BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Rumah Sakit Ibu dan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia (Depkes, 2009).

  Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisai untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat (Azwar, 1996).

  Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga dengan beberapa disiplin ilmu, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit (Pohan, 2007).

  Sungguh hal yang sangat wajar seandainya seorang pasien yang datang mengunjungi suatu institusi sebagai sebuah provider pelayanan kesehatan mengharapkan pelayanan yang maksimal sesuai dengan keinginannya. Untuk itu institusi pelayanan kesehatan harus bekerja optimal untuk dapat memenuhi harapan masyarakat itu. Hal ini tidak mungkin akan berhasil bila mana pihak institusi pemberi jasa pelayanan tidak mempunyai tempat yang memadai dan fasilitas yang baik serta SDM yang berkualitas dan profesional yang secara keseluruhan bekerja komprehensif dan integratif untuk mewujudkan segala keterampilan dan ilmunya, serta dengan sikap yang harmonis, komunikatif, dan terpuji dalam memberikann pelayanan.

  Dewasa ini tidak ada provider pelayanan kesehatan benar-benar bersifat nirlaba, sebab dipastikan provider tersebut tidak akan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dalam keadaan keuangan yang terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa yang terus menerus pada hal-hal yang dapat memuaskan pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit dan pelaksana pemberi pelayanan (dokter, perawat, dan ahli kesehatan) dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka. Hal ini sangat penting karena pihak provider beserta seluruh staf dan karyawannya dapat memberikan pelayanan yang semakin hari semakin baik dan pada akhirnya dapat bersaing dengan sehat dan menguntungkan pasien sebagai penerima jasa.

  Institusi pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dianalogikan sebagai sebuah perusahaan, akan maju dengan pesat jika mereka menciptakan kepuasan dan kesetiaan klien dan biaya yang terjangkau. Bagaimanapun kepuasan dan kesetiaan pasien sebagai pengguna akhir institusi pelayanan kesehatan, adalah unsur pokok diantara kepuasan dan kesetiaan lain. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagi kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas akan berbagi rasa dengan dan pengalaman dengan dengan pelanggan lain. Ini akan menjadi referensi bagi rumah sakit yang bersangkutan. Oleh karena itu bagi pelanggan dan penyedia jasa akan sama-sama diuntungkan apabila kepuasan terjadi. Ini berarti kepuasan pelanggan haruslah menjadi salah satu tujuan dari setiap institusi pelayanan kesehatan seperti rumh sakit (Aditama, 2003).

  Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama ia menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan (Rangkuti, 2002).

  Baik buruknya mutu pelayanan sebagaimana yang dirasakan oleh pasien/pelanggan, dapat didefinisikan sebagai persepsi atas pelayanan tersebut. Besar-kecilnya kesenjangan/gap antara harapan/ekspektasi dengan persepi pelanggan/pasien tentang pelayanan tersebut, akan menentukan baik-buruknya penilalaian atas pelayanan. Makin besar kesenjangan antara harapan dengan persepsi pelanggan/pasien terhadap pelayanan, berarti makin jauh dari rasa puas, atau dengan perkataan lain pasien makin kecewa. Tetapi bilamana persepsi atas pelayanan yang dinikmati pasien sesuai dengan harapannya, bahkan jika dapat melampaui harapannya, berarti harapan pasien dapat terpenuhi. Bahkan jika melebihi harapannya, berarti pasien merasa amat puas dari hanya sekedar harapannya.

  Hal paling menarik yang perlu diperhitungkan oleh pihak provider adalah kriteria yang digunakan pelanggan untuk menilai baik-buruknya mutu pelayanan. Terdapat 10 dimensi kriteria mutu pelayanan yang perlu diperhitungkan oleh provider untuk menarik minat calon-calon pelanggan/pasien, yakni : 1. Tangibles; 2. Reliability; 3.

  Responsivenes; 4. Competence; 5. Courtesy; 6. Credibility; 7. Security; 8. Access; 9. Communication; dan 10. Understanding the customer.

  Sehubungan dengan penyediaan fasilitas sebuah rumah sakit, maka disini akan dijelaskan cakupan yang berhubungan dengan dimensi tangibles. Tangibles, yaitu kemampuan suatu provider dalam menentukan eksistensinya kepada pihak eksternal berupa penampilan fasilitas-fasilitas fisik (keindahan dan kelengkapan gedung, termasuk antara lain pertamanan yang cantik, tempat parkir yang cukup memadai, furniture dengan desain interior yang indah, lift, cafetaria, toko souvenir, toilet yang bersih, dsb.), peralatan kedokteran yang lengkap, penampilan karyawan (antara lain seragam), alat-alat komunikasi dsb.

  Rumah sakit Ibu dan Anak adalah rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan pada ibu baik ibu maternal, maupun ibu /wanita pada masalah reproduksi dan juga pelayanan bagi anak-anak yang berumur antara 0 hingga 18 tahun.

  Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan, dengan jumlah penduduk sebanyak 123.851 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Depkes, 2009) ada sekitar 10.265 orang wanita subur di daerah ini. Data Depkes (2011) ini juga menyebutkan ada sekitar 46.786 anak yang berusia 0- 18 tahun dan 2.040 ibu melahirkan, sementara di daerah Medan Johor hanya terdapat satu rumah sakit umum, yaitu Rumah Sakit Mitra Sejati. Meskipun ada beberapa rumah bersalin di kecamatan ini, tetapi itu diperkirakan belum mampu menanggulangi masalah persalinan terutama persalinan yang mempunyai masalah sehingga harus dirujuk ke rumah sakit yang mampu menanggulangi masalah tersebut. Rumah Sakit Ibu dan Anak terdekat dari kecamatan Medan Johor adalah RSIA Stella Maris, yang berada di Jln Multatuli.

  Berdasarkan data dan kenyataan tersebut di atas, maka dirasa perlu untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak yang memadai untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat di wilayah Medan Johor dan sekitarnya. Pemilihan Lokasi di Jl. A.H. Nasution (Karya Jasa) adalah karena lokasi ini berada di daerah yang strategis, berada di tengah perumahan masyarakat yang notabene adalah pasangan-pasangan yang masih tergolong pasangan usia subur, sedangkan anak-anak mereka lebih banyak berada pada usia balita.

  1.2. Maksud dan Tujuan

  Maksud dan Tujuan Rumah Sakit Ibu dan Anak:

  • Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak di daerah

  Kecamatan Medan Johor

  1.3. Masalah Perancangan

  Adapun masalah dalam peracangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini adalah : ƒ Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

  ƒ Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda (sirkulasi). ƒ Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan sesuai dengan psikologis ibu dan anak.

  1.4. Pendekatan

  Adapun pendekatan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah : ƒ Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih berada di Kecamatan Medan Johor, dimana kawasan ini merupakan kawasan permukiman penduduk yang cukup besar di kota Medan

  ƒ Survey, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi tersebut

  ƒ Literatur, mengambil data-data dari berbagai sumber bacaan sebagai tambahan untuk melanjutkan laporan perancangan.

1.5. Batasan dan Lingkup Perencanaan

  1.5.1. Batasan

  Batasan perencanaan proyek ini adalah bangunan sebagai wadah pelayanan medis bagi ibu (wanita usia subur) dan anak-anak berusia 0-18 tahun.

  2.5.2. Lingkup Perencanaan

  Perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini mencakup kegiatan pelayanan kesehatan bagi ibu, baik membantu melahirkan/ persalinan maupun masalah reproduksi, dan anak-anak berusia 0-18 tahun.

  Bangunan ini didesain dengan menggunakan unsur-unsur perancangan arsitektur, antara lain aspek fisik dan perancangan khusus proyek bangunan, yang berkaitan dengan lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan arus sirkulasi dalam dan luar bangunan pada lokasi tapak perancangan, dan selanjutnya akan diterapkan ke dalam perancangan bangunan, sehingga dapat menciptakan suatu bentuk yang indah, memiliki daya tarik bagi masyarakat, dan dapat membuat pasien merasa nyaman sehingga tidak merasa takut atau tertekan selama menjalani proses penyembuhan.

1.6. Kerangka Berpikir Latar Belakang

  ƒ Tingginya jumlah penduduk kota Medan, terutama Kec. Medan Johor Judul : Rumah Sakit Ibu dan

  Anak ƒ Banyaknya jumlah ibu hamil, wanita

  Tema : Healing Environment usia subur, dan anak-anak di Kec. Medan Johor

  ƒ Tidak adanya RSIA di Kecamatan Medan Johor

  Maksud dan Tujuan

  ƒ Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak di daerah Kecamatan Medan Johor

  Perumusan Masalah

  ƒ Memilih lokasi ƒ Mengolah ruang dalam dan hubugan antar ruang

  (sirkulasi) ƒ Mewujudkan desain yang serasi dan sesuai dengan psikologis ibu dan anak.

  Pengumpulan Data

  ƒ Studi Literatur ƒ Studi

  Lapangan ƒ Studi

  Kelayakan ƒ

  Studi Banding

  Analisa

  ƒ Analisa SWOT ƒ Analisa

  Fungsional ƒ Analisa

  Site (Lokasi)

  Konsep

  ƒ Konsep Ruang Luar ƒ Konsep Ruang Dalam ƒ Konsep Struktur Bangunan

  Pra Perancangan Desain

  ƒ Penzoningan ƒ Pendekatan teori arsitektur

1.7. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan laporan ini meliputi:

  BAB 1 PENDAHULUAN Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan

  perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi

  kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

  BAB 3 ELABORASI TEMA Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi

  tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

  BAB 4 ANALISA Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan. BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. BAB 6 PERANCANGAN ARSITEKTUR Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket.