IMPLEMENTASI MODEL PDEODE BERBANTUAN PhET UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH ARTIKEL PENELITIAN

  IMPLEMENTASI MODEL PDEODE BERBANTUAN PhET UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ANDI DWI CAHYANTO NIM F03112027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018

  

IMPLEMENTASI MODEL PDEODE BERBANTUAN PhET UNTUK

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP

RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

  

Andi Dwi Cahyanto, Stepanus Sahala Sitompul, Syukran Mursyid

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak

  

Email:

Abstract

  This pre-experimental study aims to know the effectiveness of remediation on students’

misconceptions by using PDEODE learning model aided PhET on the concept of direct-

current electrical circuit to students of grade XI IPA I SMA Negeri 1 Sintang. 27 students

in XI grade was selected by intact group in random sampling technique as a sample of

this research. A diagnostic test consist of 8 multiple choice questions with an open reason

is used as a research instrument to find students' misconceptions. The instrument was

tested in MA Negeri Sintang and obtained index reliability 0.711 which as reliable

categories. Based on the results, the highest percentage of student s’ misconceptions

during pretest (85.19%) and posttest (37.04%) is on the concept of effect of adding or

reducing a lamp to another bright flame of light on parallel circuit. Overall, average

decrease of students ’ misconceptions each indicator is 63.55%. The effectiveness of

remediation is shown from the magnitude of effect size value with the result of 2.18 which

was high categorized. This research is expected to be an alternative choice for teacher to

reduce students’ misconceptions.

  Keywords: Remediation, Miconception, Effectiveness, PDEODE, PhET, Direct- Current Electrical Circuit PENDAHULUAN

  Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan (teknologi) (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 27). Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, berkerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas, 2006). Dengan kata lain, fisika sebagai pelajaran yang mendasar karena siswa belajar untuk menguasai konsep dan prinsip fisika agar dapat diterapkan dalam kehidupan.

  Fisika merupakan pelajaran yang dianggap paling sulit dan menakutkan bagi sebagian besar siswa SMA. Hal ini disebabkan karena fisika menggunakan banyak rumus matematis. Selain itu, siswa beranggapan rumus-rumus tersebut harus dihafal. Anggapan ini disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran (Yusuf, 2009).

  Pada dasarnya siswa yang memasuki kelas sudah memiliki konsepsi awal mengenai materi yang akan diajarkan guru. Konsep awal itu mereka dapatkan sewaktu berada di sekolah dasar, sekolah menengah, dari pengalaman dan pengamatan mereka di masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari. Konsepsi tersebut terkadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsepsi yang diterima para ahli (Suparno, 2013: 2). Konsepsi-konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu disebut miskonsepsi (Sutrisno, Kresnadi, & Kartono, 2007: 3.3). Terdapat beberapa bentuk miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes dan Novak (dalam Suparno, 2013: 11) menemukan 300 miskonsepsi tentang mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern.

  Salah satu bentuk miskonsepsi siswa pada konsep listrik adalah siswa masih salah mengerti mengenai tegangan, arus, dan tahanan pada rangkaian tertutup (Suparno, 2013: 22). Beberapa penelitian menunjukkan miskonsepsi pada konsep rangkaian listrik arus searah diantaranya; penambahan/pengurangan sebuah komponen tidak mempengaruhi arus komponen yang lain (Fajar, 2013), lampu yang disusun seri akan lebih terang jika diletakkan di dekat kutub positif baterai (Andriani, 2015), dan arus listrik akan mengalir pada cabang yang terdekat dengan sumber tegangan (Andriani, 2015).

  Salah satu penyebab miskonsepsi adalah kemampuan penguasaan konsep siswa yang kurang (Arjanggi, & Suprihatin, 2010). Materi listrik merupakan materi fisika yang dianggap abstrak dan memiliki kompleksitas yang cukup tinggi (Suwarna, 2014). Andriani (2015) menemukan bahwa 67% siswa tidak mengerti tentang konsep muatan dan karakteristik aliran muatan dalam kawat penghantar; 31,6% pada konsep aliran dan kuat arus listrik; 69,7% dalam konsep sumber tegangan (beda potensial); 34,4% pada konsep tegangan (beda potensial); 36,7% pada konsep hukum Ohm; 50 % pada konsep hambatan listrik; 52,9% pada konsep hukum I Khircoff; 35,3% pada konsep hukum II Khircoff; 58,8% pada konsep hambatan listrik pada rangkaian seri; dan 42,6% pada konsep hambatan listik pada rangkaian paralel.

