BAB 1 KONSEP PERUBAHAN SOSIAL - BAHAN AJAR PERUBAHAN SOSIAL

  BAHAN AJAR PERUBAHAN SOSIAL Semester II/2 Sks Oleh Tri Suminar JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 Deskripsi Mata Kuliah: Menganalisis teori-teori perubahan sosial sebagai bekal kemampuan merancang atau mendesain program-program pendidikan luar sekolah di masyarakat.

  Standar Kompetensi :

  Memahami konsep perubahan sosial dan perubahan budaya dan ruang lingkup perubahan sosial.

  1. Menjelaskan pengertian perubahan sosial dan perubahan budaya

  2. Menjelaskan ruang lingkup dan obyek perubahan sosial

  Tujuan Pembelajaran:

  1. Menjelaskan konsep perubahan sosial dari beberapa pakar sosiologi

  2. Menjelaskan perbedaan perubahan sosial dengan perubahan budaya

  3. Menjelaskan ruang lingkup perubahan sosial

  Materi Pokok:

  Perubahan sosial merupakan proses wajar, gradual bertahap, tidak pernah terjadi secara radikal dan berlangsung terus menerus. Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Perubahan di masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma- norma sosial, pola-pola perilakuaan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan interaksi sosial. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Jenis masyarakat ada yang statis dan ada yang dinamis terhadap perubahan sosial. Pada masyarakat statis, sedikit mengalami perubahan dan perubahan umumnya berjalan lambat. Sebaliknya masyarakat yang dinamis mengalami berbagai perubahan dan umumnya terjadi dengan cepat. Ilustrasi perubahan contohnya adalah orang-orang desa sudah mengenal sistem perdagangan, transportasi, media, komunikasi dan teknologi.

  Perubahan dalam masyarkat bukan semata-mata berarti suatu kemanjuan (progress) atau perubahan sosial menuju ke perubahan yang positif, namun dapat pula berarti kemunduran atau perubahan menuju ke arah negatif. Perubahan sosial merupakan suatu fenomena sosial yang nyata, sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Terkait dengan pembangunan, maka suatu pembangunan hanya dapat dicapai melalui proses perubahan sosial. Terkait dengan modernisasi, perubahan sosial membuka jalan menuju ke arah perubahan yang positif atau kemajuan. Dengan demikian dalam pembangunan dan modernisasi dibutuhkan suatu perubahan sosial yang progresif.

  Para ahli sosiologi mendefinisikan perubahan sosial adalah sebagai berikut:

  

1. Gillin & Gillin (1957): perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara

  hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik oleh karena perubahan- perubahan, kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk

  (pekerjaan, usia, gender), ideologi (pandangan hidup) maupun karena adanya

  difusi atau penemuan-penemuan baru (rangkaian dari kebudayaan) dalam masyarakat tersebut.

  

2. Samuel Koenig (1957): perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam

struktur dan fungsi masyarakat (melalui proses sosial).

  

3. Roucek & Warren (1984): perubahan sosial adalah perubahan dalam proses

sosial atau dalam struktur masyarakat.

  Struktur social adalah jalinan antara susunan antara unsure-unsur social pokok yang terdiri dari :  Kelompok social (keluarga, kelompok anak sekolah)  Lembaga social/pranata social (perkawinan)  Norma social (aturan yang operasional)  Stratifikasi (berkelas) social, didasarkan atas keturunan, pangkat, pendidikan dan kekayaan. Proses social adalah pengaruh timbal balik antara berbagaibidang kehidupan bersama. Bidang kehidupan bersama meliputi :

   Segi ekonomi dengan segi politik  Segi pendidikan dengan segi ekonomi  Segi hukum dengan segi politik  Segi pendidikan dengan segi pengembangan ilmu pendidikan Contoh dari perubahan social yang diakibatkan adanya proses social antara bidang pendidikan dan politik adalah adanya kebijakan kurikulum 2013. Beberapa pakar menilai bahwa munculnya kebijakan ini adalah karena pemerintah ingin member kenang-kenangan sebelum pergantian kepemimpinan. Dari guru sendiri menilai bahwa kebijakan ini kurang baik. Karena ketika kurikulum lama sedang dalam proses kelembagaan, munculnya kurikulum baru menyebabkan guru harus belajar lagi mulai membiasakan diri lagi karena kunci sukses keberhasilan kurikulum baru terletak pada guru. Bentuk utama proses social adalah INTERAKSI SOSIAL :  Orang perorangan  Kelompok dengan kelompok  Orang dengan kelompok

  

4. Kingsley Davis (1960): perubahan sosial sebagai sebagai perubahan yang terjadi

  dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis, menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

  

5. Bruce J. Cohen: perubahan sosial adalah suatu perubahan struktur sosial dan

perubahan pada organisasi sosial.

  

6. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: perubahan sosial adalah segala

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

  masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk diantaranya kelompok-kelompok dalam masyarakat. System social adalah kehidupan social, harus terdapat :

   Dua orang atau lebih  Terjadi interaksi antara mereka  Mempunyai tujuan  Memiliki struktur (sytatifikasi social dan norma), symbol (visi misi), dan harapan bersama yang dipedomani.

