BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SUAKA POLITIK A. Pengertian Suaka dan Politik - Status Negara Dalam Menerima Para Pencari Suaka Politik Dalam Kasus Edward Snowden Mantan Agen Cia (Central Intelligence Agency)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SUAKA POLITIK A. Pengertian Suaka dan Politik Pada awalnya suaka merujuk pada tempat yang aman. Dahulu, suaka dikenal dengan

  tempat suci disekitar altar pada gereja dan juga kuil. Suaka adalah tempat mengungsi ,

   berlindung, menumpang , atau menumpang hidup .

  Suaka sudah ada sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu, bahkan pada zaman primitif-pun suaka telah dikenal dimana-mana. Menurut Enny Soeprapto, masyarakat Yunani Purba telah mengenal lembaga yang disebut dengan “asylia” walaupun agak berbeda dengan maksud dan pengertiannya tentang “suaka” yang kita kenal sekarang.

  Pada masa Yunani purba itu, agar seseorang, terutama pedagang yang berkunjung ke negara-negara lainnya, mendapatkan perlindungan, maka antara sesama negara kota di negeri itu diadakan perjanjian-perjanjian untuk maksud demikian.

  Dalam perkembangannya, lembaga “asylia” itu kemudian dilengkapi dengan lembaga yang disebut “asphalia” yang tujuannya melindungi benda-benda milik orang yang dilindungi menurut lembaga “asylia”.

  Dalam perkembangannya sejarah kemudian mengenal kebiasaan dimana rumah- rumah ibadat seperti gereja, merupakan tempat suaka. Demikian juga dengan rumah-rumah sakit yang sering dipandang sebagai tempat suaka. Dalam kelanjutannya pada awal masehi, suaka berarti suatu tempat pengungsian atau perlindungan terhadap orang yang peribadatannya dihina. Untuk selanjutnya, dalam waktu yang lama, suaka diberikan kepada pelarian pada umumnya terlepas dari sifat perbuatan atau tindak pidana yang dilakukan oleh pencari suaka yang menyebabkannya dikejar-kejar. Dalam waktu yang lama pelaku tindak

   pidana biasa-pun, yang mendapat suaka di negara lain, tidak diekstradisikan.

  Suaka atau dalam bahasa Inggris disebut asylum diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada pengungsi politik atau aktivis politik yang berasal dari negara lain dan negara itu mengizinkan untuk masuk ke dalam wilayahnya atas permintaannya.

  Institute of International Law dalam sebuah sesi pertemuan di Bath, tahun 1950, mendefinisikan pengertian Asylum sebagai berikut:

  ”Asylum is the protection which a State grants on its territory or in some other places under the control of its organs, to a person who comes to seek it ”.

  Dalam Deklarasi Universal PBB mengenai Hak Azasi Manusia pada tahun 1948 dinyatakan: “bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencari suaka dan menikmatinya di negara lain atas permintaan yang diajukan. Hak negara untuk mengizinkan pengungsi atau aktivis politik yang mengajukan suaka itu masuk atau tinggal di wilayah negara tersebut atas

   perlindungannya .

  Suaka sebenarnya belum memiliki pengertian umum yang disepakati oleh negara- negara, namun beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya tentang suaka, yaitu sebagai berikut:

  1. Prof. Dr. Sumaryo Suryokusumo

  Suaka adalah dimana seorang pengungsi atau pelarian politik mencari perlindungan baik dari wilayah suatu negara lain maupun di dalam lingkungan gedung perwakilan diplomatik dari suatu negara. Jika perlindungan yang dicari itu diberikan, pencari suaka itu

   dapat kebal dari proses hukum dari negara dimana ia berasal . 18

  2. Prof. Sulaiman Hamid SH 19 Suaka, diakses dari http://roysanjaya.blogspot.com/2009/05/suaka.html

  Suaka adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada individu yang memohonnya dan alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah berdasarkan alasan perikemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik dan sebagainya.

  

  3. Dr. Kwan Sik, S.H

  Suaka adalah perlindungan yang diberikan kepada individu oleh kekuasaan lain atau oleh kekuasaan dari negara lain (negara yang memberikan suaka).

  4. Oppenheim Lauterpacht

  Suaka adalah dalam hubungan dengan wewenang suatu negara mempunyai kedaulatan di atas teritorialnya untuk memperbolehkan seorang asing memasuki dan tinggal di dalam wilayahnya dan atas perlindungannya.

