THE FUNCTION OF NGAROTS FOR LELEA SOCIETY
THE FUNCTION OF NGAROTS FOR LELEA SOCIETY
Ria Intani Tresnasih Lasmiyati
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jln. Cinambo 136 Ujungberung-Bandung e-mail: kemuning13@gmail.com e-mail: lasmiyatinizam@gmail.com
Naskah Diterima: 5 Januari 2016
Naskah Direvisi:11 Februari 2016
Naskah Disetujui:19 Februari 2016
Abstrak
keterkaitan dengan masalah pertanian.Upacara ini terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.Upacara ngarot diikuti oleh generasi muda dan berlangsung dari tahun ke tahun tanpa putus. Keikutsertaan generasi muda serta keberlangsungan upacara ini memunculkan pertanyaan apa yang menjadi tujuan upacara, seperti apa bentuk dari upacara ngarot, dan apa sesungguhnya fungsi dari upacara ngarot itu untuk generasi muda khususnya dan masyarakat Lelea pada umumnya. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan upacara, bentuk dari upacara ngarot, dan fungsi upacara itu bagi generasi muda khususnya dan masyarakat Lelea pada umumnya. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara ngarot menjadi wadah untuk mempersatukan pemuda Lelea, menjadi wadah untuk melekatkan rasa gotong royong antarpemuda Lelea, dan mengajarkan pemuda untuk hidup mandiri dengan mendayagunakan potensi desanya. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian adalah bahwa upacara ini tidak lain sebagai sarana sosialisasi kepada generasi muda Lelea, agar mereka senantiasa dapat mencintai desanya.
Ngarot merupakan upacara
yang
memiliki
Kata kunci: fungsi, upacara Ngarot, masyarakat Lelea.
Abstract
Ngarot is a ritual that has been linked to farming problems. This ritual occurs in Lelea village, District of Lelea, Indramayu. Ngarot ceremony followed by the younger generation and continuosly lasts from a year to a year. The participation of the younger generation as well as the sustainability of this ceremony raises the question on what the purpose of the ceremony is, what Ngarot is, and what the real function of the Ngarot ceremony is for the younger generation in particular and Lelea society in general. In connection with these questions, this study aims to determine the purpose of the ceremony, the form and ritual of ngarot ceremony is for the younger generation, in particular and Lelea society, in general. It is descriptive study with the qualitative approach. The results showed that Ngarot ceremony of Lelea is a means to unite the Lelea youth, become a means to attach a sense of mutual cooperation among the Lelea youth, and teaches youth to be independent by empowering the potential of the village. The conclusion that can be drawn from the research is this ceremony was seen as a means of socialization to the younger generation of Lelea, so they can always love the village.
Keywords: Function, Ngarot, Lelea Society
38 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
simbol yang menyimpan sejuta pesan dari Terdapat
A. PENDAHULUAN
leluhur untuk dilaksanakan oleh generasi terkait dengan istilah upacara tradisional.
beberapa
pengertian
Simbol upacara dapat Rahmat Subagio mengartikan upacara
penerusnya.
melalui gerakan, tradisional sebagai kelakuan simbolis
dilambangkan
perlengkapan upacara, ataupun melalui manusia yang mengharapkan keselamatan,
warna-warni benda yang digunakan dalam yang merupakan rangkaian tindakan yang
upacara. Olehkarenanya, upacara tidak diatur oleh adat yang berlaku, serta
serta merta dapat dilakukan begitu saja, berhubungan dengan berbagai macam
melainkan terikat oleh tata cara yang peristiwa tetap yang biasa terjadi dalam
berlaku dari awal adanya hingga menurun masyarakat
yang bersangkutan dari generasi ke generasi berikutnya. (Herlinawati, 2011: 298).
tradisional jenisnya Menurut Suyono (Merlina, 2015: bermacam, namun secara garis besar 250),
Upacara
upacara mengandung arti terbagi atas upacara daur hidup yaitu berdasarkan upacara itu sendiri, namun
menandai terjadinya pada dasarnya upacara merupakan suatu
upacara
yang
peralihan dari satu fase ke fase kehidupan pesta tradisional yang telah diatur menurut berikutnya. Dimulai dari fase kehamilan -
tata adat atau hukum yang berlaku dalam kelahiran - fase anak - fase remaja - fase masyarakat.
Adapun menurut dewasa - fase tua - kematian; dan upacara Budhisantoso bahwa berbagai upacara
(meruwat). Upacara ini dikembangkan dengan maksud untuk
ruwatan
dilaksanakan sebagai upaya untuk menolak menyampaikan gagasan dan pengalaman
untuk mendapatkan pendahulunya,
bala
dan
untuk mengukuhkan kesejahteraan. Termasuk di dalam upacara pendapat,
norma-norma, dan agama ini adalah upacara yang ada hubungannya dengan lambang-lambang (Intani T.,
dengan pertanian.
2009: 85). Hal senada disampaikan oleh Indonesia yang dikenal sebagai Nina Merlina (2015: 251), upacara
negara agraris, wajar apabila sebagian merupakan salah satu cara untuk mengenal
besar masyarakatnya bergelut dalam sejarah, selain mengenal mitologi dan
bidang pertanian. Dengan kata lain, sawah legenda pada suatu masyarakat tertentu
masih menjadi lahan garapan yang yang belum mengenal tulisan (baca: pada
dominan. Tidak heran, hingga saat ini, zamannya).
beras masih menjadi makanan pokok atau Pengertian lain dari upacara
makanan unggulan untuk sebagian besar tradisional diberikan oleh Al-Hasani
masyarakat Indonesia. Beberapa daerah di (2014: 1220), yakni sebagai salah satu
Jawa Barat, menjadi penopang untuk pranata sosial religius yang diperlukan memenuhi kebutuhan makanan pokok
masyarakat sebagai usaha untuk memenuhi tersebut. Salah satunya adalah Kabupaten komunikasi dengan kekuatan magis atau
Indramayu.
roh leluhur. Kabupaten Indramayu memiliki Dari berbagai pendapat di atas luas wilayah 118.011 hektar. Dari luas menunjukkan bahwa upacara tradisional
wilayah tersebut,57.94%-nya merupakan bukan merupakan suatu aktivitas sehari- lahan pesawahan 1 . Itu artinya bahwa hari. Sifatnya sakral oleh karena selalu
separuh lebih dari luas wilayah di berhubungan dengan Sang Pencipta dan
Kabupaten Indramayu merupakan daerah para leluhur dari pendukung upacara.
