus Digestivus ...........................................
2.3.3.3. Sistem Kardiovaskular .....................................
2.3.3.4. Sistem Respiratorium ......................................
2.3.3.5. Sistem Ekskresi ................................................
2.3.3.6. Sistem Nervosum .............................................
2.3.3.7. Sistem Genitalia ...............................................
2.3.4. Fisiologi ........................................................................
2.3.5. Telur Ascaris
...
..............................................
2.3.6. Lingkaran Hidup ...........................................................
VIII
Xl
XlI
Xlll
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
8
10
11
11
12
12
12
13
14
15
IX
halaman
BABm
BAB IV
BABV
2.3.7. Epidemiologi
2.3.8. Patologi dan Simptomatologi
2.3.9. Diagnosis
2.3.10. Diagnosis Banding
2.3.11. Pengobatan
2.3.12. Prognosis
2.3.13. Pencegahan
2.4. Antelmintik.
2.5. Leucaena glauca BENTH
2.5.1. Taksonomi
2.5.2. Kandungan dan Manfaat
2.5.2.1. Kandungan
2.5.2.2. Manfaat
17
17
18
19
19
20
20
20
26
27
28
28
28
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan Penelitian.
.......
3.2. Alat-alat yang Digunakan .......................................................
3.3. Metode Penelitian....................................................................
3.3.1. Variabel Perlakuan dan Variabel Respon .....................
3.3.2. Prosedur Penelitian .......................................................
3.3.3. Analisis Data
...........
29
29
30
30
30
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................
4.2. Pengujian Hipotesis penelitian
.............
32
33
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan..............................................................................
5.2. Saran ......................................................................................
34
34
DAFTAR PUST AKA
LAMPIRAN
RlWAYAT HIDUP
35
37
39
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 4.1. Data Jumlah Ascaris Yang Hidup, Paralisis, clan Mati Pada
Beberapa Konsentrasi Iarutan uji Leucaena glauca BENTH dan
KontroI Terhadap Ascaris suum In Vitro
x
32
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Ascaris lumricoides jantan dan betina
7
Gambar 2.2. Ujung posterior Ascaris lumbricoides jantan dan betina
8
Gambar 2.3. Kutikula Ascaris lumbricoides
10
Gambar 2.4. Traktus digestivus Ascaris lumbricoides
11
Gambar 2.5. Organ genital Ascaris lumbricoides betina ... ... ... ... ... ... ...
13
Gambar 2.6. Telur Ascaris lumbricoides..
14
Gambar 2.7. Lingkaran hidup dari Ascaris lumbricoides
16
Gambar 2.8. Leucaena glauca BENTH ... ... ... ... ... ...
XI
'"
... ... ... ... ... ... ... ...
27
DAFT AR LAMPmAN
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Leucaena glauca BENTH
halaman
37
37
Lampiran 2. Perhitungan Statistik
XII
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 4.1. Efek Antelmintik Leucaena glauca BENTH Pada Ascaris suum
In Vitro
xiii
33
BAD I
FENDAHULUAN
1.1.Latar Delakang
Leucaena glauca BENTH merupakan tanaman ash dari benua Amerika. Sejak
lama
Leucaena glauca BENTH diimpor ke Jawa dan di daerah ini dibudidayakan
mulai dari dataran rendah sampai 1500 m di atas permukaan laut.
Di Indonesia, Leucaena glauca BENTH dikenal dengan nama petai cina. Dalam
bahasa
Sunda dikenal dengan nama peuteuy selong, dalam bahasa Jawa dikenal
sebagai lamtara. Oleh penduduk, Leucaena glauca BENTH ditanam karena
polongnya dapat dimakan dan berguna bagi industri. Selain untuk dimakan dan
industri,
Leucaena
glauca
BENTH
dapat
digunakan
sebagai
antelmintik.
(Heyne,1987)
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Ascariasis adalah penyakit
yang disebabkan karena adanya atau masuknya cacing Ascaris sebagai paras it
didalam tubuh manusia (infestasi). Parasit dapat berbentuk tumbuhan atau binatang
yang hidup pada tubuh, dimana mereka merampas makanan yang kita perlukan.
(www.bdgadventisthospital.org).
