BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Adsorpsi - Pengaruh Suhu Dan Waktu Aktivasi Terhadap Kualitas Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus Merkusii Jungh & De Vr)

  1 Adsorpsi Adsorbsi didefinisikan sebagai proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel. Komponen yang terserap disebut adsorbat dan bahan yang dapat menyerap disebut adsorben. Adsorben dapat berupa padatan Menurut Bernasconi,et al (1995) Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang akan dipisah ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya gaya yang bekerja pada permukaan tersebut sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan sorben cair yang diikuti pelarutan.

  2. 1 . 1 Jenis adsorbsi

  Adsorpsi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

  1. Adsorbsi fisika Adsorpsi fisik merupakan suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi fisika memiliki energi aktivasi yang kecil yaitu 10 kkal/mol.

  2. Adsorpsi kimia Adsorpsi kimia dapat terjadi disebabkan oleh adanya reaksi yang membentuk ikatan kimia antara molekul molekul adsorbat dengan permukaan adsorben dimana reaksi tersebut membentuk ikatan kovalen. Adsorpsi kimia melibatkan gaya yang lebih besar dari adsorpsi fisik. Energi aktivasi pada adsorpsi kimia berkisar antara 10-60 kkal/mol.

  2. 1. 2 Faktor faktor yang mempengaruhi adsorpsi

  Banyaknya molekul molekul gas yang teradsorpsi pada permukaan adsorben dipengaruhi oleh beberapa faktor (Atmoko,R.D. 2012) :

  1. Sifat adsorben

  a. Kemurnian adsorben Adsorben yang lebih murni memiliki daya adsorbsi yang lebih baik

  b. Luas permukaan dan volume pori adsorben Semakin besar luas permukaan adsorben maka semakin besar pula jumlah adsorbat yang dapat diserap.

  2. Jenis adsorbat

  a. Kepolaran adsorbat Apabila memiliki diameter yang sama molekul molekul polar lebih kuat diadsorpsi dari pada molekul molekul yang kurang polar.

  b. Ukuran molekul adsorbat Molekul molekul yang bisa di adsorpsi adalah molekul molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter pori.

  3. Temperatur Berkurangnya temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi dan sebaliknya.

  4. Tekanan Tekanan yang dimaksut adalah tekanan adsorbat. Pada adsorpsi fisika, kenaikan tekanan adsorbsi adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi. Sebaliknya, pada adsorpsi kimia kenaikan tekanan adsorbat justru mengurangi jumlah yang teradsorpsi

  5. Pusat aktif Pada permukaan yang beragam, hanya sebagian permukaan yang mempunyai daya serap. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh permukaan oleh sebagian permukaan yang aktif, disebut sebagai pusat aktif.

  2.

  2 Adsorben Adsorben adalah zat atau material yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mempertahankan cairan atau gas di dalamnya. Jenis adsorben komersial yang biasa digunakan, yaitu:

  1. Silica gel Energi yang dibutuhkan untuk pengikatan adsorbat pada silica gel relatif kecil dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk mengikat adsorbat pada karbon aktif atau zeolit sehingga temperatur untuk desorpsinya rendah. Laju desorpsi silica gel terhadap kenaikan temperatur sangat tinggi. Jika silica gel diberi panas yang berlebih sampai kehilangan kadar air maka daya adsorpsinya akan hilang sehingga umumnya silica gel

  o digunakan pada temperatur dibawah 200 C.

  2. Karbon aktif Karbon aktif memiliki daya serap yang baik. Daya serap dari karbon aktif umumnya bergantung pada senyawa karbon berkisar 85% sampai 95% karbon bebas. Prinsip pembuatan karbon aktif adalah proses karbonisasi yaitu proses pembentukan bahan menjadi arang, kemudian diaktivasi.

