EFEKTIVITAS PROGRAM PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI WILAYAH KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (WKBPP) KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA

  

EFEKTIVITAS PROGRAM PENYULUH PERTANIAN

LAPANGAN DI WILAYAH KERJA BALAI PENYULUHAN

PERTANIAN (WKBPP) KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN

NAGAN RAYA

  SKRIPSI Oleh :

  EDI SYAHPUTRA NPM. 07C10404026

  

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

  Pertanian merupakan sektor yang paling penting. Karena dengan semakin bertambahnya penduduk Indonesia maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan pangan. Sehingga sektor pertanian melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pangan dengan jalan intensifikasi, deversifikasi dan ekstensifikasi. Dalam pelaksanaannya petani memegang peran penting agar pembangunan pertanian lebih cepat berhasil, maka dari itu penyuluh pertanian sangat penting untuk mendorong dan menggerakkan petani-petani untuk melakukan usahataninya agar lebih efektif dan efisien. Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak dari semua kegiatan penyuluhan.

  Dengan penyuluhan yang baik dan mudah dipahami oleh petani maka transformasi ilmu yang diberikan dapat diterapkan oleh petani dalam usahataninya. Tapi kenyataannya, penyuluh pertanian kurang diperhatikan keberadaannya di daerah daerah pedesaan.

  Hal ini dapat dilihat dengan semakin menurunnya produksi pertanian dan beralihnya penduduk pedesaan dari bertani ke sektor industri juga kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian. Sehingga kesejahteraan petani kurang diperhatikan. Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu menetapkan Pepres No. 7/2005. Tentang RPJMN 2008 – 20011 sebagai Komite Politik Pembangunan Jangka Menengah dimana pada bab 19 terdapat Revitalisasi Pertanian.

  Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

  Penyuluhan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum yang secara inheren didalamnya terkandung maksud untuk memenuhi hak azasi setiap warga negara. Dalam ruang lingkup pembangunan pertanian, peranan penyuluhan mempunyai posisi yang penting. System penyuluhan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang serta bahan bak u industri. Memperluas lapangan kerja dan usaha, serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani. Dengan pelaksanaan system penyuluhan yang baik, terpola, tersusun, dan tepat, serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang produktif berupa peningkatan indikator – indikator dalam sektor pertanian pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikulutra, perikanan/peternakan dan kehutanan, pada khususnya.

  Balai penyuluh pertanian (BPP) yang melaksanakan Program penyuluhan pertanian kususnya tanaman padi sawah, Berdasarkan survei awal BPP telah Melaksanakan beberapa program penyuluhan kepada petani , dengan banyaknya program yang telah dilaksanakan, O leh karena itu peneliti tertarik memilih judul Analisis Efektifitas Program Penyuluhan Pertanian Di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, menjelaskan beberapa hasil kinerja yang telah dicapai oleh BPP Kecamatan Beutong K hususnya.

  1.2. Rumusan Masalah

  Peneliti perlu melakukan evaluasi apakah program Penyuluhan pertanian yang telah berjalan, efektif dalam mencapai tujuan dalam program tersebut atau tidak. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana perilaku Petani yang menjadi binaan BPP terhadap program penyuluhan yang dijalankan BPP. O leh karena itu, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana efektivitas Program Penyuluhan Pertanian pada BPP berdasarkan ketercapaian tujuan program, realisasi program, serta kesesuaian program dengan harapan Petani binaan Kecamata n Beutong ? 2. Bagaimana karakteristik petani binaan dalam program penyuluhan pertanian di kecamatan beutong ?

  3. Apakah karakteristik Petani Binaan BPP ada hubungannya dengan efektivitas program Program Penyuluhan ?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, 1. Mengetahui karakteristik umum Petani Binaan dalam Program Penyuluhan Peratanian BPP Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

  2. Menganalisis efektivitas Program Penyuluhan Pertanian pada Petani Binaan di Kecamatan Beutong.

  3. Menganalisis hubungan karakteristik Petani binaan dengan efektivitas Program Penyuluhan Pertanian.

1.4. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ii adalah,

  1. Bagi peneliti, sebagai tugas akhir dan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

  2. Bagi BPP, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan program penyuluhan Pertanian Lapangan agar dapat mencapai tujuan Program penyuluhan Pertanian.

3. Bagi pihak akademis dan petani sebagai informasi dan dapat membantu peneliti lain yang terkait serta menambah wawasan.