pesawahan. Meskipun zaman sudah serba Selanjutnya, bagaimanapun bentuk dari
teknologi, namun sebuah wilayah yang upacara tradisional yang dilaksanakan
masih memiliki sawah yang cukup luas, selalu bermuara untuk keselamatan dan
terkadang masih melaksanakan upacara kesejahteraan. Sifat upacara tradisional tidak transparan, melainkan berbalut
1 http://www.bappedaindramayukab.go.id
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 39 tradisional yang berkaitan dengan
jalannya upacara, makna yang terkandung pertanian. Entah itu upacara sebelum
dalam upacara, dan pantangan yang mengerjakan
memulai berlaku. Selain itu diteliti pula fungsi dari menanam padi, merawat padi, hingga
sawah
atau
upacara sehingga akan dipahami oleh upacara panen. Begitu pula dengan
masyarakat di luar Lelea mengapa upacara Kabupaten Indramayu.
ngarot tersebut diikuti oleh generasi muda Terkait dengan upacara pertanian dan mengapa upacara itu hingga kini masih yang berlangsung di Indramayu, terdapat
terus diselenggarakan. di antaranya ada upacara sedekah bumi,
Adapun ruang lingkup wilayahnya mapag tamba , mapag sri, dan ngarot. dibatasi di Desa Lelea, tempat awal Upacara pertanian seperti sedekah bumi,
upacara ini ada.
mapag tamba , dan mapag sri, banyak pula terdapat di sebagian wilayah di Jawa Barat
B. METODE PENELITIAN dengan istilah yang sama atau berbeda.
Penelitian upacara ngarot ini Adapun upacara ngarot, berbeda bersifat deskriptif dengan pendekatan dibandingkan dengan upacara tradisional
kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan pertanian pada umumnya. Perbedaan yang
untuk menggambarkan, meringkaskan sangat mencolok adalah pada peserta
berbagai kondisi, berbagai situasi, atau upacaranya yang tidak lain adalah generasi
berbagai fenomena realitas sosial yang ada muda. Dari mulai anak-anak hingga
di masyarakat yang menjadi objek remaja. Padahal, pada upacara pertanian
penelitian, dan berupaya menarik realitas lainnya, umumnya diikuti oleh orang tua- itu ke permukaan sebagai suatu ciri, tua.
karakter, sifat, model, tanda, atau Adanya fenomena yang tidak gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun umum pada peserta/pelaku upacara itu,
fenomena tertentu (Bungin, 2009: 68). memunculkan beberapa pertanyaan. Apa
Adapun pendekatan kualitatif, sesungguhnya tujuan dari penyelenggaraan
menurut Zulyani Hidayah digunakan untuk upacara ngarot, seperti apa bentuk
memahami persoalan sosial atau budaya upacaranya, dan apa fungsinya bagi
berdasarkan pada suatu generasi muda khususnya dan masyarakat
manusia
pengembangan gambaran yang kompleks Lelea pada umumnya.
dan holistis, dibangun dengan susunan Sehubungan
dengan beberapa kata-kata, menyajikan pandangan detail pertanyaan
tersebut, dilakukanlah dari informan dan dilaksanakan di penelitian pada upacara ngarot. Penelitian
lingkungan alamiahnya. Studi kualitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk
juga dilaksanakan dalam situasi peneliti mengetahui tujuan dari upacara ngarot,
berinteraksi secara langsung dengan orang- gambaran secara menyeluruh dari upacara
diteliti, dalam upaya ngarot tersebut, dan fungsinya bagi memeroleh data dari sumber pertama masyarakat pendukungnya, khususnya (Somantri, 2012: 139). generasi muda.
orang
yang
analisis data yang Agar penelitian ini tetap konsisten dilakukan adalah analisis kualitatif yang pada tujuannya maka materi yang akan
Teknik
bersifat deskriptif interpretatif. Prosedur diteliti dibatasi ruang lingkupnya. Materi
yang digunakan dalam analisis tersebut yang diteliti meliputi: nama dan sejarah
mencakup tahapan klasifikasi, interpretasi, lahirnya
kesimpulan.Wirata penyelenggaraan upacara, waktu dan
upacara
ngarot ,
tujuan dan
penarikan
bahwa alur dalam tempat
mengatakan
menganalisis adalah melakukan seleksi persiapan dan perlengkapan upacara,
penyelenggaraan
upacara,
dahulu berdasarkan teknis penyelenggaraan upacara, pihak- realibilitasnya. Selanjutnya, data yang pihak yang terlibat dalam upacara,
data
terlebih
lolos seleksi diinterpretasikan untuk
40 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
dilakukan penarikan kesimpulan sebagai - organisasi ekonomi; jawaban atas permasalahan yang diajukan
- alat-alat dan lembaga atau petugas untuk dalam penelitian (Intani T., 2015: 512-
pendidikan (keluarga adalah lembaga 513).
pendidikan utama); Terkait
- organisasi kekuatan (politik) (Saebani, pendekatan
yang digunakan
dalam
penelitian ini maka pemaparan upacara Selain itu, kebudayaan juga ngarot diupayakan menyeluruh dari “A diartikan secara luas seperti yang hingga Z”, sebagaimana dijabarkan di
dikemukakan oleh Edward Burnett Tylor dalam ruang lingkup materi penelitian.
162). Kebudayaan Selanjutnya oleh karena pendekatan diartikan sebagai keseluruhan
(Saebani,
yang kualitatif bermuara pada hasil nonangka,
kompleks, yang di dalamnya terkandung alias “pendapat” dari informan maka
kepercayaan, kesenian, teknik perolehan data dalam penelitian ini
pengetahuan,
hukum, adat istiadat, dan dilakukan dengan wawancara. Wawancara
moral,
kemampuan lain yang didapat seseorang dilakukan terhadap beberapa informan
sebagai anggota masyarakat. seperti pemangku adat, tokoh masyarakat,
Selanjutnya sebagai pisau analisis dan pemangku budaya dari instansi terkait.
untuk penelitian ini digunakan teori Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan
struktur fungsionalisme dari Malinowski. menggunakan pedoman wawancara agar
Teori ini mengemukakan bahwa fungsi penelitian tetap terarah. Wawancara diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan sifatnya terbuka dalam arti informan tidak
(needs), karena fungsi menjadi sesuatu diberikan pilihan jawaban dari setiap
yang melayani kehidupan dan kelanjutan pertanyaan yang diajukan, melainkan
hidup (Rusnandar, 2013: 85). Dengan kata informan diberikan kebebasan untuk
lain, segala sesuatu masih akan diperlukan memberikan jawabannya.
berfungsi bagi Demi
selama
masih
melengkapi data dari masyarakatnya. wawancara
Menurut Budhi Santoso, fungsi pengambilan data dengan pengamatan.
upacara dapat dikaji dengan melihat Namun demikian oleh karena penelitian ini
sebagai: norma sosial, tidak dilakukan pada saat berlangsungnya
fungsinya
pengendali sosial, media sosial, dan upacara maka pengamatan dilakukan pada
pengelompokan sosial (Intani T., 2009: hasil-hasil rekaman video baik dari DVD
maupun media internet.