  Andriani (2015) menunjukkan faktor lain penyebab miskonsepsi siswa pada materi listrik dinamis yang berasal dari dalam diri siswa. Sebanyak 26% siswa menggunakan bahasa sehari-hari, 12% siswa menggunakan asosiasi siswa, 13% siswa menggunakan intuisi siswa yang salah, dan 20% siswa menggunakan pandangan manusiawi, dan 13% siswa menggunakan pengalaman hidup yang terbatas untuk menyelesaikan permasalahan fisika.

  Jika miskonsepsi tidak diperbaiki, maka hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) (2007), Kriteria keberhasilan belajar adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau keterampilan yang dapat diamati dan diukur. Keberhasilan belajar siswa ditentukan berdasarkan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai KKM harus mengikuti pelajaran remedial. Remediasi adalah kegiatan remedial (perbaikan) yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan oleh siswa (Sutrisno, Kresnadi, & Kartono, 2007: 6.22).

  Untuk meremediasi miskonsepsi siswa diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran PDEODE. Model pembelajaran ini memudahkan siswa mengubah konseptual siswa dari yang keliru menjadi benar menurut para ahli (Kolari, Rane, & Tiilli, 2005). PDEODE merupakan singkatan dari predict

  discuss explain observe discuss explain yang

  mengacu kepada pandangan konstruktivisme yakni pengetahuan yang baru dibangun pada pengetahuan yang ada dengan mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena-fenomena alam yang ada di sekitar kita (Costu, 2008). Menurut Kearney (2001), pembelajaran dalam pandangan adalah suatu pembelajaran yang menuntut siswa untuk membangun suatu konsep berdasarkan pengalaman yang baru didapat dan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian untuk meningkatkan pemahaman, siswa harus mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru, lalu mengkaitkannya dengan pengetahuan lama yang dimiliki.

  Kolari, Rane, & Tiilli (2005) mengungkapkan model pembelajaran PDEODE memungkinkan adanya perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Perubahan konseptual yang terjadi adalah perubahan konsep awal siswa yang keliru menjadi pengetahuan yang baru yang terbukti kebenarannya.

  Model pembelajaran PDEODE efektif dalam membantu siswa untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari (Costu, 2008), merubah konsep dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa (Gustiani, 2013). Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Ali, Kade, & Fihrin, 2014; Wulandari, 2015), meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan pemahaman konsep fisika (Maulana, 2015; Sekartini, 2014).

  Selain model pembelajaran, media pembelajaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dan mengurangi miskonsepsi siswa (Suhandi, 2008). Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi adalah adalah simulasi PhET (Andriani, 2015). Simulasi PhET menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif (Perkins, dkk., 2006).

  Simulasi PhET dapat digunakan untuk menyediakan pembelajaran interaktif yang menghadirkan fenomena fisika, yang mungkin bertentangan dengan konsepsi peserta didik (Hamdani, 2013). Sehingga mempermudah memahami konsep berdasarkan informasi yang terkandung pada rangkaian listrik, menarik, membangkitkan kesadaran tentang konsep atau prinsip, menuntut partisipasi aktif, dan dapat belajar banyak hal (Mursalin, 2013).

  Hasil penelitian Bulan (2014) menunjukkan pengaruh konstribusi simulasi PhET terhadap kemampuan siswa pada hasil belajar fisika sebesar 37,6% dan terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil belajar fisika berbantuan simulasi PhET dengan rata- rata perubahan skor sebesar 25.62%.

  Pemanfaatan PhET sebagai media pembelajaran dapat dikombinasikan dengan tahapan dalam model pembelajaran PDEODE. Pada tahapan predict , PhET dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena atau permasalahan pada konsep rangkaian listrik arus searah. Pada tahap observe, penggunaan PhET membantu siswa untuk menjelaskan fenomena atau masalah sehingga siswa mengetahui konsep yang benar.

  Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sintang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika SMA Negeri 1 Sintang, hasil belajar pada konsep rangkaian listrik arus searah masih rendah.

  Sekitar 70% siswa tidak lulus dalam evaluasi belajar pada konsep rangkaian listrik. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan terjadi miskonsepsi siswa mengenai rangkaian listrik arus searah (Andriani, 2015). Dari masalah tersebut, perlu adanya penelitian untuk meremediasi miskonsepsi siswa mengenai rangkaian listrik arus searah. Penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET diharapkan cocok untuk meremediasi miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Sintang mengenai konsep rangkaian listrik arus searah.