  5. Hugo Grotius

  Suaka hanya dapat diklaim oleh mereka yang mengalami tuntutan politis atau keagamaan. Sejak pertengahan abad ke-19 bagian besar perjanjian ekstradisi mengakui prinsip non ekstradisi bagi tindak pidana politik, kecuali yang dilakukan terhadap kepala negara.

  6. Gracia Mora

  Suaka adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh sesuatu negara kepada orang asing yang melawan negara asalnya.

  7. Charles de Visscher

  Suaka adalah sesuatu kemerdekaan dari suatu negara untuk memberikan suatu suaka kepada orang yang memintanya.

  8. J. G. Starke 21

  Bahwa konsep dari suaka dalam hukum internasional mencakup dua hal sebagai berikut, yaitu: a.

  Pernaungan yang tidak lebih dari sementara sifatnya b.

  Pemberian perlindungan dari pembesar yang menguasai daerah suaka secara aktif

   Suaka dalam hukum internasional meliputi dua unsur yaitu : 1.

  Tempat perlindungan 2. Suaka tingkat perlindungan aktif dari pihak penguasa wilayah pemberi suaka

  Sedangkan politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara) adaldalam

  Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagaiolitik adalah seni dan ilmu untuk

  

  meraih kekuasaan secaraDi samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

  • Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan

  bersama (teori klasik Aristoteles)

  • • Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

  • >Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyar
  • Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaa
  • 22

  Beberapa ahli juga memberikan pendapatnya tentang politik, diantara sebagai

  

  berikut : a.

  Roger F. Soltau Dalam Introduction to Politics: 'Ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga lembaga yang akan melaksanakan tujuan tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain' (Political science is the

  

study of the state, its aims and purposes...the institutions by which these are going to be

realized, its relations with its individual members and other states.)

  b.

  J.Barents Politik adalah ilmu yang mempelajari, kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyakat; ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya

  (De wetenschap der politiek is de wetenschap die het leven van de staat bestudeert...een

  

maatschappelijk leven....waarvan de staat een onderdeel vormt. Aan het oderzoek van die

staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek gewijd).

  c.

  Menurut W. A. Robson Bahwa pengertian ilmu politik adalah mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahanakan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.

  24 d.

  Menurut Deliar Noer Pengertian ilmu politik dalam buku pengantar ke pemikiran politik, 'Ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.

  Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya dalam zaman modern ini memanglah kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.

  e.

  Menurut Ossip K. Flechtheim Dalam fundamentals of Political Science: pengertian ilmu politik yaitu ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi, yang dapat mempengaruhi negara. Flechtheim ini juga menekankan bahwa kekuasaan politik dan tujuan politik mempengaruhi satu sama lain dan bergantung satu sama lain.

  Suaka sangat erat kaitannya dengan pengungsi, bahkan suaka dan pengungsi sering sekali diartikan sama. Pengungsi dalam hukum internasional terbagi dalam beberapa kategori, yakni sebagai berikut: 1.

  Pengungsi Internal Pengungsi Internal adalah orang-orang atau kelompok orang yang telah terpaksa atau harus berpindah atau meninggalkan rumah atau kampung halaman mereka, terutama sebagai akibat dari atau demi menghindari pengaruh konflik bersenjata, situasi kekerasan yang meluas, pelecehan terhadap hak asasi manusia atau karena bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, dan tidak melintasi batas-batas Negara yang diakui secara

   internasional .

  Artinya, pengungsi internal adalah orang orang yang mengungsi di Negara-nya sendiri.

  2. Pencari Suaka Pencari suaka adalah orang yang telah mengajukan proses permohonan untuk mendapatkan perlindungan oleh negara yang dituju untuk menerima suaka. Pencari suaka punya banyak alasan untuk mencari suaka seperti perang, permasalah SARA dan lainnya.

  3. Pengungsi Prima Facie Dalam kisruh perang di suatu negara, sering sekali sekumpulan orang pergi ke suatu negara untuk meminta suaka. Dalam hal atau kasus ini, negara tidak lagi melihat alasan sekumpulan orang tersebut untuk menerima suaka karena sangat tidak praktis.

  Dalam hal ini, pengungsi dari daerah Afrika banyak yang mengungsi ke Amerika Serikat atau negara Eropa untuk mendapatkan perlindungan.

