Soekarno dan Arsitektur Jurnal Arsitektur
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...................................................... 1
Biografi Ir. Soekarno ................................. 2
Mentalite Soekarno ...................................... 9
Periode Murid sang Profesor .................. 17
Periode Sang Padma Sang Arsitek .......... 25
Periode Sang Arsitek Soekarno .............. 31
Etik dan Estetik Karya Soekarno .......... 41
Daftar Pustaka ........................................... 42
ANGGOTA KELOMPOK
BIOGRAFI Ir. SOEKARNO
Ir. Soekarno adalah presiden pertama bangsa Indonesia pada periode (1945-1966). Ia memerankan peran penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Salah satunya memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 bersama Mohammad Hatta.
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Koesno Sosrodiharjo pada 6 juni 1901 di Surabaya, sebagai putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan Ayahnya merupakan keturunan bangsawan dari Jawa yaitu Raden Hardjokromo. Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, kemudian pindah ke Mojokerto bersama ayahnya yang bekerja sebagai guru disana.
Dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan dan dilahirkan dari kalangan bangsawan membuat Soekarno berkesempatan mengenyam pendidikan. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911
karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka adalah
Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.Selepas menyelesaikan pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan jurusan teknik sipil, pada tahun 1926 Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, kemudian banyak merancang bangunan-bangunan. Selanjutnya, semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. Perjalanan tersebut banyak mmenginspirasi Ir. Soekarno dalam mencetuskan ide- ide dalam pembangunan Indonesia.
Dalam “biografi Presiden Soekarno” yang ditulis oleh Cindy Adams, disebutkan jika Soekarno memang sangat fokus untuk membangun citra RI di mata dunia. Hal ini dibuktikan dengan gebrakan Ir.Soeka rno dalam “Proyek Mercusuar” pada 1957, masa pemerintahan Soekarno.
Proyek Mercusuar adalah, proyek yang bertujuan mengembangkan identitas penanda serta menjadi kebanggaan bagi masyarakat yang terdapat di dalam suatu negara atau wilayah.
Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota Indonesia yaitu Jakarta agar mendapat perhatian dari luar negeri dengan tujuan membangun hubungan persahabatan dengan negara- negara lain. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Terlepas dari itu, proyek Berikut adalah beberapa bangunan yang termasuk dalam proyek mercusuar :
besar ini dibangun dalam jangka waktu 17 bulan, pembangunannya juga terhambat oleh karena berlangsungnya peristiwa G30S/PKI.Gelora Bung Karno
Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa Gelora Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti berpikir berapa lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti benar-benar lama. Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno dibangun dalam jangka waktu 2,5 tahun. Bukan dengan jin atau semacamnya. Tetapi fakta mengatakan bahwa Rusia pernah mengirimkan arsiteknya ke Indonesia, entah untuk pembangunan Gelora Bung Karno atau yang lainnya.
Hotel Indonesia
Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta. Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together".
Patung Selamat Datang
Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk masuk ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya Jakarta Fair. Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut tamu yang datang dari arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu negara GANEFO.
Proyek ini sempat menimbulkan pro dan kontra sebab proyek besar ini membutuhkan biaya yang juga besar. Bahkan, proyek ini menghasilkan
Mentalite Soekarno
Berbagai pengalaman masa muda Soekarno yang telah mengendap (bank data) berpotensi sebagai ‘sumber ilham’ yang mampu mendorongnya melakukan tindakan merancang.
Khasanah mentalite artistik Soekarno dibedakan menjadi lima kelompok yaitu :
1. Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda 2.
Pengaruh Budaya Jawa 3. Budaya Multikultural 4. Jiwa Artis dan Perasaan 5. Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya.
1. Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda a.
