BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Letak dan Lokasi - Chapter II (654.4Kb)

  

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Letak dan Lokasi

  Lokasi penelitian ini terletak di Desa Pematang Johar, penelitian ini dilakukan di 2 (dua) dusun, yaitu dusun XIII dan dusun XIV disebut dengan kedua dusun Sinar Gunung.

  Kedua dusun ini, menjadi bagian dari 15 dusun yang ada di desa Pematang Johar, luas kedua dusun ini 409,52 ha, sedangkan luas areal desa pematang johar dari 15 dusun berjumlah 2168,30 ha. Rincian luas masing-masing dusun dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel tersebut menunjukkan bahwa Dusun I (Batang Buluh) merupakan dusun yang memiliki luas wilayah terluas diantara dusun-dusun lainnya. Penuturan dari kantor kepala desa mengatakan luas wilayah dusun yang ada di Desa Pematang Johar memang tidak sama, hal ini dikarenakan dari awal pembentukan wilayah-wilayah di Desa Pematang Johar luas wilayah sudah ada yang di tentukan oleh masyarakat yang pertama menempatinya. Sedangkan luas wilayah yang paling sedikit adalah dusun IV (Paluh Gelombang) hal ini karena Paluh Gelombang dibagi menjadi dua Dusun.

  Tabel II - 1 Luas Wilayah Desa Pematang Johar

  No Dusun Luas Wilayah (Ha)

  1 Dusun I (Batang Buluh) 312,44

  2 Dusun II (Pasar Lalang) 245,26

  3 Dusun III (Paluh Gelombang) 170,88

  4 Dusun IV (Paluh Gelombang)

  87

  5 Dusun V (Pasar Dua) 143,04

  6 Dusun VI (Rawa Badak) 152,56

  7 Dusun VII (Pasar Tujuh) 112,24

  8 Dusun VIII (Tanah Tinggi) 128,16

  9 Dusun IX (Suka Setia) 95,08

  10 Dusun X (Suka Setia) 79,4

  11 Dusun XI (Sidoharjo) 22,54

  12 Dusun XII (o Bali) 22,78

  13 Dusun XIII (Sinar Gunung) 207,4

  14 Dusun XIV (Sinar Gunung) 202,12

  15 Dusun XV (suka Mulia) 188,12 2168,30

  Jumlah

  Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013 Kedua desa ini masuk dalam wilayah Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli

  Kabupaten Deli Serdang. selain itu, kedua desa ini menjadi salah satu pintu masuk kedalam area KIM. Letak kedua desa ini berbatasan dengan berbagai desa, adapun batas-batas wilayah Sinar Gunung tersebut adalah sebagai berikut :

  Di sebelah Timur berbatasan dengan Martubung

  • Di sebelah Tenggara berbatasan dengan Dusun XII
  • Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sampali -
  • 2.2 Sejarah Desa

  Di sebelah Barat berbatasan dengan KIM (Kawasan Industri Medan) di Mabar

  Pertama kalinya daerah yang sekarang ini disebut dengan Sinar Gunung merupakan hutan yang kemudian dikelolah oleh pendatang pertama menjadi area bertani padi darat.

  Pembukaan hutan sebagai lahan pertanian dengan penebangan dan pembersihan lahan untuk nantinya menjadi lahan pertanian mereka. Setelah penebangan dan pembukaan hutan dilakukan, para pendatang pertama mulai membakar dan membersihkan agar dapat menanam padi darat karena hanya padi darat yang masih bisa dilakukan pertama kali pembukaan lahan.

  Untuk menanam padi para pendatang tersebut bermodalkan pengetahuan bertani yang dimiliki dari kampung halaman mereka tersebut.

  Pada awal tahun 1923-an, ada beberapa keluarga datang ke daerah yang sekarang ini disebut dengan Sinar Gunung. Mereka yang pertama datang ke Sinar Gunung dari berbagai kalangan dari pegunungan yaitu dari Saribudolok, Bangun Purba dan juga Raya. Menurut informan peneliti pendatang yang datang yang masih diingat oleh informan ada beberapa yaitu Alm.Salomo Bangun, Alm.Ramjah Bangun, Alm.Toguh Purba, Alm.Saroyo Damanik, Rottip Saragih dan Ngada Saragih.

