BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - PENGARUH INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI SERTA ANGKATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur

  Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan suatu daerah, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alat ukur kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui selisih antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun berjalan dikurang PDRB tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila laju pertumbuhan PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 4.1. 10.00 0.00

  5.00 -10.00 -5.00 7 8 1 9 8 8 9 1 8 9 9 1 9 9 1 1 9 9 1 1 2 9 9 9 1 3 9 9 1 4 9 19 9 5 9 1 9 6 1 9 9 7 8 1 9 9 9 9 1 9 2 2 1 2 2 2 3 4 2 2 5 6 20 7 2 2 8 9 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 2 4 1 Tahun

  • 15.00 Pertumbuhan Ekonomi

  Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 1987-2014 (%)

  Berdasarkan Gambar 4.1 pada halaman 53 pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami

  55 peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun peningkatannya masih cukup fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 dengan penurunan sebesar -11,91% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya shock ekonomi berupa krisis moneter pada tahun 1998. Keadaan ini terkait dengan situasi menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Melemahnya rupiah menyebabkan penurunan tingkat pendapatan riil dan nilai kekayaan masyarakat Jawa Timur. Hal tersebut berdampak pada penurunan permintaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta yang secara tidak langsung berpengaruh pada penurunan volume produksi di Jawa Timur sehingga kenaikan output tidak bisa sebesar tahun sebelumnya.

  Setelah mengalami krisis tahun 1998, perekonomian provinsi Jawa Timur mulai berjalan membaik yang dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 1999 sebesar 1,18%. Meskipun peningkatan pada tahun 1999 masih belum terlalu signifikan, tetapi angka pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya recovery ekonomi dan berlanjut sampai dengan tahun 2014 dengan rata- rata pertumbuhan sebesar 5%-6%. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur tertinggi sepanjang tiga puluh tahun terakhir, terjadi pada tahun 1996 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,26%, lalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 sebesar 8,18%.

4.1.2 Perkembangan Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi

  Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi output, yang berfungsi untuk membiayai seluruh proses produksi. Investasi swasta baik PMA maupun PMDN merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal di provinsi Jawa Timur mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur berusaha menciptakan iklim yang lebih baik untuk meningkatkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri. Pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi di provinsi Jawa Timur diatur dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN). 160,000,000,000 Nilai Investasi 120,000,000,000 100,000,000,000 140,000,000,000 40,000,000,000 60,000,000,000 80,000,000,000 20,000,000,000 1 8 7 9 8 9 8 1 8 1 9 9 9 1 9 1 9 9 1 1 2 9 9 9 1 3 9 9 1 9 4 1 5 9 9 6 1 9 9 7 9 1 9 1 8 9 9 9 9 1 9 2 1 2 2 2 2 3 4 2 5 2 6 2 2 7 2 8 2 9 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 1 4 Tahun

  

Nilai Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi

  Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jawa Timur

Gambar 4.2 Nilai Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Provinsi Jawa Timur tahun 1987-2014 (Rupiah) Berdasarkan Gambar 4.2 pada halaman 55 diketahui bahwa nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi provinsi Jawa Timur pada tahun 1987 sampai dengan 1998 mengalami fluktuasi, sedangkan pada tahun 1998 sampai dengan 2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur pada tahun 1987 sampai dengan 2014, antara lain birokrasi, kebijakan yang tidak stabil, inflasi dan kondisi infrastruktur. Hal serupa juga diungkapkan pada laporan World Investment Report tahun 2007 yang menyatakan bahwa kemudahan birokrasi dan kestabilan pemerintah yang mempengaruhi nilai investasi swasta di beberapa provinsi besar di Indonesia termasuk salah satunya provinsi Jawa Timur.

  Penurunan nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur pada tahun 1998 tidak lepas dari pengaruh adanya krisis moneter yang menyebabkan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

  Sehingga para investor enggan ber investasi dengan kondisi nilai tukar rupiah yang masih lemah dan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Tetapi setelah krisis tahun 1998, kondisi perekenomian mulai stabil nilai investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur mulai meningkat setiap tahunnya sampai pada tahun 2014 meningkat sebesar 34% dibandingkan nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi pada tahun 2013.