1.5. Hipotesis

  Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: H : Tidak ada hubungan yang nyata antara dua variabel H

  1 : Terdapat hubungan yang nyata antara dua variabel

  Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikansi adalah 5%. Sedangkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau tidaknya hubungan kedua variabel adalah: Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Efektivitas Program

  Weiss (1972) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kata yang elastis yang mewakili penilaian terhadap banyak hal. Program sosial dirancang untuk mengembangkan banyak orang. Program bisa memberikan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku individu. Dengan kriteria tertentu, penelitian mengenai evaluasi program akan menggambarkan kesimpulan mengenai keefektifan, manfaat, dan kesuksesan program yang diteliti. Untuk mengukur efektivitas suatu program, pengukuran dilakukan berdasarkan kesesuaian efek program dengan tujuan dari program tersebut. Weiss (1972) telah mengidentifikasikan beberapa jenis manfaat evaluasi keberhasilan program dalam pembuatan keputusan, diantaranya :

1. Untuk melanjutkan atau menghentikan program (continue or discontinue) 2.

  Untuk pengembangan prosedur dan pelaksanaan (to improve) 3. Untuk menambah atau mengurangi strategi dan teknik program spesifik

  (add or drop) 4. Untuk memulai program serupa di lain tempat (to institute) 5.

  Untuk mengalokasikan sumberdaya di antara program tandingan (to allocate)

  6. Untuk menerima atau menolak pendekatan program atau teori (accept or reject) Dalam evaluasi efektivitas program, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1.

  Temukan tujuan program

  5

  2. Ubah tujuan program ke dalam bentuk indikator yang dapat diukur pada ketercapaian tujuan

3. Kumpulkan data mengenai indikator pada partisipan atau peserta program 4.

  Bandingkan data dari peserta program dengan kriteria tujuan. Variabel input penelitian terdiri dari tujuan, prinsip, metode, peserta, lamanya berpartisipasi, lokasi, dan manajemen. Karakteristik partisipan juga dapat diklasifikasikan sebagai variabel input. Karakteristik peserta itu diantaranya seperti, usia, jenis kelamin, status ekonomi, sikap, motivasi menjadi partisipan, harapan terhadap progra m, dan lain- lain. Variabel operasional yang merupakan program itu sendiri 2.2.

   Penyuluhan Pertanian

  Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Menurut Samsudin (1980 ) penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan yang bersifat non formal atau sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu mengerjakan sendiri jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Pada saat ini keadaan penyuluh pertanian sangat diperlukan sekali keberadaannya. Untuk kondisi ideal atau yang sesuai penyuluh pertanian adalah:

  (a) Terselenggarannya penyuluh pertanian sesuai dengan undang- undang dan peraturan pelaksananya.

  (b) Terbentuknya kelembagaan penyuluh pertanian dari pusat sampai daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  (c) Terpenuhinya kebutuhan tenaga penyuluh pertanian yang profesional dari pusat sampai daerah.

  (d) Meningkatnya kemandirian dan keswadayaan petani dan keluarganya. (e) Tercapainya ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani.

  Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknolog- teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).

2.3. Peran Penyuluhan Pertanian

  Penyuluh menurut Roger (1983) diartikan sebagai seorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (sasaran penyuluhan) itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan.

  Peran penyuluh menurut Mosher (1968) mengungkapkan bahwa setiap penyuluh pertanian harus mampu melaksanakan peran ganda seperti :

  1. Guru, yang berperan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan ketrampilan) masyarakat sasarannya.

  2. Penganalisaan, yang selalu melakukan pengamatan terhadap keadaan

  (sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan dana dan kelembagaan yang ada dan masalah masalah serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat sasaran dan melakukan analisis tentang alternatif pemecahan masalah atau penentuan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

  3. Penasehat, untuk memilih alternatif perubahan yang paling tepat yang

  secara teknis dapat dilaksanakan secara ekonomi menguntungkan dan dapat diterima oleh nilai-nilai sosial budaya setempat.

  4. Organisator, yang harus mampu menjalin hubungan baik dengan segenap

  lapisan masyarakat (terutama tokoh masyarakat), mampu berinisatif bagi terciptanya perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan-kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan- perubahan yang direncana. Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan itu de ngan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T, 1993).

  Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada program dari pemerintah semata- mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari aparatur- aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya (Suryadi.A,1995).

2.4. Program Penyuluhan

  Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan, maka diperluka n penelitian secara ilmiah.

  Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai berikut:

  1. Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni: a.

  Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.

  b.

  Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan.

  c.

  Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan.

  d.

  Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda- metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.

  e.

  Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya.