  Pendatang pertama yang sampai, mencari cara agar untuk tinggal dan bertahan hidup. Salah satu cara yang dibuat yaitu pengukuran lahan yang telah mereka bersihkan bersama untuk menjadi lahan tempat bertani dan juga pembuatan gubuk untuk tempat tinggal sementara. Untuk menjaga kebersamaan dan kekompakan para pendatang, mereka membuka lahan baru di luar area pertanian sebagai lahan tempat tinggal yang layak agar tidak tinggal di gubuk yang berada area pertanian.

  Dalam hal pembagian lahan pertapakan, para pendatang melakukan suatu undian untuk mengetahui sebatas mana lahan yang dapat mereka bangun sebagai tempat tinggal mereka. Setelah mereka mengetahui lahan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selanjutnya, pembangunan rumah pun dimulai dan nama untuk tempat tinggal pun mulai mereka pikirkan.

  Desa ini menurut peneliti sangat aneh disebutkan menjadi nama Sinar Gunung, karena tidak adanya di Desa tersebut Gunung tetapi namanya menjadi Sinar Gunung. Setelah peneliti telusuru dan bertanya kepada informan di Sinar Gunung, barulah peneliti tahu kenapa desa tersebut bernama Sinar Gunung. Sinar Gunung memiliki arti bagi masyarat sinar Gunung yaitu Desa yang bersinar oleh masyarakat dari pegunungan datang membawa perubahan di daerah tersebut dan pada tahun 1954 Sinar Gunung di sahkan oleh Camat Labuhan Deli.

  Setelah Sinar Gunung di sahkan, masyarakat mulai bertani padi sesuai dengan lahan yang mereka miliki. Masyarakat Sinar Gunung pun kian bertambah dengan datangnya pendatang berikutnya yang datang untuk memulai kehidupan baru di Sinar Gunung. Para pendatang yang berikutnya merupakan sanak saudara para pendatang terdahulu dengan mereka berhasil bertani dan bertahan hidup di Sinar Gunung, mereka mengabarkan kepada saudara yang berada di kampung halaman mereka dan menyuruh bermigrasi ke Sinar Gunung. Dengan demikian pertambahan penduduk di Sinar Gunung semakin banyak dan pemukiman masyarakat semakin banyak.

  Sinar Gunung mayoritas Penduduknya adalah etnis Simalungun. Masyarakat Sinar Gunung mayoritas bermarga Purba, Saragih dan Damanik. Tetapi setelah banyaknya masyarakat etnis Simalungun yang bermukin ke Sinar Gunung sekarang ini bertambah berbagai macam marga yaitu :

  Purba

  • Saragih -

  Damanik

  • Sipayung -

  Sinaga

  • Girsang Dari sekian banyaknya etnis Simalungun yang bermukim dari berbagai tempat dari

  Kabupaten Simalungun dari daerah yaitu :

  • Saribudolok -

  Dolok Silau

  • Pematang Raya -

  Bangun Purba

  • Panei -

  Nagori dolok Terbentuknya Sinar Gunung sebagai wilayah pemukiman baru, maka banyak pendatang dari berbagai etnis datang ke Sinar Gunung, misalnya dari etnis Karo, dan juga

  Batak Toba. Mayoritas etnis di Sinar Gunung merupakan etnis simalungun karena pendatang pertama dan kebanyakan masyarakat di Sinar Gunung merupakan etnis Simalungun. Bahasa sehari-hari yang digunakan di Sinar Gunung adalah bahasa simalungun sebagai bahasa lokal dan bahasa Indonesia.