4.1.3. Perkembangan Angkatan Kerja di Jawa Timur

  Perkembangan jumlah Angkatan Kerja (AK) di provinsi Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jumlah penduduk di Jawa Timur setiap tahunnya. Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh faktor kelahiran & kematian, migrasi (masuk maupun keluar) juga pergeseran usia karena waktu.

  Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 38.610.202 jiwa dengan pertumbuhan rata - rata setiap tahunnya mencapai 1,08%. Kepadatan penduduk provinsi Jawa Timur adalah sebesar 804 jiwa/km2. Karakteristik dari penduduk provinsi Jawa Timur adalah penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata. Diantara 37 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, kota Surabaya mempunyai penduduk yang paling besar, yaitu 2,833,924 jiwa atau 7,09% dari total penduduk di Jawa Timur, disusul kemudian kabupaten Malang dan kabupaten Jember (BPS).

  Secara garis besar perkembangan angkatan kerja di Provinsi Jawa Timur sejak tahun 1987-2014 memiliki tren yang positif meskipun sempat terjadi penurunan pada beberapa tahun seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.3 pada halaman 58, angkatan kerja pada tahun 1992 mengalami penurunan -2,15% menjadi 15.560.860 orang jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 1990 yaitu sebesar 15,903,310 orang. Penurunan jumlah angkatan kerja di Jawa Timur dipengaruhi oleh tingkat migrasi yang tinggi untuk bekerja ke daerah lain yang mempunyai lapangan perkerjaan yang berlebih, selain itu pergeseran struktur usia juga bisa menjadi factor yang mempengaruhi.

  20,000,000 25,000,000 10,000,000 15,000,000 5,000,000 1 8 7 9 1 8 8 9 9 8 1 9 9 9 1 1 9 1 9 19 9 2 1 9 3 9 4 9 9 1 9 1 5 9 Jumlah Angkatan Kerja 6 9 9 1 9 9 1 7 9 8 9 1 1 9 9 9 2 1 2 2 2 2 3 4 2 2 5 2 6 2 7 8 2 2 9 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 2 4 1 Tahun

  Sumber : Jawa Timur Dalam Angka (BPS)

Gambar 4.3 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur Tahun 1987-2014 (Jiwa)

  Pada tahun 1994 jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan yang paling tinggi selama tiga puluh tahun terakhir, yaitu sebesar 6,84% dibandingkan tahun 1993. Setelah krisis 1998 sampai dengan tahun 2014 perkembangan angkatan kerja di Jawa Timur memiliki tren positif dan terus mengalami peningkatan, hal ini karena penduduk usia kerja yang terjun ke dunia kerja semakin meningkat, serta didukung oleh tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar tertampung di sektor pertanian (46,18%), sisanya di sektor industri (22,32%), perdagangan (18,80%) dan sektor jasa (12,70%). Jawa Timur juga memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri. Sasaran tenaga kerja Jawa Timur keluar negeri antara lain ke Arab saudi, Uni Emirat Arab, Korea, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura dan negara-negara lain. Tahun 2000 Jawa Timur telah mengirim TKI sejumlah 38.465 orang keberbagai negara tersebut

4.2. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

4.2.1. Uji Stasioneritas

  Uji stasioneritas pada masing-masing variabel dengan menggunakan uji

  

unit root Augmented Dickey–Fuller test. Jika hasil yang diperoleh dari uji

  stasioneritas Augmented Dickey–Fuller menunjukkan data seluruh variabel belum stasioner pada tingkat level, maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan differencing data, yaitu mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya. Langkah tersebut dilakukan hingga semua variabel berada pada tingkat stasioneritas yang sama. Hasil pengujian Augmented Dickey–Fuller ditunjukkan oleh Tabel 4.1 pada halaman 61.

Tabel 4.1 Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level Dan First Difference

  Level First Difference

  Variabel Augmented Dickey- Augmented Dickey- Fuller Prob. Fuller Prob.

