PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN
POLITEKNOLOGI VOL. 11 NO. 3, SEPTEMBER 2012
PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN
POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN
PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL
DAN DIKERASKAN
Darius Yuhas
Dosen Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta, Telp.dan Fax 021-7863530, e-mail
Abstract
Surface roughness is an important factor for ensuring the quality of engine components. The
quality of roughness can be affected by the type of material or workmanship process. This study,
conducted with experimental methods, selected materials and turner S45C using chisels
Carbide (Carbide Coated), both on the hardening conditions and normal conditions. Ingestion
rate variation specified 8 feeding(f), namely; 0.05, 0.1, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, and 0.4
mm/rev, and 3 variations of the cutting speed (V), namely; 100, 150, and 200 m/min. Chisel tip
radius is 0.8 mm. Proved that, there is the effect of changing values ingestion rate and cutting
speed, the value of surface roughness, both the material conditions of normal and hardened
materials. Changes in surface roughness values to changes in feeding value, tends to increase,
although the feeding 0.05 mm/rev surface feeding coarser than 0.1 mm/rev, and feeding 0.15
mm/rev. Further feeding above 0.2 mm/rev, increased roughness, and the largest in feeding 0.4
mm/rev. In general, the hardened material is better roughness values of the material under
normal conditions, this is because the relative chisel tip radius is enlarge by the heat generated
from friction. Optimum roughness value is 0.44 μm (normal conditions) and 0.47 μm (hardening
conditions), the cutting speed (V) = 150 m/min, feeding (f) = 0.1 mm/rev. And the roughness of
2.1 μm to 4.75 μm highest on V=100, V=150, and V=200 m/min, with f= 0.25 to 0.4 mm/rev
(either normal or hardening) Key words: Ingestion Rate, Cutting Speed and Surface Roughness
Abstrak
Kekasaran permukaan merupakan faktor sangat penting untuk menjamin mutu komponen
mesin. Kualitas kekasaran dapat dipengaruhi oleh jenis material maupun proses pengerjaan.
Penelitian ini, dilakukan dengan metoda eksperimental, dipilih bahan S45C dan dibubut
menggunakan pahat Carbide (Coated Carbide), baik pada kondisi hardening maupun kondisi
normal. Ditetapkan 8 variasi laju pemakanan (f) yaitu; 0.05, 0.1, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4
mm/rev, dan 3 variasi kecepatan potong (cutting speed) yaitu; 100, 150, dan 200 m/min. Radius
ujung pahat adalah 0.8 mm. Terbukti bahwa, ada pengaruh perubahan nilai laju pemakanan
dan kecepatan potong, terhadap nilai kekasaran permukaan, baik pada kondisi bahan normal
maupun bahan yang dikeraskan. Perubahan nilai kekasaran permukan terhadap perubahan
nilai feeding, cenderung meningkat, meskipun pada feeding 0.05 mm/rev permukaan lebih kasar
dibanding feeding 0.1 mm/rev, dan feeding 0.15 mm/rev. Selanjutnya feeding di atas 0.2
mm/rev, kekasarannya meningkat, dan terbesar pada feeding 0.4 mm/rev. Secara umum, bahan
yang dikeraskan nilai kekasaran lebih baik dari pada bahan kondisi normal, ini disebabkan
karena radius ujung pahat relative membesar akibat panas yang ditimbulkan dari gesekan.
Nilai kekasaran optimum, adalah 0.44μm (kondisi normal) dan 0.47μm (kondisi hardening),dengan kecepatan potong (V)=150m/min, feeding (f)= 0.1mm/rev. Dan nilai kekasaran tertinggi
2.1μm hingga 4.75μm ada pada V=100, V=150, dan V=200m/min, dengan f= 0.25 hingga 0.4
mm/rev (baik normal maupun hardening)Darius Yuhas, Pengaruh Laju Pemakanan ……………..
PENDAHULUAN
234
Kata kunci : Laju Pemakanan, Kecepatan Potong, dan Kekasaran Permukaan I.
Kekasaran permukaan berperan penting untuk menjamin kualitas suatu komponen mesin atau alat. Kekasaran permukaan secara teoritis dipengaruhi oleh laju pemakanan (feeding), radius ujung pahat (nose radius tool). Secara praktis, kekasaran dipengaruhi oleh kecepatan potong (cutting speed), laju pemakanan (feeding), kekerasan benda kerja (work), dan kedalaman potong (depth of cut) Nilai kekasaran permukaan yang sesuai, dapat meningkatkan efisiensi fungsi suku cadang, selain itu juga dapat menghemat waktu proses pemesinan, karena tidak lagi memerlukan pengerjaan lanjut.
Namun saat ini sering dijumpai pemesinan suku cadang baik di bengkel reparasi kecil, maupun peralatan besar, menyimpang dari nilai kekasaran yang diinginkan. Beberapa penyimpangan pemesinan yang dijumpai;
1. Kedalaman potong terlalu kecil, sehingga geram yang dihasilkan mempunyai bentuk yang terlalu lembut (bagaikan rambut), sehingga proses tersebut menjadi semakin tidak efisien.