  Melalui kombinasi penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET ini diharapkan dapat mengurangi jumlah miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Sintang mengenai konsep rangkaian listrik searah.

METODE PENELITIAN

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan one-

  group pretest-posttest design ditunjukkan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Rancangan Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

  Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O 1 X O 2

  (Sumber; Sugiyono, 2013: 75) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sintang tahun ajaran 2016/2017. Sampel penelitian ditentukan secara intact group dan diperoleh seluruh siswa kelas XI IPA I yang berjumlah 27 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran berupa tes diagnostik. Alat pengumpul data yang digunakan berupa tes pilihan ganda dengan tiga alternatif jawaban disertai alasan terbuka sebanyak 8 soal. Instrumen penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran remediasi, lembar kerja siswa, dan soal tes yang telah divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Fisika FKIP Untan dan satu orang guru fisika SMA Negeri 1 Sintang dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid dan layak digunakan. Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di MA Negeri Sintang diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang dibuat tergolong tinggi dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,711.

  Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan; 2) Tahap pelaksanaan; 3) Tahap akhir.

  Tahap Persiapan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan studi literatur; (2) Mengurus surat mohon riset dan surat tugas; (3) Mengadakan observasi yang bertujuan untuk menentukan subjek dan waktu perlakuan dilaksanakan; (4) Merumuskan masalah penelitian; (5) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa tes diagnostik (kisi-kisi soal, soal pre-test dan soal post-test) yang akan digunakan; (6) Membuat instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran remediasi; (7) Memvalidasi instrumen penelitian oleh dua orang ahli, yaitu satu orang dosen Pendidikan Fisika dan satu orang guru fisika SMA Negeri

  1 Sintang; (7) Merevisi dan menganalisis instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; (8) Menguji coba instrumen penelitian kepada siswa kelas XI IPA 1 MA Negeri Sintang pada tanggal 2 November 2016; (9) Analisis instrumen berdasarkan hasil uji coba; (10) Menghitung reliabilitas instrumen penelitian.

  Tahap Pelaksanaan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan soal tes awal (pre-test) kepada siswa kelas XI

  IPA SMA 1 Negeri 1 Sintang pada tanggal 4 November 2016; (2) Memberikan perlakuan berupa remediasi menggundakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sintang tentang konsep rangkaian listrik arus searah. Kegiatan remediasi dilaksanakan sebanyak 1 kali yaitu pada tanggal 10 November 2016 (3) Memberikan soal tes akhir (post-test) kepada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sintang pada tanggal 11 November 2016.

  Tahap Akhir

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) Menganalisis jawaban tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-

  test ) siswa XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sintang;

  (2) Mengolah data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan penelitian; (3) Membuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan; (4) Menyusun laporan penelitian.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil

  Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 4 November - 11 November 2016 pada siswa kelas XI IPA 1 tahun ajaran 2016/ 2017 yang berjumlah 35 siswa. Tetapi, hanya 27 siswa yang dapat mengikuti kegiatan pre-test, remediasi, dan post-test secara konsisten, sehingga hanya data dari siswa tersebut yang dapat diolah.

  Profil Miskonsepsi Siswa pada Pre-test dan Post-test

  Data hasil tes secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.

  

Tabel 2. Profil Miskonsepsi Siswa

Pre-test Post Test

  Indikator Bentuk Miskonsepsi N Persentase N Persentase Indikator I Pada rangkaian lampu identik yang 24 85,19% 0% disusun secara paralel, nyala terang lampu paling terang ditunjukkan oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu.

  Pada rangkaian lampu identik yang 1 3,7% 1 3,7% disusun secara paralel, daya paling rendah dimiliki oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu sehingga nyala lampu semakin terang. Nyala terang lampu hanya dipengaruhi 0% 10 33,34% salah satu indikator daya yaitu: arus/tegangan /hambatan. Indikator II Semakin banyak resistor pada rangkaian 3 14,8% 1 3,7% seri, maka kuat arus pada rangkaian semakin besar. Siswa mengalami kesalahan dalam 4 14,8% 0% perhitungan dan kesalahan pemahaman besaran pecahan. Tidak terjadi perubahan besar arus 0% 1 3,7% karena penambahan resistor pada rangkaian seri. Indikator III Semakin besar nilai resistor/hambatan, 5 18,52% 7 25,93% maka semakin besar kuat arus (I) yang melewati komponen. Pada rangkaian seri, kuat arus (I) akan 16 59,26% 2 7,4% berkurang setiap melewati hambatan. Indikator IV Pada rangkaian lampu identik yang 6 23,3% 0% disusun secara seri, nyala terang lampu akan redup jika melewati lampu lainnya. Nyala terang lampu hanya dipengaruhi 10 33,34% 6 22,3% salah satu indikator daya, yaitu: arus/teganggan/hambatan. Indikator V Beda potensial akan semakin besar jika 8 29,63% 0% melewati hambatan yang paling besar.