Timangan dari Orang Tua
Orang tua soekarno yang selalu memberi pujian dan harapan agar Soekarno menjadi pahlawan pembuka zaman kegelapan sehingga membentuk Soekarno memiliki sikap mental pemimpin, percaya diri dan berani tampil
b. Kecintaan terhadap Unsur Air
Unsur air merupakan refleksi kenangan masa kanak- kanaknya yang sering bermain di sungai berantas, Surabaya. Di setiap Soekarno membangun bangunan rumah tinggal, beliau akan menentukan lokasi yang berdekatan dengan sungai. Apabila tidak diketemukan di dekat sungai, maka didalam ranvangannya selalu ditemukan kolam. Bangunan yang berada disekitar sungai antara lain Hing Puri Bima Sakti, Srihana-Srihani Bogor, Istana Tampak Siring, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia Group. Sedangkan kolam air yang berisi teratai ditemukan di Istana Yogyakarta, Istana Bogor, Wisma Yaso, Makam Pahlawan Kalibata, Air Mancur Bundaran Hotel Indonesia, dll.
c. Menolak Nuansa Kolonialisme
Konsistensi Soekarno terhadap anti kolonialisme dan non- kooperatif juga tercermin pada rancangannya. Soekarno ‘menolak arsitektur bernuansa kolonial’ dengan
Wijayakusuma, semula bernama Wilhelmina park, pada tanggal 21 Mei 1961 telah dibongkar karena telah dipilih sebagai lokasi untuk membangun monumen baru, yaitu Masjid Istiqlal.
d. Romantisme terhadap Negara dan Bangsa Indonesia
Kecintaan Soekarno terhadap Indonesia cenderung mengharapkan memberikan sesuatu yang lebih baik dengan cara mempermegah eksistensi Sang Merah Putih. Salah satu karya arsitektur yang mengekspresikan romantisme terhadap bangsa Indonesia pada puncaknya adalah rancangan Tugu Monas. Awalnya rancangan tugu Nasional disayembarakan kepada para arsitek. Akan tetapi tidak diperoleh rancangan yang memuaskan Soekarno. Akhirnya, desain tugu Nasional dirancang sendiri oleh Soekarno dengan bantuan arsitek istana, R.M. Sudarsono. Puncak Tugu dirancang pada ketinggian 132 m sebagai simbol kemerdekaan bangsa Indonesia dan dirancang sebagai ‘tempat terhormat’ untuk menyimpan bendera menjadi yang terbesar di Asia Tenggara yang tahan 3000 tahun.
f. Pemuda-Pemudi sebagai Tunas Bangsa
Ketika Soekarno mengunjungi Soviet pada tahun 1956 dan menengok Istana Pionir yang menjadi sarana untuk mengembangkan bakat angkatan muda Soviet di kota Swerdlowsk, Moskow, ia menuliskan dalam Buku Kesan, bahwa ia ingin membangun istana seperti Istana Swerdlowsk bagi anak-anak Indonesia. Di indonesia kemudian dibangunnlah Istana Pramuka. Gedung itu ada di Jakarta dan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, tetapi baru terealisasi ketika Soekarno wafat.
2. Pengaruh Budaya Jawa a.
Budaya Mistik Jawa
Soekarno sangat terpengaruh pada hal-hal yang berkaitan dengan Mistik Jawa. Budaya Mistik Jawa mempercayai bahwa hidup di Dunia ini terkoordinir dengan kejadian- samadi Soekarno ternyata sudah berlangsung sejak Soekarno tinggal di Jl. Pegangsaan timur 56, Jakarta. Fatmawati menceritakan adanya sebuah ruang khusus untuk samadi atau tafakur/sembahyang. Demikian juga yang ditemukan di rumah pribadinya Hing Puri Bima Sakti, di rumah Hartini di Srihana-Srihani Bogor, serta di Wisma Yaso yang menjadi rumah Ratnasari Dewi di Jakarta. Bangunan yang dirancang khusus oleh Soekarno sebagai tempat samadi adalah pesanggrahan Tenjoresmi di Pelabuhan Ratu dan Gedung Bentoel di Istana Cipanas. Kedua tempat tersebut lazimnya dipergunakan samadi untuk menulis pidato menjelang hari kemerdekaan Indonesia.