  

7. Soedjono Dirdjosiswojo (1985): perubahan sosial sebagai perubahan

  fundamental yang terjadi dalam struktur sosial, sistem sosial dan organisasi sosial.

  

8. Ogburn dan Nimkoff (1964): ruang lingkup perubahan sosial meliputi: unsur-

unsur kebudayaan, baik yang material (wujudnya fisik bisa dilihat dan

  dipelajari contoh buku, pensil, laptop, sepeda motor.) maupun yang immaterial (ideology, ide), yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur budaya immaterial. Kondisi sosial primer yang menyebabkan perubahan, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan biologis.

  Contoh : hadirnya internet (kebudayaan material) memunculkan ide bisnis online (kebudayaan immaterial) sehingga merubah pola prilaku dan interaksi dalam bisnis.

  

9. Mac lver (1937): perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan dalam

  hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equiliberium) hubungan sosial.

  Selain pendapat para pakar di atas, perubahan sosial menurut Rogers (1971) sebagai perubahan struktur dan fungsi dalam sistem sosial. Etzioni memandang perubahan sosial sebagai reformulasi dari suatu bentuk sosial yang tidak seimbang, ke arah terjadinya keseimbangan yang mantap, dan terjadilah bentuk keseimbangan yang baru. Lippitz mengemukakan bahwa perubahan sosial mencakup perubahan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang terjadi dalam organisasi atau individu, situasi maupun proses. Smith menggambarkan perubahan sosial sebagai proses integrasi, diferensiasi dan adaptasi. Lensky menyamakan perubahan sosial dengan inovasi yang terjadi baik melalui invetion, discovery ataupun difusi dari perubahan (pembaharuan). Zalman dan Duncan menyimpulkan perubahan sosial adalah pembelajaran kembali individu atau kelompok sebagai reaksi terhadap adanya tuntutan aktivitas dalam situasi baru, yang menghasilkan perubahan baik dalam bentuk dan/atau fungsi sistem sosial. Seseorang merubah perilakunya apabila menghadapi situasi yang baru menuntut adanya perubahan tingkah laku.

  Hampir semua perubahan besar mencakup perubahan sosial dan budaya. Oleh karena itu penggunaan kedua istilah yang berbeda tersebut seringkali ditukar- pakaikan dan tidak terlalu diperhatikan. Teori yang membedakan antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan berasal dari pandangan tentang pengertian masyarakat dan kebudayaan.

  Davis (1960) menjelaskan perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

  Perubahan dalam kebudayaan ruang lingkupnya lebih luas. Kebudayaan meliputi segenap tingkah laku, cara berpikir yang muncul dari interaksi yang bersifat komunikatif, seperti penyampaian buah pikiran serta simbolis dan bukan karena warisan berdasarkan keturunan. Perubahan kebudayaan meliputi perubahan dalam kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, aturan-aturan, serta bentuk organisasi sosial. Sosiolog akan cenderung melihat perubahan kebudayaan berpangkal dan muncul dari organisasi sosial serta mempengaruhinya. Davis (1960) mendefinisikan masyarakat sebagai sistem hubungan antara organisasi-organisasi dan bukan hubungan antara sel-sel. Perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Perubahan sosial antara lain meliputi perubahan dalam distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, penurunan kadar kekeluargaan dan informalitas antar tetangga karena urbanisasi, perubahan peran antara suami dan istri karena adanya kemitra sejajaran antara laki- laki dengan perempuan (gender).

  Taylor (1871) mendefiniskan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang nomatif. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut. Perubahan kebudayaan dapat meliputi penemuan dan penyebaran mobil, penambahan kata-kata baru terhadap bahasa kita, perubahan konsep tata susila dan moralitas, bentuk seni baru.

  Tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan, sebab sulit untuk menentukan pemisah antara masyarakat dengan kebudayaan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, dan tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Selo Soemardjan (1964) mendefinisikan perubahan-perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara-cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

  Lingkup perubahan sosial dapat sangat luas meliputi berbagai bidang,

  seperti bidang pendidikan, ekonomi, hukum dan teknologi. Sebaliknya perubahan sosial dapat terjadi hanya meliputi bidang tertentu dan terbatas pula ke dalamnya. Perilaku sosial dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok sosial, kelompok besar maupun kelompok yang sangat besar. Perubahan sosial dapat terjadi pada suatu bidang tertentu yang akan berlaku pada masyarakat luas, misalnya timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian lingkungan di dalam pembangunan.

