BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Pulungan (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Untuk Menggunakan Produk Jasa PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang Syariah Medan” menggunakan variabel penelitian yaitu syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3), dan promosi (X4) dan penelitian tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang Syariah Medan.

  Dalam penelitian terebut menyimpulkan bahwa tedapat pengaruh positif dan signifikan yang terdiri dari faktor syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3) dan promosi (X4) secara bersama-sama terhadap keputusan nasabah pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  Penelitian kedua yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Minat Nasabah Menabung Dalam Memutuskan Memilih Sistem Bagi Hasil Produk Funding Bank Syariah Mandiri Cabang Malang” menggunakan variabel penelitian yang terdiri dari Faktor minat (motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis) serta lokasi penelitian tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Malang.

  Dan hasil dari penelitian tersebut adalah 1. Faktor minat berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih produk funding

  BSM Cabang Malang

  2. Faktor minat yang terdiri dari motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis yang dominan adalah tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis sebesar 0,534 dengan nilai R 0,648. Penelitian ketiga oleh Fauzi pada tahun 2008 dengan judul “Faktor-faktor yang

  Mempengaruhi Minat Nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo” yang menggunakan variabel proses pengambilan keputusan (marketing mix) (X1), lingkungan sosial budaya (keluarga, sumber informal, sumber non komersial lain, klas sosial, budaya dan sub-budaya) (X2), dan

psychological field (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap) (X3).

  Penelitian tersebut ditujukan kepada nasabah BPR Bali Majujaya Mandiri Tulangan Siodarjo.

  Hasil dari penelitian tersebut adalah: Terdapat 9 faktor yang mempengaruhi minat nasabah terhadap BPR Bali

  Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo. Sembilan faktor tersebut, yaitu: Persepsi (X1), Tempat (X2), Produk (X3), Motivasi (X4), Bukti Fisik (X5), Kelas Sosial (X6), Keluarga (X7), Harga (X8), dan sumber non komersial lain (X9).

  2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi memiliki kontribusi terbesar mempengaruhi minat nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo.

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam perspektif Islam dijelaskan dalam beberapa aktivitas maupun kondisi atau keadaan-keadaan, diantaranya; senantiasa memberi kemudahan dan saling membantu dalam mengatasi

  kesulitan dengan sendirinya membentuk persepsi yang baik dan menarik minat nasabah, menjaga kebersihan dan kenyamanan kantor agar nasabah merasa nyaman, proses ta’aruf sebagai media penyaluran pengetahuan atau informasi, membentuk motivasi nasabah baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun spiritual, kedua orang tua (keluarga) maupun lingkungan terdekat memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk minat nasabah.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

  No Nama Jenis Penelitian

  Alat Analisis

  Variabel Penelitian

  Hasil Analisis

  1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Untuk Menggunakan Produk Jasa PT. Bank Negara Indonesia (Persero), tbk Cabang Syariah Medan: Annisa Pulungan/2009

  Deskriptif Kuantitatif

  • Analisis Deskriptif -
  • Faktor Syariah -
  • Faktor Produk -
  • Uji Asumsi Klasik -
Memilih Sistem Bagi Hasil Produk Funding Bank Syariah Mandiri Cabang Malang: Hendi Irawan/2008

  Analisis Regresi Linear Berganda

  Faktor Pelayanan

  Faktor Promosi Faktor syariah, pelayanan, produk dan promosi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah menggunakan jasa PT. Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Cabang Syariah Medan.

  2 Analisis Faktor-Faktor Minat Nasabah Menabung Dalam Memutuskan

  Deskriptif Kuantitatif

  Faktor minat (motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis)

  1. Faktor minat berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih produk funding

  BSM Cabang Malang

  2. Faktor minat yang terdiri dari (motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis) yang dominan adalah tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis sebesar 0,534 dengan nilai R 0,648

  3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo: Mohammad Fauzi/2008

  Kuantitatif - Analisis

  Deskriptif

  • Analisis Faktor - Proses pengambilan keputusan (marketing

  mix ),

  • Lingkungan sosial budaya (keluarga, sumber informal, sumber non komersial lain, klas sosial, budaya dan sub- budaya), dan
  • Psychological

  field (motivasi,

  persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap)