2.3 Keadaan Penduduk

2.3.1 Jumlah Penduduk

  Penduduk di Sinar Gunung menurut hasil laporan dari kantor kepala desa berjumlah 793 jiwa. Dengan jumlah keluarga sebanyak 199 KK. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 407 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 386 jiwa. Dalam satu keluarga rata-rata memiliki 4-7 jiwa, hanya beberapa saja yang memiliki anggota keluarga 8-10 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

  Tabel II - 2 Jumlah Penduduk Sinar Gunung

  17

  27

  24

  67 10 51 – Ke atas

  32

  35

  69 7 20 – 30 90 92 182 8 35 – 45 52 50 102 9 45 – 50

  36

  33

  87 6 16 – 18

  42

  45

  30 4 7 – 12 72 69 141 5 13 – 15

  13

  51 3 5 – 6

  No Nama Dusun Jenis Kelamin Jumlah Keluarga

  25

  26

  13 2 1 – 5

  6

  7

  Dusun XIII Dusun XIV 1 0 – 1

  Dusun Jumlah (Jiwa)

  No Usia (Tahun)

  Tabel II - 3 Komposisi Penduduk Sinar Gunung Menurut Umur

  Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013 Jumlah penduduk Sinar Gunung yang lebih banyak ada pada usia 20-30 tahun sedangkan usia yang lebih rendah ada pada usia 0-1 tahun. Seperti terlampir pada tabel berikut :

  2 Dusun XIV 215 177 100 Jumlah 407 386 199

  99

  1 Dusun XIII 192 209

  Laki-laki Perempuan

  51 Jumlah 401 392 793 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013 Tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk yang terbesar adalah kelompok usia mapan untuk bekerja, yaitu umur 20-30 tahun. Masyarakat Sinar gunung dalam usia ini sudah banyak yang bekerja maupun sudah menikah. Banyaknya masyarakat Sinar Gunung yang menikah muda mengakibatkan angka kelahiran di Desa ini juga banyak. Hal ini berdampak pada jumlah pertubuhan penduduk yang semakin banyak, yaitu adanya kepedulian masyarakat akan program keluarga berencana (KB). Laju pertumbuhan penduduk Desa Sinar Gunung dibatasi dengan program KB dari pemerintah, kepedulian pemerintah untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk direspon baik oleh penduduk Sinar Gunung.

2.3.2 Agama

  Masyarakat Sinar Gunung keseluruhan beragama kristen berdasarkan data dari kantor kepala desa, yaitu Kristen Protestan dan Katolik. Tempat ibadah, terdapat 3 (tiga) bangunan gereja, yaitu 2 (dua) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) dan satu Gereja Katolik. Dari keseluruhan umat yang ada di Sinar Gunung tersebut, umat GKPS merupakan yang paling banyak jemaatnya dibandingkan dengan Katolik, ini dikarenakan adanya 2 unit Gereja GKPS yang ada di Sinar Gunung tersebut. Bangunan Gereja yang ada di Sinar Gunung ini bukan hanya digunakan warga desa setempat saja, tetapi dipakai juga oleh warga desa lainnya. Keseluruhan kegiatan kebaktian diadakan pada hari Minggu pagi hingga siang hari.

  Gereja pertama yang ada di Sinar Gunung adalah gereja katolik. Setelah beberapa tahun adanya gereja katolik, berdirilah gereja GKPS Sinar Gunung. Berdirinya gereja GKPS Sinar Gunung karena perbedaan bahasa yang digunakan waktu kebaktian. Gereka katolik menggunakan bahasa indonesia dalam acara kebaktian minggunya sedangkan gereja GKPS menggunakan bahasa simalungun dalam kebaktian minggunya. Perbedaan bahasa yang digunakan juga menjadi pemicu perbedaan jumlah umat yang ada di GKPS dan katolik.

  Perbedaan jumlah umat yang lebih mendominan di GKPS dikarenakan adanya rasa kurang suka dengan cara kebaktian di Katolik, hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan dalam acara kebaktian di Katolik dengan GPKS berbeda. Perbedaan ini yang merupakan alasan mengapa ada yang masuk ke Katolik dan ke GKPS. Seperti paparan dari informan peneliti mengatakan : “saya dulunya gereja di katolik, tapi di katolik bahasanya pake bahasa Indonesia kurang ngerti jadinya, jadi pindahlah ke GKPS karena menggunakan bahasa simalungun disana”. Dari paparan informan diatas, peneliti dapat melihat bahwa bahasa yang digunakan dalam acara kebaktian dulunya mempengaruhi jumlah umat yang ada pada gereja di Sinar Gunung.

