BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Minum - Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Minum

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maka defenisi air minum adalah : “Air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.” Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55 - 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.

  Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan manusia, dengan terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap kualitas air minum. Hal tersebut dikarenakan air minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan. Air dari sumber air baku harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan (Mulia, 2005).

  Air juga merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Sumber Air Minum

  Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):

  1. Air Hujan Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

  2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

  3. Air Tanah Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

  4. Mata Air Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

  Pada umumnya air baku depot air minum isi ulang bersumber dari mata air pegunungan dan PDAM. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 dalam Pasal 3 menetapkan bahwa depot air minum dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga.

2.3 Kualitas Air Minum

  Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga, untuk air minum, air mandi dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut.

  1. Syarat Fisik Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksimal ± 3 C dari udara sekitar.

  2. Syarat Kimia Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum

  (6,5 – 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.

  3. Syarat Bakteriologis Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi

Escherechia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum.

  Keberadaan E. coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja manusia.

  4. Syarat Radioaktif Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan. Efek radioaktivitas dapat berupa kerusakan pada sel, kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh (Mulia, 2005).

2.4 Manfaat Air Minum

  Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta- juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lymph) lainnya (Depkes RI, 2006).

  Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Air juga berguna untuk mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.

2.5 Depot Air Minum Isi Ulang

2.5.1 Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang

  Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004), sedangkan menurut Pedoman dan Pengawasan Higiene Sanitasi Depot Air Minum Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Departemen Kesehatan, defenisi depot air minum adalah: “Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.” Prinsip pengolahan air pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi.

2.5.2 Peralatan Depot Air Minum

  Alat-alat yang pada umumnya digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :

  1. Storage Tank Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung

  air sebanyak 3000 liter.

  2. Stainless Water Pump Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari tempat storage tank ke dalam tabung filter.

  3. Tabung Filter Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

  a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

  b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

  c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa klor dan bahan organik.

4. Micro Filter

  Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.

  5. Flow Meter Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi

  ulang.

  6. Lampu ultraviolet dan Ozon Lampu ultraviolet dan ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air yang telah diolah.

  7. Galon isi ulang Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

2.5.3 Proses Produksi Depot Air Minum

  Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

  1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki pengangkut air bersih yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun ke dalam air seperti food grade stainless steel atau wadah berlapis polycarbonat, dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung

  

(reservoir). Bak penampung juga harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),

  harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas : a. Khusus digunakan untuk air minum b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

  c. Harus mempunyai manhole

  d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

  e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan

  

(food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki

  pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

  2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

  a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar.

  Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO ) minimal 80%.

  2

  b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I ) minimal 75%.

  2

  c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

  d. Tabung filter yang digunakan dalam proses penyaringan ini terbuat dari bahan

  food grade (aman untuk makanan dan minuman) contohnya terbuat dari bahan Poli Vinil Clorida (PVC), Polietilen (PP), Poli carbonat (PC), Stainless Steel

  (SS) dan PVC Rucika (sudah food grade), selain itu juga harus mudah dalam pemeliharaannya serta tahan tekanan tinggi.

  e. Tabung filter juga sebaiknya memiliki kemampuan dalam melakukan sistem

  back washing yaitu proses untuk membersihkan media filter dan dilanjutkan

  dengan pembilasan. Proses ini merupakan proses merekondisi media filter atau membuang kotoran yang tersaring oleh media yang dilakukan dengan cara merubah flow /aliran air sehingga media filter bekerja berlawanan dengan pengoperasian normal, lalu mengeluarkan air sisa backwash melalui saluran pembuangan/waste. Jadi proses backwash dilakukan untuk melepaskan partikel dari media filter sedangkan pembilasan berfungsi untuk mengatur lapisan media filter (filter bed) sebelum filter kembali beroperasi.

  3. Desinfeksi Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O ) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon

  3

  lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 A dengan intensitas minimum 10.000 mw

  2 detik per cm .

  a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pang an (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O ) atau air ozon (air yang mengandung ozon).

3 Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan

  berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85 C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

  b. Pengisian Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

  c. Penutupan Penutupan wadah dapat dilakukan dengan penutup yang dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum (Depkes, 2006).

2.5.4 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

  Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu:

  1. Sinar Ultraviolet

  a. Pengertian Ultraviolet adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang diantara 100 – 400 nm (1nm = 0,0000001 mm). Panjang gelombang ini menempatkan ultraviolet diluar spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata. Sinar ultraviolet dibagi menjadi 4 (empat) spektrum, yaitu :

  (1) UV, Sinar ultraviolet yang tidak dapat melewati atmosfir bumi. (2) UV-A, berada diantara panjang gelombang 200 – 290 nm memiliki tingkat daya bunuh paling tinggi terhadap bakteri, protozoa maupun virus.