  Faktor persepsi memiliki kontribusi terbesar mempengaruhi minat nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali

  Majujaya Mandiri

  Tulangan Sidoarjo

  Sumber :Skripsi, Data diolah oleh Peneliti

2.2 Perilaku Konsumen dan Ciri-cirinya

1. Pengertian Perilaku Konsumen

  Banyak definisi tentang perilaku, akan tetapi pada dasarnya sama hanya berbeda cara perumusannya. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002:32)

  

American Marketing Association (dalam Peter dan Olson, 1999:6)

  mendefinisikan perilaku yaitu “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.”

  Definisi ini memuat 3 hal penting, yaitu: Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah ditebak/diramalkan

  2. kognisi, afeksi, perilaku, dan kejadian Melibatkan interaksi, disekitar/lingkungan konsumen

  3. Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang milik pembeli Definisi yang lebih sederhana, perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan dan menghabiskan barang dan jasa termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen merupakan suatu proses multidimensional yang sangat kompleks.

  Praktik pemasaran dirancang untuk mempengaruhi perilaku konsumen, perusahaan, individual, dan masyarakat. Pengetahuan yang cukup tentang perilaku konsumen seperti memberikan petunjuk yang berharga untuk praktik pemasaran baik bagi perusahaan komersial pencari laba, organisasi nirlaba dan para pembuat peraturan.

  Adapun beberapa alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari yaitu: 1. Kepentingan pemasaran

  Para pemasar yang memahami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi konsumen sesuai dengan yang diinginkan pemasar.

  2. Kepentingan pendidikan dan perlindungan konsumen Selain para pemasar dan produsen, lembaga pendidikan atau lembaga sosial dan pemerintah juga berkepentingan untuk mengetahui dan mempengaruhi

  3. Perumusan kebijakan masyarakat dan undang-undang perlindungan konsumen Pemerintah dan lembaganya melalui kebijakan publik dan perundang-undangan harus melakukan intervensi untuk melindungi konsumen. Pemerintah berkewajiban untuk mempengaruhi pilihan konsumen melalui pelarangan terhadap praktik-praktik bisnis yang merugikan konsumen.

  2. Ciri Perilaku Konsumen

  Konsep diri dan gaya hidup menghasilkan kebutuhan dan keinginan, kebanyakan diantaranya membutuhkan keputusan mengenai konsumsi untuk memuaskannya. Ketika individual menghadapi situasi yang relevan, proses keputusan konsumsi mulai diaktifkan. Proses ini, pengalaman dan tambahan (acquisition) yang dihasilkan pada gilirannya mempengaruhi konsep diri dan gaya hidup dengan jalan mempengaruhi karakteristik internal dan eksternal (Supranto dan Limakrisna, 2011:16).

  Keputusan yang dibuat akan menyebabkan pembelajaran dan mungkin akan berdampak pada faktor internal dan eksternal yang akan mengubah atau memperkuat konsep diri dan gaya hidupnya yang terkini.

  1. Pengaruh Eksternal Faktor eksternal meliputi budaya (culture), sub budaya (sub culture), status sosial (social status), demografi, famili, dan kelompok rujukan.

  2. Pengaruh Internal Faktor internal meliputi preferensi, pembelajaran (learning), memori, motivasi, 3.

  Konsep diri dan gaya hidup Konsep diri yaitu totalitas dari pemikiran dan perasaan tentang dirinya sendiri.

  Gaya hidup yaitu manifestasi konsep diri pribadi 4. Situasi dan Keputusan Konsumen

  

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Mengambil Keputusan terbagi

atas Faktor Internal dan Faktor Eksternal

2.3.1 Faktor Internal

2.3.1.1 Motivasi

  Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan. Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena adanya yang menggerakkan.

  Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk membelinya adalah motif (Suryani, 2008:27).

  Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:94) mendefinisikan motivasi sebagai daya penggerak didalam individu yang mendorong mereka ke tindakan. Daya penggerak ini diperoleh dari suatu kebutuhan tak dipenuhi. Motivasi merupakan pada perilaku (Supranto dan Limakrisna, 2011:93)

  Proses terbentuknya motivasi dimulai dari adanya stimulus atau rangsangan yang membuat seseorang akan memerlukan akan pengenalan kebutuhan.

  Rangsangan yang muncul didalam diri terjadi karena adanya gap antara apa yang dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Kemudian, pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada dirinya untuk melakukan tindakan yang bertujuan (Sumarwan, 2002: 35).

  Unsur-unsur yang terlibat dalam proses motivasi meliputi: 1. Kebutuhan Setiap konsumen sebagai individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

  Kebutuhan ini ada yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari, tetapi ada juga yang dipelajari.

2. Tujuan

  Merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh konsumen sebagai hasil atas perilaku yang dilakukan. Tujuan ada karena adanya kebutuhan.

  Adapun beberapa teori umum mengenai Motivasi, yaitu: 1. Teori Maslow

  Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan teori kebutuhan berjenjang yang dikenal sebagai teori Maslow atau Hirarki Kebutuhan Manusia (Maslow’s Hierarchy of Needs). Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu: a.

  Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat mempertahankan hidup b.

  Kebutuhan Rasa Aman, yaitu kebutuhan tingkat dua yang dimana merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia c.

  Kebutuhan Sosial, yaitu kebutuhan berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan dengan sesamanya. d.

  Kebutuhan Ego, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yag lebih tinggi dari yang lainnya.

  e.

  Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu keinginan dari seseorang individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

2. Teori Motivasi McClelland

  David McClelland mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut sebagai McClelland Theory of Learned Needs. Teori ini menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi seseorang untuk berprilaku.

  a.

  Kebutuhan Sukses, yaitu kenginan manusia untuk mencapai prestasi, reputasi, dan karier yang baik b.

  Kebutuhan Afiliasi, yaitu keinginan manusia untuk membina hubungan dengan orang disekitarnya, dan memiliki orang-orang yang bisa menerimanya.

  c.

  Kebutuhan Kekuasaan, yaitu keinginan seseorang untuk bisa mengontrol lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang disekelilingnya.

  Dua aplikasi penting dari teori motivasi adalah segmentasi dan positioning. Segmentasi pasar merupakan pengarahan target pasar untuk produk atau jasa yang dipasarkan berdasarkan tingkat kebutuhan konsumen sedangkan positioning merupakan citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Para pemasar bisa menggunakan teori motivasi Maslow atau hirarki kebutuhan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar dan juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan positioning produk atau jasa.

2.3.1.2 Persepsi

  Proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Schiffman dan Kanuk (2000:35) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Kemudian, menurut Hurriyati (2005:101) persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia.

  Proses terjadinya persepsi meliputi : 1. Proses Fisis Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera.

  2. Proses Fisiologis Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.

  3. Proses Psikologis Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang . ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima

  Menurut Supranto dan Limakrisna (2011) menyatakan bahwa ada 4 tahap model pemrosesan informasi yaitu keterbukaan, perhatian, interpretasi dan memori.

  Yang membentuk persepsi yaitu keterbukaan, perhatian dan interpretasi 1.

  Keterbukaan (exposure), terjadi ketika suatu stimulus yang ada menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melaui pancaindera

  2. Perhatian (attention), kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk

3. Interpretasi, pemberian makna dan arti pada sensasi yang diterima 4.

  Memori, untuk keputusan yang segera dibuat atau retensi arti/makna dalam jangka panjang.

  Proses ini terjadi secara simultan/serentak interaktif, bukan satu persatu secara berurutan. Pada dasarnya persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan atau

2.3.1.3 Sikap

  Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, senantiasa terjadi dan berlangsung dalam interaksi manusia yang berkenaan dengan obyek tertentu dan sikap ini biasanya merupakan sikap yang positif dan negatif terhadap suatu obyek setelah melalui proses penilaian yang dipengaruhi keadaan diri pribadi orang itu sendiri maupun lingkungan.

  Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut (Sumarwan, 2002: 136). Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen (Setiadi, 2003:214).