  4. Orang Tanpa Kewarganegaraan Tanpa kewarganegaraan adalah situasi di mana tidak adanya status pengakuan berkenaan dengan hal yang membuat seorang individu memiliki landasan yang bermanfaat secara hukum untuk menyatakan kewarganegaraannya, atau di mana ia memiliki klaim yang bermanfaat secara legal namun dihalangi untuk menuntutnya karena pertimbangan- pertimbangan praktis seperti biaya, adanya gangguan sipil, atau ketakutan akan penganiayaan.

  Badan PBB untuk pengungsi (UNHCR) memperkirakan bahwa ada kurang lebih tiga juta orang tanpa kewarganegaraan di seluruh dunia. Kondisi tanpa kewarganegaraan seringkali menjadi penyebab pengungsian yang terpaksa ketika orang-orang berpindah ke wilayah-wilayah dunia di mana mereka dapat memperoleh hak-hak dasar dan menghindari

   pelanggaran hak asasi manusia.

  Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa suaka adalah cara satu orang maupun berkelompok untuk mendapatkan perlindungan dari negara lain, dengan beberapa alasan seperti permasalahan ras, agama, perang saudara dan lainnya dengan cara melakukan permohonan.

  Sedangkan politik adalah hal yang berkaitan dengan terselenggaranya pemerintahan atau negara. Artinya, negara dalam hal suaka adalah pihak yang memiliki wewenang untuk memberikan suaka terhadap para pencari suaka.

  B.

  Suaka Territorial dan Suaka Politik Suaka pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu suaka teritorial dan suaka diplomatik. Suaka politik timbul melalui gagasan tentang korban opini politik di dunia.

  Selama tahun 1971-1972 kelompok ahli hukum yang independent, Carnegie

  

Endowment for International Peace memberikan rumusan landasan hukum bagi pemberian

  suaka. Pengertian Suaka teritorial dan diplomatik sama halnya seperti suaka tidak memiliki pengertian yang disepakati secara umum oleh negara-negara.

  Majelis Umum PBB pada sidangnya tanggal 14 Desember 1967 telah menyetujui suatu resolusi yang memberikan rekomendasi bahwa dalam praktiknya negara-negara

  

  haruslah mempertimbangkan hal sebagai berikut : 1.

  Jika seseorang meminta suaka, permintaan seharusnya tidak ditolak atau jika ia memasuki wilayah negara itu, ia tidak perlu diusir tetapi jika suatu kelompok orang-orang dalam jumlah besar meminta suaka, hal itu dapat ditolak atas dasar keamanan nasional rakyatnya.

  2. Jika suatu negara merasa sukar untuk memberikan suaka, haruslah memperhatikan langkah-langkah yang layak demi rasa persatuan internasional melalui perantara dari negara tertentu dan PBB.

   negara lain haruslah menghormatinya.

3. Jika suatu negara memberikan suaka kepada kaum pelarian dan buronan, negara-

  Suaka Territorial menyangkut kewenangan negara untuk memperbolehkan pengungsi atau aktivis politik masuk atau tinggal di bawah negara tersebut yang juga berarti di bawah perlindungannya, karena itu memberikan suaka kepadanya, yang tidak asing lagi dalam

   hukum internasional.

  Dalam Declaration on Territorial Asylum di New York, dijelaskan:

  

“ Territorial asylum’ is still about the protection accorded by a State to an individual who

comes to seek it, as the Institute of International Law noted in 1950. In the gap that remains

to be bridged, it may be those “elementary considerations of humanity” and basic rights of

the human person, many of which are the subject of obligations erga omnes and referred to

by the International Court of Justice on several occasions, that provide the source for a

solution.”

  27 28 Ibid, Sumaryo. Hal 193

  Artinya, Suaka teritorial masih tentang perlindungan yang diberikan oleh Negara

kepada seseorang yang datang untuk mencarinya , sebagai Lembaga Hukum Internasional

mencatat pada tahun 1950. Dalam kesenjangan yang masih harus dijembatani , mungkin

orang-orang " pertimbangan dasar kemanusiaan " dan hak-hak dasar pribadi manusia ,

banyak yang merupakan subjek dari kewajiban erga omnes dan disebut oleh Mahkamah

Internasional pada beberapa kesempatan , yang menyediakan sumber solusi.

  Beberapa hal penting yang patut untuk dilihat dari deklarasi ini diantaranya sebagai berikut dijelaskan dibawah.

  

“Article 14, paragraph 1, of the 1948 Universal Declaration on Human Rights proclaims the

right of everyone, “to seek and to enjoy in other countries asylum from persecution”. Its

final, equivocal wording – there is no reference to the right to be granted asylum – was a

compromise between States which saw this form of protection as but one aspect of their

territorial sovereignty, and those which urged that an individual entitlement to asylum be

recognized, as well as the involvement or responsibility of the United Nations”.