  Lingkup perubahan sosial yang sangat luas memerlukan adanya

pembatasan, agar analisis tidak menjadi kabur. Laur (1989) membuat deskripsi

  tingkat analisis perubahan sosial sebagai berikut:

  

Tabel: Lingkup Perubahan Sosial

Tingkat Analisis Wakil Kawasan Studi Wakil Unit-unit Studi

  Global Organisasi internasional GNP, data perdagangan Peradaban Lingkungan kehidupan Inovasi ilmiah, kesenian dan

  peradaban atau pola-pola inovasi lain, institusi sosial perubahan lain ( misalnya: evolusioner atau dialektika)

  Kebudayaan Kebudayaan material, Teknologi, ideologi, nilai-nilai.

  kebudayaan non material

  

Masyarakat Sistem stratifikasi, Pendapatan, kekuasaan dan gengsi

  struktur, demografi, peranan, pertumbuhan penduduk, kejahatan tingkat pembunuhan

  Institusi Ekonomi, pemerintahan, Pendapatan keluarga, pola

  agama, perkawinan dan pemilihan umum, kemaah gereja keluarga, pendidikan dan masjid, tingkat perceraian, proporsi pendidikan di Perguruan Tinggi. Contoh : pada masa pergantian gubernur, jika pemimpin berubah maka aka nada kebijakan-kebijakan baru (situasi politis pemerintahan pada tingkat analisis intitusi.)

  Organisasi Struktur, pola interaksi, Peranan, klik, persahabatan,

  struktur kekuasaan, administrasi atau tingkat produksi, produktivitas. output para pekerja.

  Contoh : ada organisasi persepakbolaan terjadi interaksi kompetisi, adanya olimpiade, kompetisi UKM paling produktif.

  Interaksi Tipe interaksi, komunikasi Jumlah konflik, kompetisi atau

  kedekatan, intensitas partisipasi partisipasi interaksi, kerjasama, hubungan timbal balik (dosen dan siswa)

  

Individu Sikap Keyakinan mengenai suatu inovasi,

  berbagai persoalan aspirasi Sumber: Basrowi, 2006: 157 Contoh pada hal-hal apa saja perubahan social terjadi di dalam kawasan interaksi individu dengan individu : hubungan antara dua individu yang sedang dalam proses pendekatan untuk menyatukan visi misi hidup yang selanjutnya akan diteruskan dalam hubungan perkawinan.

  Evaluasi 1. Jelaskan definisi konsep perubahan sosial dengan bahasa Anda sendiri.

  2. Jelaskan ruang lingkup kajian perubahan sosial berdasarkan tingkat analisisnya.

  3. Jelaskan perbedaan perubahan sosial dengan perubahan budaya.

  4. Jelaskan hubungan perubahan sosial dengan perubahan budaya.

  2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial.

  3. Menjelaskan faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari dalam masyarakat sendiri dan dari luar masyarakat.

  Materi:

  A. Pengantar Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama. Norma-norma dan lembaga sosial atau sarana penghidupan lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Selo Soemardjan (1964) membedakan penyebab perubahan sosial budaya dari dua golongan besar, yakni dari dalam masyarakat dan dari luar masyarakat. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial ini disebut faktor penentu perubahan sosial budaya (Paul B. Horton, 1999).

  B. Proses Perubahan Sosial Pada dasarnya ciri-ciri dari proses perubahan sosial antara lain:

  1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat.

  2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Oleh karenanya proses perubahan sosial merupakan suatu mata rantai.

  3. Masyarakat pada umumnya mengidamkan keserasian atau harmoni (social

  equiliberium). Jika terjadi ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment).

  4. Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara dalam proses penyesuaian. Penyesuaian dalam masyarakat mencakup: (a). penyesuaian dari lembaga kemasyarakatan, (b). penyesuaian dari individu dan ada dalam masyarakat.

  5. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja, sebab kedua aspek ini memiliki kaitan timbal balik yang kuat.

  6. Secara tipologis, perubahan sosial dikategorikan sebagai: proses sosial, segmentasi, perubahan struktur, dan perubahan dalam struktur kelompok.

  William F. Ogburn menjelaskan proses perubahan sosial meliputi:

  1. Penemuan : merupakan persepsi manusia yang dianut bersama mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Perubahan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan.

  2. Invensi : merupakan suatu kombinasi baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Unsur-unsur sudah ada, namun ide pengkombinasian alat-alat demi suatu kegunaan itulah yang menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Invensi merupkan prose berkesinambungan, setiap invensi baru diawali oleh serangkaian invensi dan penemuan terdahulu. Invensi ini dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu invensi material dan invensi sosial.

  3. Difusi : merupakan penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok lainnya.

  Kebanyakan perubahan sosial di masyarakat merupakan hasil proses difusi. Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.

  Roy Bhaskar (1984) menjelaskan proses perubahan sosial meliputi:

  1. Proses reproduksi : merupakan proses mengulang-ulang, menghasilkan kembali segala hal yang diterima sebagai warisan budaya dari nenek moyang sebelumnya.

  Warisan budaya meliputi materiil (kebendaan, teknologi) dan immateriil (non benda, adat, norma dan nilai-nilai).

  2. Proses transformasi : merupakan suatu proses ancangan perilaku manusia ke masa depan, berdasarkan perilaku strukturalnya yang telah tertanam pada masa sekarang dan masa lalu. Proses transformasi ini dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hal yang baru dari hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek perubahan sosial yang paling mudah adalah unsur budaya yang sifatnya materiil, sedangkan unsur budaya yang sifatnya norma, nilai-nilai lebih sulit untuk berubah.