  LN_Y 0.9678 0.0068 LN_X1 0.733 0.0000

LN_X2 0.6712 0.0002

  Sumber : Hasil pengolahan menggunakan Eviews 4.1 LN_Y : Perumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur LN_X1 : Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Provinsi Jawa

  Timur LN_X2 : Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur

Tabel 4.1 pada halaman 60 menunjukkan hasil pengujian unit root dengan metode ADF. Variable bebas yaitu pertumbuhan ekonomi dan terikat yaitu

  investasi sector transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja tidak ada yang stasioner pada tingkat level. Karena tidak ada variabel yang belum stasioner pada tingkat level, maka perlu dilakukan uji akar unit kembali sampai seluruh variabel stasioner pada derajat yang sama. Tingkat selanjutnya setelah level yaitu tingkat

  

first difference. Hasil pengujian menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller pada

  tingkat first difference menunjukan bahwa semua variabel stasioner dengan tingkat probabilitas signifikan pada tingkat α=5%.

4.2.2. Estimasi Jangka Panjang

  Setelah diketahui bahwa semua variabel stasioner pada derajat integrasi yang sama melalui uji stasioneritas yaitu first difference, maka selanjutnya uji kointegrasi harus dilakukan untuk mengetahui keseimbangan dalam jangka panjang (long run equilibrium) diantara variabel-variabel yang diamati.

Tabel 4.2 Hasil Estimasi Jangka Panjang

  

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  LN_X1 0.206843 0.044316 4.667415 0.0001 LN_X2 -0.975364 0.542092 -1.799258 0.0841

  C 11.05826 7.946466 1.391595 0.1763

  2 Durbin-Watson stat 0.689308

  R 0.946689

  2 Prob(F-statistic) 0.00000

  Ajt. R 0.942424 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1 Hasil penghitungan dengan metode regresi dapat dilihat dalam persamaan jangka panjang berikut ini : LN(Y) = 11.05826+ 0.206843 LN(X1) – 0.975364 LN(X2)……….(4.1) Pada persamaan 4.1 menunjukan koefisien konstanta memiliki pengaruh positif terhadap Y, berdasarkan hasil p-value hasil tersebut tidak signifikan dengan level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, artinya variabel konstanta tidak memiliki pengaruh terhadap Y. Koefisien variabel bebas X1 memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang variabel Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2%.

  Koefisien variabel bebas X2 memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang angkatan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada perubahan angkatan kerja maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8%.

  Model persamaan jangka panjang dalam Tabel 4.2 pada halaman 61, memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,00000 yang berarti signifikan pada tingkat α=1%. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas pada masing-masing model secara simultan dalam jangka panjang berpengaruh atau mampu

  2

  menjelaskan variabel tergantungnya yaitu variabel Y. Nilai R sebesar 0,946689 menunjukkan bahwa 94% perubahan pada variabel PDRB mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya dalam persamaan jangka panjang dan sisanya sebesar 6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Sedangkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,942424 menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan derajat kebebasan (degree of freedom), keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam model mampu menjelaskan variabel tergantung sebesar 94%, sedangkan sisanya sebesar 6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

  4.2.3 Uji Normalitas

  Uji ini melihat distribusi normal dari error terms. Uji normalitas digunakan digunakan dalam penelitian ini karena jumlah observasinya kurang dari 30 dengan tujuan mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Pengujian ini memakai statistik Jarque-Berra dengan uji hipotesis sebagai berikut:

  H0 : error terms terdistribusi normal H1 : error terms tidak terdistribusi normal Nilai probabilitas dari uji statistik Jarque-Berra pada penelitian ini menunjukkan angka 0,631644 lebih besar dari nilai α pada tingkat 1%, 5% dan

  10%, sehingga hipotesis nol (H0) tidak ditolak bahwa error terms terdistribusi normal.

  4.2.4 Uji Kointegrasi

  Uji kointegrasi diperlukan jika data time series bersifat non-stationary dalam bentuk level. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stasioneritas. Untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu bahwa variabel terkait dalam pendekatan ini mempunyai derajat integrasi yang sama atau tidak melalui uji stasioneritas yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan utama dari uji kointegrasi adalah untuk mengetahui stasioneritas dari residual regresi, apakah terkointegrasi atau tidak. Jika ternyata residual terkointegrasi maka bisa dilanjutkan ke pengujian Error Correction Model (ECM).