Norma, menurut Koentjaraningrat pengamatan menurut Kasnodihardjo tepat
Metode
(1990: 5) merupakan wujud ideel dari digunakan
untuk sasaran penelitian kebudayaan sehingga sifatnya abstrak, tak mengenai perilaku/tindakan dan benda
dapat diraba. Lokasinya ada di dalam alam (1992: 18). Mata rantai dari obyek
pikiran dari warga masyarakat di mana pengamatan tadi adalah bermuara pada
kebudayaan yang bersangkutan hidup. penggunaan gambar/foto yang diambil dari
Selanjutnya juga dikatakan oleh media internet.
Koentjaraningrat (1990: 5-6) bahwa Kerangka
berpikir dalam kebudayaan ideel itu juga dapat disebut penelitian ini bertitik tolak dari konsep
sebagai adat tata kelakuan. Sebabnya, yang
Bronislaw kebudayaan ideel itu biasanya juga Malinowski yang mengatakan bahwa ada
dikemukakan
oleh
berfungsi sebagai tata kelakuan yang empat unsur pokok kebudayaan, yakni:
mengatur, mengendali, dan memberi arah - sistem norma sosial yang memungkinkan
kepada kelakuan dan perbuatan manusia kerja sama antara para
anggota dalam masyarakat.
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya;
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 41
Tinjauan Pustaka
sebuah ritual yang dilakukan menjelang Penelitian
masa panen sebagai ungkapan rasa syukur yang berkaitan dengan pertanian bukanlah
mengenai
upacara
petani atas hasil panen padi. Di dalam merupakan penelitian yang pertama.
upacara baik kawit maupun wiwit terdapat Dalam hal kaitannya dengan upacara
beberapa kelengkapan yang mengandung ngarot , terdapat beberapa informasi di
simbol, yang memiliki makna tertentu. media maya. Namun informasi tersebut sifatnya sekilas, tidak detail. Informasi
- Perbandingan:
yang agak lengkap terdapat dalam hasil Kesamaan antara ritual kawit dan wiwit perekaman yang dilakukan oleh penulis
dengan upacara ngarot, sama-sama sendiri bersama dengan beberapa rekan di
berkaitan dengan bidang pertanian. tahun 1992. Namun demikian, hasil
sama-sama bersifat perekaman tersebut sifatnya deskriptif
Upacaranyapun
kolektif dan menggunakan simbol-simbol karena bukan merupakan hasil penelitian,
yang dilekatkan dalam kelengkapan sehingga tidak menyinggung pada fungsi
upacara. Namun demikian antara ritual upacaranya.
wiwit dan apalagi kawit terdapat Sehubungan dengan itu, untuk
perbedaan dengan ngarot. Perbedaan dapat memahami lebih jauh perbedaan
waktu dan tempat penelitian ini dengan penelitian lainnya
terletak
pada
pelaksanaan, pada tujuan upacara, dan maka perlu kiranya diuraikan beberapa
pada peserta upacaranya. Selain itu, hasil
perbedaan yang lebih mendasar adalah mengangkat
kalau ritual kawit dan wiwit lebih pertanian. Dengan demikian akan lebih
menekankan pada aspek simbolisnya, memperjelas alasan kelayakan untuk
upacara ngarot lebih melakukan penelitian ini.
sedangkan
menekankan pada fungsinya. Berikut adalah beberapa literatur yang direview dari hasil penelitian:
-Judul:
- Judul:
Peranan Dewi Sri dalam Tradisi Makna Simbolik dalam Ritual Kawit
Pertanian di Indonesia, tahun 2014.
dan Wiwit pada Masyarakat Pertanian
di Desa Ngasemlemahbang Kec. - Penulis:
Ngimbang Kab. Lamongan, tahun
Sri Trisna Dewi Hartati
- Hasil Penelitian:
- Penulis: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mohammad Muwatiqilah Al Haseni dan
Dewi Sri dianggap sebagai ruh yang Oksiana Jatiningsih
kesukacitaan dan kebahagiaan. Dewi Sri digambarkan - Hasil Penelitian:
menghadirkan
sebagai seseorang yang cantik jelita, bisa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terbang dan senantiasa menyunggingkan kawit adalah sebuah ritual yang
anggun. Dewi Sri dilakukan masyarakat pertanian sebelum
senyum yang
diletakkan pada tempat yang tertinggi. dan sesudah bercocok tanam padi. Kawit
Pada saat panen, petani akan mengambil dilakukan
satu tangkai yang dipersembahkan kepada masyarakat mendapat hasil panen yang
Dewi Sri agar hasil panen mendatang
jauh lebih baik. Dengan demikian subjek sebagai sesuatu yang paling dahulu atau
melimpah. Adapun wiwit diartikan
dalam upacara ini adalah Dewi Sri. yang pertama kali, dalam hal ini adalah padi yang paling dahulu berbuah atau berisi sebelum dipanen. Wiwit yaitu
42 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
- Perbandingan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upacara ini memiliki keserupaan dengan
terdapat banyak upacara pertanian pada upacara ngarot. Keserupaan terletak pada
masyarakat Guradog. Kesemua upacara adanya subjek yang dianggap
tersebut pada umumnya memiliki tujuan berkontribusi dalam keberhasilan panen.
yang sama, yakni untuk mendapatkan Meskipun demikian, kedua penelitian ini
keselamatan dan keberhasilan dalam memiliki perbedaan yang mendasar. Di
panen.
dalam upacara terdahulu subjeknya adalah Dewi Sri, sedangkan dalam - Perbandingan: upacara ngarot yang menjadi subjeknya
Baik upacara-upacara pertanian di adalah generasi muda.
Guradog maupun upacara ngarot, sama- sama bermuara untuk kesejahteraan
- Judul:
masyarakatnya.
Namun demikian
Nilai Pendidikan dalam Budaya
terdapat perbedaan antar- keduanya.
Menanam Padi Suku Dayak Kanayatn
Perbedaannya, penelitian terdahulu tidak
di Kalimantan Barat, tahun 2012.
membatasi pada satu materi upacara, melainkan pada semua upacara pertanian
- Penulis: yang ada. Selain itu, kalau di dalam Neni Puji Nur Rahmawati
upacara-upacara pertanian di Guradog, kesejahteraan
“ditumpukan” pada - Hasil Penelitian:
generasi tua pada umumnya, sedangkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam upacara ngarot, lebih ditekankan masyarakat Dayak Kanayatn memiliki
kepada generasi muda. Dengan demikian, kearifan lokal dalam bidang pertanian.
dengan adanya perbedaan tersebut, secara Kearifan lokal tersebut berkontribusi pada
langsung menjadi pembeda pada tujuan penanaman nilai-nilai luhur kepada
upacaranya.
masyarakatnya.