  Menurut proses terjadinya, terdapat perubahan sosial yang direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan yang timbul karena adanya dorongan yang asli muncul dari masyarakat sendiri dengan apa adanya perumusan tujuan yang hendak dicapai. Contoh adanya perubahan kebudayaan. Tanpa direncanakan perubahan kebudayaan terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar individu, kelompok atau antar sistem sosial sendiri dalam suatu masyarakat tertentu.

  Perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan sosial yang memang disengaja dan dipersiapkan dengan sudah menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan sasaran perubahan, merencanakan program kegiatan serta telah dipersiapkan oleh para wahana perubahan yang akan melaksanakan program perubahan sosial tersebut. Pada umumnya perubahan sosial dimasyarakat merupakan perubahan yang direncanakan.

  Zalman membedakan ada 6 tipe perubahan sosial yang ditunjukkan pada tabel berikut: Time Level of Society Micro (individu) Intermediate More (Society)

  Dimension (Group) Short Term Type 1: Type 3: Type 5: attitude change, Normative change, Invention- behavior change. administrative innovation, change revolution

  Long Term Type 2: Type 4: Type 6: Life-cycle change Organizational Socio-cultural Change. change

  Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat, bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai macam strategi terletak pada suatu kontinum dari tingkat yang paling lemah (sedikit) tekanan (paksaan) dari luar, ke arah yang paling banyak (kuat) tekanan (paksaan) dari luar, dan dapat digambarkan sebagai berikut: Tekanan dari luar Tekanan dari luar paling lemah paling kuat

  Pendidikan Bujukan Paksaan Fasilitatif

  C. Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan Proses perubahan sosial didorong oleh beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Kontak dengan kebudayaan lain, yang erat kaitannya dengan difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu yang lain dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain, sehingga dapat dihimpun penemuan baru pada masyarakat luas. Faktor yang mempengaruhi difusi antar masyarakat antara lain: a. Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat.

  b. Kemajuan untuk mendemostrasikan kemanfaatn penemuan baru.

  c. Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.

  d. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan.

  e. Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru.

  f. Pemaksaan digunakan untuk menerima suatu penemuan baru.

  2. Sistem pendidikan formal yang maju, yang memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan berpikir ilmiah serta objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.

  a. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.

  b. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

  c. Sistem strattifikasi yang terbuka.

  d. Penduduk yang heterogen.

  e. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu.

  f. Orientasi ke masa depan. g. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

  Faktor-faktor yang menjadi kendala atau menghalangi perubahan sosial antara lain:

  1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

  2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

  3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.

  4. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat 5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.

  6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup.

  7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

  8. Adat atau kebiasaan.

  9. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki

  D. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan dahulu disebut rekayasa sosial (social engineering/social planning) atau disebut pula sebagai perubahan sosial yang direncanakan. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dari dalam masyarakat sendiri meliputi:

  1. Perkembangan ilmu pengetahuan.

  Pengetahuan yang makin luas menghasilkan teknologi canggih yang kemudian mengubah kehidupan manusia. Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan menyebar ke masyarakat, dikenal, diakui dan selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

  2. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

  Masalah kependudukan yang menimbulkan perubahan sosial budaya pada umumnya adalah pertambahan penduduk akibat terjadinya urbanisasi dan sebaliknya, berkurangnya jumlah penduduk pada daerah yang ditinggalkan oleh orang-orang yang berurbanisasi. Bertambahnya penduduk pada suatu daerah dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutaman mengenai lembaga-lembaga sosialnya.

  3. Penemuan baru (inovasi) dan difusi Penemuan baru menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan, jika hasil penemuan baru tersebut didayagunakan oleh masyarakat, maka akan terjadi perubahan sosial. Contoh, penemuan alat komunikasi Hand Phone (HP) menyebabkan perubahan berbagai unsur budaya antara lain memudarnya tradisi mudik (hubungan keeratan kekerabatan mulai renggang, hanya berkomunikasi jarak jauh), naiknya omset penjualan (peningkatan pendapatan) karena konsumen dapat pesan barang atau jasa melalui HP.

  4. Pertentangan/konflik dalam masyarakat Pertentangan/konflik dalam nilai dan norma-norma, politik, etnis dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial budaya yang luas. Masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok lainnya. Sementara itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari. Jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat tersebut. Pada saat terjadi konflik terjadi kekecewaan, dan pada umumnya mudah terpengaruh dengan hal-hal yang baru.

  5. Pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat Pemberontakan selalu berakibat buruk, seperti berhentinya aktivitas ekonomi sebagai akibat pemogokan kaum buruh, timbulnya saling curiga dan kecemasan.

  Pemberontakan politik di Indonesia terhadap pemerintahan orde baru pada tahun 1998 yang menuntut adanya reformasi, berakibat terjadinya perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik, munculnya otonomi daerah di berbagai bidang pembangunan di negara Indonesia.

  6. Kebutuhan yang dianggap perlu oleh anggota masyarakat.

  Kebutuhan obyektif yang nyata untuk tambahan pangan bagi daerah miskin, maka perubahan di bidang pertanian yang menghasilkan tambahan pangan akan lebih mudah diterima daripada menghasilkan berbagai jenis (keragaman) pangan, sebab keragaman pangan dianggap bukan kebutuhan nyata bagi masyarakat.