c. Pengaruh Budaya Keraton
Poligami lazimnya dilakukan oleh para raja di Jawa denga tujuan mempertahankan keturunanya. Sekalipun penuh kontroversi pada masa itu, rupanya poligami juga mengilhami diri Soekarno. Perkawinannya dengan dengan beberapa wanita sekaligus setelah pernikahannya dengan
Sifat sportif tercermin dalam rancangan Gedung Pola yang bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat melihat secara langsung kegiatan rancang
- –bangun dari Program Nasional Semesta Berencana 8 Tahun Tahap I (1961-1969) yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1961. Ketika Soekarno menetapkan rumah di Jl.Pegangsaan Timur No. 56 sebagai lokasi Gedung. Pola dan hal itu membuat kontroversi karena merupakan tindakan pembongkaran terhadap situs sejarah Gedung Proklamasi.
4. Jiwa Artis dan Perasaan a.
Jiwa artis sebagai unsur jiwa arsitek.
Untuk menjadi arsitek, seseorang memerlukan daya cipta. Jiwa perasaan dan jiwa artis merupakan bekal mental untuk menjadi arsitek. Meski disisi lain masyarakat awam belum dapat memahami bahwa jiwa perasaan sangat diperlukan. Soekarno sangat mensyukuri jiwa artis dan jiwa perasaan yang melingkupinya tersebut, sekalipun masyarakat bahkan mencemoohkan sifat keartisan Soekarno.
b. Kegemaran Padu-Padan Gaya
5. Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya a.
Inspirasi dari Seni Pewayangan
Kegemaran Soekarno menyaksikan pagelaran wayang kulit berlanjut sejak kanak-kanak hingga Soekarno menjadi Presiden. Rancangan yang terilhami cerita wayang ditemukan di Tugu Pahlawan yang mengambil filosofi senjata Cakra milik Sri Kresna dan Trisula milik Arjuna sebagai konsep perancangan. Ditemukan juga kesesuaian antara rancang atap Temu Gelang yang berupa atap melingkar di kawasan Gelora Bung Karno dengan senjata gelang tokoh Bima yaitu gelang Candrakirana. Nuansa wayang yang lain di kawasan Gelora Bung Karno berupa patung perunggu tokoh Sri Rama.
b. Inspirasi dari Permainan Sirkus
Salah satu kegemaran Soekarno di masa muda yang berkesan di Surabaya adalah menonton sirkus. Sebagai hiburan rakyat sirkus memang sangat menarik. Ketika pembangunan Nasional Semesta Berencan 8 Tahun Tahap bawah sadarnya selalu mendorong pikiran sadarnya untuk melakukan keputusan tersebut.
d. Kegemaran Melukis dan Mengoleksi Lukisan
Kegemaran melukis serta mengkoleksilukisan juga mendorong Soekarno untuk merancang karya arsitektur, terlebih ketika Soekarno mengunjungi Museum Seni Lukis di Tretyakovskaya tahun 1956 di Moskow. Soekarno sangat terkesan dan menginginkan adanya sebuah Nasional Gallery of Art di Indonesia menyerupai museum Tretyakovskaya, yang berlokasi di lingkungan Taman Monas untuk menyimpan koleksi karya lukisnya. Berdasarkan data arsip Istana Bogor, sampai saat ini, Soekarno masih merupakan seorang Kepala Negara dengan koleksi lukisan terbanyak di Dunia. Rancangan gedung Galeri Nasional pernah diwacakan Soekarno bersama-sama dengan Para Seniman di Jakarta sebelum peristiwa G30S. Akan tetapi rancangan tersebut akhirnya batal setelah G30S meletus.
1926-1945 Periode Murid Sang Profesor Bung Karno setelah lulus dari Jurusan Sipil TH-Bandoeng yang dibimbing oleh Prof. CP Wolff Schoemaker, untuk lebih
mengasah keterampilan berarsitekturnya beliau magang di biro
arsitek yang dipimpin sang Profesor dan kakaknya, RichardSchoemaker. Soekarno juga sempat magang sebagai draftsman
pada Schoemaker di masa kuliahnya. Selama masa magangnya
tersebut Soekarno pun banyak terpengaruh gaya atau stylearsitektur dari Schoemaker. Schoemaker sendiri selama bekerja
magang pada Frank Lloyd Wright banyak dipengaruhi oleh gaya
Wright, sehingga secara otomatis hal tersebut memberipengaruh pada mentalite artistik Soekarno yang mengarah ke
gaya Wright.