  (3) UV-B, berada diantara panjang gelombang 290 – 300 nm terdapat dalam sinar matahari.

  (4) UV-C, berada diantara panjang gelombang 300 – 400 nm terdapat dalam sinar matahari namun hampir tidak memiliki kemampuan sebagai desinfeksi.

  b. Desinfeksi dengan UV Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Radiasi sinar ultraviolet telah digunakan untuk desinfeksi air sejak pergantian abad 20. Apabila terdapat panjang gelombang yang terus menerus hingga mencapai panjang gelombang inframerah maka akan terjadi penurunan bahkan tidak ada kemampuan daya bunuh terhadap bakteri.

  Secara alamiah sinar ultraviolet juga terdapat pada lapisan troposfer, tetapi tidak dalam jumlah yang besar. Dengan rusaknya ozon maka akan lebih banyak sinar ultraviolet memasuki lapisan troposfer. Apabila sinar ultraviolet tersebut dalam jumlah sedikit akan berguna bagi tubuh manusia dalam pembentukan vitamin D. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 280 – 320 nm bersifat bakterisidal dan sering digunakan untuk desinfeksi udara maupun air.

  Desinfeksi menggunakan sinar UV mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ozon dan klorin. Kelebihannya antara lain: (1) Tanpa bahan kimia. (2) Tanpa rasa atau bau yang mengganggu (3) Sangat efektif dalam membunuh sebagian besar bakteri patogen seperti : E.coli, Giardia lamblia dan Cristoporidium.

  (4) Tidak mengeluarkan produk sampingan yang bisa membahayakan. (5) Tidak tergantung pada pH (6) Mudah pengoperasiannya (7) Dapat menentukan dosis dengan tepat, dan jika dosis berlebih tidak menimbulkan masalah Kerugian penggunaan sinar UV : (1) Spora, cysta jamur, virus lebih resisten terhadap UV (2) Efisiensi tidak langsung dapat dimonitor (3) Perlu pengkondisian karena UV juga di absorpsi oleh konstituen normal yang ada dan atau terlarut dalam air (4) Iritasi pada kulit dan mata jika terkena kontak langsung

  c. Mekanisme desinfeksi UV Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 253,7 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat merusak Dcoxyribonuclead Acid

  

(DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel

  baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri. RNA berperan pada sintesis protein mengatur anabolisme, menghasilkan dan membentuk enzim sebagai penyimpan makanan.

  

DNA terdapat dalam nukleus berisi kode genetika untuk reproduksi seluruh

  komponen sel. Air yang dilewati sinar ulra violet harus jernih. Air yang mengandung suspendid solid akan mempengaruhi transmisi dan penyerapan sinar ultraviolet sehingga dapat melindungi bakteri, terutama bakteri dengan ukuran yang lebih kecil dari partikel suspendid solid.

  d. Faktor yang mempengaruhi daya kerja UV Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja sinar ultraviolet pada pengolahan air minum, adalah : (1) Kekeruhan

  Air yang keruh akan menghalangi penyinaran sinar UV (2) Kontaminasi padatan Sinar UV tidak efektif pada air dengan kontaminasi kepadatan tinggi.

  (3) Jarak antara lampu dengan permukaan air Penyinaran pada jarak yang dekat akan lebih efektif dibanding dengan jarak yang semakin jauh.

  (4) Temperatur Temperatur yang semakin tinggi akan semakin menambah daya bunuh bakteri.

  (5) Jenis Organisme Bakteri yang menghasilkan spora sangat resisten sehingga pengaruh desinfeksi dengan sinar ultraviolet sangat kecil. e. Sumber UV Sistem UV menggunakan lampu mercury tekanan rendah berfungsi sebagai pusat energi listrik ultraviolet, yang tertutup dalam tabung quartz. Lampu tersebut banyak digunakan karena sekitar 85 % dari panas lampu adalah monokromatik pada panjang gelombang 253 nm. Panjang gelombang kisaran 250 – 270 nm, memerlukan ukuran panjang lampu 2,5 – 5 feet (0,75 – 1,5m) dengan diameter 0,6 – 0,8 inci (15 – 20 nm). Energi yang muncul dihasilkan oleh uap mercury yang diisikan kedalam lampu. Lampu yang tertutup oleh tabung ini dicelupkan dalam air yang mengalir dalam tangki sehingga tersinari oleh radiasi UV dengan panjang gelombang sebesar 2.537 A yang bersifat