  7. Sikap dan nilai khusus masyarakat.

  Perasaan senang dan tidak senang yang sudah mapan di masyarakat merupakan faktor yang penting dalam perubahan sosial. Contoh, bagi peternak di Amerika sapi ternak merupakan sumber penghasilan. Oleh karenanya hewan ternak dipelihara, dipisahkan dan disembelih untuk memberi keuntungan ekonomi. Berbeda bagi masyarakat Nilotik Afrika, hewan ternak memiliki nilai instrinsik. Peternak menghargai dan menyayangi setiap hewan peliharaannya. Membunuh seekor hewan ternak dianggap sama dengan membunuh bagian anggota keluarga.

  Faktor penyebab perubahan sosial dari luar masyarakat antara lain:

  1. Faktor lingkungan fisik: gempa, banjir, gunung meletus dan badai Terjadinya gempa bumi, banjir besar, gunung meletus dan badai taufan menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila menempati daerah yang baru mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru, dan akan mengakibatkan perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pengrusakan lingkungan fisik akibat kelalaian manusia merupakan juga faktor penunjang proses keruntuhan peradaban atau perubahan kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Contoh penggundulan hutan menyebabkan banjir, erosi tanah, volume air tanah berkurang, tanah tandus berakibat hilangnya pola mata pencaharian penduduk bercocok tanam, mereka akan berganti mata pencaharian yang baru sesuai dengan kondisi lingkungsn fisik.

  2. Peperangan Peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, seperti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan pertentangan. Namun dampak peperangan ini lebih dahsyat karena peralatan perang lebih canggih pula.

  3. Pengaruh kebudayaan lain.

  Interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat lain akan menyebabkan saling pengaruh. Respon psikologis individu terhadap cross-

  cultural contact, ada empat tipe kemungkinan, yaitu:

  a. Passing: individu menolak kebudayaannya sendiri yang asli dan mengadopsi kebudayaan yang baru.

  b. Chauvinist: individu menolak sama sekali unsur budaya asing, lebih memilih kebudayaan asli dan biasanya mereka menjadi nasionalis yang militan dan berjuang kuat untuk menolak pengaruh luar.

  c. Marginal: respons yang terombang-ambing diantara kebudayaan yang asli dengan kebudayaan asing (dari luar sistem sosialnya).

  d. Mediating: individu dapat menyatukan bermacam-macam identitas budayanya, mempunyai keseimbangan integrasi dan memperoleh personality (kepribadian) dua atau beberapa kebudayaan.

  4. Media massa Penggunaan praktik media massa bagi kepentingan kekuasaan secara optimal.

  Meskipun birokrasi kadangkala digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil untuk sementara waktu), namun ternyata birokrasi yang terpusat justru amat menunjang pengembangan dan difusi perubahan. Secara umum media massa sebagai saluran komunikasi mengutamakan proses dan transmisi pesan sehingga terjadi “process culture share” atau proses percampuran berbagai pola kebudayaan yang ada.

  Evaluasi 1. Jelaskan prinsip-prinsip dasar proses perubahan sosial.

  2. Jelaskan proses perubahan sosial menurut hasil penelitian William F. Ogburn 3. Jelaskan faktor-faktor yang mendukung proses perubahan sosial.

  4. Jelaskan faktor-faktor yang menghambat proses perubahan sosial.

  5. Jelaskan faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.

  6. Jelaskan faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat.

  Tujuan Pembelajaran:

  1. Menjelaskan proses pernolakan dan penerimaan perubahan sosial

  2. Menjelaskan sifat-sifat inovasi dan kecepatan adopsi

  3. Menjelaskan konsekuensi atau dampak perubahan sosial terhadap masalah sosial

  Materi:

  A. Pengantar Tidak semua inovasi yang diajukan dapat diterima atau sebaliknya ditolak oleh masyarakat. Pada pihak lain terdapat inovasi yang diterima oleh masyarakat namun membutuhkan waktu yang lambat. Hal ini terkait dengan sifat-sifat atau ciri- ciri inovasi yang berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya inovasi untuk diadopsi.

  Peneliti-peneliti difusi pada waktu yang lalu cenderung memandang semua inovasi sebagai unit yang sepadan (equivalent) ditinjau dari sudut studi dan analisis. Kondisi ini merupakan suatu penyederhanaan yang berlebihan, dan merupakan yang berbahaya. Semua inovasi tersebut tidak merupakan unit-unit yang sepadan dan telah terbukti oleh fakta.

  Perubahan sosial mengalami penolakan jika: (a) perubahan dipaksakan oleh pihak lain, (b). perubahan tersebut tidak dipahami, dan (c). perubahan tersebut dinilai dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Pada pihak lain variabel yang menentukan kecepatan adopsi inovasi menurut Karl Rogers adalah: a. Sifat-sifat inovasi (keuntungan, kesepadanan, kompleksitas, kemampuan dicoba dan diobaservasi).

  b. Tipe keputusan (opsional, kolektif, otoritas)

  c. Saluran komunikasi (misalnya mass media atau intepersonal)

  d. Hakikat sistem sosial (misal, norma, tingkat saling terhubung) e. Keluasan usaha promosi agen pembaru.