  Tabel 4.3 Uji Kointegrasi Augmented Engle Granger

  MacKinnon Critical Value Probability t-Statistic Uji Kointegrasi

  1% 5% 10% Augmented Dickey-

  0.0019 -7.863386 -3.788 -3.0124 -2.6274

  Fuller test

  Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1 Berdasarkan table 4.3 hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa t-statistik pada uji ADF. lebih besar dari MacKinnon Critical Value dan stasioner pada derajat integrasi yang sama yaitu pada tingkat level, sehingga residual dianggap terkointegrasi.

4.2.5 Estimasi Jangka Pendek

  Variabel-variabel dari model dalam penelitian ini saling terkointegrasi, sehingga dapat menggunakan metode Erorr Correction Model (ECM). Pada metode ini persamaan yang dipakai adalah hasil persamaan jangka pendek. Persamaan jangka pendek tersebut dibuat dengan cara mengubah bentuk variabel dependen dan independen menjadi bentuk first difference. Hasil estimasi ECM dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.4 pada halaman 64.

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Jangka Pendek

  

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LN_X1)

  0.093448 0.02666 3.50519 0.0019

D(LN_X2) -0.925561 0.492622 0.516972 0.073

  C 0.039818 0.010786 3.69158 0.0012

  2 Durbin-Watson stat 1.573782

  R 0.412900

  2 Prob(F-statistic) 0.005856

  Ajt. R 0.336322 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1

  Berdasarkan Tabel 4.4, seluruh variabel sudah ditransformasikan dalam bentuk log, kemudian didiferensiasikan dalam model ECM untuk mengetahui hubungan dalam jangka pendek. Persamaan jangka pendek yang diperoleh adalah : D(LN_Y) = 0.039818 + 0.093448 D(LN_X1) – 0.925561 D(LN_X2)……….(4.2)

  Berdasarkan persamaan 4.2 menunjukan koefisien variabel bebas X1 memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek variabel Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.09%.

  Koefisien variabel bebas X2 memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α 10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek angkatan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dimana setiap perubahan sebesar 1% pada angkatan kerja maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.9% Model persamaan jangka pendek dalam tabel 4.4 pada halaman 65 memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,005806 yang berarti signifikan pada tingkat α=1%. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas pada masing-masing model secara simultan berpengaruh atau mampu menjelaskan variabel

  2

  tergantungnya yaitu variabel Y(Pertumbuhan Ekonomi). Nilai R sebesar 0,412900 menunjukkan bahwa 41% perubahan pada variabel PDRB mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya dalam persamaan jangka pendek dan sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Sedangkan nilai

2 Adjusted R sebesar 0,336322 menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan

  derajat kebebasan (degree of freedom), keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam model mampu menjelaskan variabel tergantung sebesar 33%, sedangkan sisanya sebesar 67% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

4.2.6. Pembuktian Hipotesis

  1. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh dari variabel bebas investasi sector transportasi dan komunikasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara simultan.

  2. Dalam jangka pendek, secara simultan terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara parsial, variabel investasi sektor transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi sector transportasi dan komunikasi mempunyai pengaruh positif, sedangkan variabel angkatan kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.3 Pembahasan

  Hasil analisis model dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan dan secara parsial, investasi sektor transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Menurut Rosyidi (2006), investasi atau penanaman modal merupakan salah satu faktor strategis dalam menunjang suatu perekonomian. Berkaitan dengan pendapat tersebut, banyaknya investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur.

  Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Timur juga memerlukan partisipasi dari masyarakat yaitu angkatan kerja yang terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa di berbagai sektor yang berkontribusi dalam peningkatan PDRB provinsi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan fungsi produksi Cobb-Douglass dimana salah satu variabel yag menjadi penyusun PDRB adalah angkatan kerja.