Ascaris biasanya berkembang lebih cepat pada daerah-daerah lembab dan dimana
kebersihan masih diabaikan. Terutama bila seseorang buang air besar sembarangan,
telur cacing pada kotoran manusia dapat masuk ke dalam mulut orang lain. Ascaris
yang hidup dalam tubuh seseorang sangat merugikan karena mereka mengurangi gizi
yang dibutuhkan tubuh, mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit lain, selain
itu Ascaris dapat berpindah ke organ lain dalam tubuh, misalnya Ascaris dapat
bermigrasi sehingga menimbulkan sumbatan pada saluran empedu.
Meski Ascariasis tidak sampai mengakibatkan kematian, namun dalam jangka
panjang dapat menurunkan derajat kesehatan seorang penderita. Gangguan ini pada
anak-anak usia sekolah mengganggu kemampuan belajar, dan pada orang dewasa
mengganggu produktivitasnya
2
Tindakan pencegahannya adalah dengan
menjaga kebersihan lingkungan dan
perorangan masing-masing. Tindakan pengobatan yaitu dengan memberikan obat
cacing yang umum beredar di masyarakat. Tetapi di daerah terpencil biasanya daya
beli masyarakat terbatas, sedangkan tanaman obat seperti Leucaena glauca BENTH
mudah diperoleh dan banyak ditanam di halaman rumah. Karena itu tidak ada
salahnya jika mencoba memanfaatkan obat-obat tradisional yang ada. Misalnya
penggunaan Leucaena glauca BENTIf sebagai salah satu terapi altematif terhadap
Ascariasis.
1.2.Identifikasi
Masalab
Apakah Leucaena glauca BENTH (petai cina) mempunYaI efek antelmintik
terhadap Ascaris?,
1.3.Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui
adanya efek
antelmintik dari Leucaena glauca BENTH.
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1.Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai
obat tradisional Indonesia, dalam hal ini khususnya khasiat Leucaena glauca BENTH
sebagai antelmintik.
3
1.4.2.Kegunaan Praktis
Leucaena glauca BENTH sebagai obat antelmintik alami diharapkan memiliki
efek samping
obat yang lebih sedikit dan harga yang lebih murah daripada obat
sintetik.
1.5.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Leucaena glauca BENTH mengandung zat aktif yaitu leucanol yang dapat
melumpuhkan dan membunuh Ascaris.(Peny.,] 980).
Leucanol berefek melumpuhkan dan membunuh Ascaris yaitu dengan cara
menginhibisi gintesa protein dan asam nukleat sehingga kutikula yang merupakan
kerangka hidrostatik yang berfungsi mengatur gerakan , proses makan dan defekasi
tidak mampu bekerja sehingga Ascaris paralisis lalu mati.
Hipotesis penelitian: Leucaena glauca BENTH mempunyai efek antelmintik.
1.6.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium
dengan menggunakan Raneangan Aeak Lengkap (RAL) dengan hewan eoba eaeing
Ascaris suum jantan dan betina.
Penelitian ini dibagi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 40
ekor eaeing.
Data yang diukur adalah jumlah eacing hidup, paralisis dan mati.
Analisis Data yang terkumpul secara statistik non parametrik Chi Kuadart.
1.7.Lokasi dan Waktu
Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium
Farmakologi
dan
Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung mulai
bulan Februari-Juni 2003.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Semua konsentrasi
memiliki
Leucaena glauca BENTH (20%, 40%, 60%, 80%, 100%)
efek antelmintik
terhadap Ascaris
suum, namun memiliki
potensi
antelmintik yang lebih lemah dibandingkan dengan piperazin sitrat 20%.
5.2.Saran
Penggunaan Leucaena glauca BENTH pada manusia secara in vivo dan efeknya
terhadap nematoda lain perlu diteliti lebih lanjut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brown H.W., 1982. Dasar Parasitologi Klinis. Cetakan kedua. Jakarta: PT
Gramedia. 1-4; 21-26; 156-177; 209-217; 268-278; 391-392.
Gandahusada., dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 8-11.
Garcia and Bruckner, 1997. Diagnostic Medical Paeasitology. Edisi ketiga.
Washington D.C: AS.M.PRESS. 221-227.
Heyne K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jilid II. Jakarta: Badan Litbang
Kehutanan. 885-887.
Hutchinson J. 1964. The General of Flowering Plants (Angiospermae). First
Edition. London: Oxford University Press. 221-283.
Kasahar S., dan S.Helmi. 1996. Medicinal Herb Index In Indonesia. Second
Edition. Jakarta: PT.Essai Indonesia.
Lawrence Eleanor. 1989. Henderson's Dictionary of Biological Terms. 10th
Edtion. London: Langman Scientific & Technical. 621-622.