  

germmicidal . Namun transmisi UV dengan quartz berkurang sejalan dengan

  penggunaan yang terus menerus. Oleh karena itu lampu quartz harus dibersihkan secara teratur dengan cara pembersihan mekanik, kimiawi dan ultrasonik. Diusulkan bahan teflon sebagai pengganti quartz, namun transmisi radiasi UV nya rendah dibandingkan quartz.

  f. Lama penyinaran UV Lama penyinaran atau kontak merupakan faktor penting dalam desinfeksi air minum. Semakin lama kontak maka akan semakin banyak bakteri yang terbunuh. Menurut Query (2008), hidupkan UV selama jam kerja (jam kerja jam 8 pagi s/d 10 malam, maka UV dihidupkan jam 7.30 pagi s/d 10 malam), atau lebih baik hidupkan 30 menit lebih awal sebelum kerja karena panjang gelombang / penyinaran lampu UV baru akan stabil setelah dihidupkan selama 30 menit. Idealnya, untuk air minum isi ulang penggunaan UV minimal adalah Tipe 5 GPM / lampu 30 watt dengan kecepatan laju air yang melaluinya adalah 19 liter / 1,5 menit. Maksudnya adalah jika UV yang digunakan 5 GPM / 30 watt maka untuk mengisi air 1 galon (19 liter) waktu yang diperlukan adalah 1,5 menit dan tidak boleh cepat.

  2. Ozonisasi

  a. Pengertian Ozon Ozon adalah gas beracun dalam keadaan padat berwarna biru hitam, bila dicairkan akan berwarna biru tua dan bila dididihkan akan menjadi biru yang akhirnya terbentuk gas yang tidak stabil. Ozon atau O

  3 , mudah larut didalam

  air dan mudah terdekomposisi menjadi O

  2 pada temperatur dan pH tinggi, karena sifat ini maka ozon harus disiapkan / dibuat sesaat sebelum digunakan.

  b. Pembuatan Ozon Ozon dapat dibuat didalam alat yang dinamakan Ozoniser. Ozoniser adalah suatu unit alat yang menghasilkan arus listrik 5.000 – 20.000 v dan 50 – 500 Hz, mengubah O

  2 yang bersih dan kering menjadi Ozon (O 3 ). Cara pembuatan

  ozon tersebut dapat dilakukan dengan melewatkan udara kering yang telah difilter melalui tabung – tabung atau dilewatkan diantara lempengan tegangan listrik yang tinggi. Peluahan terputus-putus (intermittent discharge) yang berlangsung di antara dua elektroda pada lempengan tersebut akan menyebabkan elektron-elektron bertabrakan dengan molekul oksigen sehingga terbentuklah senyawa ozon (O3).

  Reaksi pembentukan ozon secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut : 2 O + e ------> 2 O + e 2 3

  (1) O + O + M ------> O + (M) (2) 3 2 O + O ------> 2 O 3 2 (3) O + e -------> O + O + e (4)

  Persamaan reaksi (1) dan (2) adalah reaksi pembentukan ozon, tetapi agar reaksi (2) berlanjut diperlukan material ketiga M. Material M tersebut dapat berupa oksigen, nitrogen atau dinding tabung. Di lain pihak jika reaksi terlus berlanjut maka ozon yang telah terbentuk akan terurai kembali melalui reaksi (3) dan (4). Dengan kata lain reaksi pembentukan dan peruraian ozon terjadi bersamaan di antara kedua kutup elektroda. Pada saat reaksi terjadi pada kesetimbangan terbentuk ozon pada konsentrasi dengan tertentu. Jika peluahan listriknya diperbesar atau voltase dinaikan, dan ruang peluahan yang dilaliri udara atau oksigen diperbesar sehingga waktu tinggal udara atau oksigen di dalam ruang peluahan menjadi lebih lama maka ozon yang terbentuk menjadi lebih besar. Tetapi pada saat mencapai konsentrasi yang tertinggi maka ozon yang terbentuk akan terurai kembali. Pada prakteknya konsentrasi ozon yang terbentuk berkisar antara 3 -4 % apabila menggunakan udara sebagai bahan baku. Jika menggunakan bahan baku oksigen murni konsentrasi ozon yang terbentuk berkisar 6 – 8 %.

  c. Sifat-sifat Ozon Ozon merupakan oksidator kuat yang bereaksi cepat dengan hampir semua zat organik, kecuali bagi ion klorida karena tidak bereaksi dengan ozon dan amonia yang sedikit bereaksi dengan ozon.