  2. Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:

  a) Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang. b) Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan.

  c) Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasakan diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.

  3 Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:

  a) Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.

  b) Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.

  c) Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T, 1993).

  Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur.

  Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990).

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.

   Waktu Dan Tempat

  Penelitian ini direncanakan pelaksanaannya pada bulan agustus sampai dengan September 2013, di wilayah kerja balai penyuluhan pertanian (WKBPP) berdasarkan administratif terletak di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

  3.2. Metode Penelitian

  Penelitian yang direncanakan dapat dikatagorikan kedalam penelitian

  

explenatory atau Penelitian penjelasan. Menurut Masri Singarimbun (1982),

  penelitian penjelasan yaitu penelitian yang menyoroti hubungan variabel- variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan. O leh karena itu penelitian ini juga dinamakan penelitian hipotesa. Walaupun dalam uraian mengandung diskripsi, tetapi lebih sebagian rasional fokusnya terletak pada penjelasa n hubungan variabel.

  3.3. Metode Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan, sbb: a Kuisioner Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis. b Observasi

  Pengambilan data dengan cara mengamati para penyuluh pertanian lapangan saat melaksanakan tugasnya.

  12 c, Wawancara Pengumpulan data dengan cara mengajukan bebrapa pertanyaan secara lisan kepada responden berupa interviu guide.

  d. Okumentasi Pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis (dukumen-dokumen) yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian

  Teknik penentuan responden dilakukan dengan cara gugus bertahap ganda (multi stage cluster random sampling) yaitu suatu teknik dengan model pengelompokan secara bertahap. Sehingga dalam setiap kelompok yang terkecil, dilakukan penarikan responden secara acak sederhana, sebanyak menurut proposionalnya.

  Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tahap pertama, populasi dibagi menjadi kluster wilayah desa yang terdapat kelompok tani kelas madya.

2. Tahap kedua, mengambil sampel kelompok tani kelas madya sebanyak 10 % dari 54 kelompok yaitu sejumlah 5 kelompok tani.

  3. Tahap ketiga jumlah anggota kelompok tani induk dari kelas lanjut dan pemula yaitu 384 anggota di ambil 10% yaitu 38,4 populasi. Dan jumlah sampel kelompok dari masing- masing kelompok tani dan jumlah seluruh anggota dari masing- masing kelompok tani sebanyak 39 responden.

  Sedangkan penentuan jumlah responden dari masing- masing kelompok tani menurut Sugiono (1995). ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

  ) (n

  70

  39 Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data BPP Beutong jumlah

  8 Jumlah 384

  7

  80

  72

  Induk Induk

  Tamita Beuna Ci Tarasa

  5. Pante Ara MeunasahTeugoh

  7 4.

  3. Meunasah Dayah Tanoh Peut Sago Induk

  N n N k i

  8

  76

  2. Ujong Blang Teuluk Beutong Induk

  9

  86

  1. Blang Seumot Mangat Meurata Induk

  No . Desa Kelompok Tani Kelas Jumlah Populasi Jumlah Responden

  Tabel. 3.1 Daftar jumlah populasi dan penentuan responden

   Dimana : N i = jumlah responden masing- masing kelompok tani n k = jumlah sampel dari masing- masing kelompok tani N = jumlah keseluruhan populasi dan anggota kelompok tani n = jumlah sampel kelompok tani yaitu 39 responden.

  Kelompok Tani yang masih aktif hingga Desember 2012 sebanyak 54 kelompok Jumlah responden yang diambil adalah 10 persen (%) (5 kelompok) dari seluruh kelompok tani binaan, jumlah total populasi 384 kemudian diambil 10 persen (%) yaitu 38,4 Polpulasi anggota kelompok, maka jumlah keseluruhan responden dengan hitungan formula diatas adalah 39 responden dari seluruh kelompok tani yang ada di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

3.5. Variabel Yang Diamati 3.5.1. Klasifikasi variabel 1.

  Variabel Dependen Efektifitas program penyuluhan 2. Variabel Independen

  Pelatihan

  • Percontohan (Demplot)
  • Pedampingan -
  • 3.6.

  Evaluasi

   Analisis Data

  Data yang peroleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan dalam bentuk tabel baris sesuai dengan kebutuhan analisis, model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda (Sudjana, 1996 )

  Y= a+b

  1 X 1 +X 2 +X 3 +X 4 +..............X n

  Dimana: Y = Efektivitas program Penyuluhan Pertanian A = Konstanta

  X

  1 = Pelatihan

  X

  2 = Percontohan

  X

  3 = Pedampingan

  X

  4 = Evaluasi

3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

  Kuesioner yang disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian kuesioner yaitu uji validitas dan reliabilitas.

  Menurut Jogiyanto (2008), Uji Validitas menunjukkan bahwa suatu pengujian benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun rumus dari korelasi product moment yaitu sebagai berikut :

  n ∑XY −(∑X ∑Y) =

  2

  2

  2

  2 ( ∑ −∑ ∑ − ∑

  Keterangan : N = Jumlah Responden X = Skor masing- masing pernyataan dari tiap responden Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden

  Selanjutnya dilakukan Uji reliabilitas menunjukkan tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten yang besarnya ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas. Teknik uji realibilitas yang digunakan yaitu teknik Cronbach’s Alpha. Rumus pengujian realibilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha adalah :

  ∑ ² = 1 −

  − 1 ² Keterangan :

  a

  = Reliabilitas instrument (Cronbach’s coefficient alpha) k = Banyak butir pertanyaan ∑σb² = Jumlah ragam butir

  = Ragam total σt²

3.6.2. Skala Likert

  Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Skala ini mengukur tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Dalam skala Likert, kemungkinan jawaban tidak hanya “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dapat dibuat dengan banyak kemungkinan. Dengan menggunakan Skala Likert (Umar,2005) peneliti dapat memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. Pembobotan nilai jawaban dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bobot nilai jawaban responden

  Bobot Keterangan

  1 Sangat tidak setuju/ Sangat tidak penting

  2 Tidak setuju/ Tidak penting

  3 Cukup setuju/Cukup Penting

  4 Setuju/ Penting

  5 Sangat setuju/ Sangat penting 3.6.3.

   Analisis Diskriptif

  Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum dari petani Binaan Kecamatan Beutong, dan efektivitas program penyuluhan. Data mengenai karakteristik responden tersebut akan diperoleh melaui kuesioner dan kemudian d iklasifikasi dalam bentuk tabel (Umar, 2005). Data-data tersebut kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden dengan rumus sebagai berikut :

  P = 100% ∑ Dimana : P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu ƒi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑ƒi = Total jawaban

  Persentase terbesar yang diperoleh untuk masing- masing kategori merupakan jawaban yang paling dominan. Karakteristik responden yang akan diidentifikasi diantaranya, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis usaha, dan lama bertani.

  3.6.4. Tabulasi Silang (Crosstabs)

  Menurut (Siegel, 1992). Tabulasi silang adalah prosedur yang menyajikan deskripsi data dalam bentuk baris dan kolom. Tabulasi silang digunakan untuk melakukan analisis hubungan di antara baris dan kolom. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah data yang berskala ordinal dan nominal. Pengambilan keputusan pada tabulasi silang dilakukan berdasarkan perbandingan antara uji chi- square dengan tabel chi-square. Bila nilai hasil hitung chi-square kurang dari atau sama dengan tabel chi-square maka hipotesis diterima. Bila chisquared test menampilkan hasil kurang dari atau sama dengan 0,05, maka artinya ada hubungan antara baris dan kolom.

  3.6.5. Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performace Analysis (IPA) adalah sebuah metode untuk memetakan tingkat kepentingan atas kinerja tertentu dari sebuah produk.

  kemudian tingkat kepentingan tersebut dipetakan dalam diagram kartesius yang disebut Matriks IPA. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran yang masing- masing menjelaskan keadaan yang berbeda. Keadaan keadaan tersebut yaitu

1. Kuadran I (attribut estoimprove).

  Kuadran ini memuat atribut yang dianggap penting oleh mitra binaan tapi kinerja atribut tersebut kurang dari apa yang diharapkan. Atribut yang termasuk di kuadran ini harus ditingkatkan.

  2. Kuadran II (maintain performance). Kuadran ini membuat atribut yang dianggap penting oleh mitra binaan dan pelaksanaannya dianggap sudah sesuai harapan. Atribut di kuadran ini harus dipertahankan.

  3. Kuadran III (attributes to maintain). Kuadran ini memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh mitra binaan dan kinerja atribut tersebut kurang dari apa yang diharapkan. Peningkatan atribut yang masuk ke kuadran ini perlu dipertimbangkan karena tidak terlalu berpengaruh terhadap mitra binaan.

  4. Kuadran IV (attributes to de-emphasize). Kuadran ini memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh mitra binaan sedangkan kinerja perusahaan pada atribut ini terlalu tinggi sehingga dianggap berlebihan. Harus dilakukan efisiensi pada atribut di kuadran ini sehingga bisa menghemat biaya. Rumus yang digunakan dalam IPA adalah sebagai berikut:

  = 100% Keterangan : TK i = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan Yi = Skor penilaian kepentingan (Siegel, 1992).