  Pada

  pasal 14 , ayat 1 , Deklarasi Universal 1948 tentang Hak Asasi Manusia

menyatakan hak setiap orang , "untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain dari

penganiayaan" . Yang terakhir , samar-samar kata-kata - tidak ada referensi ke kanan untuk

diberi suaka - adalah kompromi antara Negara-negara yang melihat bentuk perlindungan

sebagai satu aspek dari kedaulatan teritorial mereka , dan orang-orang yang mendesak bahwa

hak individu untuk suaka diakui , serta keterlibatan atau tanggung jawab PBB .

  

“ It was understood that the principle of non-refoulement was the core of the Declaration,

although with some reservations as to the text: “no one entitled under article 14 ... to seek

and to enjoy asylum shall be subject to measures, such as expulsion, return or rejection at the

frontier, which would result in compelling him to return to or remain in a territory where his

life, physical integrity or liberty would be threatened on account of his race, religion,

nationality, or membership of a particular social group or political opinion” (draft article 3

of the draft Declaration as submitted by the representative of France (E/CN.4/L.517)). Also,

although the permissible exceptions to the principle were based on article 33, paragraph 2 of

the 1951 Convention relating to the Status of Refugees, some members highlighted their

ambiguity and lack of precision, while others were worried about a possible mass influx and

the necessity to acknowledge other ‘compelling reasons’ as a basis for exceptions (E/3335,

paras. 110, 113-14).”

  Dijelaskan bahwa dapat dimengerti bahwa prinsip non-refoulement adalah inti

dari Deklarasi, meskipun dengan beberapa syarat untuk teks:" tidak ada yang berhak

berdasarkan pasal 14 ... untuk mencari dan menikmati suaka dikenakan tindakan, seperti

sebagai pengusiran, pengembalian atau penolakan di perbatasan, yang akan mengakibatkan

menarik dia untuk kembali ke atau tetap berada dalam wilayah di mana hidup, integritas fisik

atau kebebasan akan terancam karena ras, agama, kebangsaan, atau keanggotaan tertentu

kelompok sosial atau pandangan politik "(draft pasal 3 draft Deklarasi yang disampaikan oleh

perwakilan dari Perancis (E / CN.4 / L.517)). Juga, meskipun pengecualian diperbolehkan

prinsip didasarkan pada pasal 33, ayat 2 Konvensi 1951 yang berkaitan dengan Status

Pengungsi, beberapa anggota disorot ambiguitas dan kurangnya presisi, sementara yang lain

khawatir tentang masuknya massa mungkin dan perlunya untuk mengakui lain alasan kuat

'sebagai dasar untuk pengecualian.

  Dan yang paling terpenting dalam deklarasi ini adalah Article 3 on non-

refoulement was considered the most important article, and the Working Group focused on

the most appropriate way of formulating the principle, the grounds for exception, and

possible alternatives (A/6570, Annex, para. 54). It agreed that the principle should refer not

only to the State of flight, but also to any other State where the individual might be in danger

of persecution (A/6570, Annex, para. 55). On exceptions, it agreed that national security

should be mentioned, but there were differences as to whether ‘safeguarding the population’

should be included, either at all, or with or without qualification. Several representatives

thought the term too wide, and suggested specific reference instead to a ‘mass influx’.

  The Working Group decided not to include other possible grounds for exception,

such as ‘public order’, which was described as ‘both dangerously wide and vague’, as well

as being subject to different meanings in common law and civil law countries (A/6570,

Annex, para. 57). It agreed finally on a compromise text which would permit an exception to

  

the principle “in order to safeguard the population, as in the case of a mass influx of

persons.” In the words of the Working Group, “[it] was felt that this phrase, while not unduly

restricting the exception concerned, indicated that it was to be invoked only in matters of

serious import” (A/6570, Annex, para. 56).

  Pasal 3 non-refoulement dianggap sebagai artikel yang paling penting, dan Kelompok Kerja berfokus pada cara yang paling tepat merumuskan prinsip, dengan alasan

untuk pengecualian, dan alternatif yang mungkin (A / 6570, Lampiran, para. 54). Hal sepakat

bahwa prinsip harus mengacu tidak hanya untuk Negara penerbangan, tetapi juga bagi setiap

Negara lain di mana individu mungkin dalam bahaya penganiayaan (A / 6570, Lampiran,

para. 55). Pada pengecualian, itu sepakat bahwa keamanan nasional harus disebutkan, tapi

ada perbedaan apakah 'menjaga populasi' harus dimasukkan, baik sama sekali, atau dengan

atau tanpa kualifikasi.