  Gereja GKPS memiliki dua gedung gereja yaitu gereja GPKS Sinar Gunung dan gereja GKPS Suka Mulia. Adanya dua gereja GKPS ini karena danya tampung yang ada di gereja GKPS Sinar Gunung melebihi kapasitas gedung gereja, sehingga terbentuklah gedung gereja GKPS yang baru yang berada di dusun IX Suka Mulia. Terbentuknya gereja GKPS di dusun IX karena adanya lahan milik masyarakat Sinar Gunung di dusun tersebut.

  Masyarakat Sinar Gunung yang keseluruhan merupakan beragama Kristen mengakibatkan tidak adanya bangunan Mesjid di Sinar Gunung, tetapi berada di kampung jawa dekat dengan Sinar Gunung. Walau tidak adanya umat muslim di Sinar Gunung, masyarakat Sinar Gunung dengan umat muslim yang ada di kampung jawa tetap saling menghargai keyakinan masing-masing dan tidak adanya pemaksaan keyakinan. Terbukti pada saat umat kristian, umat muslim tidak ada mengganggu dan begitu juga sebaliknya. Hal ini membuktikan adanya tolerasnsi antar umat beragama yang dilakukan oleh masyarakat Sinar Gunung.

2.3.3 Pendidikan

  Masyarakat Sinar Gunung sekarang ini semakin menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Sehingga para orangtua dengan bekerja keras berusaha menyekolahkan anak-anaknya hingga ke tingkat lebih tinggi. Di Sinar Gunung hanya memiliki 1 unit sekolah dasar SD GKPS sebagai sarana belajar-mengajar, itu pun tidak semuanya bersekolah di SD GKPS tersebut karena fasilitas yang kurang memadai dan tenaga Guru yang kurang. Kebanyakan orang tua menyekolahkan anak-anak mereka bersekolah tingkat SD di luar dari Desa Sinar Gunung, salah satu sekolah yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Sinar Gunung yaitu SD Santo Paulus yang berada di Martubung. Keberadaan anak-anak di Santo paulus bersekolah dikarenakan fasilitas yang memadai dan tenaga guru yang cukup.

  Gambar 3: SD GKPS (dokumen pribadi 5 Februari 2014)

  Dari segi pendidikan, masyarakat Sinar Gunung sudah mengalami kemajuan walau masih banyak anak yang berstatus tamatan SMA. Semakin tingginya pendidikan dan perkembangan zaman menuntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini sebagai bentuk kepedulian masyarakat Sinar Gunung akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus yang lebih berkualitas dalam segi pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Gambar 4 : suasana belajar di SD GKPS Sinar Gunung (dokumen pribadi 27 Januari 2013

  Dapat dilihat pada gambar diatas, ini adalah suasan belajar kelas1 SD yang ada di SD GKPS Sinar Gunung. Peneliti merupakan salah satu staf pengajar di SD GKPS, gambar diatas merupakan murid-murid peneliti.

2.3.4 Mata Pencaharian

  90% masyarakat Sinar Gunung awalnya berprofesi sebagai petani, tetap sejak masuk KIM ke dalam wilayah mereka mata pencaharian yang dulunya bertani kini berubah.

  Perubahan mata pencaharian mereka berubah drastis seiring dengan semakin berkembangnya mata pencaharian yang dimilki masyarakat Sinar Gunung sekarng ini. Diperkirakan 40% sampai 60% yang bertahan berprofesi sebagai petani sedangkan bekerja di KIM sebagai buruh dilakukan masyarakat sekitar 40 % dan ada juga yang melakukan keduanya bersamaan antara bertani dengan bekerja sebagi buruh di pabrik KIM.