3.6.6. Analisis Korelasi (Rank Spearman)

  Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi ini digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Khususnya data interval yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Rumus korelasi Rank Spearman (Siegel, 1992): 6 di ²

  −1

  r s = 1 −

  ³ − Keterangan: rs = Koefisien korelasi N = Jumlah sampel penelitian di = Selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke- i Apabila dalam perhitungan ditemukan angka kembar, maka menggunakan rumus:

  2

  2

  ∑ ∑ − ∑ ²

  • =
  • 2 ∑ ² ∑ ²

      Keterangan: rs = Koefisien korelasi N = Jumlah sampel penelitian di = Selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke- i

      Melalui program SPSS 17.00 for Windows maka kita tidak perlu melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus di atas. Komputer akan mengeluarkan output hasil pengolahan dan kita dapat langsung menganalisis serta mengambil keputusan dari output tersebut. Hal yang dapat dianalisis dari output tersebut dengan melihat nilai korelasi (nilai rs) dan nilai probabilitasnya. rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna positif (mendekati 1, hubungan kuat dan positif) rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna negatif rs = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan

      Mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diinterprestasikan melalui pedoman yang tertera pada tabel 3.3.

    Tabel 3.3. interprestasi koefesien korelasi

      

    Inte rval koefesien Tingkat Hubungan

      0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat

      0,80 - 1,00 Sangat Kuat Untuk menguji tingkat signifikasi rs digunakan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 %. Menurut Siegel (1997) digunakan rumus, sebagai berikut :

      N 

      2 t  rs 2 1  rs Keterangan : t = tingkat signifikasi rs = koefisien rank spearman N = Jumlah sampel Kriteria pengambilan keputusan : 1.  = 0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada

      Jika t hitung > t tabel ( hubungan signifikan antara Efektivitas Program Penyuluhan Pertanian terhadap keberhasilan Program Pennyuluhan Pertanian Di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. 2. = 0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak ada

      

      Jika t hitung < t tabel ( hubungan signifikan antara Efektivitas Program Penyuluhan Pertanian terhadap keberhasilan Program Pennyuluhan Pertanian Di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Karakteristik responden

      Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 39 orang petani yang ada diwilayah kerja balai penyuluhan pertanian Kecamatan Beutong.

      Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, Seluruh responden menjadi petani dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ingin mengembangkan usaha yang mereka jalankan. Petani yang hampir seluruhnya telah berkeluarga ( berstatus menikah) ini sebagian besar memperoleh informasi mengenai penyuluhan pertanian melalui rekomendasi teman dan melalui pihak pemerintah langsung.

      Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jenis usaha dan lama ber tani dengan binaan penyuluhan. Petani Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan raya memiliki karakteristik sebagai berikut, :

    1. Jenis Kelamin

      Jenis Kelamin 55% 45% la ki-la ki

      Wa nita

      Gambar 1. Jenis kelamin responden Petani Kecamatan Beutong yang bersedia menjadi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 21 orang responden (55%) berjenis kelamin laki- laki dan 18 orang sisanya (45%) berjenis kelamin perempuan.

    2. Usia

      Gambar 2. Usia responden

      Sebagian besar responden memiliki usia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 25 orang (64%) . Sisanya adalah 7 orang (18%) berusia 31-40 tahun, 6 orang berusia 24-30 tahun (15%) dan 1 orang berusia 17-23 tahun (3%).

    3. Pendidikan

      Gambar 3. Pendidikan responden

      Usia 17-23 tahun 24-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun

      Pendididkan SD/SMP SMA/SMK D3 S1 S2

      64 % 18 %

    15%

    3%

      28% 49% 10% 13% Berdasarkan Tingkat pendidikan responden, yang paling dominan adalah Kelompok tani dengan tingkat pendidikan terakhir pada jenjang SMU/SMK sebanyak 19 orang (49%). Selanjutnya terdapat 10 orang Kelompok tani dengan pendidikan terakhir pada jenjang SD/SMP (28%) dan sisanya 1 0rang dengan pendidikan S2 (. Karena itu, Kelompok tani perlu untuk dibina melalui kegiatan Penyuluhan Pertanian agar mampu mengembangkan usaha yang dimiliki. Sisanya adalah 4 orang dengan pendidikan S1 (10%), 5 orang dengan pendidikan D3 (13%).

