BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

  Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda- beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial. Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwilaga (1982), dalam Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan (Rismayani, 2007). Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam biaya usahatani, diklasifikasikan 2 jenis biaya :

  1. Biaya tetap atau fixed cost Umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit.

  2. Biaya tidak tetap atau variable cost Merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh.

  Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Daniel, 2002).

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Produksi Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja.

  Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usaha tani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi keadaan fisiknya, lingkungannya, dan sebagainya. Sebagian faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

  Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut: 1)

  Biaya uang dan biaya in natura Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya penggarapan tanah, biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida dan lain-lain.

  Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura.

  2) Biaya tetap dan biaya variabel

  Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

  3) Biaya rata-rata dan biaya marginal

  Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).

2.2.2. Teori Pendapatan

  Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor (penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan di gudang pada akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan oleh usahatani. Pendapatan keluarga yang diperoleh petani berasal dari pendapatan bersih dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja keluarga (Soekartawi, 2003). Konsep Pendapatan Usahatani Hernanto (1996) mengemukakan bahwa kegiatan usahatani pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. dianalisis. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), setidaknya ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, serta menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan menggambarkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan usahatani.

  2.2.3. Teori Modal

  Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah K, 2009). Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal tetap adalah mesin, pabrik, gedung dan lain-lain.

  Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai, misalnya pupuk, pestisida dan lain- lain. Biaya modal yang bergerak diperhitungkan dengan harga biaya riil, sedangkan biaya modal tetap diperhitungkan dengan nilai penyusutan (Daniel, 2002).

  2.2.4. Teori Usahatani

  Usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian (Hernanto, 1996). Usahatani terdiri dari empat unsur pokok yaitu tanah, tenaga kerja, modal, serta pengelolaan. Menurut Soekartawi (1990), usahatani memiliki dua tujuan yaitu memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan konsep meminimisasi biaya berarti bagaimana menekan biaya produksi pada tingkat sekecil-kecilnya dalam suatu proses produksi. Biaya produksi merupakan korbanan yang dikeluarkan selama proses produksi, yang semula fisik, kemudian diberikan nilai rupiah (Hernanto, 1996).

  Seperti yang tercantum pada (National Regulatory System for Community

  Housing , 2014), viabilitas finansial adalah kemampuan usaha untuk menghasilkan

  pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya produksi, pengeluaran operasional, kewajiban finansial, pengeluaran mikro dan seluruh pernyataan pengeluaran hingga pertumbuhan usaha di masa depan. Viabilitas dipahami sebagai kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang . selama jangka waktu yang panjang Ada banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan pertanian, tiga faktor utama adalah likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Berbagai rasio yang digunakan dalam menilai setiap faktor dan mereka harus digunakan secara tidak terpisah satu sama lain. Viabilitas merupakan kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang selama periode waktu yang panjang. Ada tiga faktor utama untuk menghitung kelangsungan hidup pertanian yaitu: 1.

  Likuiditas adalah kemampuan pertanian untuk memenuhi komitmen keuangannya ketika jatuh tempo dalam kegiatan usaha normal.

  2. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan pertanian untuk membayar semua kewajiban melalui asetnya.

  3. Profitabilitas Profitabilitas adalah sumber daya yang cukup akan dihasilkan untuk pembayaran biaya dan utang yang telah dikeluarkan Viabilitas finansial ditentukan oleh tingkat pendapatan pertanian. Pendapatan sektor pertanian menunjukkan fluktuasi yang kuat dari waktu ke waktu karena fluktuasi harga dan hasil. Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh jumlah subsidi pertanian. Baik subsidi pupuk maupun subsidi di bidang pertanian (Wiebe F, 2007).

2.3. Penelitian Terdahulu

  Jufrianto (2014) dalam penelitian berjudul tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Viabilitas Finansial Petani Salak Padangsidimpuan di Kabupaten Tapanuli Selatan” menyimpulkan bahwa keberlanjutan keuangan petani (viabilitas finansial) di daerah penelitian tidak viabel . Dimana rata-rata pendapatan petani salak di daerah penelitian sebesar Rp 17.468.459,35/Thn dan rata-rata pengeluaran petani sebesar Rp 18.544.371/Thn.

  Sehingga petani didaerah penelitian memiliki kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

  Pirdon (2012) dalam penelitian berjudul “Analisis Usahatani Ubi Kayu di Desa Puluh Hali Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai” diperoleh produksi sebesar 3852.3 Kg/ petani dan 6695.2 Kg/ Hektar. Ini telah melampaui masing- masing titik impas (BEP) volume produksi yaitu sebesar 1328.7 Kg/petani dan 2669.8/hektar. Harga ubi kayu di Desa Puluh Hali adalah sebesar Rp.1.450/Kg telah melampaui masing-masing BEP harga produksi yaitu sebesar Rp. 413/ petani dan Rp. 418/ Hektar. Nilai R/C ratio pada usahtani ubi kayu di Desa Puluh Hali sebesar 3.89, dimana R/C > 1 dan B/C ratio sebesar 2.8 dimana B/C > 1 dan ROI adalah 2.89%. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani ubi kayu di Desa Puluh Hali layak untuk dikembangkan.

  Rani (2010) dalam penelitian berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum usahatani layak untuk diusahakan, hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak terlalu tinggi karena besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.

2.4. Kerangka Pemikiran

  Usahatani adalah mengorganisasikan (mengelola) aset dan cara dalam pertanian atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasikan sarana produksi pertanian untuk memperoleh hasil atau keuntungan. Petani dalam usahataninya menggunakan beberapa faktor produksi seperti lahan, sarana produksi dan tenaga kerja untuk memperoleh hasil keuntungan.

  Dalam usahatani ubi kayu di Kecamtan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, diperlukan biaya usahatani (input) untuk menghasilkan output. Output produksi yang dikalikan dengan harga jual ubi kayu akan menghasilkan penerimaan usahatani ubi kayu. Selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya input disebut dengan pendapatan bersih petani. Pendapatan yang dihasilkan, berhubungan dengan modal dan konsumsi (pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan). Ketika modal dan konsumsi diketahui, maka viabilitas dapat diketahui. Suatu usahatani dikatakan viabel apabila pendapatan lebih besar daripada modal dan konsumsi. Suatu usahatani dikatakan tidak viabel apabila pendapatan lebih kecil dari biaya produksi atau konsumsi.

  Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

  Usahatani Ubi Kayu Biaya Usahatani (Input/ K) Output

  Harga

  Viabel

  Penerimaan I ≥ K+ C Konsumsi (C)

  Pangan, Sandang, Viabilitas Pendapatan (I)

  Papan, Pendidikan, Kesehatan, Kesenangan I < K+ C

  Tidak Viabel

  

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

  Keterangan:

  I = Income (Pendapatan) C = Konsumsi K = Kapital (Modal)

2.5. Hipotesis Penelitian 1.

  Pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian lebih tinggi dari upah minimum regional.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

BAB II URAIAN TEORITIS - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 27

1 BAB I PENDAHULUAN - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 6

Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 12

BAB II - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 16

Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Karet 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

0 0 11

Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

0 0 7