  Pada jangka panjang dan jangka pendek, perkembangan investasi sektor transportasi dan komunikasi provinsi Jawa Timur menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar ketika investasi naik maka output daerah tersebut juga akan ikut naik. Menurut Harrod-Domar, investasi menciptakan pendapatan dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Pada umumnya transportasi dan komunikasi merupakan salah satu fasilitas publik yang pendanaannya sebagian besar bersumber dari pemerintah, namun seiring dengan berkembanganya mobilitas masyarakat, dipelukan adanya peran investasi swasta dalam proses pembangunannya. Pembangunan infrastruktur transportasi di provinsi Jawa Timur yang mengandalkan adanya penanaman modal baru mencakup transportasi jalan, perkeretaapian, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, transportasi laut dan udara. Sedangkan pembangunan infrastruktur komunikasi provinsi Jawa Timur yang membutuhkan penanaman modal baru adalah pembangunan jaringan telekomunikasi yang tersebar secara merata.

  Peran infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jawa Timur diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah di provinsi Jawa Timur. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi dapat mendorong kelancaran mobilitas barang dan orang maupun informasi serta mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah.

  Peran dari adanya sektor transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur menjadi hal yang penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Beberapa peran tersebut antara lain, pertama adalah ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baru merupakan salah satu penggerak utama dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur. Kedua, ketersediaan jaringan infrastruktur transportasi dan komunikasi sangat penting dalam memperlancar aktivitas perdagangan dan investasi sehingga diperoleh manfaat yang penuh dari integrasi. Ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur transportasi dan komunikasi juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah di provinsi Jawa Timur.

  Infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jawa Timur memainkan peran dalam pengembangan masyarakat yang berkesinambungan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Industri di bidang transportasi dan telekomunikasi di Jawa Timur juga bersentuhan dengan arus investasi lain yang signifikan, yang mana akan membawa layanan pengankutan barang,jasa dan informasi efisiensi. Hal ini disadari bahwa melalui pengembangan akses transportasi dan telekomunikasi di Jawa Timur akan memberi dampak kemudahan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat provinsi Jawa Timur.

  Mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur sangat bertumpu pada kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan transportasi jalan karena pergerakan orang dan barang di provinsi Jawa Timur sebagian besar masih diangkut melalui jaringan prasarana jalan. Berdasarkan dari data yang ada, jumlah pengguna transportasi jalan di provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun semakin meningkat, dimana dalam proses pembangunannya dibutuhkan penanaman modal baru untuk menutupi kebutuhan permintaan masyarakat yang semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Jamzani (2007) yang berjudul

  

Investment in Transportation and Eletricity Infrastructure and Growth : Error

Correction Model juga mengungkapkan adanya pengaruh positif dan signifikan

  dari investasi pada pembangunan infrastruktur transportasi dan kelistrikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

  Dalam perkembangan investasi sektor komunikasi di Indonesia, sejak adanya Undang-Undang Telekomunikasi yaitu Undang-Undang No.3 Tahun 1989 pertumbuhan nilai investasi swasta pada sector telekomunikasi berkembang semakin pesat. Pemerintah wajib untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam kebijakan-kebijakannya menyangkut sector telekomunikasi dalam rangka menggairahkan pertumbuhan investasi asing yang masuk ke dalam negeri.

  Dalam sepuluh tahun terakhir, pasar telekomunikasi Jawa Timur telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diilhami dari adanya perubahan fase periode transisi fixed telephone ke mobile telephone. Kondisi ini menjadikan Jawa Timur memiliki ruang cukup untuk berkembang. Jika melihat laporan dari ICT Statistic tahun 2005, tingkat penetrasi pasar telekomunikasi di Jawa Timur cenderung lebih tinggi daripada provinsi lain di Pulau Jawa, kecuali provinsi DKI Jakarta, sehingga menyebabkan semakin banyaknya penanaman modal yang dibutuhkan untuk pembangunan jasa pendukung telekomunikasi dalam rangka pengembangan system informasi yang memadai dan merata kepada seluruh warga Jawa Timur.

  Kebutuhan masyarakat Jawa Timur akan informasi tidak hanya pada perkembangan mobile telephone saja. Berdasarkan data dari statistik informasi tahun 2008, perkembangan bidang pos juga menunjukan trend yang semakin meningkat semakin tahunnya, kontribusi subsektor komunikasi provinsi Jawa Timur juga menunjukan laju pertumbuhan yang semakin tinggi, bahkan dalam lima tahun terakhir laju pertumbuhan subsektor komunikasi merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor-sektor lain dalam struktur penyusun PDRB provinsi Jawa Timur. Hal ini, tentunya secara implisit menunjukan investasi pada sektor komunikasi semakin besar dalam perkembangannya dari tahun ke tahun.