    4.2. Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian

      Kegiatan Penyuluhan pertanian dilaksanakan dalam beberapa jenis kegiatan, yaitu kegiatan Pelatihan, Percontohan, Perdampingan dan evaluasi.

      Weiss (1972) menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan dilakukan berdasarkan kesesuaian efek kegiatan dengan tujuan dari kegiatan tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengukuran efektivitas Kegiatan Penyuluhan berdasarkan ketercapaian tujuan dari kegiatan Penyuluhan yang dilaksanakan pada Kelompok tani Kecamatan Beutong.

    1. Realisasi Kegiatan Penyuluhan

      Terlebih dahulu peneliti menyajikan data realisasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian dengan melihat Kegiatan yang diperoleh Kelompok tani melalui Kegiatan Penyuluhan. Data ini disajikan untuk melihat apakah Pemerintah memberikan kegiaatan-kegiatan ini kepada Kelompok Tani. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut,

    Tabel 4.1. kegiatan Penyuluhan yang Di peroleh kelompok tani

      Kegiatan Skor rataan Urutan peringkat Keterangan

      Pelatihan 3,59

      1 Efektif Percontohan 2,88

      3 Tidak Efektif Perdampingan 2,72

      4 Tidak Efektif Evaluasi 3,13

      2 Cukup Efektif Sumber data primer diolah 2013

      Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan yang paling efektif dalam realisasinya terhadap seluruh responden adalah kegiatan Pelatihan karena memiliki skor rataan terbesar yaitu 3,59 (dari skala maksimal 5,00) dengan predikat Efektif. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden, responden merasa antusias untuk ikut serta dalam Pelatihan yang ditawarkan Pemerintah karena ingin menambah wawasan yang dimiliki, selain itu waktu pelaksanaan pelatihan yang tidak terlalu lama juga mempermudah responden untuk menghadiri pelatihan tanpa harus meninggalkan usaha terlalu lama. Dan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak PPL BPP Kecamatan Beutong, Kegiatan Pelatihan memang diadakan minimal satu tahun sekali dan materi yang diberikan bisa disesuaikan dengan keinginan dari Kelompok tani.

      Kegiatan yang memiliki skor rataan paling rendah adalah Kegiatan Perdampingan dengan nilai skor rataan sebesar 2,72 (Tidak Efektif). Pemerintah cukup sering mengadakan kegiatan Kompetisi bagi Kelompok tani sebagai Kegiatan perdampingan, namun beberapa Kelompok tani kesulitan untuk mengikuti kegiatan karena mereka sibuk untuk mengurus usaha masing- masing terkait waktu kegiatan yang cukup lama yaitu selama 1 minggu, dan lokasi kegiatan yang diadakan cukup jauh dari Kelompok tani. Pemerintah juga telah mempertimbangkan hal tersebut sehingga Pemerintah lebih meprioritaskan usaha Kelompok tani yang memang memungkinkan untuk mengikuti kegiatan.

      Pemerintah perlu mengetahui perilaku Kelompok tani agar pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian bersama Kelompok tani bisa menjadi lebih efektif di masa yang akan datang untuk tercapainya tujuan Pemerintah di dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian ini. Untuk itu peneliti menyajikan data mengenai Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang dipentingkan Kelompok tani. Melalui data ini kita dapat mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang lebih dipentingkan oleh Kelompok tani Pemerintah di dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain itu, peneliti juga dapat melihat apakah kegiatan yang diperoleh responden saat ini sesuai dengan yang dipentingkan oleh responden. Data dapat dilihat dalam Tabel 4.2. berikut, Tabel 4.2.Kegiatan penyuluhan yang dipentingkan Kelompok tani

      Kegiatan Skor rataan Urutan peringkat Keterangan

      Pelatihan 3,25

      2 CukupPenting Percontohan 3,05

      3 Cukup Penting Perdampingan 2,98

      4 Cukup Penting Evaluasi 3,55

      1 Penting

      Data primer diolah 2013

      Sumber: Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan yang paling dipentingkan

      Kelompok Tani adalah Kegiatan Evaluasi karena memiliki skor rataan tertinggi yaitu 3,55 (dari skala maksimal 5,00) dengan predikat Penting. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, hampir seluruh responden yang menjadi Kelompok Tani dengan tujuan ingin memperoleh hasil penyuluhan yang lebih baik dari Evaluasi, disamping tujuan untuk mengembangkan Ilmu. Karena itu responden menganggap bahwa Kegiatan Evauasi penting. Kemudian untuk kegiatan yang memiliki skor rataan paling rendah adalah Kegiatan Perdampingan dengan nilai skor rataan sebesar 2,99 ( cukup Penting). Beberapa responden menganggap bahwa usaha yang mereka jalankan seperti membajak tidak memerlukan pedampingan seperti yang diberikan Balai penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong. Responden menganggap Pedampingan tidak akan mempengaruhi tingkat produksi pada usahatani mereka.