  Adapun karakteristik dari sikap adalah: 1. Sikap memiliki Objek

  Didalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait denga objek, objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran.

  2. Konsistensi sikap Karena sikap merupakan gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku dan perilaku konsumen tersebut merupakan gambaran dari sikapnya.

  Sikap positif, negatif dan netral Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai karakteristik valence dari sikap.

  4. Intensitas Sikap Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai karakteristik extremity dari sikap.

  5. Resistensi Sikap Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.

  Pemasar penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa menerapkan strategi pemasaranyang tepat.

  6. Persistensi Sikap Merupakan karakterisitik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

  7. Keyakinan sikap Merupakan kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya

  8. Sikap dan situasi Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi, Sikap sangat mempengaruhi keyakinan menentukan sesuatu. Dalam hubungannya dengan perilaku sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan. Sikap merupakan suatu evaluasi secara menyeluruh tentang kesiapan seseorang dalam melakukan suatu tindakan atas obyek yang disuka atau tidak.

  Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior).

  1. Kepercayaan Pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut dan manfaatnya.

  2. Perilaku Proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa.

2.3.2 Faktor Eksternal

2.3.2.1 Keluarga

  Keluarga mempunyai peranan penting dalam perilaku konsumen. Konsumen sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Keluarga mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, perilaku, dan persepsi orang-orang yang didalamnya (Suryani, 2008:235). konsumen (Sumarwan, 2002:226). Keluarga mempunyai paling sedikit dua orang, kepala keluarga dengan orang yang ada hubungan sedarah, perkawinan atau adopsi.

  Menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

  Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi.

  Menurut Peter dan Olson (2000:111) dalam keluarga terdapat peran yang berbeda dalam pengambilan keputusan:

  1. Pemberi pengaruh (influencers) memberikan informasi bagi keluarga lainnya tentang suatu produk atau jasa .

  2. Penjaga pintu (gatekeepers) mengontrol aliran informasi yang masuk kedalam keluarga

  3. Pengambil keputusan (deciders) memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah suatu produk atau jasa akan digunakan atau tidak.

  Pembeli (buyers) adalah orang yang akan menggunakan produk atau jasa 5. Pengguna (users) menggunakan produk atau jasa 6. Pembuang (disposers) akan membuang suatu produk atau memberhentikan penggunaan suatu jasa.

  Unsur-unsur yang terlibat dalam pengambilan keputusan didalam keluarga: 1. Struktur peran dalam keluarga

  Dalam sebuah kelas produk tertentu, ada perbedaan dalam keterlibatan masing- masing pihak dalam keluarga untuk setiap keputusan khusus yang diambil dan untuk setiap tahapan pengambilan keputusan.

2. Kesesuaian dengan kebutuhan keluarga.

  Masing-masing pihak dalam keluarga memiliki perbedaan kebutuhan terhadap suatu produk atau jasa yang cukup besar, sehingga diperlukan peran yang memiliki pengaruh untuk menentukan kebutuhan keluarga.

2.3.2.2 Budaya

  Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:21) budaya adalah keseluruhan yang kompleks (complex whole) meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat (Sumarwan, 2002:170).

  Budaya juga dapat dicerminkan oleh berbagai hasil karya seni dan segala masyarakat bisa dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil yang dikenal dengan sub budaya (sub culture). Suatu budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi konsumen

  Unsur-unsur pembentuk budaya yaitu: 1. Nilai (Value)

  Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya.

  2. Kebiasaan (Customs) Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara turun menurun.

  3. Larangan (Mores) Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oelh seseorang dalam sangsi sosial.

  4. Konvensi (Conventions) Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari. Konvensi menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari.

  5. Mitos Mitos adalah unsur penting yang menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat.

  6. Simbol Simbol adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting.

  Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya adalah nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik.

  Terdapat 3 bentuk nilai budaya yang mempengaruhi konsumsi, yaitu: 1. Berorientasi pada Pihak Lain (Other Oriented)

  Mencerminkan pandangan suatu masyarakat tentang hubungan yang tepat antara individu/perorangan dengan kelompok dalam suatu masyarakat.