C. HASIL DAN BAHASAN
- Perbandingan:|
1 . Gambaran Umum Desa Lelea
Upacara ini memiliki keserupaan dengan Desa Lelea secara administratif upacara ngarot. Keserupaan terletak pada berada di Kecamatan Lelea, Kabupaten adanya kearifan lokal di dalam upacara. Indramayu. Desa ini berluas 422 hektar, Namun demikian, perbedaan yang sekitar 380 hektar di antaranya merupakan mendasar
pesawahan. Dengan demikian bercocok Penelitian terdahulu lebih menekankan tanam padi di sawah merupakan mata pada tata cara menanam padi sebagai pencaharian
terdapat
antarkeduanya.
pokok bagi mayoritas kearifan lokalnya, sedangkan
pada warganya. Menurut Yanti Nisfiyanti upacara ngarot lebih menekankan pada (2011: 444), mereka yang menggeluti orang yang menanam.
bidang pertanian terdiri atas petani pemilik, penggarap, dan buruh tani. Saat
- Judul:
ini, petani pemilik merupakan jumlah
Fungsi Upacara Pertanian
pada
terbesar.
Masyarakat Guradog
Kabupaten
Desa Lelea berjarak 15,5 kilometer
ibu kota Kabupaten Indramayu. Desa ini memiliki batas-batas - Penulis:
Lebak, tahun 2009. persegi
dari
wilayah sebagai berikut: Ria Intani T.
- sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pangauban Kecamatan Lelea; - Hasil Penelitian: - sebelah barat berbatasan dengan Desa Cempeh Kecamatan Lelea;
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 43 - sebelah timur berbatasan dengan Desa
agama Islam di Cirebon dan sekitarnya. Tamansari Kecamatan Lelea; dan
Para wali melakukan siar Islam dengan - sebelah utara berbatasan dengan Desa
beberapa pendekatan seperti melalui Larangan Kecamatan Lohbener.
bercocok tanam, kesenian, pengobatan, tata niaga, dan struktur pemerintahan.
2 . Sejarah Indramayu.
Ia Dalam
Melalui
pendekatan kesenian,
yang menjadikan tari topeng dan wayang kulit berkembang di Indramayu, Wiralodra dan
cerita
rakyat
sebagai media untuk menyebarkan agama Ki Tinggil merupakan orang yang pertama
Islam.
kali tinggal di hutan Cimanuk. Kegiatan Tari topeng yang awalnya berasal sehari-hari mereka diisi dengan membuka
dari lingkungan istana Cirebon menyebar tanah dan berladang.
ke arah Indramayu. Di Indramayu tari Ketika Wirolodra pergi ke daerah topeng yang semula sebagai tarian keraton asalnya,
ia mempercayakan hutan tersebut berubah menjadi tarian rakyat. Cimanuk kepada Ki Tinggil. Ki Tinggil
Tari topeng yang menyebar ke arah yang dipercaya sebagai lurah di hutan
Indramayu, bentuk topeng dan tokohnya tersebut melanjutkan membuka hutan dan
sama dengan di Cirebon, yang berbeda berladang. Lambat laun mulai banyak
adalah gerak tariannya 2 . pendatang yang bertamu dan bertempat tinggal. Selanjutnya mereka bergotong-
Sejak keberadaannya di Indramayu royong membangun jalan, saluran air, dan
dan dengan melihat dari faktor sejarahnya rumah.
maka tari topeng menjadi jenis kesenian Di antara tamu yang datang, yang wajib ada dalam upacara ngarot. terdapat tamu perempuan bernama Nyi
Selain tari topeng menjadi unsur hiburan di Endang Darma disertai pengikutnya.
dalam pelaksanaan upacara ngarot, juga Mereka datang dengan membawa bibit
menjadi media tuntunan oleh karena ada yang sangat dibutuhkan masyarakat di
simbol-simbol yang dilambangkan dengan hutan Cimanuk yaitu jagung, padi, dan
penggunaan beberapa jenis topeng dan palawija. Kedatangan Nyi Endang Darma
gerakan penari, yang masing-masing disambut baik oleh Ki Tinggil. Selanjutnya
menggambarkan dari mulai fase bayi, mereka mencari tempat untuk tinggal dan
anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. bercocok tanam. Nyi Endang Darma pun
Keseluruhan simbol tersebut bermakna tidak segan-segan untuk memberikan
bahwa semua yang hidup akan berakhir ilmunya kepada yang lain bagaimama
dengan kematian. Oleh karenanya, semasa cara bercocok tanam.
hidup hendaknya diisi dengan berkarya Di wilayah Jawa Barat, kegiatan dan beramal sesuai dengan tingkatan umur pertanian dengan sistem sawah dimulai
dan kemampuannya. setelah adanya kerajaan Islam di Jawa
Barat yang pusat penyebarannya di
4 . Sejarah Ronggeng Ketuk
Cirebon dan Banten. Pembukaan sawah Ronggeng ketuk merupakan salah terus dilakukan di daerah Karawang
satu seni tari tradisional yang terdapat di sampai daerah sebelah barat Sungai
Kabupaten Indramayu. Ronggeng ketuk Cimanuk (Ekadjati dalam Chijs, 1995:
termasuk ke dalam jenis tari pergaulan. 103). Pembukaan daerah pesawahan di
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan daerah Indramayu diperkirakan terjadi
kesenian ini ada pada awalnya. pada abad ke-7.
Selain berfungsi sebagai media hiburan, pada zamannya, ronggeng ketuk
juga sering dipanggil untuk acara khaul. Sunan Gunung Jati adalah salah Ronggeng seringkali
3 . Sejarah Tari Topeng
tampil untuk satu dari Walisanga yang menyebarkan
2 (http://sanggarcendrawasih.wordpress.com)
44 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
melayani penonton yang berminat menari mempunyai keturunan, sawah miliknya bersamanya. Ronggeng ketuk sebagaimana
digarap bujang-cuene namanya,
yang
biasa
diserahkan ke pemerintah desa dengan waditranya berupa ketuk, rebab, gendang
syarat pesta bujang-cuene tersebut harus dengan kulanter-nya, gong, dan kecrek.
tetap berjalan. Selanjutnya, pesta bujang- Pada zamannya, ronggeng ketuk cuene tersebut dinamai upacara ngarot. tampil semalam suntuk, dari usai isya
Kata ngarot berasal dari bahasa Sunda hingga menjelang subuh. Namun demikian
Lelea yang artinya makan-minum (Samian, seiring berjalannya waktu, ronggeng ketuk
kegiatan terus saja.
hanya diperbolehkan tampil di malam hari
Demikian
berlangsung pada setiap tahunnya.Setiap Demi
menjaga kelestarian dua minggu usai acara pesta (upacara kesenian
Indramayu maka kesenian ngarot ), bujang-cuene kemudian ditugasi ronggeng ketuk diharuskan ditampilkan untuk durugan (menggarap sawah). Ada dalam setiap pelaksanaan upacara ngarot.
kepercayaan apabila sawah warisan Apalagi, beberapa penari ronggeng ketuk,
tersebut digarap oleh bujang-cuene, termasuk salah satu primadonanya saat itu,
hasilnya akan baik.