2. Kecepatan potong yang terlalu rendah, yang mengakibatkan permukaan produk terlalu kasar. Dalam beberapa kasus, seperti pemesinan beban kejut, kecepatan potong yang terlalu rendah, dapat memperpendek umur pahat.
3. Laju pemakanan yang terlalu pelan, untuk menghasilkan permukaan yang halus, padahal menurut spesifikasi permukaan yang relatif kasar pun sebenarnya sudah mencukupi.
4. Penghitungan waktu permesinan yang tidak benar, mengakibatkan perhitungan ongkos pemesinan tidak tepat.
Hasil bubutan benda kerja, banyak ditemukan lebih kasar atau lebih halus dari spesifikasi kekasaran yang diminta. Penyebabnya sangat luas, namun setelah dilakukan pengamatan, penyebabnya bermacam-macam, diantaranya pahat tumpul, kecepatan potong rendah, ujung pahat sudah aus, tidak menggunakan pendingin. Namun ada pula yang disebabkan oleh ketidakpastian menetapkan laju pemakanan dan kecepatan potong pahat. Hal ini bisa dipahami, karena belum ada petunjuk atau standar operasional kerja untuk mengerjakannya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui nilai kekasaran yang disebabkan oleh pengaruh laju pemakan pahat dan kecepatan potong, pada bahan S45C, baik untuk bahan yang tidak dikeraskan maupun yang dikeraskan. Bahan S45C, banyak dipakai untuk poros mesin beban sedang, dan pasak-pasak (keys). Pengujian dilakukan menggunakan pahat Carbide dengan radius ujung pahat 0.8 mm.dan dalam pemakanan (depth of cut) 1 mm.
Tujuan penelitian ini, adalah untuk mengetahui perbedaan nilai kekasaran terhadap; 1.
Laju pemakanan (feeding) dan kecepatan potong (speed) yang berubah; 2. Nilai dan Tingkat Kekasaran bahan
S45C kondisi Normal, maupun Hardening.
3. Dengan diketahuinya nilai dan tingkat kekasaran yang dicapai oleh tiap laju pemakanan dankecepatan potong tertentu, maka dapat POLITEKNOLOGI VOL. 11 NO. 3, SEPTEMBER 2012 dihitung waktu pemesinan yang optimal.
Metoda Pemesinan dilakukan dalam dua kondisi yaitu kondisi bahan normal, dan kondisi bahan dikeraskan (hardening) penelitian adalah eksperimental, yaitu melakukan pemesinan S45C langsung pada mesin bubut CNC. Hasil pemesinan lalu diukur kekasaran permukaannya. Pada penelitian ini ditetapkan 8 variabel laju pemakanan (feeding) yaitu; f =0.05; f= 0.1; f =0.15; f= 0.2; f =0.25; f =0.3; f= 0.35; dan f= 0.4 mm/rev; Sedang kecepatan potong ditetapkan V= 100 m/min; V= 150 m/min; dan V= 200 m/min. Variabel tetap dalam hal ini adalah kedalaman potong (a), yaitu= 1 mm.
Ra = ( μm)
Jika dianalisis data nilai kekasaran pada masing-masing kecepatan potong, perbedaan nilai kekasaran tidak terlalu besar. Hanya saja kualitas kekasaran agak lebih baik kondisi hardening, dibanding
Pengaruh Bahan S45C Kondisi Normal dengan Kondisi Hardening Sama seperti kondisi normal, kondisi hardening kenaikan nilai kekasaran terlihat tidak konstan, melainkan berubah disetiap feedingnya. Feeding dengan f=0.05 mm/rev, juga terlihat lebih kasar dibanding f=0.1 atau 0.15 mm/rev. Dan selalu diawal laju pemakanan dengan feeding (f)=0.05 mm/rev , menunjukkan nilai kekasaran yang tinggi, meskipun bukan yang tertinggi. Seperti ditunjukan dengan gambar 2.
Pembahasan Pengaruh Laju Pemakanan dan Kecepatan Potong Kondisi S45C Normal Pengaruh Laju Pemakanan dan Kecepatan Potong Kondisi S45C Hardening Setiap data yang diperoleh dari pengukuran, terlihat adanya perubahan nilai kekasaran permukaan. Secara umum, perubahan tersebut tidak menunjukkan kenaikan yang konstan,seperti nilai kekasaran teoritis, melainkan berubah-ubah. Dan selalu diawal laju pemakanan dengan feeding (f)=0.05 mm/rev, menunjukan nilai kekasaran yang tinggi, meskipun bukan yang tertinggi. Seperti ditunjukan dengan gambar 1.