  Beda potensial pada tiap titik di 0% 1 3,7% rangkaian seri sama besar. Indikator VI Nyala terang dua lampu identik yang 4 14,8% 0% disusun secara paralel akan lebih terang jika dekat dengan sumber tegangan.

  Nyala terang lampu hanya dipengaruhi salah satu indikator daya, yaitu: arus/teganggan/hambatan.

  Tabel 3. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator Setelah Dilakukan Remediasi Indikator Jumlah Siswa

  16 4 75,00% Menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian paralel.

  8 1 87,50% Menjelaskan nyala terang lampu pada rangkaian paralel.

  16 6 62,50% Menjelaskan beda tegangan pada rangkaian seri

  21 9 57,14% Menjelaskan nyala terang lampu pada rangkaian seri.

  7 2 71,43% Menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian seri.

  24 11 54,17% Menjelaskan pengaruh penambahan/pengurangan sebuah resistor terhadap kuat arus resistor lainya pada rangkaian seri.

  M 1 M 2 Menjelaskan pengaruh penambahan/pengurangansebuah lampu terhadap nyala terang lampu lainnya pada rangkaian paralel.

  ∆

  Persentase penurunan miskonsepsi tiap indikator setelah dilakukan remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET pada konsep rangkaian listrik arus searah ditunjukkan pada Tabel 3.

  8 29,63 % 4 14,8 % Indikator VII Kuat arus tiap cabang pada rangkaian paralel sama dengan arus total.

  Persentase Penurunan Miskonsepsi

  85,19% pada saat pre-test di Indikator I bentuk miskonsepsi pertama dan 33,34% pada saat post-test di Indikator I bentuk miskonsepsi ke tiga. Pada pre-test, sebanyak 24 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab rangkaian lampu identik yang disusun secara paralel, nyala terang lampu paling terang ditunjukkan oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu. Setelah dilakukan remediasi, tidak terdapat miskonsepsi yang sama pada saat pre- test sebelumnya. Pada saat post-test, sebanyak 10 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab nyala terang lampu hanya dipengaruhi salah satu indikator daya yaitu: arus/tegangan /hambatan. Miskonsepsi ini baru muncul setelah dilakukan remediasi.

  Menjelaskan pengaruh penambahan/pengurangansebuah lampu terhadap nyala terang lampu lainnya pada rangkaian paralel. Menjelaskan pengaruh penambahan/pengurangan sebuah resistor terhadap kuat arus resistor lainya pada rangkaian seri. Menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian seri. Menjelaskan nyala terang lampu pada rangkaian seri. Menjelaskan beda tegangan pada rangkaian seri. Menjelaskan nyala terang lampu pada rangkaian paralel Menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian paralel. Menjelaskan beda tegangan pada rangkiana paralel. Berdasarkan Tabel 2, miskonsepsi paling besar adalah

  = = = = = = = =

  Keterangan: Indikator I Indikator II Indikator III Indikator IV Indikator V Indikator VI Indikator VII Indikator VIII

  19 70,37% 7 25,93%

  1 3,7% 0% Indikator VIII Beda potensial pada rangkaian paralel yang paling besar berada pada baterai karena tidak memiliki hambatan.

  7 29,63% 5 22,3% Besar Kuat arus akan semakin besar jika memiliki hambatan yang besar dan letaknya dekat dari sumber teganggan.

  8 5 37,50% Menjelaskan beda tegangan pada rangkiana paralel.

  19 7 53,16%

  Efektifitas Rendah 0,51

  Secara khusus seperti tujuan dari penelitian ini maka akan dibahas hasil temuan terhadap profil miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian listrik arus searah, penurunan miskonsepsi pada tiap indikator soal, dan tingkat efektivitas remediasi miskonsepsi siswa menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET pada konsep arus searah.

  ini menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET efektif dalam menurunkan miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep rangkaian listrik arus searah.

  pre-experimental designs dengan rancangan one group pretest-posttest design . Penelitian

  Bentuk penelitian yang digunakan adalah

  Pembahasan

  Berdasarkan Tabel 4, efektifitas remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET dikatagorikan memiliki efektifitas tinggi.