Mimi Tiweng, berasal dan tinggal di Kepercayaan ini menguat oleh Kecamatan Lelea 3 . karena dilatari adanya suatu peristiwa. Saat itu, seorang kuwu tidak menyetujui sawah
5 . Upacara Ngarot
kasinoman digarap oleh bujang-cuene.
a. Sejarah Upacara Ketidakpercayaan tersebut karena melihat Upacara ngarot dilatari oleh hasil kerja bujang-cuene yang dianggap peristiwa
kurang baik. Yakni, jarak penanamannya masyarakat bernama Ki Kapol. Semasa
kurang beraturan.
hidupnya, ia senang mengumpulkan Adanya anggapan seperti itu, bujang-cuene (muda-mudi)
pengolahan sawah lalu diserahkan kepada mengadakan makan-makan dan minum di
sambil
kuli. Namun demikian ternyata hasilnya tempat tinggalnya. Oleh karena rasa
bukan menjadi lebih baik, melainkan padi sayang bujang-cuene kepada Ki Kapol,
banyak terserang hama. Sejak itu, tradisi sebagai balas jasa, mereka secara gotong
yang sudah dirintis oleh Ki Kapol royong membantu menggarap sawah milik
dikembalikan seperti pada awalnya.Yakni, Ki Kapol yang berluas 2, 610 hektar pada
sudah menjadi keharusan sawah warisan waktu itu. Kesempatan itu sekaligus
Ki Kapol digarap oleh bujang-cuene. digunakan
Berikutnya, oleh karena sawah pembelajaran cara bertani yang benar.
untuk
memberikan
milik Ki Kapol tersebut digarap oleh Kegiatan tersebut berjalan terus bujang-cuene maka sawah tersebut disebut setiap tahun dan dalam perkembangannya
kasinoman . Istilah disertai hiburan berupa kesenian topeng
sebagai
sawah
kasinoman berasal dari kata enom yang dan ronggeng ketuk. Setelah masa
artinya muda.
penjajahan Belanda ditambah dengan Upacara ngarot telah berlangsung kesenian jidur (tanjidor).
sejak abad ke-16. Sebutan ngarot Manakala Ki Kapol menduduki diucapkan oleh masyarakat Lelea maupun jabatan kuwu (kepala desa) Desa Lelea,
luar Lelea. Sedangkan istilah kasinoman, kegiatan bujang-cuene dipindahkan dari
hanya merupakan istilah intern atau balai adat (rumah Ki Kapol) ke balai desa.
dengan kata lain hanya digunakan oleh Ketika Ki Kapol habis masa jabatannya
masyarakat Lelea. Kasinoman berasal dari sebagai kuwu, karena Ki Kapol tidak
kata enom (orang muda) atau sinom (daun asam yg muda). Daun asam yang muda
3 terlihat bercahaya dan indah, sehingga (http:/pensilwarnadesign.wordpress.com).
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 45 banyak disukai orang. Demikian halnya
Tujuan ini memiliki benang merah harapan dari para peserta upacara.
dengan potensi Desa Lelea sebagai daerah pesawahan. Dengan adanya rasa cinta untuk
bidang pertanian, diharapkan mampu mencegah anak-anak muda Lelea untuk merantau.
menekuni
Selain tujuan-tujuan di atas, tujuan diselenggarakannya upacara juga untuk menyeragamkan dimulainya musim tanam, sekaligus memberi komando bahwa tanam
Gambar 1. Upacara Ngarot padi sudah dapat dimulai. Sumber: kabar-cirebon.com
c. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan b. Tujuan Upacara
Upacara
Sebagaimana yang disampaikan Upacara ngarot diselenggarakan oleh kuwu Desa Lelea, Samian (1992: 2)
pada bulan-bulan musim penghujan, antara dan kuwu-kuwu penerusnya, upacara
November-Desember. Harinya, hari Rabu. ngarot diselenggarakan untuk beberapa Adapun
tanggal pelaksanaannya tujuan:
bergantung hasil musyawarah antara Pertama , bertujuan sebagai wadah untuk pemangku adat dan para tokoh masyarakat mempersatukan pemuda Desa Lelea.
setempat.
Kedua , bertujuan untuk melekatkan rasa Awalnya, ngarot diselenggarakan gotong-royong antarpemuda di Desa Lelea.
di balai adat. Setelah Ki Kapol menjabat Ketiga , bertujuan mendewasakan pemuda sebagai kuwu
Desa Lelea, acara dengan dituntut kemandiriannya. dipindahkan ke balai desa. Tempat lain
Tujuan yang ketiga tersebut sesuai yang terkait dengan penyelenggaraan dengan pituah kokolot Lelea (petuah
upacara adalah rumah ketua RT untuk sesepuh Lelea) yang disampaikan dalam
tempat berkumpul peserta upacara, serta bahasa Sunda Lelea sebagai berikut:
kuwu sebagai tempat “mikirun budak engkena kuma’a, pemberangkatan awal menuju balai desa. senajan boga arta kudu tetep
rumah
usa’a. Kur ngora ula poya – paya,
d. Teknis Penyelenggaraan Upacara
kamberan kolota ula sengsara. Teknis penyelenggaraan ngarot Dlema laki kerja, ewena usa’a.
bulan sebelum hari Neangan pekaya rukun runtut, pelaksanaan. Tahap awal, dilakukan aturan agama kudu diturut slamet
dimulai
dua
(musyawarah) untuk dunya akherat” (Samian, 1992: 2).
rembug desa
menentukan
waktu penyelenggaraan
berikutnya dibentuk Pada intinya petuah tersebut kepanitiaan yang terdiri atas: kuwu bapa mengandung nasihat yang ditujukan untuk
upacara.Tahap
kuwu biang (kepala desa beserta istri), anak-anak muda di Lelea, agar mereka
pamong desa bersama istri, polisi desa, mengisi masa mudanya dengan bekerja
serta instansi terkait. keras, serta selalu berpedoman pada ajaran
Penyelenggaraan upacara ngarot agama agar kehidupan mereka selamat
dibiayai dari hasil panen sawah kasinoman dunia dan akhirat.
pada musim tanam sebelumnya, dan untuk Selanjutnya, tujuan-tujuan tersebut penyelenggaraan berikutnya dibiayai dari di atas dijabarkan lebih jauh dengan
hasil panen sawah kasinoman tahun menanamkan rasa cinta bertani kepada
berikutnya, demikian seterusnya. generasi muda yang ada di Lelea.
Informasi tentang penyelenggaraan upacara ngarot diumumkan sebulan
46 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
sebelum penyelenggaraan upacara, yakni pada
saat upacara
sedekah bumi .
Sebagaimana tradisi
yang
sudah
berlangsung, teknik pengumuman selain menggunakan pengeras suara, juga dengan memukul bende keliling desa.