      Bila dibandingkan antara Kegiatan Penyuluhan yang diperoleh dan yang dipentingkan responden sebagai Kelompok Tani terlihat adanya perbedaan pada kedua kategori tersebut. Dalam realisasi kegiatan bila diurutkan, yang paling efektif diperoleh responden adalah kegiatan Pelatihan, kemudian kegiatan Evaluasi, kegiatan percontohan dan yang terakhir adalah kegiatan perdampingan. Sedangkan, untuk kegiatan yang dipentingkan responden dalam pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan , bila diurutkan, yang paling dipentingkan responden adalah kegiatan Evaluasi, kemudian kegiatan pelatihan, percontohan, dan yang terakhir adalah kegiatan perdampingan. Terdapat perbedaan antara kegiatan pada peringkat 1 dan 2 pada kedua kategori tersebut , Kegiatan pelatihan menempati urutan atau peringkat pertama pada kategori kegiatan Penyuluhan yang diperoleh responden, sedangkan untuk kegiatan Evaluasi menempati urutan atau peringkat kedua, sedangkan untuk kategori kegiatan Penyuluhan yang dipentingkan responden terjadi keadaan yang sebaliknya, yaitu kegiatan Evaluasi terdapat pada urutan atau peringkat pertama, sedangkan kegiatan pelatihan pada peringkat kedua.

      Berdasarkan keadaan dilapangan, perbedaan ini terjadi karena pada kegiatan Evaluasi, tingginya harapan responden untuk mendapatkan tambahan dan perbaikan kinerja stake holder sedangkan pada realisasinya tidak semua responden dapat dipenuhi harapannya, karena Pemerintah memiliki pertimbangan tertentu untuk Kegiatan pertanian yang diberikan pada responden dengan menyesuaikannya dengan nilai loyalitas Kelompok tani dan kemampuan responden untuk mengembangkan usaha pertaniannya tersebut, agar tidak menyulitkan responden itu sendiri dimasa yang akan datang.

      3. Ketercapaian tujuan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Penilaian efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian berdasarkan ketercapaian tujuan pada Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang dirasakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut,

    Tabel 4.3. Kegiatan penyuluhan pertanian dan ketercapaian tujuan

      Kegiatan Penyuluhan Pertanian Skor Rataan Keterangan

      Pengetahuan 3,21 Cukup Efektif Kemampuan 2,79 Cukup Efektif

      Pelatihan Materi 3,18 Cukup Efaktif

      Rata-rata

      3.06 Cukup Efektif

      Saran dan arahan 3,15 Cukup Efektif Percontohan: Mengikuti kegiatan 3,28 Cukup Efektif

      Rata-rata 3,21 Cukup Efaktif

      Saran dan arahan 2,82 Cukup Efaktif Perdampingan Tertarik 2,67 Cukup Efaktif

      Rata-rata

      2.75 Cukup Efaktif

      Saran dan arahan 3,33 Cukup Efektif Evaluasi Mengikuti kegiatan 3,38 Cukup Efaktif

      Rata-rata

      3.36 Cukup Efektif

      Produksi 3,00 Cukup Efektif Perkembangan

      Laba 3,08 Cukup efektif Kegiatan

      Rata-rata

      3.04 Cukup efektif Secara Keseluruhan 3,09 Cukup efektif

      Sumber: Data Primer diolah 2013

      Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan penyuluhan berdasarkan hasil ketercapaian tujuan kegiatan yang dirasakan responden diatas memiliki skor rataan sebesar 3,09 yang artinya tujuan kegiatan penyuluhan tercapai secara cukup efektif. Maka terdapat beberapa penjelasan mengenai hasil tersebut, yaitu : a. Kegiatan Pelatihan

      Kegiatan Pelatihan pada penelitian ini terdiri dari tiga atribut yaitu, atribut Pengetahuan yang artinya meningkatnya pengetahuan yang

      pertama,

      dirasakan responden setelah mengikuti kegiatan pada kegiatan Pelatihan. Atribut ini memiliki skor rataan tertinggi dalam kegiatan pelatihan yaitu 3,21 ( cukup Efektif). Artinya responden merasakan adanya peningkatan dari pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki sebelumnya setelah mengikuti kegiatan dalam kegiatan pelatihan. Misalnya, pada pelatihan Manajemen usahatani dan Pemberantasan hama dengan cara sederhana responden merasa memperoleh pengetahuan baru mengenai tips dan trik dalam dunia usaha serta cara pembukuan sederhana dalam keuangan usaha mereka yang sebelumnya tidak mereka ketahui, dan bagi responden yang telah berpendidikan tinggi, mereka merasa dengan pelatihan dapat me-refresh pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Maka, tujuan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani melalui kegiatan Pelatihan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.