  2. Berorientasi pada Lingkungan (Environment Oriented) Menentukan hubungan masyarakat dengan ekonominya serta lingkungan fisik 3.

  Berorientasi pada Diri Sendiri Mencerminkan tujuan dan pendekatan terhadap hidup, bahwa anggota perorangan dan masyarakat lebih diinginkan (bukan kelompok yang diutamakan). Nilai ini mempunyai implikasi yang kuat untuk manajemen pemasaran.

2.4 Ciri Perilaku Konsumen Muslim dan Perspektif Islam tentang Menabung

  1. Ciri Perilaku Konsumen Muslim

  Penyikapan manusia pada harta menjadi karakteristik ekonomi Islam. Dalam surat An-Nisa: 5 Allah SWT berfirman: Artinya :“ Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan…”

  Menurut Sakti (2007:108) terdapat empat prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam yang diisyaratkan dalam Al-Quran: 1.

  Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan. Ini berarti tindakan ekonomi hanyalah untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan keinginan (wants).

  Implementasi zakat, infak, dan shodaqoh.

  3. Pelarangan riba; menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musyarakah sebagai sistem kredit dan instrumen bunganya.

  4. Menjalankan usaha-usaha yang halal; dari produk atau komoditi, proses produksi hingga distribusi.

  Menurut Sudarsono (2003), seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas beberapa pertimbangan:

  1. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detil permasalahan ekonomi masyarakat. Dalam konsep Islam, kebutuhanlah yang membentuk pola konsumsi seorang muslim. Pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan akan menghindari pola konsumsi yang tidak perlu.

  Artinya :” Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya… milik Allah lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi….” (QS. Al-Imran: 180).

2. Perspektif Islam Tentang Menabung

  Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam prinsip menabung tidak lepas dari perilaku konsumsi, karena manusia adalah makhluk konsumtif. Karena itu perlu menyiapkan masa depan yang lebih baik daripada mengkonsumsi secara berlebihan tanpa melihat dampak kedepannya.

  Adapun arahan Islam untuk konsumsi paling tidak ada tiga hal.

  1. Jangan boros. Seorang muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan hartanya terutama untuk ditabung. Tidak semua hal yang dianggap butuh saat ini harus segera dibeli. Karena sifat dari kebutuhan sesungguhnya dinamis, ia dipengaruhi oleh situasi dan kondisi.

  2. Seimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Seorang muslim hendaknya mampu menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluarannya, sehingga sedapat mungkin tidak berutang. Karena utang, menurut Rasulullah SAW akan melahirkan keresahan di malam hari dan mendatangkan kehinaan di sianghari.

  3. Tidak bermewah-mewah. Islam juga melarang umatnya hidup dalam kemewahan. Kemewahan yang dimaksud menurut adalah tenggelam dalam kenikmatan hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serba menyenangkan.

2.5 Motif Pengambilan Keputusan Konsumen

  Prasetijo dan Ihalauw (2005:39) dijelaskan ada dua motif yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen, yaitu :

  1. Motif Rasional mempertimbangkan alternatif-alternatif dan memilih alternatif yang memiliki paling banyak kegunaan. Dalam konteks pemasaran, konsumen memilih (produk) tujuan berdasarkan kriteria objektif seperti ukuran, harga, berat, dan keuntungan (manfaat yang diperoleh). Dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan dapat berupa ekonomi, seperti faktor penawaran, permintaan dan bunga. Selain itu juga faktor kualitas, pelayanan ketersediaan barang, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan, keawetan dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen.

2. Motif Emosional

  Pemilihan tujuan berdasarkan kriteria yang subjektif dan bersifat pribadi seperti kebanggaan, ketakutan, perasaan, maupun status, pengungkapan rasa cinta kebanggaan, kenyamanan,kesehatan, keamanan dan kepraktisan.

  Setiap konsumen melewati lima tahap dalam setiap akan mengambil keputusan. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1.

  Pengenalan Masalah Proses diawali saat konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan.

  Konsumen menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal seseorang.

  2. Pencarian Informasi informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber- sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian.

  Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu:

  1. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan

  2. Sumber Komersil : iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan

  3. Sumber Umum : media massa organisasi konsumen

  4. Sumber Pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan

  3. Evaluasi Alternatif Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan, kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

  4. Pengambilan Keputusan Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tujuan dan keputusan yang diambil.

  Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang.

  Faktor kedua adalah situasi yang tidak dapat diantisipasi. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk maksud keputusan tersebut.

  Perilaku Pasca Pengambilan Keputusan Sesudah keputusan diambil terhadap suatu produk, yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk telah dipilih, tetapi akan terus berlangsung hingga sesudah dipilih. Pengambilan keputusan merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan memilih atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut tidak sesuai dengan harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa kecewa, jika memenuhi harapan, pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan, maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

2.6 Ruang Lingkup Bank

  2.6.1 Pengertian Bank

  Menurut Undang-undang RI no. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Dari definisi tersebut menekankan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bagi bank.

  Sedangkan dari segi penyaluran dananya, bank tidak hanya memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga harus meningkatkan taraf hidup masyarakat.

  2.6.2 Fungsi Bank

  Siamat (2005:276) menyatakan bank umum memiliki fungsi pokok yaitu: 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi;

2. Menciptakan uang; 3.

  Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat; 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain

2.6.3 Peranan Bank

  Bank dan lembaga non bank, mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan, peranan tersebut adalah:

  1. Pengalihan aset Bank dan lembaga non bank, akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam waktu tertentu yang telah disepakati. Dalam hal ini, bank dan lembaga keuangan non bank telah berperan sebagai pengalihan aset dari unit surplus ke unit defisit

  2. Transaksi Bank dan lembaga non bank, memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa

  3. Likuiditas berupa giro, tabungan dan deposito. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dan dapat menempatkan dananya seseuai dengan kebutuhan dan kepentingannya 4. Efisiensi

  Peranan bank dan lembaga non bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif.

2.7 Bank Syariah

2.7.1 Sejarah Kemunculan Perbankan Syariah

  Didalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw.

  Rasulullah Saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah. Dan akhirnya Muhammada Saw meminta Ali bin Abi Thalib r.a. untuk mengembalikan semua titipan itu kepada pemiliknya.

  Seorang sahabat Rasulullah Saw., Zubair bin al-Awwam r.a., memilih tidak Zubair ini menunjukkan konsep yang berbeda yaitu, dengan mengambil uang sebagai pinjaman dan mempunyai hak untuk memanfaatkannya serta karena bentuknya pinjaman maka wajib untuk mengembalikannya secara utuh. Ada juga sahabat yang bernama Ibnu Abbas r.a pernah melakukan pengiriman uang ke Kufah dan Abdullah bin Zubair r.a melakukan pengiriman uang dari Makkah.

  Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab r.a. menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan menggunakan cek ini mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang pada saat itu diimpor dari Mesir. Selain itu, pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti

  , muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum

  mudharabah Muhajirin dan kaum Anshar.

  Dari hal tersebut menunjukkan, fungsi perbankan sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw., diantaranya seperti contoh ada sahabat nabi yang melaksanakan fungsi menerima titipan harta, ada yang melaksanakan pinjam-meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang memberikan modal kerja.

  Dalam perkembangan perbankan syariah modern, disejumlah negara Islam dan penduduk mayoritas Muslim mulai timbul usaha untuk mendirikan lembaga bank non riba. Hal itu terjadi setelah bangsa-bangsa Muslim memperoleh kemerdekaan dari para penjajah Eropa.

  Pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif dimasa modern Kesuksesan Mit Ghamr memberi inspirasi bagi umat Muslim diseluruh dunia, sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasikan dalam bisnis modern.

  Pada bulan Oktober 1975, akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank (IDB) yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan finansial untuk pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka untuk mendirikan bank Islam dinegaranya masing-masing, dan memainkan peranan penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan Islam. Kini, bank yang berpusat di Jeddah - Arab Saudi itu memiliki lebih dari 43 negara anggota.

  Kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar kebanyak negara, bahkan ke negara-negara Barat. The Islamic Bank

  

International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di

  Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Kini, bank–bank besar di negara Barat, seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Flaming telah membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan sesuai dengan syariat Islam.

  Di Indonesia sendiri, bank syariah dipelopori oleh Bank Muammalat Indonesia. Berdiri pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun

2.7.2 Pengertian Bank Syariah

  Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam (Muhammad, 2005:13). Bank syariah biasa disebut Islamic Banking atau interest free banking yaitu suatu sistem perbankan yang dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidak pastian atau ketidak jelasan (gharar) (Ali, 2008:1).

2.7.3 Karakteristik Bank Syariah

  Ada beberapa karakteristik yang dimiliki bank syariah sehingga terlihat jelas perbedaannya dengan bank kovensional, adapun beberapa karakteristik tersebut adalah: 1.

  Prohibition against the payment and receipt of a fixed or predeter mined rate . Metode bunga digantikan dengan metode bagi hasil (profit and loss

  of interest sharing )

  2. Requirement to operate through Islamic modes of financing.

  3. Ketika bank mengalami kerugian, nasabah menyimpan dana mungkin kehilangan dananya, menurut perbandingan pembagian laba/rugi.

  4. Beban biaya atas pelayanan bank syariah disepakati bersama pada saat pinjam atau pembiayaan dan dinyatakan dalam bentuk nominal, beban biaya tersebut utang setelah kontrak berakhir dilakukan kontrak baru.

  5. Dihindarinya penggunaan persentase atas pinjaman kredit dalam menentukan utang, hal ini menghindari berlipatnya beban biaya dan produk pinjaman yang memungkinkan terlambat dibayar.

  6. Proporsi bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan usaha yang diperoleh debitur.

  7. Bank syariah tidak menjanjikan jumlah keuntungan yang pasti kepada nasabah penyimpan dana dalam giro wadi’ah maupun tabungan/deposito mudharabah.

  Nasabah pemegang giro wadi’ah akan mendapat keuntungan berupa bonus, sedangkan pemegang tabungan/deposito mudharabah akan mendapatkan proporsi bagi hasil.

  8. Prinsip penjaminan (collateral) tidak dominan dalam pemberian kredit di bank syariah. Hal ini terlihat pada pembiayaan pembelian barang modal bahwa barang yang dibeli masih milik bank dapat dianggap sebagai jaminan sendiri selama belum dilunasi oleh debitur.

  9. Bank syariah tidak menjadikan uang sebagai komoditi. Hal ini berimplikasi pada pada pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah pada dasarnya berupa uang, melainkan pembiayaan barang atau jasa yang dibutuhkan debitur.

2.7.4 Prinsip Dasar Perbankan Syariah

  Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

  1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

  Wadi’ah dapat juga diartikan titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan

  kapan saja bila dikehendaki dari satu pihak ke pihak lain, baik sebagai individu maupun sebagai suatu badan hukum (Ali, 2008:23).

  Secara umum terdapat 2 (dua) jenis Al-wadi’ah: a. Wadi’ah yad Al-Amanah (Trustee Depository) Aplikasinya dalam perbankan syariah adalah safe deposit box. b.

  Wadiah yad adh-Dhamamah (Guarantee Depository) Diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

  2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing atau Syirkah)

  Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah: a.

  Al-Musyarakah Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk nasabah yang ingin melaksanakan proyek atau usaha, kemudian akan disepakati jumlah modal dan keuntungan bagi hasil untuk masing-masing pihak berdasarkan persentase keuntungan bersih dari hasil usaha tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat (Ali, 2008: 34).

  1) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih

  2) Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah b.

  Mudharabah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib

  al-maal ) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)

  dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan (Karim, 2006:103). Akad

  mudhrabah terbagi atas 2 (dua), yaitu:

  1) Mudharabah Muthlaqah adalah kerja sama antara shahibul al-maal dan

  mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

  2) Mudharabah Muqayyadah adalah kerjasama antara shahibul al-maal dan

  mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul al-maal mengenai tempat, cara dan obyek investasi.

  3) Prinsip Jual Beli (Ba’i)

  Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim, 2006:98). Prinsip jual beli terbagi atas: a.