Dua minggu
dari
waktu
pengumuman, bujang-cuene yang akan menjadi peserta ngarot berkumpul di balai desa untuk memusyawarahkan warna
Gambar 3.Para Cuene seragam yang akan dikenakan saat
Sumber :http://news.fajarnews.com upacara, sekaligus menunjuk beberapa di
antaranya sebagai perwakilan dalam acara
f. Persiapan dan Perlengkapan Upacara
serah terima perlengkapan tani.
kegiatan dilakukan sehari menjelang pelaksanaan upacara,
Beberapa
e. Pihak-pihak yang Terlibat dalam
seperti: Menata area upacara di balai desa
Upacara
yang dilakukan oleh pamong desa; Secara garis besar, pihak yang Menyiapkan
bahan-bahan untuk terlibat dalam upacara terbagi atas: pelaku
pembuatan nasi kuning dan sesajen yang upacara,
pelindung/penasihat dilakukan oleh istri pamong desa; penyelenggaraan upacara, keamanan, dan
Membuat rangkaian bunga kenanga dan partisipan.
melati untuk dikenakan cuene oleh Pelaku
upacara terdiri atas: masing-masing orang tua cuene; Orang tua bujang -cuene, kuwu bapa kuwu biang dan cuene (bagi yang mau), melakukan ziarah pamong desa beserta istri, serta penari
ke makam leluhur.
topeng dan ronggeng
bahan-bahan untuk Pelindung/penasihat adalah pejabat atau
ketuk .
Manakala
memasak nasi kuning telah tersedia, dini pemangku budaya dari instansi terkait.
hari memasuki hari pelaksanaan upacara, Keamanan dari polisi desa, sedangkan
istri pamong desa memasak nasi kuning partisipan adalah mereka yang turut
untuk konsumsi pada saat acara di balai meramaikan
peserta desa. Sementara itu, di masing-masing karnaval dan peserta pasar malam.
acara,
seperti:
rumah bujang-cuene, disibukkan oleh kegiatan berdandan.
Gambar 2. Para Bujang Gambar4. Merias Kepala dengan Rangkaian Sumber: http://www.tosupedia.com,
Kenanga Sumber: http:// nanakartawi.blogspot.co.id
Secara garis besar, perlengkapan upacara terbagi atas:
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 47 Perlengkapan
bujang-cuene wulung , daun andong, daun beringin, dan berupa:
bambu kuning).
- pakaian cuene: kebaya, selendang, sewet (kain panjang), setagen (ikat pinggang),
g. Jalannya Upacara
sandal/selop. Pukul 07.00 WIB, bujang-cuene - perlengkapan rias wajah;
dari tiap-tiap RT berkumpul di rumah - perhiasan setenong: bros, jepit kain,
ketua RT masing-masing. Selanjutnya, untaian peniti, cincin, gelang, kalung,
pada sekitar pukul 08.00, dengan giwang.
didampingi pamong desa beserta istri, - hiasan rambut berupa warna-warni bunga
mereka menuju rumah kuwu. Di rumah dari kertas jagung yang dibuat oleh
kuwu , peserta upacara disambut kesenian pengrajin bunga, rangkaian kenanga, dan
jidur .
melati. Adapun janur yang dibentuk segi Berikutnya, dengan dipimpin kuwu tiga, disebut cunduk/pudak, dikenakan
bapa kuwu biang , seluruh peserta cuene yang sudah bertunangan sebagai
melakukan arak-arakan penanda yang bersangkutan tidak boleh
upacara
melewati batas desa untuk selanjutnya diganggu.
menuju balai desa. Posisi barisan dalam arak-arakan tidak ada ketentuan pasti, terkecuali untuk kuwu bapa kuwu biang yang selalu ada di depan para cuene atau para bujang.
Barisan arak-arakan terdiri atas: kuwu bapa kuwu biang,
para cuene, pamong desa bersama istri, para bujang, grup kesenian jidur, grup kesenian reog dan genjring, nang dan nok Dermayon, dan putra-putri batik.
Gambar 5. Pengrajin Bunga Ngarot Sejak tiga tahun terakhir, nang dan Sumber:http://www.bandungnewsphoto.com.
nok Dermayon ‘putra putri Indramayu terpilih’
diikutsertakan dalam - perhiasan dari emas. Banyak sedikitnya
penyelenggaraan upacara ngarot. Salah perhiasan
mereka adalah untuk menunjukkan kemampuan
satu tugas
mempromosikan pariwisata yang ada di orang tuanya;
ekonomi
Indramayu, termasuk wisata budayanya. - pakaian bujang berupa komboran
Selain itu, juga diikutsertakan putra putri (pakaian tani): celana komprang dengan
batik Dermayon yang mengemban tugas atasan (keduanya serba hitam) dan ikat
untuk mempromosikan batik Dermayon, kepala.
yang merupakan salah satu ikon Kabupaten Indramayu.
Perlengkapan umum berupa:
- hiasan untuk di balai desa dan tenda; - peralatan kesenian yang akan tampil; - bende.
Perlengkapan yang sifatnya sakral: - sesajen;
- perlengkapan tani berupa bibit pare, air,
pacul, pedangan , pupuk, dan tanaman Gambar 6. Acara di bale desa penolak bala (kraras, daun cau raja
Sumber:http://www.cirebontrust.com
48 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
Acara di balai desa meliputi: Pembukaan; Pituah kokolot Desa Lelea; Mengungkap sejarah ngarot; Amanat kuwu ; Penyerahan sarana tani dari kuwu serta pamong desa kepada perwakilan bujang-cuene ; Peresmian acara dengan memukul bende. Usai peresmian, ketiga grup kesenian, yakni tari topeng, ronggeng ketuk , dan jidur tampil secara
bersamaan di masing-masing tempat Gambar 7. Kuwu Bapa Kuwu Biang Ada di Barisan Paling Depan
yang telah disediakan. Tari topeng Sumber: Pikiran rakyat.com menghibur para cuene, sedangkan
ronggeng ketuk menghibur para bujang.
h. Pantangan
Ada beberapa pantangan yang diberlakukan dalam upacara ngarot, yaitu: Pantang
menyelenggarakan
upacara
selain di hari Rabu. Hari Rabu dikisahkan sebagai kedatangan Prabu Lelea ke daerah yang sekarang disebut dengan Lelea. Sebagai penghormatan kepadanya maka upacara dilaksanakan di hari Rabu;
Pantang bagi laki-laki dan perempuan yang Gambar 8.Tari Topeng sudah menikah untuk menjadi peserta
Sumber: Lpsn.infocontencarpa upacara. Hal ini terkait pada adanya kepercayaan bahwa sawah kasinoman akan
baik hasil padinya apabila penanamannya dikerjakan oleh bujang-cuene; Pantang meniadakan ronggeng ketuk dan topeng dalam upacara ngarot.
i. Makna yang Terkandung dalam Upacara
Ada beberapa
makna
yang
terkandung dalam upacara ngarot, yaitu: Posisi kuwu bapa kuwu biang di depan bujang -cuene
Gambar 9.Ronggeng Ketuk memberikan tuntunan atau tauladan;
dimaksudkan
untuk
Sumber: Lina Marliana 2014 Kesegaran bunga dan warna putih pada
bunga melati bermakna kesucian; Tari
j. Fungsi Upacara
topeng menggambarkan fase kehidupan Sebagaimana teori fungsi manusia dari bayi sampai tua, dan akhirnya
bahwa sesuatu akan mati. Hal ini menjadi peringatan agar
mengatakan
dipentingkan apabila masih berfungsi bagi masyarakatnya. Dalam hal kaitannya
semasa hidup hendaknya
manusia
dengan upacara ngarot, dengan melihat mengisinya dengan hal-hal yang positif;
Air, kraras, daun cau raja wulung, daun upacara tersebut selalu diselenggarakan andong , daun beringin, dan bambu kuning
tanpa putus dari tahun ke tahun, tentu dimaksudkan sebagai penolak bala.
upacara ini dipandang memiliki fungsi untuk masyarakat Lelea.