Model atap Mansard sering dikombinasikan dengan
Dormer Windows gaya Denmark. Soekarno juga suka
menggunakan ‘hiasan kemuncak atap’ yang ada pada atap gaya Hipped Roof, yang kemudian menjadi penanda dari karya Soekarno yang disebut sebagai ‘gada-gada’, sebuah perwujudan dari lingga-yoni. Ornamen Inka-Maya Pengaruh dari Schoemaker yang membawa gaya ornamen organik dari gaya Wright berupa motif Inka-Maya, juga
memengaruhi mentalite artistik Soekarno. Ornamen tersebut dapat ditemukan di kepala pilar yang berbentuk Selain dari gaya Wright, ciri dari karya Soekarno ada pula yang berasal dari kebiasaannya, contohnya kebiasaan samadi Soekarno. Beliau biasa melakukan aktivitas samadi, semacam kegiatan yang dilakukan untuk mencari ketenangan batin, di dalam sebuah ruangan tertutup ataupun terbuka. Hal ini tercermin pada karya arsitekturalnya dimana dapat ditemukan kecenderungan adanya ruang khusus untuk kegiatan tersebut pada hampir seluruh rancangan rumah tinggal pribadinya.
Pada periode 1926-1945 ini termasuk juga ketika Soekarno dalam pembuangan di Ende dan Bengkulu. Di Bengkulu Soekarno
sempat melakukan renovasi Masjid Jamik Bengkulu. Pada kepala
pilar Masjid Jamik Bengkulu terdapat ukiran ornamen yang sama
Berikut beberapa karya Soekarno selama periode 1926-1945 : 1.
Rumah di Jl. Gatot Subroto, Bandung 2.
Rumah kembar di muara Jl. Malabar – Jl. Gatot Subroto,
3. Toko Roti Red Tulip di Jl. Gatot Subroto, Bandung 4.
Rumah di Jl. Kasim, Bandung
5. Rumah di Jl. Pungkur 6.
Rumah di Jl. Dewi Sartika 7. Rumah di Jl. Palasari 8. Rumah di Jl. Pasir Koja 9. Rancangan penjara Sukamiskin 10.
Rumah kembar di Bengkulu 11. Rumah Demang, Bengkulu 12. Masjid Jamik Bengkulu
Jika dilihat dari beberapa karya Soekarno diatas, terdapat benang
merah berupa style atau gaya ‘padu-padan’ Soekarno. Hal tersebut ditandai dengan adanya :1. Atap mansard tunggal atau ganda dengan jendela atap dormer windows 2.
Hiasan kemuncak atap yang menyerupai gada-gada 3. Penggunaan ventilasi alami melalui lubang ventilasi silang 4. Pilar berbentuk persegi dengan kepala pilar yang dihiasi ornamen Inka-Maya
5. Detail kaca patri (stained glass) pada jendela, pintu maupun plafon
6. Penggunaan material alami. STUDI KASUS Toko Roti Red Tulip
Bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, Bandung. Bangunan ini
berfungsi sebagai sebuah toko roti. Bangunan ini merncerminkan
gaya arsitektur Ssoekarno. Dilihat dari bentuk atapnya yang berupa hasil ‘padu-padan’ atap bersusun dengan hiasan kemuncak atap yang biasa ada di atap gaya Hipped Roof.Kepala pilarnya terlihat menggunakan ornamen khas Inka-Maya.
Badan pilarnya diselubungi oleh material batu alam berupa batu
kali yang dibelah.