  >1,00 Efektifitas Tinggi (Sumber; Cohen,Manion,& Marrison, 2007)

  ≤d≤1,00 Efektifitas Sedang

  0,21 ≤d≤0,50

  Rata-rata penurunan miskonsepsi tiap indikator

  ≤d≤0,20 Efektifitas Lemah

  Skala Keterangan 0,0

  

Tabel 4. Barometer Efektivitas Cohen

  menggunakan barometer Cohen. Didapatkan nilai effec size sebesar 2,18. Untuk barometer efektifitas Cohen dapat dilihat pada Tabel 4 .

  post-test dan dikatagorikan tingkat efektifitas

  Efektivitas remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET dianalisi dengan menggunakan rumus Morris,S.C. & DeShon, R.P effect size untuk rancangan penelitian single group pre-test

  Efektivitas Remediasi Menggunakan Model Pembelajaran PDEODE Berbantuan PhET

  = Persentase penurunan miskonsepsi Ja Berdasarkan Tabel 3, rata-rata persentase penurunan miskonsepsi siswa tiap indikator adalah 63,55%. Penurunan miskonsepsi terbesar yaitu 75,00% terjadi pada indikator menjelaskan nyala terang lampu pada rangkaian paralel. Penurunan terkecil yaitu 37,50% terjadi pada indikator Menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian paralel.

  63,55% Keterangan: M 1 = Jumlah miskonsepsi siswa pada saat pre-test M 2 = Jumlah miskonsepsi siswa pada saat post-test

  Bentuk perlakuan dalam penelitian ini untuk menurunkan miskonsepsi siswa adalah remediasi pada konsep rangkaian listrik arus searah. Remediasi yang dimaksud adalah pembelajaran ulang dengan menngunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET. Kolari, Rane, & Tiilli (2005) mengungkapkan strategi pembelajaran PDEODE memungkinkan adanya perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Untuk memperkuat efektifitas model pembelajaran PDEODE perlu dikombinasikan dengan media pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran PDEODE dalam penelitian ini mengadaptasi dari langkah langkah Costu (2008) yang dipadukan dengan PhET sebagai berikut: (1) Predict, guru menampilkan permasalahan dengan menggunakan PhET, siswa diminta untuk memprediksi peristiwa pada rangkaian searah yang akan terjadi; (2) Discuss, setiap kelompok siswa mendiskusikan hasil prediksinya dan dijawabkan jawaban sementara; (3) Explain, guru meminta perwakilan siswa untuk mengemukakan hasil diskusi dari masing- masing kelompoknya; (4) Observe, siswa diminta memperhatikan kebenaran dari permasalahan menggunakan PhET. Guru menuntun siswa untuk mencapai konsep yang benar; (5) Discuss, siswa diminta kembali untuk mendiskusikan dan membandingkan prediksi sebelumnya dengan setelah kegiatan observasi; (6) Explain, siswa menyampaikan kesalahan prediksi dan hasil pengamatan. Guru menyampaikan konsep yang benar.

  Penggunanan PhET dalam penelitian ini sebagai media pembelajaran yang membantu memudahkan penyajian bentuk peristiwa atau objek pada konsep rangkaian listrik arus searah. Penggunaan PhET dapat digunakan dalam langkah-langkah model pembelajaran PDEODE yaitu pada langkah predict, observe,

  explain I dan explain II. Pada langkah predict,

  PhET hanya digunakan untuk menampilkan peristiwa atau permasalahan pada rangkaian listik arus searah. Pada tahap predict, PhET hanya ditampilkan saja, namun tidak dijalankan. Pada tahap explain I, siswa akan menyampaikan konsepsinya mengenai permasalahan pada konsep arus searah yang ditampilkan PhET seteah dilakukan diskusi. Pada langkah observe, PhET dijalankan sehingga dapat membantu siswa dalam menemukan konsepsi yang benar. Pada explain

  II , siswa menyampaikan konsepsi yang benar

  setelah melakukan observasi dari PhET dan

  discuss II.