Perry Lily M.1986. Medical Plant of East and Southeast Asia. First Edition.
Massachusetts: The MIT Press. 219.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Cetakan keempat. Jakarta: Erlangga. 144-145; 227228; 254-273; 267-271; 284-285; 301-302.
Robert L.S., and G.D.Schmidt. 1985. Foundations of Parasitology. Edisi ketiga.
Missouri: Times Mirror/Mosbi College Publishing. 410-443.
Soedarto.
81.
1991. Helmint%gi
Kedokteran. Cetakan pertama. Jakarta: EGC. 75-
Sri Herwiyanti dan Bambang Budiono. 1999. Pengaruh Tepung Biji Lamtoro
(Leucaena glauca BENTH) Terhadap Gambaran Histologik Glandula Tiroidea
35
36
Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Jumal Kedokteran YARSI, 2(7): Jakarta:
Lembaga Penelitian Universitas YARSI. 23-28.
Sukarno S. dan Sardjono O.S. 1995. Antelmintik. Dalam: Sulistia G. Ganiswama
(editor): Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta: Gaya Barn FKUI.
523-536.
Zaman,dkk. 1988. Buku Penuntun Paras it Kedokteran. Cetakan pertama.
Bandung: Bina Cipta. 119-126.
http://www.iptek.net.id/ind/cakra _obatltanamanobat. php?id= 146, 2002
http://www.litbang.depkes.go.id/PublikasCBPPKlBuIetin_BPPKlBUL84A.HTM.
2002
http://www.bdgadventisthospital.orglpelayanan/trakt_cacing.htm.
http://www.barbadine.comlpages/leuca_leuco_lien.htm.
2003
2003
http://student.ccbcmd.edu/courses/bio 1411Iabmanuaflab22/ascaris.html, 2003
http://www.ce.berkeley.edu/-nelsonlce210afAscaris/ascaris.htm.
http://www.dpd.cdc.gov/dpdxlHTML/Ascariasis.asp?body=Frames/
http://www.esu.edu/-milewski/intro _bioI_two/lab_I
2003
A-, 2003
0-platy _nematlascaris _dissecte
d_female.html, 2003
http://www.ksu.edulorganismic/ascaris_posterior_end _label.jpg, 2003
http://www.ksu.edulorganismic/male_female_ascaris.jpg,
2003
EFEK ANTELMINTIK Leucaena glauca BENTH
PADA Ascaris suum IN VITRO
Hendra Subroto,2003. Pembimbing I : Dra. Endang Evacuasiany,Apt.,MS.,AFk
Pembimbing II : Freddy Soebiantoro,dr.
Latar Belakang : Ascariasis merupakan penyakit yang berinfestasi pada manusia
yang paling umum dan tersebar luas. Di Indonesia ascariasis mempunyai prevalensi
yang tinggi, terutama di daerah pedesaan. Biasanya ketersediaan obat antelmintik
sintetik di desa kurang. Untuk itu diperlukan obat antelmintik altematif yang mudah
diperoleh dan murah. Karena alasan ini, Leucaena glauca BENTH dipilih sebagai
obat antelmintik alternatif
Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antelmintik dari
Leucaena glauca BENTH.
Metode : Penelitian ini menggunakan 40 ekor cacing Ascaris yang direndam
dalam larutan kontrol NaCl 0,9%, sirup piperazin sitrat, dan larutan Leucaena glauca
BENTH dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% 100%, kemudian di inkubasi pada
3'PC selama 3.jam. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik
Chi Kuadrat.
Basil
penelitian
Semua konsentrasi
Leucaena glauca
BENTH
(20%,40%,60%,80%,100%) mempunyai efek antelmintik yang lebih rendah daripada
efek Piperazin sitrat.
Kesimpulan : Leucaena glauca BENTH memiliki efek antelmintik terhadap
Ascaris suum in vitro.
Saran : Penggunaan Leucaena glauca BENTH pada manusia secara in vivo dan
efeknya terhadap nematoda lain perlu diteliti lebih lanjut.
1V
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF Leucaena glauca BENTH
ON Ascaris suum IN VITRO
Hendra Subroto,2003.
Tutor I : Dra. Endang Evacuasiany,Apt.,MS.,AFk
Tutor II: Freddy Soebiantoro,dr.
Background : Ascariasis is one of the most common and most widespread
human infestation. In Indonesia it is highly prevalent, especially in villages. Usually
it's very difficult to find synthetic antehelmintics in there. So it is needed an
alternative anthelmintic which is easy to be found and lower price. For this reason,
Leucaena glauca BENTH is chosen as an alternative anthelmintic.