  Sifat ozon yang bereaksi dengan cepat menyebabkan persistensinya didalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efektif bila ditujukan untuk menjaga kualitas air yang terkontaminasi di jaringan distribusi. Waktu paruh atau half life hanya 20 menit tanpa residen.

  f. Mekanisme Cara Kerja Ozon Dalam media cair ozon menghasilkan radikal bebas yang menginaktivasi mikroorganisme. Ozon mempengaruhi permeabilitas, aktivitas enzim dan DNA dari sel bakteri. Residu guanine dan/atau thymine merupakan sasaran dari ozon. Pengolahan ozon menyebabkan konversi circular plasmid DNA tertutup (ccDNA) E.coli menjadi circular DNA terbuka (ocDNA). Ozon inaktivasi virus dengan cara merusak inti asam nukleat. Pelapis protein terpengaruh juga, namun perusakan pelapis protein kecil dan mungkin tidak ada pengaruhnya pada adsorpsi poliovirus ke dalam sel host (VP4, capsid

  polypeptide penyebab penempelan pada sel host, tidak terpengaruh oleh ozon). Terhadap rotavirus, ozon merubah capsid dan inti RNA.

  e. Kemampuan Ozon Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Setelah melalui proses ozonisasi, air minum ditampung dalam tangki bersih untuk selanjutnya siap dikonsumsi. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

  Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm, sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm.

  Desinfeksi dengan sistem ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008). Keuntungan menggunakan ozon:

  • Menghilangkan warna, rasa, dan bau pada air
  • Menambah konsentrasi oksigen pada air
  • Kecepatan desinfeksinya tinggi
  • Mengurangi BOD dan COD
  • Masih efektif pada konsentrasi yang rendah
  • Tidak menimbulkan komponen yang berbahaya pada air
  • Daya desinfeksinya masih efektif pada kisaran pH yang luas

  Kerugian penggunaan ozon :

  • Prosesnya membutuhkan biaya yang besar
  • Membutuhkan perlengkapan tertentu dan daya listrik yang besar

  3. Reversed Osmosis (RO)

  a. Pengertian Indriatmoko dan Herlambang (1999) dalam Syafran (2004), Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui membran semipermiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran RO menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus. Bahan tambahan yang diperlukan dalam operasional unit pengolah air sistem RO antara lain : Kalium permanganat (KMnO

  4 ), anti scalant, anti fouling dan anti bakteri. Kalium permanganat digunakan sebagai bahan oksidator terhadap zat besi, mangan dan bahan organik dalam air baku. Sistem pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan.

2.5.5 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

  Higiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Penilaian higiene sanitasi depot air minum didasarkan pada nilai persyaratan pemeriksaan fisik higiene sanitasi depot air minum, lokasi bangunan dan sarana sanitasi. Pedoman cara produksi yang baik depot air minum memberikan penjelasan mengenai cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen.

  Higiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006):

  1. Lokasi

  a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan.

  b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.

  2. Bangunan a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.

  b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari : - Ruangan proses pengolahan.

  • Ruangan tempat penyimpanan.
  • Ruangan tempat pembagian/penyediaan.
  • Ruang tunggu pengunjung

  c. Lantai Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  • Bahan kedap air.
  • Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.
  • Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.
  • Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

  d. Dinding Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : - Bahan kedap air.

  • Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.
  • Warna dinding terang dan cerah.
  • Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.

  e. Atap dan langit-langit

  • Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor.
  • Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).
  • Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu.
  • Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.
  • Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

  f. Pintu - Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

  • Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
  • Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.
g. Pencahayaan Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

  h. Ventilasi Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

  • Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.
  • Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.
  • Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.

  3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut : a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan).

  c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

  d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air.

  4. Sarana Pengolahan Air Minum

  a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food

  grade ) seperti : - Pipa pengisian air baku.

  • Tandon air baku.
  • Pompa penghisap dan penyedot.
  • Filter.
  • Mikro filter.
  • Kran pengisian air minum curah.
  • Kran pencucian/pembilasan botol.
  • Kran penghubung (hose).
  • Peralatan sterilisasi.

  b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

  c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

  5. Air Baku

  a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

  b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.

  c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

  6. Air Minum a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Permenkes RI No.

  492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

  b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku.

  c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

  7. Pelayanan Konsumen a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.

  b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola air Depot Air Minum.

  c. Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter.

  d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di DepotAir Minum.