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 49 Mengkaji fungsi upacara, dapat
diulangingatkan setiap tahunnya. Dengan dilihat dalam empat hal. Keempat hal
kokohnya norma-norma di masyarakat tersebut adalah upacara dapat berfungsi
norma-norma tersebut dapat sebagai norma sosial, sebagai pengendali
maka
menjadi filter (pengendali) untuk bujang- sosial, sebagai media sosial, dan sebagai
cuene dari hal-hal yang negatif, yang pengelompokan sosial.
dianggap bertentangan dengan agama dan Fungsi sebagai norma sosial,
norma yang berlaku di masyarakatnya. pertama,
terdapatnya beberapa penyelenggaraan upacara yakni: sebagai fungsi di atas maka upacara ngarot wadah untuk mempersatukan bujang- menjadi media untuk menyampaikan cuene , melekatkan rasa gotong-royong norma-norma dari pendahulunya kepada antara bujang-cuene, melatih bujang- masyarakatnya, khususnya bujang-cuene. cuene untuk lebih mandiri/bekerja keras, Dan, dengan berkumpulnya/bertemunya tidak meninggalkan ajaran agama, serta bujang-cuene sebagai pelaku upacara, serta menanamkan rasa cinta bertani kepada masyarakat Lelea secara umum, baik yang bujang-cuene . Semua tujuan tersebut masih tinggal di Lelea maupun yang sudah sejatinya merupakan norma-norma yang merantau sebagai “penonton” upacara dianut
oleh leluhur Lelea untuk maka upacara ngarot menjadi berfungsi diturunkan kepada anak-anak muda Lelea.
sosial. Melalui upacara ngarot diharapkan Kedua, norma sosial ditunjukkan dapat menjaga silaturahmi antarwarga. dengan posisi kuwu bapa kuwu biang Fungsi sosial juga ditunjukkan dari adanya yang ada di barisan paling depan pada gotong-royong yang dilakukan oleh para acara arak-arakan. Ini menyimbolkan warga, muda
maupun tua, dalam bahwa pemimpin harus dapat menjadi suri mempersiapkan penyelenggaraan upacara. teladan bagi yang dipimpinnya. Dengan Dengan demikian dengan selalu bersatunya demikian melalui tata cara arak-arakan para bujang-cuene, mereka diharapkan tersebut dimaksudkan untuk selalu mampu mendayagunakan potensi desanya mengingatkan bahwa seorang pemimpin secara bersama-sama. Dengan potensi harus dapat menjadi teladan bagi yang pesawahan yang dimiliki, diharapkan dipimpinnya.
bujang-cuene tidak harus merantau untuk Ketiga, norma sosial ditunjukkan mencari pekerjaan, namun mau menekuni pada kesegaran bunga kenanga dan warna dunia
untuk meningkatkan putih bunga melati. Ini menyimbolkan kesejahteraan desanya. bahwa
tani
keperawanan/kesucian
harus
senantiasa dijaga sebagaimana diajarkan
D. PENUTUP
dalam agama. Norma sosial juga
ngarot merupakan ditunjukkan pada tampilan tari topeng.
Upacara
upacara yang memiliki keterkaitan dengan Keempat, penyerahan alat-alat bidang pertanian.Upacara ngarot, seperti pertanian kepada generasi muda sampai upacara pertanian lainnya, tidak dapat pada penanamannya, mengajarkan kepada dinafikan bermuara pada keselamatan dan bujang-cuene untuk mencintai desanya kesejahteraan hidup. Namun demikian dengan mendayagunakan potensi yang upacara ngarot berbeda dengan upacara- ada.
upacara pertanian pada umumnya. Upacara Keempat
ini sangat khas dan unik. Upacara ini sebagainya,
hal
di atas dan
semuanya menunjukkan memiliki tujuan yang kemudian menjadi norma-norma
upacara pertanian masyarakat Lelea. Dengan demikian, lainnya. upacara
yang
berlaku
pada pembeda dengan
Tujuan pada upacara ngarot pengokoh norma social dan ajaran agama identik dengan subjek/peserta/pelaku pada oleh karena norma-norma tersebut selalu upacara. Subjek/peserta/pelaku
ngarot berfungsi
sebagai
dalam
50 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
upacara ngarot adalah bujang-cuene. Oleh Terlepas dari keempat fungsi di karena sebagaimana tujuannya, upacara ini
atas, ada dua fungsi lain yang melekat pada bermaksud menanamkan norma-norma
penyelenggaraan upacara. Yakni, fungsi yang berlaku pada masyarakat Lelea
pelestarian seni tradisi. Melalui upacara kepada bujang-cuene.
ngarot , tari topeng dan apalagi ronggeng Upacara ngarot diselenggarakan ketuk yang sudah mulai terpinggirkan, dari tahun ke tahun pada hari, bulan, dan
akan lestari adanya. Selanjutnya, terkait tempat yang sama sebagaimana para
dengan trend wisata budaya lokal maka pendahulunya menyelenggarakan upacara
upacara ngarot dikembangkan sebagai ini. Penyelenggaraan yang tetap ini
aset budaya Indramayu sebagaimana yang sifatnya tidak serta merta, melainkan
tertuang dalam TAP MPR RI No. semuanya berasaskan tradisi dan dilatari
mengenai arah dan sejarah.