  3. Zeolit Zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan campuran memiliki porositas yang tinggi.

  4. Alumina Adsorben alumina digunakan dalam industri untuk menghilangkan kadar DLU GDUL DOLUDQ JDV_ 6DODK VDWXQ\D DGDODK _-alumina, jenis ini memiliki lua permukaan yang baik untuk adsorpsi, volume macropore baik, dan rata rata ukuran pori baik untuk transport molekul yang cepat dari lingkungan ke dalam alumina.

  2.

  3 Adsorbat Adsorbat adalah subtansi dalam bentuk cair atau gas yang terkonsentrasi pada permukaan adsorben. Adsorbat yang sering digunakan pada sistem pendingin, yaitu:

  1. Air Merupakan adsorbat yang ideal kerena memiliki kalor laten spesifik terbesar, mudah didapat, murah, dan tidak beracun.

  2. Ammonia Besarnya panas laten spesifik ammonia adalah setengah lebih rendah dari

  o

  panas laten spesifik air, pada temperatur 0 C dan memiliki tekanan penguapan yang tinggi. Ammonia memiliki keuntungan yang ramah

  o

  lingkungan dan dapat digunakan sebagai adsorbat sampai -40 C, dan dapat

  o

  dipanaskan sampai 200 C. Kerugian dari ammonia adalah beracun, sehingga penggunaanya dibatasi dan tidak dapat ditampung pada instalasi yang terbuat dari tembaga atau campurannya.

  3. Methanol Methanol memiliki tekanan penguapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air (meskipun pada tekanan 1 atm), sehingga sangat cocok untuk sistem pendingin, karbon aktif, silica gel, dan zeolit merupakan adsorben yang menjadi pasangan methanol.

  4. Karbondioksida Karbondioksida merupakan persenyawaan antara karbon (27,3 wt%) dengan oksigen (72,7 wt%). Karbondioksida merupakan gas tidak reaktif dan tidak beracun. Gas tersebut tidak mudah terbakar dan tidak dapat memicu terjadinya pembakaran.

  2.

  4 Pinus Merkusii Jungh et De Vriese Di Indonesia Pinus mempunyai nama lain yaitu tusam. P. sumatrana

  Jungh.; P. finlaysoniana Wallich; P. latteri Mason; P. merkiana Gordon. Nama lokal; uyam (Aceh); son song bai (Thai);merkus pine (perdagangan); mindoro pine (Philipina); tenasserim pine (Inggris).

  Jenis ini secara alami tersebar dari gDULV %XMXU 7LPXU __ ▪__¶ KLQJJD

  ___ ▪__¶ GDQ JDULV /LQWDQJ 8WDUD __▪ KLQJJD JDULV /LQWDQJ 6HODWDQ _▪_ %HUG klasifikasi timbuhan, pinus (P. merkusii) termasuk dalam famili Pinaceae. Satu- satunya pinus yang penyebaran alaminya sampai di selatan khatulistiwa. Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tumbuh pada ketinggian 30- 1. 800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim.

  Adapun klasifikasinya mulai dari kingdom hingga spesies, yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) - Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) -

  Subdivisi : Gymnospermae - Kelas : Coniferinae -

  • Subkelas : Dillenidae Ordo : Coniferales - Famili : Pinaceae - Genus : Pinus -

  Spesies - : Pinus merkusii Jungh.& De Vr

  Pinus merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Di

  daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi kedalam tiga strain, yaitu:

  1. Strain Aceh, Penyebaranya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwar, Blangkejeren sampai ke Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada 800-2000 mdpl.

  2. Strain Tapanuli, Menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan Dolok Saut, Pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara pada ketinggian 1000-1500 mdpl.

  3. Strain Kerinci, Menyebar di sekitar pegunungan kerinci . tegakan pinus alami yang luas terdapat di antara Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500-2000 mdpl. (Butar- Butar et al.,1998)

  P. merkusii merupakan jenis pohon daun jarum yang memiliki ketinggian pohon mencapai 60 m sampai dengan 70 m dengan besar diameter 100 cm.

  dan menyerpih dalam kepingan panjang. Kayu bertekstur halus, bila diraba licin dan mengandung damar (resin), permukaan mengkilap warna kuning muda, serat halus.