  B. Ciri-ciri atau Sifat-sifat Inovasi yang Berpengaruh Terhadap Kecepatan Adopsi Cepat lambatnya penerimaan (adopsi) inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh kharakteristik atau sifat-sifat inovasi itu sendiri. Bagian berikut diuraikan lima macam sifat inovasi, yang secara empiris setiap sifat inovasi saling berkaitan, namun secara konseptual sifat-sifat tersebut berbeda. Kelima sifat inovasi tersebut adalah:

  1. Keuntungan relatif (relative advantage) Keuntungan relatif merupakan tingkat pandangan terhadap inovasi yang lebih baik dibandingkan dengan ide lain yang digantinya. Tingkat keuntungan relatif sering dinyatakan dalam bentuk pengertian kemungkinan memperoleh keuntungan ekonomis, dalam menentukan status atau dalam hal-hal lainnya.

  Hakekat dari inovasi sebagian besar menentukan apakah bentuk-bentuk khusus dari keuntungan relatif (seperti keuntungan ekonomis, sosial dan sejenisnya) penting bagi para adopter. Walaupun, kharakteristik dari adopter potensial pula dalam mempengaruhi dimensi dari keuntungan relatif.

  a. Faktor Ekonomi dan Kecepatan Adopsi Beberapa produk baru yang menunjukkan kesuksesan kemajuan teknologi, berhasil menurunkan biaya produksinya, sehingga mengakibatkan turunnya harga jual. Bila harga suatu produk baru menurun secara dramatis selama proses difusinya, maka akan terjadi kecepatan adopsi yang tinggi. Pada beberapa inovasi, sifat-sifat inovasi seperti biaya yang tinggi, inovasi yang sangat menguntungkan, aspek-aspek ekonomi dari keuntungan relatif dan kesepadanan merupakan prediktor utama bagi kecepatan adopsi inovasi

  b. Aspek Status dari Inovasi Salah satu motivasi penting bagi hampir setiap individu untuk mengadopsi suatu inovasi adalah dengan tujuan untuk mendapatkan status sosial. Contoh inovasi yang dipandang memiliki status tinggi bagi adopter wanita adalah mode pakaian, mobil baru, dan bentuk potongan rambut. Motivasi akan status dalam mengadopsi kelihatannya menjadi lebih penting bagi inovator, adopter awal dan mayoritas awal serta kurang penting bagi mayoritas lambat dan orang-orang terbelakang.

  c. Keuntungan Relatif dan Kecepatan Adopsi Keuntungan relatif merupakan salah satu prediktor terbaik dari kecepatan adopsi suatu inovasi. Keuntungan relatif dalam suatu pengertian menunjukkan kekuatan dari insentif dan hukuman yang dihasilkan dari adopsi inovasi. Sejumlah sub dimensi dari keuntungan relatif antara lain: tingkat keuntungan ekonomi,, beaya permulaan yang rendah, ketidaksenangan yang makin kurang, penghematan waktu dan usaha kesegaran sebagai akibat dari hadiah. Terkait dengan keuntungan relatif dari inovasi preventif untuk menghindari kemungkinan kejadian yang tidak dikehendaki, cenderung terdapat kesulitan bagi agen pembaru untuk mendemostrasikan kepada kliennya. Oleh karena itu, adopsi terjadi beberapa waktu kemudian karena kurang mampu diobservasi. Pada tabel 6-1 menunjukkan terdapat hubungan positif antara keuntungan relatif dari suatu inovasi dengan kecepatan adopsi.

  d. Pengaruh Insentif Banyak agen pembaharu yang menawarkan insentif atau subsidi kepada kliennya dengan maksud mempercepat pengadopsian inovasi. Salah satu fungsi insentif bagi adopter adalah menawarkan strategi difusi yang mempengaruhi sifat-sifat yang diterima tentang inovasi, terutama meningkatkan tingkat keuntungan relatif dari ide baru dan kemudian kecepatan adopsi inovasi. Insentif ini banyak dilaksanakan pada riset Keluarga Berencana dari pada bidang lainnya.

  • Insentif vs penyebaran insentif: insentif mungkin dibayarkan langsung kepada adopter atau kepada individu lainnya untuk mendorong mendekati adoptor. Seorang penyebar insentif harus meningkatkan kemampuan observasi dari suatu inovasi dari pada keuntungan relatifnya.
  • Insentif vs insentif sistem: insentif diberikan kepada adoptor individual atau agen-agen pembaru atau kepada sistem sosial yang dikuasai oleh penyebar insentif.
  • Insentif positif vs negatif: kebanyakan insentif adalah positif, namun juga terdapat pemberian hukuman yang tidak disukai atau menarik kembali beberapa hal yang diinginkan. Contoh, di Singapura tidak memberikan cuti hamil bagi kehamilan anak ke-3 dan harus membayar biaya persalinan sendiri.