  Beberapa perwakilan pikir istilah terlalu lebar, dan menyarankan referensi khusus

bukan untuk 'masuknya massa'. Kelompok Kerja memutuskan untuk tidak menyertakan

alasan lain yang mungkin untuk pengecualian, seperti 'ketertiban umum', yang digambarkan

sebagai 'baik berbahaya luas dan samar-samar', serta menjadi tunduk pada arti yang berbeda

dalam hukum umum dan hukum perdata negara (A / 6570, Annex, para. 57).

  Hal setuju akhirnya pada teks kompromi yang akan memungkinkan pengecualian

prinsip "untuk menjaga populasi, seperti dalam kasus masuknya massa orang." Dalam kata-

kata Kelompok Kerja, "[itu] merasa bahwa kalimat ini, sementara tidak terlalu membatasi

pengecualian bersangkutan, menunjukkan bahwa itu akan dipanggil hanya dalam hal impor

serius "(A / 6570, Lampiran, para. 56).

  Konferensi PBB tentang suaka teritorial telah diselanggarakan di Jenewa dalam

bulan Januari dan Februari 1977, walaupun masalah tersebut telah dibicarakan tetapi tidak

  

berhasil mengesahkan rancangan Konvensi dan merekomendasikan Majelis Umum PBB

untuk menerukan lagi dalam waktu yang layak.

  Kemudian pada akhir tahun 1977, Majelis memutuskan agara dengan persiapan

yang matang dan berkonsultasi dengan pemerintah negara-negara anggota dapat diadakan

lagi untuk membahas masalahnya.

  Suaka politik merupakan gagasan tentang diberikannya perlindungan terhadap korban isu politik si peminta suaka di negaranya. Beberapa pengertian suaka antara lain:

  1. English Dictionary dan British English Dalam English Dictionary, suaka politik berarti the right to live in a foreign

country, and is given by the government of that country to people who have to leave their own

country because they are in danger of persecution.

  Artinya, Suaka politik adalah hak untuk hidup di negara asing , dan diberikan oleh

pemerintah negara itu untuk orang-orang yang harus meninggalkan negara mereka sendiri

  Sedangkan British English mendeskripsikan suaka politik sebagai the right to live in

a foreign country and is given by the government of that country to people who have to leave

their own country for political reasons . Hampir sama dengan yang diatas namun

  ditambahkan alasan politis.

2. Wikipedia

  Someone may ask for political asylum when they arehey will then go to another country. If they are allowed to live in the new

country this is called political asylumare usually victims of threats,

  

physical harm or denigration of their human

  Artinya, Seseorang mungkin meminta suaka politik ketika mereka takut untuk

  

tinggal di negara mereka sendiri . Mereka kemudian akan pergi ke negara lain . Jika mereka

diizinkan untuk tinggal di negara yang baru ini disebut suaka politik . Orang-orang yang

mencari suaka biasanya korban ancaman , bahaya fisik atau fitnah martabat manusia mereka

karena ini melanggar hak-hak kemanusiaannya .

  Suaka politik adalah salah satu hak asasi manusia yang ditegaskan oleh Pasal 14

dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan aturan hukum hak asasi manusia

internasional. Semua negara yang telah menyetujui Konvensi PBB Berkaitan dengan Status

Pengungsi harus membiarkan orang, yang memenuhi syarat, datang ke negara mereka.

  Dengan mengacu pada Artikel 14 Deklarasi HAM ini muncul pendapat yang mengatakan bahwa ada kewajiban bagi setiap negara untuk memberikan suaka kepada orang-orang yang lari dari negaranya karena alasan ras, agama atau politik.

  Namun, penolakan pemberian suaka tidak bisa digolongkan sebagai

  Dalam perkembangannya, dikenal juga suaka netral. Si pencari suaka dalam hal ini meminta perlindungan organisasi internasional bukan negara.

  Dapat disimpulkan bahwa suaka teritorial dan politik berhubungan erat. Namun, dalam suaka politik terdapat ekstradisi yang bisa dilakukan dengan beberapa ketentuan.