IV/MPR/1978
kebijaksanaan pembangunan umum di Secara kasat mata, upacara ngarot bidang pengembangan kepariwisataan. tampak sebagai sebuah pesta tradisional
Pengembangan kepariwisataan perlu semata. Selain ada kemeriahan dari warna- ditingkatkan
dan diperluas untuk warni bunga yang menghiasi arak-arakan,
penerimaan devisa, juga ada kemeriahan dari tampilan
meningkatkan
lapangan kerja, dan beberapa kesenian.
memperluas
memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan Pesta memang tak dapat dinafikan, serta pengembangan pariwisata dilakukan hanya saja dibalik yang tersurat tersebut
tetap memperhatikan tersirat banyak makna yang disampaikan
dengan
kebudayaan dan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol- kepribadian nasional. Pembinaan serta silmbol tersebut apabila dibedah satu-demi
terpeliharanya
pengembangan pariwisata dalam negeri satu
sejatinya adalah norma-norma lebih ditujukan kepada pengenalan budaya masyarakat Lelea.
bangsa dan tanah air . Zaman memang terus berkembang, namun demikian norma-norma yang
DAFTAR SUMBER
merupakan warisan dari para pendahulu
1 . Jurnal/ Laporan Penelitian
tersebut rupanya masih dianggap sezaman. Al-Hasani, Mohamad Muwafiqilah, Oksiana Dengan kata lain, tetap aktual untuk
Jatiningsih.
digunakan sebagai tuntunan bujang-cuene “Makna Simbolik dalam Ritual Kawit sekarang. Tidak heran kalau kemudian
dan Wiwit Pada Masyarakat Pertanian ngarot
Ngasemlemahbang upacara Kec. terus-menerus diselenggarakan demi mewariskan norma- Ajibarang Kab. Sleman” dalam Kajian
di
Desa
Moral dan Kewarganegaraan Vol. norma tersebut.
03Nomor 02 tahun 2014. Hlm. 1220 – Pewarisan norma dianggap sangat
penting, mengingat apabila melihat lebih dalam dari upacara ngarot, upacara ini Herlinawati, Lina. “Ngaruat Solokan di Desa
Kecamatan memiliki Parongpong empat fungsi bagi Kabupaten Bandung Barat” dalam
Cihideung
masyarakatnya.Yakni, fungsi norma sosial, Jurnal Patanjala Vol. 3 No. 2 Juni pengendali sosial, media sosial, dan
2011. Hlm. 296-314. pengelompokan sosial. Keempat fungsi
tersebut merupakan satu kesatuan yang
Marliana. ”Pertunjukan tidak dapat dipilah satu dengan lainnya. Ronggeng Ketuk dan Topeng pada Upacara Ngarot di Desa Lelea
Hidayat,
Lina
Sebabnya, upacara ngarot bukan saja Kabupaten Indramayu (Sebuah Kajian identik sebagai sebuah norma, akan tetapi
Interaktif Simbolik)” dalam Panggung juga sebagai filter, media sosialisasi
Vol. 24 No.1. Maret 2014. Hlm. 59-70. pendidikan, dan sarana silaturahmi bagi
masyarakatnya. Intani T., Ria. “Pengobatan Tradisional di Kalangan Anak-anak (Studi Kasus di
Fungsi Ngarot .... (Ria Intani Tresnasih dan Lasmiyati) 51
Kecamatan Soreang)” dalam Jurnal
2 . Buku
Patanjala Vol. 7 No. 3. September
Anonim.
2015. Hlm. 509-524. Tata Upacara Adat Tradisional Tani di _____.
Desa.
“Fungsi Upacara
Bungin, Burhan H. M. 2009 Masyarakat Guradog Kabupaten Lebak”
Pertanian
pada
Penelitian Kualitatif . Jakarta: Prenada dalam Jurnal Patanjala Vol. 1 No. 1
Media Group.
Maret 2009. Hlm. 84-95.
Dasuki, HA. 1977.
Kasnodihardjo.“Lebih Jauh Mengenal Metode Sejarah Indramayu . Pengamatan” dalam Media Litbangkes Vol. II/No. 3/1992.
Ekadjati, Edi S, 1995. Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Merlina, Nina. “Upacara Huluwotan: Ritual
Sejarah (1). Jakarta: Pustaka Jaya. Pada
Mekarsari Kabupaten Bandung” dalam
Kasim, Supali. 2011.
Jurnal Patanjala
Menapak Jejak Sejarah Indramayu . 2015. Hlm. 249-262.
Vol. 7 No. 2 Juni
Yogyakarta: Framepublishing. Nisfiyanti, Yanti. “Kajian Nilai Budaya dalam
Koentjaraningrat. 1990. Upacara Mapag Sri di Desa Lelea”
Mentalitas dan dalam Jurnal Patanjala Vol. 3 No.
Kebudayaan
Pembangunan . Jakarta: Gramedia 3September 2011. Hlm. 442-455.
Pustaka Utama. Rahmawati, Neni Puji Nur. “Nilai Pendidikan
Saebani, Beni Ahmad. 2012. dalam Budaya Menanam Padi Suku
Antropologi. Bandung: Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat”
Pengantar
Pustaka Setia.
dalam Jurnal Patanjala Vol. 4 No.
Salana, 1987
1.Maret 2012. Hlm. 14-24. Anjir Sejarah Carbon , jilid I, 1987. Rusnandar, Nandang. “Seba, Puncak Ritual
Samian. 1992.
Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak Sambutan Kepala Desa Lelea pada Provinsi
Upacara Adat Ngarot Tanggal 25 Patanjala Vol. 5 No. 1.Maret 2013.
Nopember 1992 . Indramayu. Hlm. 82-98.
Sumardjo, Unang, 1983 Somantri, Ria Andayani. “Sistem Gotong
Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Royong pada Masayarakat Baduy di
Pemerintahan Kerajaan Cirebon 1479- Desa Kanekes Provinsi Banten” dalam
1809. Bandung: Tarsito. Jurnal Patanjala Vol. 4 No. 1.Maret
2012. Hlm. 137-151.
4 . Internet
Tresnasih, Ria Intani., Suwardi A.P., Enden
Indramayu” dalam Irma R., Yeti Tresnawati., Dian
“Tari
Topeng
http://sanggarcendrawasih.wordpress.c Dianawati., Ecos.1992.
om diakses tanggal 23 Maret 2013, Upacara Ngarot di Desa Lelea,
jam. 12.05.
Kecamatan Lelea,
Kabupaten Indramayu dalam Indramayu .
Kabupaten
Bapeda
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”, Depdikbud,
Laporan
Perekaman.
diakses dari www.bappedaindramayu Direktorat Jarahnitra: P3NB Jawa Barat.
Dirjen
Kebudayaan,
kab.go.id , tanggal 2 Februari 2016, jam Tresnasih, Ria Intani & Lasmiyati. 2015.
Upacara Ngarot . Pencatatan Warisan Hartati, Sri Trisna Dewi , “Peranan Dewi Sri Budaya Takbenda (WBTB). Disbudpar
dalam Tradisi Pertanian di Indonesia”, Provinsi Jawa Barat.
diakses dari http://iaaipusat.worpress. com , tanggal 2 Februari 2014 jam
52 Patan j al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 37 - 52
“Adat Tradisi Ngarot”, foto diakses dari
http://nanakartawi.blogspot.co.id ,
tanggal 8 Februari, jam. 20.10.
“Tradisi Ngarot di Indramayu”, foto diakses
dari http://news.fajarnews.com , tanggal
8 Februari 2016, jam20.56.
“Persiapan Upacara Ngarot Indramayu”, foto
diakses dari http://www.bandungnews
photo.com. Tanggal 8 Februari 2016,
jam 21.37.