  Pinus merkusii merupakan tumbuhan berumah satu ( monoecus unisexsualis), bunga berkelamin tungal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas.

  Bunga Pinus merkusii terbagi menjadi strobilus jantan dan betina. Strobilus jantan berbentuk silindris dengan panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Sedangkan strobilus betina berbentuk kerucut, ujungnya runcing, bersisik dan biasanya erwarna coklat, pada tiap bakal biji terdapat sayap. Bunga muda berwarna kuning sedangkan bunga tua berwarna coklat. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Hidayat dan Hansen 2001).

  2.

  5 Arang Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan hidrokarbon dan senyawa organik lain. Komponen-komponen arang terdiri dari zat mudah menguap, abu, air, nitrogen dan sulfur (Manarsip dkk, 1996).

  2.

  6 Arang Aktif Arang aktif merupakan senyawa karbon, yang dapat dihasilkan dari bahan- bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang

  2

  aktif berkisar antara 300-3500 m /gram. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat arang aktif.

  Arang aktif mengandung kadar karbon dan keaktifan yang bervariasi, tergantung pada suhu dan lamanya waktu aktivasi yang diberikan pada bahan baku arang. Arang aktif dapat dibedakan dengan arang berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan pada arang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang menghambat keaktifannya, sedangkan pada arang aktif permukaannya relative telah bebas dari deposit dan mampu mengabsorpsi karena permukaannya luas dan pori pori telah terbuka (Gomez-Serrano et al. 2003).

  Menurut Bansal & Goyal (2005) arang aktif adalah adsorben yang unik dan serbaguna, yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan, warna rasa dan unsur organik ataupun anorganik lainnya. Karbon adalah unsur utama penyusun arang aktif yaitu terdiri dari 85 hingga 95 %. Selain itu, arang aktif mengandung unsur-unsur lain seperti hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen. Besarnya kandungan unsur-unsur tersebut berasal dari sumber bahan baku serta proses pada saat pengaktivasian. Komposisi unsur arang aktif yang pernah ditemukan adalah 88% C, 0,5% H, 0,5% N, 1 % S, dan 6-7% O yang lainnya berupa abu organik.

  2. 6. 1 . Proses pembuatan arang aktif

  3

  2. Aktivasi secara fisika Aktivasi fisika adalah proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organic dengan bantuan panas , uap dan CO . Pemanasan ini bertujuan

  2

  4

  2

  3

  4

  3 KMnO , SO , H SO dan K S ( Kienle, 1986 ).

  4

  Guerrero et,al (1970) dalam Rumidatul (2006) mengatakan pembuatan arang aktif dapat dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembentukan arang aktif pada suhu rendah. Tahap kedua adalah proses pengaktifan arang untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang sehingga meningkatkan porositas arang. Menurut Cheremisinoff dan Eilerbusc (1978) dalam Pari (1995) pada kedua proses tersebut terjadi tahap tahap sebagai berikut :

  4

  3

  yang digunakan yaitu H PO , NH Cl, AlCl , HNO , KOH, NaOH,

  o

  1. Aktivasi secara kimia Aktivasi cara kimia pada prinsipnya adalah perendaman arang dengan senyawa kimia sebelun dipanaskan. Pada proses pengaktifan secara kimia arang diaktifkan dalam larutan pengaktivasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 ± 900 C selama 1 ± 2 jam. Bahan kimia

  Pada pembuatan arang aktif, mutu yang dihasilkan sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan, bahan pengaktif, suhu dan cara pengaktifannya ( Hartoyo et al.1990). Pada prinsipnya arang aktif dapat dibuat dengan dua cara yaitu :