  31 32 Political Asylum, diakses dari http://simple.wikipedia.org/wiki/Political_asylum

C. Praktek Negara-Negara Dalam Suaka Politik 1.

  Australia Australia adalah negara yang akrab dengan isu suaka. Banyak pengungsi dari Papua

Nugini dan negara lain meminta suaka kepada pemerintah Australia. Menyangkut suaka

politik, Australia pernah menolak pemerintah Iran terkait ekstradisi Monis karena tidak

adanya perjanjian timbal balik kedua negara. Monis adalah pelaku penyanderaan di Australia

beberapa waktu lalu. Monis diberikan suaka pada tahun 2001.

  “Kepala polisi Iran mengatakan Monis hendak diadili di Iran karena terlibat dalam tindak penipuan ketika menjalani bisnis biro perjalanan sebelum dia kemudian melarikan diri ke Australia melewati Malaysia di akhir tahun 1990-an”.

  Sebelumnya, Australia juga sempat bersitegang dengan Indonesia terkait suaka. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Yuri O Thamrin kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

  Pemerintah Indonesia terus mendesak Australia buat memberikan akses kekonsuleran secara penuh kepada pihak berwenang RI sesuai Konvensi Wina tahun 1961 terhadap para 43 warga Papua, kendati sebagian besar dari mereka menyatakan kepada otoritas Australia bahwa mereka tidak ingin menggunakan akses tersebut.

  Menurut Yuri, hingga saat ini Indonesia masih terus mengupayakan buat memperoleh akses kekonsuleran tersebut sebab itu merupakan hak Indonesia sebagai negara tidak terkait dengan bersedia atau tidak bersedianya individu. "Akses kekonsuleran tersebut merupakan hak kita sesuai dengan Konvensi Wina tahun 1961, jadi tidak tergantung dari individunya melainkan akses yang sah bagi perwakilan kita buat berjumpa dengan warga negara," kata Yuri.

33 Australia Pernah Tolak Permintaan Ekstradisi Monis ke Iran, diakses dari

  http://news.detik.com/read/2014/12/17/095331/2779831/1513/australia-pernah-tolak-permintaan-ekstradisi-

  "Hingga saat ini yang kita peroleh barulah penjelasan dari pihak imigrasi setempat, kita hargai penjelasan tersebut tetapi tentu saja penjelasan itu tidak mengurangi hak kita buat memperoleh akses kekonsuleran," ujarnya. Pada kesempatan sebelumnya, Yuri mengungkapkan bahwa status pendatang ilegal yang dikenakan terhadap 43 warga Papua itu

   ternyata tidak sesuai dengan pemberlakuan peraturan mengenai permintaan visa Australia .

  2. Uruguay Uruguay sebelumnya memberikan suaka terhadap para tahanan Guantanamo dan

  Suriah. Namun kemudian Uruguay berhenti memberikan suaka karena meningkatnya kerusuhan di negara tersebut.

  3. Ekuador Ekuador memberikan suaka kepada Julian Assange dan Edward Snowden. Menlu

  Ekuador, Patino mengatakan pemerintahnya percaya bahwa ketakutan Assange atas penindasan politik itu sah. Ia mengatakan negaranya tetap menjalankan tradisi melindungi

   orang yang rentan.

  Terkait dengan Edward Snowden, Rusia dan Ekuador menerima permohonan Suaka Snowden. Kanada, Jerman, Inggris, Amerika Serikat adalah negara yang kerap memberikan suaka. Namun dalam hal suaka politik, Ekuador termasuk yang akrab dengan pemberian suaka politik. Suaka politik juga kerap memanaskan hubungan antar dua negara. Seperti Rusia dan Amerika Serikat terkait Edward Snowden. Faktor politik, hubungan kedua negara, dan alasan korban politik pencari suaka menjadi faktor penentu pemberian suaka.

34 RI Desak Australia berikan akses temui 43 Warga Papua, diakses dari http://berita.ohapa.com/08/55/42/ri-

  35 desak-australia-berikan-akses-temui-43-warga-papua.htm Ekuador Berikan Suaka Kepada Julian Assange, diakses dari

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Forecasting Ketersediaan Daging Sapi Di Sumatera Utara Tahun 2020

0 0 15

SISTEM PENGOLAHAN DATA RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR - Sistem Pengolahan Data Rumah Sakit Umum Hidayah Menggunakan Visual Basic 6.0

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi - Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Kota Medan Tahun 2010-2011.

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Kota Medan Tahun 2010-2011.

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

1. Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif - Status Dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Pada Lahan Produktif Dan Lahan Non Produktif

0 1 10

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain - Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri

1 0 23

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan nutrisi pada anak remaja putri - Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri

0 0 12