  Murabahah dimana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.

  Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin) b. Salam

  Transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Bank bertindak sebagai pembeli sementara nasabah sebagai penjual.

  c.

  Istishna Akad jual beli antara pembeli dan produsen yang bertindak juga sebagai penjual. Bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembayaran manufaktur dan kontruksi.

  4) Prinsip Sewa (Ijarah)

  Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

  Ijarah terbagi kepada 2 (dua) jenis: a.

  Ijarah, sewa murni b.

  Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

  5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

  Bentuk produk yang berdasarkan prinsip antara lain: a.

   Alih Utang-Piutang (Hiwalah)

  Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier atau pemasok b.

  Gadai (Rahn) Tujuan akad Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

  c.

  Pinjaman Uang (Qardh) Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan uang tanpa mengharapkan imbalan. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah. d.

  Perwakilan (Wakalah) Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti L/C, inkaso dan transfer uang.

  e.

  Garansi Bank (Kafalah) dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu

  Kafalah kewajiban pembayaran.

  2.7.5 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional Karakteristik Bank Syariah Konvensional Business Framework

  Dewan Pengawas Syariah Memiliki DPS suntuk mengawasi setiap produk dan aktivitas bank

  Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)

  Tidak melakukan kegiatan ini Penyalahgunaan dana Menghindari hal ini yaitu tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan Murabahah

  Sebagai pendapatan bank Kegiatan social Pengumpul dan mendistribusikan zakat

  Denda dalam kredit/pembiayaan Diakui sebagai dana kebajikan (sumber qardh)

  (judi) Terkadang terlibat dalam speculative FOREX dealing

  maisir

  (ketidakpastian) dan

  Tidak mengenal dewan sejenis Larangan gharar Dilarangan gharar

  Hubungan dengan nasabah Kemitraan Kreditur dan debitur

  Seluruh aktivitas comply dengan syariah

  negative spreed

  dari negative spreed Sistem bunga yang mewajibkan bank membayar bunga sesuai dengan yang diperjanjikan diawal, bank rentan terhadap

  sharing atau revenue

sharing , bank terhindar

  Sistem profit and loss

  Orientasi bunga, sistem angsuran fixed/floating Larangan riba dalam simpanan

  Berdasarkan transaksi jual beli, bagi hasil, sistem angsuran tetap sejak awal s.d jatuh tempo pembiayaan

  tidak didasarkan pada hukum agama Islam Larangan riba dalam kredit/pembiayaan

  Secular principles dan

  Sumber: Bank Sumut UUS (Irawan, 2012)

2.8 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literatur (Kuncoro, 2003:48).

  Menurut Supranto dan Limakrisna (2011;16) pandangan seseorang tentang dirinya dan cara dia mencoba hidup ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor motivasi, persepsi, sikap, keluarga dan budaya.

  Motivasi merupakan daya penggerak didalam individu yang mendorong untuk menabung di Bank Syariah (Schiffman dan Kanuk, 2000:94) Persepsi merupakan proses yang dilalui seseorang dalam memilih, dirinya untuk mengambil keputusan menabung di Bank Syariah (Schiffman dan

  Kanuk, 2000:35).

  Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat memutuskan untuk menabung di Bank Syariah (Sumarwan, 2002: 136).

Dokumen yang terkait

BAB II PENGATURAN PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI SUBSISTEM DARI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA A. Sistem Pendidikan Nasional - Liberalisasi Pendidikan Dalam Kerangka GATS : Kajian Hukum Terhadap Pendirian Perguruan Tinggi Asing Di Indonesia

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Liberalisasi Pendidikan Dalam Kerangka GATS : Kajian Hukum Terhadap Pendirian Perguruan Tinggi Asing Di Indonesia

0 0 21

10. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik

0 2 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan

1 5 27

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

0 0 12

Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan

0 1 92

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan

1 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Lembaga Zakat 2.1.1 Pengertian Lembaga Zakat - Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)

0 4 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)

0 0 8

Analisis Persepsi dan Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Lembaga-Lembaga Zakat Di Kota Medan (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan)

0 0 10