1945 - 1959,
Periode Sang Padma Sang Arsitek
Pada tahun 1949, Soekarno merancang karya arsitekturpertamanya sebagai Presiden yaitu berupa tiang bendera beton
dengan ornamen padma untuk istana merdeka. Pengakuan
tersebut diungkapkan pada tahun 1966.Saya itu dulu waktu ke Jakarta akhir tahun 1949, the first
thing I did, permulaan awal 1950, saya suruh apa ? Bikin tiang
bendera dari beton di muka Istana Merdeka. Ya, saudara lihat itu
tiang bendera di muka Istana Merdeka itu. That was the first thing
I did. Nah, tiap hari tulisan di surat kabar pedoman dari PSI, lihat
Bung Karno, lihat Presiden kita ini, belum apa-apa sudah
kemegahan tiang bendera.Periode 1945-1959, metalite artistik Soekarno ditandai
Proses artistik Soekarno diperoleh melalui perenungan
intensif yang diilhami oleh kebesaran Monumen Borobudur,
Monumen Prambanan, dan semangat kepahlawanan Pangeran
Diponegoro. Ditemukan sejumlah elemen arsitektur berbentuk
padma yang biasa ada terpahat pada relief Candi Prambanan
ataupun padmasana Boddisatva yang diadopsi sebagai bagian dari
desain arsitektur maupun interior. Padma terdapat sebagai
ornamen pada kepala pilar, kolam teratai, ornamen tiang bendera,
aksen furnitur, lukisan serta relief atau pahatan dinding. Artefak
padma menjadi elemen yang dominan pada periode 1945-1959
ini.Dalam pemilihan material bangunan, Soekarno memilih
material khas Indonesia seperti kayu jati, rotan, pualam mulai
banyak digunakan.Ornamen Organik Padma pada Rancangan Interior Furnitur.
Pada sekitar tahun 1950, Soekarno merenovasi Istana
Jakarta dan Bogor secara bertahap. Disanalah ditemukan
Arsitektur ‘Padu-Padan’ Atap Limasan dan Ornamen Padma.
Pada bagian ‘kepala’ atau atap, dipilih atap limasan, yaitu
atap tradisional Jawa yang menyerupai bentuk atap hipped roof atau bentuk atap khas Eropa yang sering dirujuk Soekarno pada periode 1926-1945. Akan tetapi terdapat perubahan, Soekarno memilih penutup atap dari kayu sirap.
Hiasan kemuncak atap yang telah menjadi style rancangan kepala pilar diberi ornamen organik Inka-Maya maka pada
periode ini digantikan oleh ornamen organik padma.
Pada wujud ‘kaki’ dirancang berupa penurunan lantai
setengah basement, yaitu sebagai bangunan seolah-olah tertanam dibawah tanah yang mengesankan bangunan bersatu dengan alam. Ciri khas yang menandai periode bernafaskan nasionalisme ini ditandai antara lain dengan hal-hal berikut ini : a.Penggunaan ornamen organik berupa padma pada kepala pilar dan furnitur b.
Selalu terdapat ruang samadi/tafakur dan ruang film
c. Terdapat kolam teratai dan tanaman monumental sebagai lanskap d.Atap limasan menggantikan atap mansand e. Hiasan kemuncak atap menyerupai tajuk/ meru f. Ventilasi silang dan alami g.
Pilar polos segi empat, terdiri dengan bagian kaki-badan- kepala h.
Relief dan ukir banyak digunakan i. Material yang alami
Tata Ruang Kota
Masih dalam periode ini, banyak ditemukan tugu monumental
sebagai bagian dari tata ruang kota yaitu :1. Tugu Proklamasi di Jakarta 2.
Tugu Muda di Semarang
phallus untuk monumen merupakan eksplorasi dari budaya Hindu
yang di Candi Sukuh berupa bentuk lingga-yoni, yaitu lambang alat
reproduksi laki-laki dan perempuan, terwujud dalam rancangan
Tugu Monas. Dalam ranah desain, eksplorasi terhadap budaya
silam tersebut disebut eksplorasi misteri budaya tak tersentuh.
PERIODE 1959-1965 PERIODE SANG
ARSITEK MAESTRO
Mentalite artistik Soekarno mencapai puncak kematangan setelah berhasil digelarnya Pemilu pertama pada bulan September 1955.Sebulan sebelumnya, kematangan rohaniah juga diperoleh Soekarno dengan berhajike Tanah Suci pada bulan Juli 1955.