  3. Aktivasi yaitu proses pembentukan dan penyusunan karbon sehingga pori- pori menjadi lebih besar.

  1. Dehidrasi yaitu proses menghilangkan air. karbon, serta mengeluarkan senyawa senyawa non karbon.

  2 untuk menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori karbon aktif sehingga luas permukaan karbon aktif bertambah besar. Karbon

  o

  dipanaskan di dalam tanur pada temperatur 800-900 C. oksidasi dengan udara pada temperatur rendah, merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Pemanasan dengan uap CO2 pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan(Sembiring MT, Sinaga TS.2003)

  2. 6. 2 . Struktur arang aktif

  Menurut Kyotani (2000), luas permukaan, dimensi dan distribusi atom atom karbon penyusun struktur arang aktif sangat bergantung pada bahan baku, kondisi karbonisasi dan proses aktivasinya. Besar kecilnya ukuran pori dan kristalit kristalit arang aktif selain tergantung pada suhu karbonisasi juga bergantung pada EDKDQ EDNX \DQJ GLJXQDNDQ_ 8NXUDQ SRULQ\D GDSDW EHUNLVDU DQWDUD __Ö OHELK EHVDU GDUL ___ Ö_ 0HQXUXW %XHNHQV et al (1985) dalam Rumidatul (2006) besarnya ukuran pori dibagi kedalam tiga kategori yaitu :

  1. 0 DNURSRUL \DQJ EHUXNXUDQ GLDPHWHU OHELK EHVDU GDUL ___ Ö GHQJDQ Y

  2 sebanyak 0,8 ml/g dan permukaan spesifik antara 0,5 ± 2 m /g.

  2. Mesopori yang berukuran diameter berkisar antara 50 - ___ Ö GHQJDQ

  2 volume 0,1 ml/g dan permukaan spesifik antara 20 ± 70 m /g.

  3. 0 LNURSRUL \DQJ EHUXNXUDQ GLDPHWHU OHELK NHFLO GDUL __ Ö GDQ WH tiga bagian yaitu: a. Maksi mikropori( diameter antara 25-__ Ö__ GDSDW GLJXQDNDQ XQWXN meyerap pigmen tanaman dan sangat baik untuk absorbsi molase b. Mesi mikropori( diameter antara 15 ± __ Ö_ \DQJ VDQJDW EDLN XQWXN meyerap zat warna terutama metilen biru.

  c. 0 LQL PLNURSRUL _ GLDPHWHU OHELK NHFLO GDUL __ Ö_ \DQJ GDSDW GL dengan baik untuk penyerapan yodium dan fenol

  2.

  6. 3 Sifat sifat arang aktif Sifat arang aktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

  1. Sifat kimia Arang aktif tidak hanya mengandung karbon saja, tetapi juga mengandung sejumlah kecil oksigen dan hidrogen yang terikat secara kimia dalam bentuk gugus-gugus fungsi yang bervariasi, misalnya gugus karbonil(CO),

  • karboksil(COO ), fenol, lakton, dan beberapa gugus eter. Oksigen pada aktivasi dengan uap (H O) atau udara. Keadaan ini biasanya dapat menyebabkan

  2 arang bersifat asam atau basa (Brennan et al 2001).

  2. Sifat fisika Berdasarkan sifat fisika, arang aktif mempunyai beberapa karakteristik antara lain berupa padatan berwarna hitam, tidak berasa, tidak berbau, tidak larut dalam air, asam, basa ataupun pelarut pelarut organik (Hassler,1974). Menurut Hartoyo (1974) sifat fisik arang aktif dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Sifatnya keras dan bobot jenis tinggi, sesuai untuk bahan adsorpsi gas.

  2. Sifatnya lunak dan bobot jenis rendah, sesuai untuk bahan adsorpsi cairan 2.

  6. 4 . Penggunaan arang aktif Karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. Adapun penggunaan arang aktif secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.1berikut.

  2.