Objectives : The aim of this research is to know the effectivity of Leucaena
glauca BENTH as anthelmintic in ascaris.
Methods: This research used 40 Ascaris suum and soaked in control solutions,
NaCI
0,9%, Piperazine
citrate
syrup,
and
varying
concentrations
(20%,40%,60%,80%,100%) of Leucaena glauca BENTH for 3 hours at 37'C.
Statistical analysis used Statistical non parametric Chi Square.
Results
All
Leucaena
glauca
BENTH
concentrations
(20%,40%,60%,80%,100%) had anthelmintic effect on Ascaris, which is smaller
than piperazine's effect.
Conclusions : Leucaena glauca BENTH has anthelmintic effect on Ascaris suum
in vitro.
Recommendations
The using of Leucaena glauca BENTH in vivo and
anthelmintic effect on other nematodes need further research.
v
DAFT AR ISI
SURAT PERSETUJUAN
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANT AR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
.......
DAFTAR LAMPIRAN'" .......................................................................................
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................
BABI
BAB II
halaman
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
...............................................................
1.2. Identifikasi Masalah.................................................................
1.3. Maksud dan Tujuan ...............................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ...............................................................
1.4.1. Kegunaan Akademis ....................................................
1.4.2. Kegunaan Praktis ...........................................................
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .........................................
1.6. Metode Penelitian ...................................................................
1.7. Lokasi dan Waktu ...................................................................
TINJAUAN PUST AKA
2.1. Parasitologi Umum .................................................................
2.2. Helminthes .............................................................................
2.2.1. Annelida .......................................................................
2.2.2. Nemathelminthes ..........................................................
2.2.3. Plathyhelminthes ...........................................................
2.3. Ascaris /umbricoides ..............................................................
2.3.1. Taksonomi
..............................
2.3.2. Morfologi .
.......
2.3.3.
Anatomi
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . . .. .. .. . . . .. .. . . . .. .. .. . . . .
2.3.3.1. Dinding Badan .................................................
2.3.3.2. Traktus Digestivus ...........................................
2.3.3.3. Sistem Kardiovaskular .....................................
2.3.3.4. Sistem Respiratorium ......................................
2.3.3.5. Sistem Ekskresi ................................................
2.3.3.6. Sistem Nervosum .............................................
2.3.3.7. Sistem Genitalia ...............................................
2.3.4. Fisiologi ........................................................................
2.3.5. Telur Ascaris
...
..............................................
2.3.6. Lingkaran Hidup ...........................................................
VIII
Xl
XlI
Xlll
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
8
10
11
11
12
12
12
13
14
15
IX
halaman
BABm
BAB IV
BABV
2.3.7. Epidemiologi
2.3.8. Patologi dan Simptomatologi
2.3.9. Diagnosis
2.3.10. Diagnosis Banding
2.3.11. Pengobatan
2.3.12. Prognosis
2.3.13. Pencegahan
2.4. Antelmintik.
2.5. Leucaena glauca BENTH
2.5.1. Taksonomi
2.5.2. Kandungan dan Manfaat
2.5.2.1. Kandungan
2.5.2.2. Manfaat
17
17
18
19
19
20
20
20
26
27
28
28
28
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan Penelitian.
.......
3.2. Alat-alat yang Digunakan .......................................................
3.3. Metode Penelitian....................................................................
3.3.1. Variabel Perlakuan dan Variabel Respon .....................
3.3.2. Prosedur Penelitian .......................................................
3.3.3. Analisis Data
...........
29
29
30
30
30
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................
4.2. Pengujian Hipotesis penelitian
.............
32
33
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan..............................................................................
5.2. Saran ......................................................................................
34
34
DAFTAR PUST AKA
LAMPIRAN
RlWAYAT HIDUP
35
37
39
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 4.1. Data Jumlah Ascaris Yang Hidup, Paralisis, clan Mati Pada
Beberapa Konsentrasi Iarutan uji Leucaena glauca BENTH dan
KontroI Terhadap Ascaris suum In Vitro
x
32
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Ascaris lumricoides jantan dan betina
7
Gambar 2.2. Ujung posterior Ascaris lumbricoides jantan dan betina
8
Gambar 2.3. Kutikula Ascaris lumbricoides
10
Gambar 2.4. Traktus digestivus Ascaris lumbricoides
11
Gambar 2.5. Organ genital Ascaris lumbricoides betina ... ... ... ... ... ... ...