  • Insentif keuangan vs non-keuangan: Seringkali insentif dalam bentuk pembayaran uang, namun juga berupa barang atau obyek yang ditentukan oleh penerima.
  • Insentif segera vs tertunda: kebanyakan insentif dibayarkan pada waktu adopsi, namun lainnya diberikan beberapa waktu kemudian. Berdasarkan riset dan pengalaman dengan inovasi KB, Rogers (1973) menarik kesimpulan bahwa insentif meningkatkan kecepatan adopsi dari suatu inovasi. Insentif meningkatkan jumlah adopter inovasi, namun kualitas keputusannya untuk mengadopsi mungkin relatif rendah. Para inovator dan adopter awal bisanya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih tinggi dan ciri- ciri lain yang membedakan mereka dari adopter-adopter kemudian. Namun jika diberikan insentif, maka individu yang sosioekonominya lebih rendah akan kelihatan lebih inovatif.

  2. Kesepadanan (compatibility) Kesepadanan adalah tingkat sejauhmana inovasi dianggap konsisten dengan nilai- nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan-kebutuhan adopter potensial.

  Sebuah ide makin sepadan, makin kurang ketidakpastiannya bagi adopter potensial. Sebuah inovasi dapat sepadan atau tidak dengan: (a). nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultural, (b). ide-ide yang diperkenalkan lebih dulu, dan (c). kebutuhan klien terhadap inovasi.

  a. Kesepadanan dengan nilai-nilai dan kepercayaan.

  b. Kesepadanan dengan ide-ide yang diperkenankan sebelumnya

  c. Kesepadanan dengan kebutuhan

  d. Kesepadanan dan kecepatan adopsi

  e. Kelompok teknologi

  f. Pemberian nama bagi sebuah inovasi

  g. Memposisikan inovasi

  3. Kekompleksan (complexity)

  Kekompleksan adalah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dirasakan relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Generalisasi 6-3 adalah kekompleksan sebuah inovasi yang dirasakan oelh anggota sistem sosial, berhubungan secara negatif denga kecepatan adopsinya. Contohnya: komplesitas yang dirasakan oleh guru- gur ketika menyusun kisi-kisi untuk mempersiapkan sebuah tes obyektif. Akhirnya mereka melaksanakan tes dalam bentuk esey atau melakukan juga tes obyektif tanpa mempersiapkan kisi-kisinya.

  4. Kemampuan Diuji Coba (trialability).

  Kemampuan diuji coba adalah tingkat dimana sebuah inovasi boleh dicobakan berdasarkan basis yang terbatas. Inovasi yang dapat dicobakan akan diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba. Generalisasi 6-4 adalah kemampuan diuji coba inovasi seperti yang dirasakan oleh anggota-anggota sebuah sistem sosial, berhubungan langsung dengan laju adopsinya. Adopter awal (pemula) merasa dapat diuji cobakan adalah lebih penting dibandingkan dengan yang dirasakan oleh adopter-adopter belakangan.

  5. Kemampuan Diobservasi (observability).

  Kemapuan diobservasi adalah suatu tingkat dimana hasil inovasi kelihatan bagi orang-orang lainnya. Hasil=hasil dari beberapa ide mudah diobservasi dan mudah dikomunikasikan pada orang lain. Generalisasi 6-5 bahwa, kemampuan diobservasi sebuah inovasi, seperti yang dirasakan anggota-anggota sebuah sistem sosial, secara positif berhubungan dengan kecepatan adopsinya. Kebanyakan studi inovasi dalam riset difusi adalah berupa ide-ide teknologis. Teknologi mempunyai 2 komponen: aspek perangkat keras sebagai material atau fisik dan aspek perangkat lunak yang terdiri atas dasar informasi bagi alat tersebut. Biasanya perangkat lunak dari inovasi teknologi tidak begitu nyata untuk diobservasi, sehingga bila suatu teknologi perangkat lunaknya dominan, maka mempunyai kecepatan adopsi yang relatif lebih lambat.

  C. Konsekuensi atau Dampak Perubahan Sosial Akibat Difusi Inovasi

  Dampak atau konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Ini adalah sub proses ketika dalam perubahan sosial, setelah penemuan dan difusi. Pada umumnya dampak inovasi hanya memperoleh perhatian dari agen pembaharu maupun peneliti difusi, karena mereka lebih cenderung memperhatikan keinovatifan.

  Konsekuensi difusi diartikan sebagai tingkat pengaruh yang tumbuh secara kumulatif atas seorang individu untuk menerima atau menolak suatu inovasi, yg berasal dari kegiatan-kegiatan jaringan kelompok / komunikasi tentang inovasi dalam suatu sistem sosial. Contoh: Jika terdapat 5% dari individu-individu dalam sistem sosial yang mengadopsi inovasi, maka tingkat pengaruhnya akan jauh berbeda dibandingkan dengan keadaan 90% anggota sistem sosial telah mengadopsi inovasi. Dengan kata lain, efek difusi menunjuk pada sejauh mana norma-norma sistem sosial dalam kehidupan mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu setelah terjadi proses difusi inovasi.