  1 Tabel penggunaan arang aktif dalam industri

  No Pemakai Kegunaan Jenis/ Mesh

  1 Industri obat dan Menyaring, penghilangan bau 8x30,325 makanan dan rasa

  2 Minuman keras dan Pengilangan warna, bau pada 4x8,4x12 Ringan Minuman

  3 Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah 4x8,4x12,8x30

  4 Pembersih air Penghilangan warna, bau penghilangan resin

  5 Budi daya udang Permurnian, penghilangan 4x8,4x12 ammonia, netrite phenol dan logam berat

  6 Industri gula Penghilangan zat-zat warna, 4x8, 4x12 menyerap proses penyaringan menjadi lebih sempurna

  7 Pelarut yang Penarikan kembali berbagai pelarut 4x8,4x12,8x30 digunakan Kembali

  8 Pemurnian gas Menghilangkan sulfur, gas 4x8, 4x12 beracun, bau busuk asap

  9 Katalisator Reaksi katalisator 4x8, 4x30 pengangkut vinil chloride, vinil acetat

  10 Pengolahan Pupuk Pemurnian, penghilangan bau 8x30

  11 Industri Baja Sebagai penguat

  Sumber : Sembiring MT, Sinaga TS . (2003)

  2.

  6. 5 Jenis arang aktif Menurut Styaningsih (1995) berdasarkan fungsinya arang aktif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

  1. Arang penyerap gas (gas adsorbent cair) Jenis arang ini digunakan untuk menyerap material dalam bentuk uap atau gas. Pori pori yang terdapat pada arang jenis ini adalah mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tapi molekul dari pada karbon jenis tempurung kelapa.

  2. Arang fasa cair (liquid fase karbon) Arang jenis ini digunakan untuk menyerap kotoran atau zat yang tidak di inginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori pori dalam karbon ini adalah makropori yang memungkinkan molekul besar untuk masuk. Arang jenis ini biasanya berasal dari batu bara dan selulosa.

  2. 6. 6 Daya serap arang aktif

  Menurut Agustina (2004) ada beberapa factor yang mempengaruhi daya serap arang aktif yaitu sifat arang aktif, sifat komponen yang diserapnya, sifat larutan dan sistem kontak. Faktor lain yang mempengaruhi daya serap arang yaitu sifat polaritas dari permukaan arang. Sifat ini sangat bervariasi untuk setiap jenis arang aktif, karena hal ini sangat bergantung pada bahan baku, cara pembuatan arang dan bahan pengaktif yang digunakan(Lee dan Radovic, 2003).

  2.

  6 Daya serap terhadap I , mg/g

  9 Analisa Kualitas Arang Aktif

  Sumber : Anonim (1995) 2.

  12 Kekerasan, % 80 -

  11 Jarak mesh,% 90 -

  10 Lolos mesh 325, % - Min 90

  9 Berat jenis curah, g/ml 0,46-0,55 0,3-0,35

  8 Daya serap terhadap biru metilen, mg/g Min 60 Min 120

  7 Daya serap terhadap benzena,% Min 25 -

  5 Karbon aktif murni Min 80 Min 65

  7 Kualitas Karbon Aktif Kualitas karbon aktif dipengaruhi oleh jenis bahan baku, teknologi pengolahan, cara pengerjaan dan ketetapan penggunaannya. Bahan baku yang keras mempunyai berat jenis yang tinggi sehingga akan menghasilkan daya serap yang tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang ringan dan mempunyai berat jenis yang rendah. Berdasarkan standar kualitas arang aktif menurut SNI 06 - 3730 ±

  4 Bagian tidak mengarang

  3 Kadar abu, % Maks 2,5 Maks 10

  2 Kadar air,% Maks 4,5 Maks 15

  Maks 15 Maks 25

  o

  1 Bagian yang hilang pada pemanasan 950 C, %

  No Uraian Persyaratan kualitas Butiran Serbuk

Tabel 2.2 Kualitas arang aktif menurut SNI 06-3730-1995

  1995 tertulis pada tabel berikut ini :

  a. Rendemen Penetapan rendemen karbon aktif bertujuan untuk mengetahui jumlah karbon aktif yang dihasilkan setelah melalui proses karbonisasi.