Menurut saksi sejarah, Ketika Soekarno menunaikan ibadah haji, Soekarno tidak pernah melewatkan perhatiannya terhadap konsidi Masjid Al-Haram di Mekkah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur yang sangat mengesankan tersebut mempengaruhi proses artistik kreatif pada diri Soekarno.
Seiring berjalannya waktu dengan kepergiannya ke luar negeri, di Indonesia telah terjadi ketegangan-ketegangan politik. Pergolakan politik di tanah air yang dikhawatirkan dapat memicu retaknya persatuan nasional, akhirnya menyebabkan Soekarno justru mengambil sikap politik yang tegas yaitu mencanangkan proyek nation and character building melalui berbagai bidang.
Proses kreatif yang berkecamuk dalam mentalite Soekarno ketika itu dapat dipahami. Di satu sisi terdorong untuk menata negara secara holistik, di sisi yang lain, kebutuhan untuk dapat diperhitungkan sebagai negara yang baru merdeka namun mampu tampil di dunia internasional melalui karya arsitektur merupakan sesuatu yang tidak mudah.
Momentum yang memberi peluang kepada Soekarno untuk dapat merealisasikan karya arsitektur yang megah dan menjadi national
pride terjadi ketika Indonesia disetujui sebagai tuan rumah
penyelenggaraan Asian Game ke IV. Meskipun sebagai konsekuensinya Indonesia harus menyiapkan sport venues bertaraf international sebagai
1. Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta 2.
Hotel Indonesia Group a.
Hotel Indonesia, Jakarta b. Hotel Samudra Beach c. Hotel Ambarukmo, Yogyakarta d.
Hotel Bali Beach, Denpasar 3. Wisma Nusantara, Jakarta 4. Gedung Toserba Sarinah, Jakarta 5. Gedung Conefo, Jakarta 6. Masjid Istiqlal 7. Gedung Graha Purna Yudha 8. Rumah Sakit di Rawamangun, Jakarta 9. Gedung PMI, Jakarta 10.
Gedung Planetarium 11. Gedung Herbarium, Bogor
Kota Jakarta Sebagai Muara Artistik
Rancangan tata kota Metropolitan Jakarta pada tahun 1962 menyerupai kota tempat mermuaranya artefak artistik kota. Bangunan
1. Patung Selamat Datang 2.
Patung Pahlawan Diponegoro 3. Patung Tani
5. Patung Dirgantara
Patung skala kota yang dirancang pada periode 1959-1965 ini, dapat dikatakan rancang patung aliran ‘realis’ dengan artian yaitu patung yang ‘berwujud manusia’ sebagai sosok tiga dimensional dengan karakter yang disesuaikan dengan misi tertentu.
Patung-patung tersebut verhasil divisualisasikan oleh seniman a.
Pengaruh arsitektur International Style b.
Visi arsitektur kota dunia c. Membangun landmark kota berupa patung skala kota gaya realis d.
Selalu terdapat desain ruang film disetiap bangunan e. Terdapat atap bangunan yang selalu unik dengan teknologi mutakhir pada zamannya (seperti konstruksi kubah, lipat, temu gelang, sebagai point of interest) f. Atap limasan, hiasan kemuncak atap dan ventilasi silang dipertahankan untuk bangunan rendah g.
Beragam ornamen interior bernuansa Indonesia h.
Penggunaan material alami yang awet 1000 tahun (seperti beton dan marmer) Kajian estetis arsitektural pada periode Sang Arsitek Maestro dapat dipresentasikan mentalite Soekarno yang sangat padat dengan berbagai gagasan. Konsep ‘padu-padan’ gaya masih merupakan main frame arsitekturalnya, namun periode ini seakan-akan semua gaya arsitektural ingin deterapkan dalam satu bangunan.
Contoh dari arsitektur yang mewakili pengertian architecture as
art an craft, mencitrakan bangunan modern bergaya International Style
1. Bentuknya skluptural yang berarti bentuk yang seperti pahatan.
2. Monumental yang dibentuk dengan suatu bentuk massa yang padat dan berat. Para arsitek pada masa itu menunjukkan monumentalisnya bangunan dengan menggunakan ekspresi dari bentuk beton, atau dengan mengkontraskan beton tertutup dengan tampilan baja dan kaca pada penyelesaian eksterior.