  Kecepatan adopsi inovasi berinteraksi dengan laju informasi pengetahuan tentang inovasi dalam sebuah sistem sosial. Bila laju informasi meningkat melampaui sebuah titik ambang tertentu, adopsi akan terjadi sebagai tekanan- tekanan jaringan yang tumbuh sendiri ke arah meningkatnya adopsi. Titik ambang terjadi pada pemimpin pendapat (tokoh masyarakat) dalam sistem sosial mulai bersikap senang terhadap inovasi. Titik ambang berbeda untuk tiap inovasi dan tiap sistem sosial. Jika titik ambang terlampaui, terjadi pertambahan prosentase kesadaran pengetahuan dalam sistem sosial, dan biasanya berhubungan dgn kenaikan prosentase dalam kecepatan adopsi. Hasil penelitian (Mendez, 1968); Guimares (1968), Yadav (1967); Coleman (1966) menunjukkan: pentingnya efek difusi dalam menjelaskan kecepatan adopsi. Adopsi yang lebih cepat terdapat di desa-desa yang lebih tinggi tingkat saling terhubungnya, dimana banyak jaringan interaksi antara penduduknya, melalui jaringan komunikasi yang memiliki efek/dampak difusi lebih kuat yg bersifat interpersonal.

  Konsekuensi perubahan sosial dapat dibedakan: (1). Diinginkan dan tidak diinginkan. Konsekuensi yang diinginkan adalah efek fungsional dari suatu inovasi terhadap suatu individu atau sistem sosial. Konsekuensi yang tidak diinginkan adalah efek dari tidak fungsional suatu inovasi terhadap inodividu atau sistem sosial. (2). Langsung dan tidak langsung.

  Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan terhadap individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai respon dari inovasi. Konsekuansi tak langsung adalah peruahan terhadap individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung dari suatu inovasi. (3). Diantisipasi dan tidak diantisipasi.

  Konsekuensi yang diantisipasi adalah perubahan terhadap suatu inovasi yang diorganisir dan yang dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Konsekuensi yang tidak diantisipasi adalah perubahan terhadap suatu inovasi yang tidak diorganisir dan tidak dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Agen pembaharu dapat lebih mengenal bentuk dan fungsi suatu inovasi daripada mengantisipasi makna inovasi bagi kliennya.

  Dalam menentukan kecepatan perubahan yang ideal, konsep keseimbangan harus dipertimbangkan. Keseimbangan yang stabil terjadi hampir tidak ada perubahan dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Keseimbangan dinamis terjadi jika kecepatan perubahan dalam sistem sosial sesuai dengan kemampuan untuk mengikutinya. Ketidakseimbangan terjadi jika kecepatan berubah terlalu cepat, sehingga sistem sosial tak bisa mengikutinya. Agen pembaharu pada umumnya ingin memperoleh kecepatan perubahan yang mengarah pada keseimbangan dinamis, salah satu tipe keseimbangan itu.

  William Ogburn menjelaskan ada tiga bentuk efek sosial dari penemuan dan invensi, yakni: (1). Dispersi atau efek beruntun dari sebuah invensi mekanik.

  Contoh: invensi mobil berdampak pada: (a). waktu perjalanan singkat, (b). penyediaan pasar bahan bakar bensin, (c). pengadaan jasa bengkel mobil, (d). mengubah pola pergaulan rekreasi (week end). (2). Suksesi atau efek sosial lanjutan dari sebuah invensi.

  Contoh: dampak penemuan mesin pemisah kapuk dengan bijinya adalah menyederhanakan proses pembuatan katun akan mengakibatkan katun menjadi lebih menguntungkan. Keberhasilan tersebut berdampak: (a). mendorong perkebunan kapuk diperluas sehingga semakin banyak budak, (b). semakin ketergantungan wilayah tehadap eksport katun, (c). mendorong meletusnya perang saudara, (d). mendorong perusahaan industri berskala besar dan monopoli perdagangan, (e). menunjang lahirnya undang-undang anti trust (menentang penggabungan beberapa industri)

  (3). Konvergensi atau munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersamaan.

  Contoh: invensi mobil, pompa listrik dan tangki air anti hama memungkinkan terbentuknya daerah pinggiran kota yang modern. Suatu masyarakat yang mengalami perubahan sosial seringkali menjadi masalah sosial. Masalah sosial merupakan bagian dari konsekuensi atau dampak perubahan sosial. Teknologi modern yang menyebar ke seluruh pelosok dunia mendorong modernisasi. Modernisasi mendorong lahirnya stratifikasi sosial baru dan menunjang peningkatan kompetisi. Kemajuan ini bercampur dengan petaka. Kebudayaan mengalami “disorganisasi” yang sangat parah. Perasaan aman, moral dan tujuan hidup pada penduduk menjadi tidak menentu. Perilaku mereka menjadi orang rapuh kepribadiannya (personally disorganized). Kerapuhan kepribadiannya ini dapat berlanjut pada sikap apatis, tanpa semangat hidup (demoralized).

  Evaluasi:

  1. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pernolakan dan penerimaan perubahan sosial.

  2. Jelaskan variabel yang menentukan tingkat kecepatan adopsi inovasi 3. Jelaskan sifat-sifat inovasi yang berpengaruh terhadap kecepatan adopsinya.

  4. Jelaskan konsekuensi atau dampak perubahan sosial, berikut dengan contohnya.