  Berdasarkan hasil pre-test, rata-rata siswa mengalami miskonsepsi sebesar 25,27%. Setelah dilakukan remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET rata-rata miskonsepsi menurun menjadi 9,37%. Bentuk miskonsepsi siswa yang paling tinggi yang terjadi pada saat pre-test adalah sebanyak 85,19% siswa menganggap pada rangkaian lampu identik yang disusun secara paralel, nyala terang lampu paling terang dimiliki oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu. Setelah dilakukan remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET menurun menjadi 0%. Hal ini menunjukkan bahwa remediasi model pembelajaran model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET sangat efektif digunakan dalam mereduksi miskonsepsi siswa yang menganggap pada rangkaian lampu identik yang disusun secara paralel, nyala terang lampu paling terang dimiliki oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu.

  Bentuk miskonsepsi siswa pada saat post-

  test tertinggi terjadi sebanyak 35,71% siswa

  menganggap nyala terang lampu hanya dipengaruhi salah satu indikator yaitu: arus, tegangan atau hambatan. Miskonsepsi ini baru terjadi saat post-test saja atau setelah melakukan kegiatan remediasi. Terdapat kemiripan miskonsepsi ini dengan miskonsepsi yang terjadi di indikator nyala terang lampu pada rangkaian seri dan indikator nyala terang lampu pada rangkaian paralel. Siswa beranggapan nyala terang lampu hanya dipengaruhi satu indikator yaitu: arus, hambatan atau tegangan. Konsep yang benar mengenai nyala terang lampu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya daya yang bekerja pada lampu. Semakin besar daya maka semakin besar nyala terang lampu. Daya listrik dipengarui tegangan dan arus. Kemudian terdapat miskonsepsi lain yang terjadi saat

  post-test , yaitu siswa menganggap tidak terjadi

  perubahan besar arus karena penambahan resistor pada rangkaian seri dan siswa menganggap beda potensial pada tiap titik di rangkaian seri sama. Konsepsi yang benar mengenai rangkaian seri adalah beda potensial di tiap titik pada rangkaian seri berbeda dan arus pada rangkaian seri sama dengan arus total, namun jika ditambah atau dikurangi hambatan akan mempengaruhi besar arus.

  Setelah menyusun profil miskonsepsi siswa, selanjutnya dihitung persentase penurunan miskonsepsi siswa tiap indikator. Dari perhitungan, rata-rata persentase penurunan miskonsepsi siswa tiap indikator sebesar 62,25%. Penurunan terbesar terjadi pada indikator menjelaskan beda tegangan pada rangkaian seri sebesar 87,50% dan penurunan terkecil terjadi pada indikator menjelaskan kuat arus (I) yang mengalir pada rangkaian paralel sebesar 25%.

  Setelah dilakukan perhitungan penurunan miskonsepsi siswa, selanjutnya mengetahui efektivitas remediasi menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET. Berdasarkan hasil skor yang diperoleh pada saat pre-test dan post-test didapatkan tingkat efektivitas dalam penelitian ini sebesar 2,18. Nilai ini di atas standar kategori tinggi bila diukur menggunakan batas batas efektivitas dari Cohen.

  Penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET dalam meremediasi miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian listrik arus searah di kelas XI IPA 1 SMA 1 Sintang dikatagorikan berhasil. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 63,55% dan tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET dalam remediasi yang dikatagorikan tinggi. Keberhasilan remediasi ini karena model pembelajaran PDEODE mengacu pada pandangan (Costu, 2008). Menurut Kearney (2001), pembelajaran dalam pandangan adalah suatu pembelajaran yang menuntut siswa untuk membangun suatu konsep berdasarkan pengalaman yang baru didapat dan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Kolari, Rane, & Tiilli (2005) mengungkapkan model pembelajaran PDEODE memungkinkan adanya perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Perubahan konseptual yang terjadi adalah perubahan konsep awal siswa yang keliru menjadi pengetahuan yang baru yang terbukti kebenarannya. Pada penelitian-penelitian lain juga menunjukkan keberhasilan penggunaan model pembelajaran PDEODE efektif dalam remediasi pemahaman konsep siswa pada materi suhu dan kalor (Sari, 2016),membantu siswa untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari (Costu, 2008), merubah konsep dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa (Gustiani, 2013). Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Ali, Kade, & Fihrin, 2014; Wulandari, 2015), meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan pemahaman konsep fisika (Maulana, 2015; Sekartini, 2014).

  Media pembelajaran berupa simulasi PhET berperan memperkuat model pembelajaran PDEODE untuk meremediasi.

  PhET digunakan untuk menampilkan fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif (Perkins, dkk., 2006). Penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan PhET dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Bulan, 2014) dan mempermudah memahami konsep berdasarkan informasi yang terkandung pada rangkaian listrik, menarik, membangkitkan kesadaran tentang konsep atau prinsip, menuntut partisipasi aktif, dan dapat belajar banyak hal (Mursalin, 2013).