Perbedaan dari periode ini dengan periode sebelum-sebelumnya yaitu pada periode ini terjadi eksplorasi besar-besaran terhadap kekayaan budaya yang ditampilkan, namun sulit untuk dikatakan terciptanya citra harmoni dari keberagaman artefak tersebut.
Karya –karya Soekarno pada masa itu :
a. Hotel Indonesia
Hotel Indonesia pertama kali dirancang bermula dari kunjungan Soekarno ke Gedung Pusat Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di New York. Kala itu perancangan Hotel Indonesia
Pada Hotel Indonesia juga kita dapat menjumpai sebuah arca Wisnu dengan Garuda-nya dari batu candi berwarna hitam pada bagian lobby hotel. Lokasi dari Hotel Indonesia itu sendiri beralamatkan di di Jalan MH. Thamrin No. 1, Jakarta Massing bangunan yang memperlihatkan penggunaan bentukan balok yang kaku dan kokoh.
Sebagai bangunan Tropis, bangunan ini memperlihatkan
system sunshading yang cukup
dominan dan membentuk fasade dan memunculkan dominasi garis horizontal pada sisi bagian persegi yang memanjang secara horizontal. Kini Hotel Indonesia telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda DKI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tanggal 29 Maret 1993.
b. Hotel Samudera Beach
Hotel Samudra Beach terdapat di tepi pantai Laut Selatan Pulau Jawa.
Pada Hotel Samudra Beach, terdapat relief dari batu paras berwarna putih yang bertema kehidupan masyarakat Indonesia sebagai penutup dinding yang tepat berada diatas kolam.
Hotel Samudra Beach juga memiliki gaya interior yang sama. Pada bagian dinning area, terlihat karya seni mozaik
multicolour bertema kehidupan masyarakat Indonesia pada
Proyek ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah Negara yang mandiri dan bangunan ini dibangun untuk penyelenggaraan Asian Games IV pada tahun 1962.
Soekarno membuat gebrakan dengan membangun stadion ini dengan megah, dan monumental. Pada saat itu stadion ini merupakan stadion terbesar di asia dan satu-satunya yang mempunyai atap unik yaitu atap temu gelang.
Bangunan ini menampilkan system struktur yang mengekspos kolom dan balok yang memilikinya.
Etik dan Estetik Karya Soekarno
Konsep Etik Arsitek: Pro Bono Publico Berdasarkan pengamatan selama periode 1926--1965, diketahui bahwa rancangan Soekarno didominasi tipologi bangunan fasilitas umum yang menekankan pada tingkat kreativitas perancangan yang tinggi.
Soekarno memiliki mentalite open mind terhadap keunggulan teknisi dan arsitek mancanegara, sehingga didapatkan etos kerja dan persaingan yang sehat antara arsitek-arsitek lokal dan mancanegara dalam proyek arsitektur.
Soekarno bersikap sangat kritis dalam menentukan rancangan, mengharuskan unik dan megah namun tetap sesuai dengan dengan kebangsaan karena Ia meyakini bahwa ruang dan wadah merupakan unsur penting dalam membangun rasa kebangsaan.
Dalam dunia arsitektur, keberpihakan Soekarno kepada kepentingan publik terangkum dalam rancangannya selama periode 1926--1965 berupa masjid, taman, monumen dan sebagainya.
Konsep Estetik Memberi Warna Jiwa Zaman
DAFTAR PUSTAKA Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu.
2005 https://ariesaksono.wordpress.com/2008/.../patung-pembebasan- irian-barat http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2331/Pembebasan- Irian-Jaya-Monumen http://pembuat-patung.blogspot.co.id/2014/09/data-sejarah- pembuatan-patung.html https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong- Daerah/Jawa-Timur/Tokoh/Soekarno-Sang-Presiden-dan-Insinyur http://economy.okezone.com/read/2013/08/17/471/850962/soekarno
- di-balik-pembangunan-hotel-indonesia