  Karbon aktif yang baik akan memberikan nilai rendemen yang tinggi, terdapatnya rendemen yang rendah desebabkan oleh masih meningkatnya laju reaksi antara karbon dan gas gas serta banyaknya jumlah senyawa zat menguap yang terlepas. Rendemen dapat diproleh dengan menggunakan persamaan :

  ăÔưưÔÔơÔâÚÔÞìÜÙ

  Rendemen = x 100 % (2.1)

  ăÔưưÔÕÔÛÔâÕÔÞỉ

  b. Kadar air (SNI, 1995) Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam karbon aktif setelah bahan baku berkarbon melalui ttahapan karbonisasi dan aktivasi kimia, baik yang terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh dari kondisi luarseperti iklim, ukuran butiran maupun proses penyaringan. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif. Kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan:

  à5?à6

  Ka = x 100 % (2.2)

  à5

  Keterangan: Ka = Kadar air (%) m1= Massa arang sebelum pemanasan m2= Massa arang setelah pemanasan

  c. Kadar Zat Terbang (SNI, 1995) Zat terbang merupakan nilai yang menunjukkan presentasi jumlah zat zat terbang yang terkadung dalam karbon aktif yang masih terkandung karena bahan baku memiliki kandungan zat zat terbang seperti H2, CO, CH4 dan uap uap yang mengembun seperti tar, gas CO2 dan H2O.

  

à5?à6

  Kadar zat menguap = x 100% (2.3)

  à5

  Keterangan: m1 = Massa awal arang aktif m2 = Massa setelah pemanasan d. Kadar Abu (SNI, 1995)

  Abu di dalam karbon aktif merupakan kadar mineral matter yang terkandung didalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak terpisah pada proses aktivasi.

  à6

  Kadar abu = x 100 % (2.4)

  à5

  Keterangan: m1 = Massa awal arang aktif m2 = Massa akhir arang aktif

  e. Karbon Terikat (SNI, 1995) Penentuan kadar karbon terikat bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon setelah proses karbonisasi dan aktivasi.

  Kadar karbon terikat (%) = 100% - (Ka + Kzm) (2.5) Keterangan : Ka = Kadar abu(%) Kzm = Kadar zat menguap

  f. Daya Serap Iodin (SNI, 1995) Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 2 gram, selanjutnya ditambahkan 25 ml larutan iod monoklorida.diaduk campuran iodin dan sampel dengan hati-hati dan disimpan di tempat yang gelap selama 2 jam, ke dalam erlenmeyer di tambah 10 ml karutan kalium iodida (KI) 20% dan 150 ml air suling,kemudian diaduk dan seterusnya dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,1 N. Sebagai petunjuk adalah larutan pati/kanji dan untuk perbandingan digunakan larutan blanko dengan cara yang sama.

  ³ã¿:¿ . Ä . À / ; º_ ë56:á=7ëÙã

  ¿:ƠÚÏỚ;

  Daya serap terhadap larutan iod = (2.6)

  Ô

  Dimana : A = Volume titrasi iodin (ml) B = Volume Na S O terpakai (ml) 2 2 3 fp= faktor pengencer a = bobot arang aktif (gr) 126,93 = jumlah iod sesuai 1ml larutan Na S O 2 2 3

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Pendapatan Wanita pada Usaha Lemang dn Kontribusinya pada Pendapatan Keluarga (Studi kasus : Kota Tebing Tinggi)

0 0 13

Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 1 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Analis Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Biaya Input dan Output Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Pedapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatera Utara

0 0 20

Analisis Pengaruh Volume Produksi Kedelai, Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar Terhadap Tingkat Konsumsi Beras di Sumatera Utara

0 0 18

Lampiran 2 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

LAMPIRAN 2 (PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN)

0 0 18