13
Gambar 2.6. Telur Ascaris lumbricoides..
14
Gambar 2.7. Lingkaran hidup dari Ascaris lumbricoides
16
Gambar 2.8. Leucaena glauca BENTH ... ... ... ... ... ...
XI
'"
... ... ... ... ... ... ... ...
27
DAFT AR LAMPmAN
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Leucaena glauca BENTH
halaman
37
37
Lampiran 2. Perhitungan Statistik
XII
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 4.1. Efek Antelmintik Leucaena glauca BENTH Pada Ascaris suum
In Vitro
xiii
33
BAD I
FENDAHULUAN
1.1.Latar Delakang
Leucaena glauca BENTH merupakan tanaman ash dari benua Amerika. Sejak
lama
Leucaena glauca BENTH diimpor ke Jawa dan di daerah ini dibudidayakan
mulai dari dataran rendah sampai 1500 m di atas permukaan laut.
Di Indonesia, Leucaena glauca BENTH dikenal dengan nama petai cina. Dalam
bahasa
Sunda dikenal dengan nama peuteuy selong, dalam bahasa Jawa dikenal
sebagai lamtara. Oleh penduduk, Leucaena glauca BENTH ditanam karena
polongnya dapat dimakan dan berguna bagi industri. Selain untuk dimakan dan
industri,
Leucaena
glauca
BENTH
dapat
digunakan
sebagai
antelmintik.
(Heyne,1987)
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Ascariasis adalah penyakit
yang disebabkan karena adanya atau masuknya cacing Ascaris sebagai paras it
didalam tubuh manusia (infestasi). Parasit dapat berbentuk tumbuhan atau binatang
yang hidup pada tubuh, dimana mereka merampas makanan yang kita perlukan.
(www.bdgadventisthospital.org).
Ascaris biasanya berkembang lebih cepat pada daerah-daerah lembab dan dimana
kebersihan masih diabaikan. Terutama bila seseorang buang air besar sembarangan,
telur cacing pada kotoran manusia dapat masuk ke dalam mulut orang lain. Ascaris
yang hidup dalam tubuh seseorang sangat merugikan karena mereka mengurangi gizi
yang dibutuhkan tubuh, mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit lain, selain
itu Ascaris dapat berpindah ke organ lain dalam tubuh, misalnya Ascaris dapat
bermigrasi sehingga menimbulkan sumbatan pada saluran empedu.
Meski Ascariasis tidak sampai mengakibatkan kematian, namun dalam jangka
panjang dapat menurunkan derajat kesehatan seorang penderita. Gangguan ini pada
anak-anak usia sekolah mengganggu kemampuan belajar, dan pada orang dewasa
mengganggu produktivitasnya
2
Tindakan pencegahannya adalah dengan
menjaga kebersihan lingkungan dan
perorangan masing-masing. Tindakan pengobatan yaitu dengan memberikan obat
cacing yang umum beredar di masyarakat. Tetapi di daerah terpencil biasanya daya
beli masyarakat terbatas, sedangkan tanaman obat seperti Leucaena glauca BENTH
mudah diperoleh dan banyak ditanam di halaman rumah. Karena itu tidak ada
salahnya jika mencoba memanfaatkan obat-obat tradisional yang ada. Misalnya
penggunaan Leucaena glauca BENTIf sebagai salah satu terapi altematif terhadap
Ascariasis.
1.2.Identifikasi
Masalab
Apakah Leucaena glauca BENTH (petai cina) mempunYaI efek antelmintik
terhadap Ascaris?,
1.3.Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui
adanya efek
antelmintik dari Leucaena glauca BENTH.
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1.Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai
obat tradisional Indonesia, dalam hal ini khususnya khasiat Leucaena glauca BENTH
sebagai antelmintik.
3
1.4.2.Kegunaan Praktis
Leucaena glauca BENTH sebagai obat antelmintik alami diharapkan memiliki
efek samping
obat yang lebih sedikit dan harga yang lebih murah daripada obat
sintetik.
1.5.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Leucaena glauca BENTH mengandung zat aktif yaitu leucanol yang dapat
melumpuhkan dan membunuh Ascaris.(Peny.,] 980).
Leucanol berefek melumpuhkan dan membunuh Ascaris yaitu dengan cara
menginhibisi gintesa protein dan asam nukleat sehingga kutikula yang merupakan
kerangka hidrostatik yang berfungsi mengatur gerakan , proses makan dan defekasi
tidak mampu bekerja sehingga Ascaris paralisis lalu mati.
Hipotesis penelitian: Leucaena glauca BENTH mempunyai efek antelmintik.
1.6.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium
dengan menggunakan Raneangan Aeak Lengkap (RAL) dengan hewan eoba eaeing
Ascaris suum jantan dan betina.
Penelitian ini dibagi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 40
ekor eaeing.
Data yang diukur adalah jumlah eacing hidup, paralisis dan mati.
Analisis Data yang terkumpul secara statistik non parametrik Chi Kuadart.
1.7.Lokasi dan Waktu
Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium
Farmakologi
dan
Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung mulai
bulan Februari-Juni 2003.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Semua konsentrasi
memiliki
Leucaena glauca BENTH (20%, 40%, 60%, 80%, 100%)
efek antelmintik
terhadap Ascaris
suum, namun memiliki
potensi
antelmintik yang lebih lemah dibandingkan dengan piperazin sitrat 20%.
5.2.Saran
Penggunaan Leucaena glauca BENTH pada manusia secara in vivo dan efeknya
terhadap nematoda lain perlu diteliti lebih lanjut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brown H.W., 1982. Dasar Parasitologi Klinis. Cetakan kedua. Jakarta: PT
Gramedia. 1-4; 21-26; 156-177; 209-217; 268-278; 391-392.
Gandahusada., dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 8-11.
Garcia and Bruckner, 1997. Diagnostic Medical Paeasitology. Edisi ketiga.
Washington D.C: AS.M.PRESS. 221-227.
Heyne K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jilid II. Jakarta: Badan Litbang
Kehutanan. 885-887.
Hutchinson J. 1964. The General of Flowering Plants (Angiospermae). First
Edition. London: Oxford University Press. 221-283.
Kasahar S., dan S.Helmi. 1996. Medicinal Herb Index In Indonesia. Second
Edition. Jakarta: PT.Essai Indonesia.
Lawrence Eleanor. 1989. Henderson's Dictionary of Biological Terms. 10th
Edtion. London: Langman Scientific & Technical. 621-622.
Perry Lily M.1986. Medical Plant of East and Southeast Asia. First Edition.
Massachusetts: The MIT Press. 219.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Cetakan keempat. Jakarta: Erlangga. 144-145; 227228; 254-273; 267-271; 284-285; 301-302.
Robert L.S., and G.D.Schmidt. 1985. Foundations of Parasitology. Edisi ketiga.
Missouri: Times Mirror/Mosbi College Publishing. 410-443.
Soedarto.
81.
1991. Helmint%gi
Kedokteran. Cetakan pertama. Jakarta: EGC. 75-
Sri Herwiyanti dan Bambang Budiono. 1999. Pengaruh Tepung Biji Lamtoro
(Leucaena glauca BENTH) Terhadap Gambaran Histologik Glandula Tiroidea
35
36
Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Jumal Kedokteran YARSI, 2(7): Jakarta:
Lembaga Penelitian Universitas YARSI. 23-28.
Sukarno S. dan Sardjono O.S. 1995. Antelmintik. Dalam: Sulistia G. Ganiswama
(editor): Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta: Gaya Barn FKUI.
523-536.
Zaman,dkk. 1988. Buku Penuntun Paras it Kedokteran. Cetakan pertama.
Bandung: Bina Cipta. 119-126.
http://www.iptek.net.id/ind/cakra _obatltanamanobat. php?id= 146, 2002
http://www.litbang.depkes.go.id/PublikasCBPPKlBuIetin_BPPKlBUL84A.HTM.
2002
http://www.bdgadventisthospital.orglpelayanan/trakt_cacing.htm.
http://www.barbadine.comlpages/leuca_leuco_lien.htm.
2003
2003
http://student.ccbcmd.edu/courses/bio 1411Iabmanuaflab22/ascaris.html, 2003
http://www.ce.berkeley.edu/-nelsonlce210afAscaris/ascaris.htm.
http://www.dpd.cdc.gov/dpdxlHTML/Ascariasis.asp?body=Frames/
http://www.esu.edu/-milewski/intro _bioI_two/lab_I
2003
A-, 2003
0-platy _nematlascaris _dissecte
d_female.html, 2003
http://www.ksu.edulorganismic/ascaris_posterior_end _label.jpg, 2003
http://www.ksu.edulorganismic/male_female_ascaris.jpg,
2003