  Dengan memiliki persamaan pandangan konstruktivis, Model Pembelajaran PDEODE dan PhET dapat dikolaborasikan dalam meremediasi miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian searah. Model pembelajaran PDEODE dapat menyajikan langkah-langkah pembelajaran untuk remediasi dan PhET digunakan untuk menampilkan fenomena yang terjadi pada ragkaian listrik arus searah. Sehingga dengan menerapkan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET memungkinkan terjadinya pengurangan miskonsepsi pada ragkaian listrik arus searah.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET efektif dalam memperbaiki miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian listrik arus searah di SMA Negeri 1 Sintang. Miskonsepsi paling besar adalah

  85,19% pada saat pre-test di Indikator I dengan bentuk miskonsepsi pada rangkaian lampu identik yang disusun secara paralel, nyala terang lampu paling terang ditunjukkan oleh rangkaian yang memiliki sedikit lampu dan menurun menjadi 0% setelah dilakukan remediasi.

  Terjadi penurunan rata- rata persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep rangkaian listrik arus searah di SMA Negeri 1 Sintang setelah diterapkan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET sebesar 63,55%. Serta berdasarkan perhitungan effect size, didapatkan nilai efektifitas remediasi model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET pada konsep rangkaian listrik arus searah di SMA Negeri 1 Sintang sebesar 2,17 dan dikategorikan memiliki efektivitas tinggi.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan dalam penelitian ini yaitu: (1) Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat menggali penyebab miskonsepsi yang dialami siswa dengan cara menambahkan metode wawancara; (2) Diharapkan dalam penelitian ini sebagai referensi untuk mengembangkan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET pada materi fisika lainnya.

  The PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense Of Everyday Situations . Eurasia Journal of Mathematics, Science & Tecnology Education, 4, 3- 9.(Online).(http://ejmste.com/v4n1/Euras ia_v4n1_Costu.pdf, diakses 1 Mei 2016).

  (Online). (http://onlinelibary.wiley.com, diakses 1 Februari 2017). Costu, B. A. (2008). Learning Science Through

  Reseach Methods Education Sixth Edition . Routledge Taylor & Francis.

  php/JPF/article/viewFile /8620/5351, diakses 22 Februari 2016). Cohen, L., Manion, L., Morrison, K. (2007).

DAFTAR RUJUKAN

  Beberapa KOnsep Listrik Dinamis Pada Siswa SMA Melalui PhET Disertai LKS.

  Depdiknas. (2006). Permendiknas No 22

  (http://download. portalgaruda. rg/ article. php? article = 2 991 58&v al= 2347 &title= Penerapa n%20Model%20ECIRR%20Menggun akan%20Kombinasi%20Real%20Laborat ory%20dan%20Virtual%20Laboratory% 20untuk%20Mereduksi%20

  Jurnal Untan Volume 6 No 3. (Online).

  Menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory untuk Mereduksi Miskonsepsi Mahasiswa.

  (Online). (http://repository.upi.edu, diakses 21 mei 2016). Hamdani. (2013). Penerapan Model ECIRR

  Change and Science Process Skills Acquisition On Separation Of Mixture Concept Through Predict-Discuss- Explain-Observe-Discuss-Explaind (PDEODE) Method . Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

  unesa. ac.id/article /5138/32/article.pdf, diakses 15 April 2016). Gustiana, S. (2013). Student's Conceptual

  Pendidikan Fisika Vol 02 No 02 Tahun 2013, 24-29. (Online). (http:// ejournal.

  Fajar, D. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) Terhadap Penurunan Miskonsepsi Pada Materi Listrik Dinamis Kelas X SMA Negeri 2 Jombang. Jurnal Inovasi

  Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BNSP.

  Ali,

  Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. (Online). (http://repository

  B. K. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Discuss, Explain,

  Observe, Discuss, Explain Terhadap Hasil

  Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri

  5 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako. (Online).(http://download.portalgaruda.or g/article.php.diakses 30 April 2016). Andriani, E. (2015). Remediasi Miskonsepsi

  Bulan, A. (2014). Pengaruh Kemampuan Inquiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Berbantuan Virtual Laboratory. Jurnal

  (Online). (http:// bsnp-indonesia. org/ id /wp - content /uploads /penilaian/Permen_20_Th-2007.zip, diakses 22 Februari 2016).