  Angkatan kerja dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, dalam jangka panjang dan jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak searah. Angkatan kerja merupakan komposisi dari penduduk yang bekerja dan pengangguran, sehingga dampaknya tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena tidak semua penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja adalah penduduk yang produktif dan ditampung di dunia kerja. Angkatan kerja yang berpengaruh negatif dalam penelitian ini perlu adanya pembangunan tenaga kerja yang lebih berkualitas dan peningkatan penanaman modal agar seluruh angkatan kerja di provinsi Jawa Timur dapat terserap dan dapat secara lebih signifikan berpengaruh positif terhadap peningkatan output provinsi Jawa Timur.

  Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, di Jawa Timur jumlah angkatan kerja baru mencapai 600.000 orang per tahun, 20% atau 120.000 orang diantaranya memperoleh kesempatan bekerja di sektor formal. Sisanya terpaksa bekerja di sektor informal atau bahkan sama sekali tidak bekerja. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka di Jawa Timur mencapai 871.338 orang pada tahun 2013, bahkan pada tahun 2014, jumlah angkatan kerja semakin meningkat sekitar satu juta orang. Permasalahan angkatan kerja di Jawa Timur adalah tidak memiliki skill yang baik berpendidikan rendah. Pada 2006, berdasarkan data pada Human Development Index (HDI) Indonesia masih berada di peringkat 108 sedangkan Singapura berada di posisi 25, Brunei Darussalam 33, Thailand 72, dan Malaysia 60.

  Permasalah angkatan kerja di Jawa Timur terungkap bahwa rekrutmen pekerja outsourcing yang mengerjakan pekerjaan pokok dalam suatu perusahaan mengakibatkan buruknya produktivitas di provinsi Jawa Timur dalam jangka panjang. Koordinator Aliansi Buruh Menggugat (ABM) (Suarasurabaya.net, 2008) mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan tenaga kerja yang cukup krusial di Jawa Timur adalah penerapan system kerja outsourcing yang tidak sesuai dengan Undang-Undang. Sedikitnya terdapat 90% perusahaan di Jawa Timur yang menerapkan sistem outsourcing. Dari perusahaan tersebut yang terdeteksi paling banyak melakukan pelanggaran adalah perusahaan yang bertempat di daerah pedesaan dimana harga tenaga kerja masih murah.

  Menurut International Labour Organization (ILO) Jawa Timur mengatakan, pengawasan terhadap pemenuhan hak dan kewajiban di dalam pola kerja sama outsourcing antara perusahaan dan buruh adalah hal yang paling mendesak. Outsourcing yang merupakan buruh kontrak jumlahnya tidak terdaftar di Dinas Tenaga Kerja. Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan, perekrutan tenaga

  

outsourcing hanya terbatas untuk pekerjaan yang bersifat musiman, penunjang,

  dan sementara bukan pekerjaan yang bersifat pokok. Tetapi dalam praktik pelanggaran oleh beberapa perusahaan, tenaga outourcing yang tidak mempunyai skill dipekerjakan dalam melakukan pekerjaan yang bersifat pokok. Sehingga dalam kuantitas yang banyak dan dalam jangka waktu yang panjang, akan merugikan produktivitas di provinsi Jawa Timur.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDAPATAN ASLI INVESTASI PEMERINTAH DAN ANGKATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI MALUKU UTARA

0 1 12

PERTUMBUHAN PENDUDUK ANGKATAN KERJA DAN UPAYA MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA DI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 103

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA DAN REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI SERTA PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2006-2010 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 17

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP PENYERAPAN ANGKATAN KERJA PROVINSI JAWA TENGAH 1998 -2008 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 16

INFRASTRUKTUR FISIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

PENGARUH INVESTASI DAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

1 1 16

PENGARUH BELANJA DAERAH DAN INDIKATOR MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 76

PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18

PENGARUH INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI SERTA ANGKATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18