  Mata pencaharian masyarakat Sinar Gunung ini bervariasi. Mata pencaharian utama adalah bertani padi, walau mereka bekerja sebagai pegawai (PNS), pedagang, buruh pabrik, guru, wirausaha dan juga wiraswasta, dsb; mereka juga tetap bertani. Masyarakat Sinar Gunung mengatakan bahwa tidaklah mungkin mereka dapat hidup hanya mengandalkan gaji saja. Seperti perkataan salah satu informan peneliti yang bekerja sebagai pegawai swasta mengatakan: “bahwa hanya mengandalkan gaji tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di zaman yang semakin tinggi kebutuhan hidup pun semakin banyak”.

  Dari pernyataan diatas, lebih rinci akan dipaparkan keadaan mata pencaharian di Sinar Gunung dalam sebuah tabel. Sebagai berikut :

  Tabel II - 4 Komposisi Penduduk Sinar Gunung menurut Mata Pencaharian

  No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Dusun XIII Dusun XIV

  1 Bertani 76 153

  2 Buruh

  16

  21

  3 Pedagang

  3

  9

  4 Pegawai Negeri Sipil (PNS)

  3

  7

  5 Pegawai Swasta

  4

  53

  6 TNI / POLRI

  2

  2

  7 Pensiunan

  16

  21 Jumlah 120 266 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013 Tabel diatas dapat dilahat bahwa bertani merupakan mata pencaharian yang paling banyak, karena masyarakat Sinar Gunung dari pertama kali datang memiliki keahlian bertani dan adanya lahan yang memadai untuk bertani padi juga faktor masyarakat memiliki profesi sebagai petani. Sedangkan profesi sebagai Polisi/TNI merupakan profesi yang paling sedikit dikarenakan kurang berminatnya masyarakat untuk bekerja sebagai polisi dan susahnya masuk juga mengakibatkan tidak banyaknya masyarakat Sinar Gunung memiliki profesi sebagai polisi.

  Selain dari bertani, yang memiliki mata pencaharian lainya itu merupakan mata pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak. Masyarakat Sinar Gunung sangat tergantung pada hasil pertanian, dengan adanya pekerjaan lain dan juga hasil bertani padi dapat mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Sinar Gunung. Hal ini menunjukkan bahwa tanah sangat berarti dan dekat dengan kehidupan masyarakat desa terutama bagi para petani.

2.4 Sarana dan Tranfortasi

2.4.1 Jalan dan Tranfortasi

  Sarana jalan yang ada di desa ini sudah cukup memadai. Kondisi jalan sebahagian sudah di aspal dan ada jalan yang masih belum tersentuh akan perbaikan jalan. Kondisi jalan menuju Sinar Gunung sekarang ini memang tidak sebaik empat tahun belakangan ini, banyaknya jalan yang sudah rusak dan berlobang. Belum adanya kebijakan pemerintah dalam perbaikan jalan sampai ke Sinar Gunung ini membuat para masyarakat setempat mengambil alternatif dengan cara menimbun jalan yang rusak dan berlobang tersebut dengan pasir/tanah maupun batu-batu kerikil kecil. Walaupun demikian, tetap saja bila hujan datang jalan yang sudah ditimbun akan rusak kembali akibat guyuran hujan akibatnya jalan menjadi becek dan semakin rusak.

  Dalam menunjang perekonomian di Sinar Gunung, alternatif kendaraan sampai kelokasi dengan angkutan umum (Kenari) yang sampai ke Simpang pasar 6 yang kemudian akan dilanjuta dengan menggunakan Ojek untuk sampai ke Sinar Gunung karena tidak adanya angkutan umum sampai langsung ke Sinar Gunung. Dengan adanya Ojek dapat mempermudah menujun Sinar Gunung, selain itu masyarakat Sinar Gunung juga hampir keseluruhan masyarkatnya telah memiliki kendaran sendiri seperti sepeda dayung, sepeda motor maupun mobil. Hal ini juga mempermudah masyarakat melakukan aktivitas mereka sehari-hari.

2.4.2 Perekonomian

  Di Sinar Gunung perekonomian masyarakatnya juga sudah cukup baik dalam menunjang perekomonia mereka, baik dalam kegiatan produksi pertanian maupun pemasarannya. Dalam pengolahan lahan pertanian, para petani sudah menggunakan mesin Jetor sebagai alat untuk membajak sawah dan pada saat masa tanam, perawatan dan juga pada saat panen sudah menggunakan tenaga pekerja yaitu mereka sebut dengan pekerjaan musiman yang mereka lakukan.