  8. Karyawan a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

  b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran.

  c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).

  d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.

  e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen. f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen.

  g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.

  9. Pekarangan a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan.

  b. Selalu dijaga kebersihannya.

  c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya.

  10. Pemeliharaan

  a. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggungjawabnya.

  b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi : - Tugas dan kewajiban karyawan.

  • Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.
  • Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan pembuktian).

  Berikut adalah uraian detail tiap obyek pengawasan hygenesanitasi depot air minum:

  1. Bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

  2. Kualitas air minum yang dihasilkan harus sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

  3. Izin pengangkutan air mobil tanki dikeluarkan oleh instansi terkait, misalnya Dinas pertambangan atau dinas lainnya.

  4. Zat-zat beracun yang dimaksud adalah Zn, Pb, Cu atau zat lainnya yang dapat membahayakan kesehatan

  5. Bukti tertulis bisa berupa nota pembelian air baku dari perusahaan pengangkutan air.

  6. Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam memungkinkan berkembangnya mikroorganisme yang membahayakan kesehatan.

  7. Tandon penyimpanan air baku tidak terkena sinar matahari secara langsung.

  8. Tandon air sebaiknya terbuat dari bahan food grade, seperti stainless steel atau Poly Vinyl Carbonate (PVC).

  9. Tabung filter air sebaiknya terbuat dari bahan food grade,seperti

  stainless steel atau Poly Vinyl Carbonate. Biasanya terdapat dua buah tabung

  yang berisi Pasir aktif dan karbon aktif. Tabungfilter ini harus tahan tekanan tinggi.

  10. Sistem back washing adalah cara pembersihan tabung filter dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar.

  11. Bahan wadah tabung mikro filter terbuat dari bahan food grade.

  12. Mikro filter terdapat lebih dari satu buah dengan ukuran berjenjang dari besar ke kecil. Contoh 10m, 5m, 1m, 0,4m(micron).

  13. Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa pakai ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.

  14. Pompa air sebaiknya terbuat dari stainless, dengan kekuatan tekanan kurang lebih

  2

  3-5kg/cm , tekanan inidipergunakan untuk mendorong air melalui berbagai macam filter yang ada.

  15. Alat penunjuk tekanan air adalah alat yang berfungsi untuk memonitor tekanan air hasil pemompaan dalam pipa penyalur.

  16. Pipa penyalur atau distribusi menggunakan bahan food grade.

  17. Peralatan desinfeksi harus ada pada sebuah depot air minum, dapat berupa ultraviolet atau ozonisasi atau peralatan desinfeksi lainnya atau bisa lebih dari satu alat desinfeksi yang berfungsi dan digunakan secara benar, contohnya jika kemampuan peralatan tersebut 8GPM (gallon per minute) berarti paling tidak, kran pengisian depot digunakan untuk mengisi sekitar 6-7 galon permenitnya.

  18. Masa efektif membunuh kuman adalah umur (life time) dari peralatan desinfeksi, masa efektif ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.

  19. Fasilitas pencucian botol (galon) adalah sarana pencucian botol untuk membersihkan botol yang terdapat pada depot.

  20. Fasilitas pembilasan botol (galon) adalah sarana pembilasan botol untuk membilas bagian dalam botol.

  21. Fasilitas pengisian adalah sarana pengisian produk air minum kedalam botol (galon) yang terdapat diruang tertutup.

  22. Setiap galon yang telah diisi langsung beri tutup yang baru dan bersih. Tetapi bukan dengan metode wrapping.

  23. Pihak depot sebaiknya tidak membuat stock botol (galon) yang telah diisi, lebih dari 1x24 jam, botol yang telah diisisebaiknya langsung dibawa oleh konsumen.

  24. Perilaku hidup bersih dan sehat dari operator.

  25. Surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum bisa didapat dari penyelenggara atau instansi yang melaksanakan kursus higiene sanitasi depot air minum, seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,Kab/kota atau asosiasi Depot Air Minum.

  26. Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa karena dapat mengotori dan merusak peralatan.

  2.6 Pencemaran Air Minum

  Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air minum bukan air murni, meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum masih mengandung komponen-komponen terlarut. Air minum yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan- bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan air minum (Ferdiaz, 1992).

  2.7 Pengaruh Air terhadap Kesehatan

  Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Mulia, 2005).

  Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Menurut Slamet (2007) beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya: a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.

  b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica.

  Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.

  c. Thypus abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan penyebabnya adalah Salmonella typii. Gejala utamanya adalah panas yang terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu setelah infeksi.

  d. Diare disebabkan oleh bakteri koliform misalnya E. coli bersifat patogen dengan gejala kram perut, mual dan rasa tidak enak badan.

2.8 Escherichia coli

  Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat

  pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). ada 2 (dua) golongan

  Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia yaitu:

  1. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yaitu mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8 – 24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera.

  2. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC) yaitu mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah.

  Pangan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum, daging, keju dan lain-lain. (Nurwantoro, 1997) Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya menggunakan bakteri

  

Escherichia coli untuk pengujian air minum. Bakteri Escherichia coli lebih mudah

  mengisolasinya daripada jenis bakteri lainnya. Keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sumber air dan makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia (Chandra, 2007). Karena itulah jika air atau makanan mangandung

  

Escherichia coli, hendaknya harus dipertimbangkan penolakan pemakaian untuk air

  minum, sebab besar kemungkinan air atau makanan tersebut tercemar bahan-bahan kotor (Azwar, 1990).

  Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia yang peranannya besar sekali terhadap kesehatan manusia. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Sutrisno, 1996). Didalam penularan penyakit, air berperan dalam empat cara:

  1. Cara Water Borne Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan.

  Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau

  water borne disease. Diantara penyakit-penyakit tersebut diantaranya

  penyakit cholera, thypoid, hepatitis infeksiosa dan dysentri basiler. Penyakit- penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kusnoputranto, 2000).

  2. Cara Water Washed Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum alat-alat terutama alat-alat dapur dan makan dan kebersihan perorangan.

  Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia.

  Kelompok penyakit-penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam cara penularan water washed terutama berada di dalam bidang higiene dan sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak perlu seketat mutu air bersih untuk air minum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah banyaknya air yan tersedia. Kelompok penyakit yang sangat dipengaruhi oleh cara penularan ini sangat banyak dan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

  a. Penyakit - penyakit infeksi saluran pencernaan yaitu penyakit diare Penyakit diare merupakan penyakit yang penularannya bersifat fecal oral.

  Karena, penyakit-penyaki diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya jalur yang melalui air (water borne) atau jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Contoh penyakit dalam kelompok ini serupa dengan yang terdapat pada jalur water borne yaitu cholera, thypoid, hepatitis infeksiosa dan dysentri basiler. Berjangkitnya penyakit-penyakit ini sangat erat dengan kurang tersedianya alat untuk makan minum dan memasak serta untuk kebersihan alat-alat makan.

  b. Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir Berjangkitnya penyakit-penyakit kelompok ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk higiene perorangan (mandi, cuci). pada umumnya dapat diturunkan angka penyakit ini dengan jalan menyediakan air yang cukup bagi kebersihan perorangan. Mutu mikrobiologis air bersih tidak seketat mutu mutu bagi air minum. Namun perlu diperhatikan persyaratan mutu air bersih sehingga air tidak mengandung mikroba-mikroba yang menimbulkan penyakit seperti fungus pada kulit, penyakit conjunctivitis, trachoma dan lain-lain.

  c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir Kelompok penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygine perorangan yang ditujukan untuk mencegah insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan perorangan dan kebersihan umum tidak terjamin. Parasit-parasit yang termasuk dalam kelompok ini adalah

  lice, sarcoptes, scabieae, thypus endemik, louse borne relapsing fever dan sebagainya.

  3. Cara Water Based Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup di dalam air. Contoh kelompok penyakit ini adalah penyakit schitosomiasis dan dracumulus medinensis (guinea warm). Larva

  

schitosomiasis hidup di dalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini

  akan mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam, yang sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

  

Dracunculus medinensis di Afrika Barat melengkapi siklus hidupnya di dalam

crustacea air. Infeksi parasit dapat terjadi bila air yang mengandung parasit

  ini terminum (Kusnoputranto, 2000).

Dokumen yang terkait

BAB II DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK A. Gadai 1. Pengertian Gadai dan Dasar Hukumnya. - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Stud

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

0 0 13

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

0 0 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks - Perbandingan Penggunaan Metode Analisis Regresi Ridge dan Metode Analisis Regresi Komponen Utama dalam Menyelesaikan Masalah Multikolinieritas (Studi Kasus Data PDRB Propinsi Sumatera Utara)

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 7

Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 15

20. RPP 7.2.4. Meloncat dan Berputar

0 0 14

23. RPP 7.4.2. Bola dan Meniru Gerakan

1 1 15

Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 12