      Kedua , atribut Kemampuan yang artinya meningkatnya kemampuan

      Kelompok Tani dalam menjalankan usahanya setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 2,79 (Efektif). Artinya, responden merasakan adanya peningkatan kemampuan mereka dalam menjalankan usaha dilihat dari kemampuan responden dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan pada usaha masing- masing responden. Misalnya, responden dapat menyiasati usaha mereka agar dapat meningkatkan produksisi berdasarkan masukan tips yang diberikan dalam pelatihan. Maka, tujuan pemerintah untuk meningkatkan kemampuan responden dalam menjalankan usahatani dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.

      , atribut Materi yang artinya kesesuaian materi pelatihan yang

      Ketiga

      diberikan dengan usaha yang dijalankan Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,18 (cukup Efektif). Artinya responden merasa bahwa isi materi yang mereka terima dalam pelatihan telah sesuai dengan usaha yang dijalankan karena memungkinkan responden untuk menerapkan materi tersebut dalam usaha mereka. Misalnya pada pelatiha n Manajemen tani dan perhitungan biaya produksisi, kedua materi tersebut sesuai dan memungkinkan responden untuk menerapkannya pada usaha mereka.

      Ketiga atribut ditentukan berdasarkan tujuan dari kegiatan pelatihan. Berdasarkan skor rataan Kegiatan Pelatihan secara keseluruhan, ketercapaian tujuan kegiatan pelatihan memiliki skor rataan sebesar 3,06 (cukup Efektif).

      Artinnya tujuan pemerintah di dalam kegiatan Pelatihan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.

      b. Kegiatan Percontohan Kegiatan Percontohan dalam penelitian ini terdiri dari dua atribut yaitu,

      

    pertama , atribut saran dan arahan yang artinya memberikan saran dan arahan

      kepada petani untuk melakukan usahataninya dan membantu mengatasi kendala usaha Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,15 (cukup Efektif). Artinya responden pernah mendapatkan simpati serta inspirasi dari percontohan yang di buat oleh pembina yaitu pihak pemerintah (supervisor Kegiatan Penyuluhan) dibantu dengan pihak lain yang bekerjasama dengan pemerintah. Maka, tujuan pemerintah untuk memberikan saran dan arahan dalam membantu mitra mengatasi kendala usahanya, dapat dikatakan efektif. atribut mengikuti kegiatan yang artinya Kelompok Tani mengikuti

      Kedua,

      kegiatan percontohan dalam melaksanakan usahatani dengan lahan- lahan percontohan. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,28 (cukup Efektif).

      Artinya responden sangat termotivasi dengan demplot yang buat oleh pihak pemerintah. Berdasarkan informasi dari responden Maka, tujuan pemerintah untuk membuat Kelompok Tani termotivasi dalam berusahatani dapat dikatakan cukup efektif.

      Berdasarkan skor rataan Kegiatan Percontohan secara keseluruhan, ketercapaian tujuan kegiatan Percontohan memiliki skor rataan sebesar 3,21 (cukup Efektif). Artinnya tujuan pemerintah di dalam kegiatan Percontohan secara keseluruhan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.

      c. Kegiatan Perdampingan Kegiatan Perdampingan dalam penelitian ini terdiri dari dua atribut, yaitu pertama, atribut saran dan arahan yang artinya adalah memberikan arahan dan saran perdampingan kepada Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 2,82 (Efektif). Artinya responden setuju bahwa pemerintah telah memfasilitasi mereka dalam perdampingan. Misalnya, responden memberikan kesempatan untuk PPL turun kesawah bersama petani. Selain itu, pihak pemerintah juga membantu mendampingi Kelompok Tani kepada Kelompok Tani lainnya. Maka, dengan penjelasan tadi, tujuan Pemerintah untuk memberikan fasilitas perdampingan kepada Kelompok Tani dapat dikatakan efektif.

       Kedua, atribut mengikuti kegiatan yang artinya renponden mengikuti