  Pekerja musiman dikatakan disini adalah pekerja pengambil padi saat panen, jadi mereka hanya bekrja ketika musim panen padi berlangsung. Para pekerja musiman bukan masyarakat Sinar Gunung melainkan dari daerah lain yang datang untuk bekerja untuk pekerjaan musiman. Para pekerja musiman ini kebanyakan datang dari Perbaungan dan daerah-daerah disekitar Sinar Gunung.

  

Gambar 5: gambar diambil ketika salah satu informan peneliti sedang panen. Dari gambar dapat terlihat mesin

pemisah padi dengan jeramih yang mayarakat Sinar Gunung menyebut dengan mesin panggilas (penggilas)

  Dalam masa panen, para petani sudah menggunakan alat modern dalam hal proses pemanenan yaitu menggunakan alat pemisah padi dengan jerami. Hal ini juga mempermudah masyarakat untuk memanen padi mereka. Hal ini dapat dilihat dari gambar diatas, dalam gambar terdapat para buruh tani sedang melakukan proses pemisahan padi dengan jeramih.

  Dalam pemisahan padi juga dilakukan dengan menggunakan tenaga mesin. Penggunaan mesin penggilas tersebut mempercepat proses pemanen padi yang ada di Sinar Gunung.

  Di Sinar Gunung memiliki 2 Kilang padi yang dapat mempermudah masyarakat menjual hasil panen padi yang mereka miliki. Tetapi tidak semua masyarakat Sinar Gunung menjual hasil padi mereka ke kilang padi yang ad di Sinar Gunung, ada pula yang menjual hasil padi pada kilang padi di luar Sinar Gunung.

  Dalam hal keperluan sehari-hari, warga Sinar Gunung tidak harus repot-repot ke desa tetangga untuk memenuhi memenuhi kebutuhan sehari hari, karena sudah tersedianya dan adanya penjual kebutuhan sehari-hari dari pagi hingga sore hari. Dan terdapat banyak warung-warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu ada juga beberapa Kedai Tuak yang dapat ditemukan di Desa Sinar Gunung.

2.4.3 Kesehatan

  Sarana kesehatan masyarakat menggunakan cara trandisional dan modern. Sejak dulunya sarana kesehatan digunakan oleh masyarakat Sinar Gunung adalah cara tradisional.

  Tetapi dengan perkembangan zaman masyarakat Sinar Gunung telah menggunakan pengobatan modren tanpa meninggalkan pengobatan secara tradisionalnya.

  Pengobatan trandisional masih banyak dilakukan masyarakat Sinar Gunung. Mereka memiliki keyakinan akan pengobatan trandisional juga baik walaupun terkadang mereka menggunakan pengobatan modern sekaligus. Seperti pada waktu melakukan wawancara yang dengan informan peneliti, Ibu Dina (27 tahun) mengatakan ketika anaknya sakit demam maupun kurang selera makan beliau menggunakan kedua jenis pengobatan antara pengobatan trandisional dan pengobatan modren. Hal ini dilakukan ibu tersebut karena keyakinan akan pengobatan trandisional masih kuat di Sinar Gunung.

  Kondisi kesehatan di Sinar Gunung tergolong baik. Masyakat disini peduli akan pentingnya kesehatan membuat masyarakat peduli akan lingkungan mereka. Pengobatan secara tradisional yang dilakukan di Sinar Gunung ini seperti Kusuk masih sangat banyak dilakukan masyarakat disini. Tetapi tidak terlepas juga dengan menggunakan pengobatan modren. Dan juga banyaknya bidan di Sinar Gunung ini membuat para masyarakat melakukan pengobatan juga tidak harus pergi jauh. Sudah adanya para tenaga medis membuat masyarakat Sinar Gunung melakukan pengobatan dengan cepat. Maka dapat disimpulkan pengobatan tradisional dan modren saling berdampingan satu sama lainya.