  BNSP. (2007). Peraturan Pemerintah No 20 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

  (http://journal. ui. ac. id/index. php/humanities/article/viewFile/666/635, diakses 20 Mei 2016).

  Pembelajaran Tutor Sebaya Meningkatkan Hasil Belajar Regulasi Diri. Universitas Indonesia. (Online).

  .unej. ac.id/ bitstream /handle/123456789/59895/Evin%20Andr iani%20-%20100210102034_1. pdf?sequence=1, diakses 31 Maret 2016). Arjanggi, R. & Suprihartini. (2010). Metode

  FKIP UNILA. (Online) (http://jurnal.fkip. unila. ac. id/index.

  • –Observe–Explain Tasks to Probe Understanding . Reserch

  Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan

  Jurnal Undiksha. (Online).

  (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ JJPGSD/article/viewFile/682/556, diaskses 20 Mei 2017).

  Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B.

  Bandung: Alfabeta. Suhandi, Andi. (2008). Efektivitas Penggunaan

  Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif Dalam Meningkatkan Pemhaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi.

  Universitas Pendidikan Indonesia.

  (Online). (http://file.upi.edu/Direktori /SPS /PRODI. PENDIDIKAN _ IPA / 196908171994031ANDI_SUHANDI/arti kel.pdf, diakses 3 Maret 2017).

  Perubahan Konsep Dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: PT.

  Observe Discuss Explain

  Gramedia Widiasarana Indonesia. Sutrisno, L., Kresnadi, H., & Kartono. (2007).

  Pengembangan Pembelajaran IPA SD.

  Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Suwarna, I. P. (2014). Model Pembelajaran

  Hipermedia Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SLTP.

  Universitas Negeri Jakarta. (Online). (http:// repository.

  uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/24 344, diakses 18 April 2016). Wulandari, R. (2015). Pengaruh Model

  Pembelajaran PDEODE Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA.

  Volume IV, Oktober 2015 Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015. (Online). (http://snf-

  Terhadap Pemahaman Konsep Ipa Siswa Kelas IV SD Gugus XII Kecamatan Buleleng.

  Sekartini, J. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Predict Discuss Explain

  • – Part 2: pos-test results for the Force Concept Inventory showing enhanced donfidence . World

  Observe, Discuss, Explain (PDEODE)

  Miskonsepsi%20Mahasiswa, diakses 19 April 2016). Kearney, M. (2001). Student and Teacher

  Perceptions of the Use of Multimedia Supported Predict

  in Science Educatioan. 31: 589-615, 2001 . (Online). (http://opus. lib. uts. edu.

  au/bitsream/10453.pdf, diakses 2 Mei 2016). Kolari, S. R. (2005). Enhancing Engineering

  Students’ Confidence Using Interactive Teaching Metdhods

  Transction on Enginering and Tecnology Education. (Online).

  (http://eng.edu.au/uicee, diakses 2 Mei 2016)

  Maulana, I. (2015). Pengaruh Penerapan Strategi Predict, Discuss, Explain,

  Dalam Pembelajaran Generatif Terhadap Konsistensi Konsepsi Dan Peningkatan Kemampuan Aplikasi Konsep Siswa Smp Pada Materi Tekanan. Universitas Pendidikan Indonesia. (Online).

  Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Menggunakan Strategi PDEODE di SMA. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).

  (repository.upi.edu, diakses 17 Mei 2016). Morris, S. &. (2002). Combining Effect Size

  Estimates in Meta-Analysis With Repeated Measures and Independent- Groups Designs . The American Psychologycal Association Inc. (Online).

  (http://psych.colorado.edu/ ~willcutt/pdfs/Morris_2002.pdf, diakses 22 Mei 2016).

  Mursalin. (2013). Model Remediasi Konsep Rangkaian Listrik dengan Pendekatan Simulasi PhET. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 (2013) 1-7. (Online).

  (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/j pfi, diakses 20 April 2016 Perkins, K. (2006). PhET: Interactive

  Simulations for Teaching and Learning Physics. University of Colorado at Boulder. (Online). (http://immagic.

  com/eLibrary/ARCHIVES/GENERAL/A PS_US/E051116P.pdf, diakses 2 Mei 2016).

  BSari, Eni Ratna. (2016). Remediasi

  unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/, 1 Mei 2016). Yusuft, M. (2009). Multirepresentasi dalam Pemelajaran Fisika. (Online).

  (http://eprints.unsri.ac.id/1607/1/Multirep resentasi_dalam_Pembelajaran_Fisika.pd f, diakses 20 April 2016).