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat tabel 6
Kecepatan potong (V)=200 m/min
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat tabel 5
Kecepatan potong (V)=150 m/min
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat tabel 4
Hasil pemesinan S45C dengan, kondisi bahan hardening (dikeraskan) Kecepatan potong (V)=100 m/min
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 3
Kecepatan potong (V)=200 m/min
II. METODE PENELITIAN
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 2
Kecepatan potong (V)=150 m/min
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran dapat dilihat tabel 1
Hasil Hasil pemesinan S45C dengan, kondisi bahan normal (tidak dikeraskan) Kecepatan potong (V)=100 m/min
= radius ujung pahat (mm)
μm) r
f = feeding (mm/rev) = nilai kekasaran (
R a
[persamaan 1] Kekasaran teoritis menjelaskan bahwa nilai kekasaran sebuah permukaan benda bubut tergantung kepada feeding dan radius ujung pahat. Sebagaimana dituliskan dalam rumus 1 berikut; dengan;
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Darius Yuhas, Pengaruh Laju Pemakanan ……………..
V. DAFTAR PUSTAKA
IV. KESIMPULAN
Jurnal Teknologi Prodi Teknik Mesin Kekhususan, Teknik Manufaktur Universitas Indonesia, Depok.
Teknik Industri dan Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, FTI, ITB.
[4] Tooley, John R. CS, 1986,
Numerical Methodes in Engineering Practice, , Holt, Rinehart And
Winston, Inc, New York, [5]
Kiswanto, Ganjar dkk., 2005,
Pengaruh Parameter Pemesinan Terhadap Kualitas Permukaan Baja DF-3 (AISI 01) Yang Dikeraskan,
1999, Pengaruh Parameter Potong
[6] Jonoadji, Ninuk dan Dewanto, Joni,
[3] Rochim, Taufiq, Bandung 2007,
dan Geometri Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses Bubut, Jurnal Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Industri Universitas Kristen Petra, Jakarta. [7]
Radius Ujung Pahat, Kecepatan Potong, dan Laju Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Baja St70 Pada Proses Bubut CNC, Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah, Malang
[8] Boothroyd, G., 1975, Fundamental
of Metal Machining and Machine Tool , Hemisphere Publishing Co.
Optimasi Proses Pemesinan, Ongkos Operasi, Laboratorium
Industri dan Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, FTI, ITB Bandung.
236
Pemesinan bahan S45C dengan kecepatan potong 100m/min, dan
kondisi normal. Hal ini disebabkan karena panas yang ditimbulkan akbibat gesekan pada ujung pahat, relative dapat mengubah radius ujung pahat menjadi lebih besar, sehingga hasil pemesinan lebih halus. Ini terlihat pada V=200 m/min (tabel 9). Selanjutnya melalui tabel 7, 8, dan 9 dapat dilihat perbandingan nilai kekasaran untuk terhadap kondisi bahan normal dan dikeraskan (hardening)
Dilaju pemakanan ( feeding) 0.05
mm/rev pemesinan dengan kecepatan
potong 100 m/min, 150 m/min, dan 200
m/min , selalu didapatkan permukaan
lebih kasar, dan saat proses pemesinan, timbul suara berisik. Ini disebabkan karena tidak terjadi penyayatan sempurna, lebih dominan terjadi gesekan. Namun di atas feeding 0.1
mm/rev tidak timbul lagi suara berisik tersebut.
feeding 0.05 mm/rev, baik pada
dan Sistem Pemerkakasan, Umur Pahat, Cairan Pendingin Pemesinan, Laboratorium Teknik
kondisi hardening maupun normal, tingkat kekasaran yang terjadi cukup tinggi, seperti ditunjukan table-1 dan table-4. Permukaan benda kerja kasar dan bergaris. Nilai kekasaran terendah/kualitas permukaan paling halus terjadi pada kecepatan potong 150 m/min, dengan f =0.1, mm/rev. baik pada kondisi normal yaitu; 0.44
μm maupun hardening, yaitu; 0.47 μm.
Sebaliknya kualitas permukaan benda kerja paling kasar terjadi pada kondisi normal pemesinan dengan kecepatan potong 200 m/min dengan feeding 0.4 mm/rev, yaitu 4.75 μm.
Pada umumnya pemesinan S45C kondisi hardening, memiliki tingkat kekasaran lebih halus dibanding pemesinan S45C kondisi normal, terutama pada V=200 m/min. Ini disebabkan karena gesekan pada ujung pahat lebih tinggi, sehingga radius ujung pahat mejadi besar.
[1] Rochim, Taufiq, 2007, Klasifikasi
Proses, Gaya dan Daya Mesin,
Laboratorium Teknik Industri dan Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, FTI, ITB Bandung.
[2] Rochim, Taufiq, 2007, Perkakas
Susanto, Heru, 2004, Pengaruh
POLITEKNOLOGI VOL. 11 NO. 3, SEPTEMBER 2012 [9]
0.25
4.65 Rata-Rata (μm)
0.83
0.66
0.74
1.42
2.14
2.74
3.43
4.75 Tabel 4: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Hardening, dengan V= 100
m/min
Pengukuran ke feeding (f) mm/rev
0.05
0.1
0.15
0.2
0.3
0.4 1 0.855 0.666 0.739 1.434 2.134 2.715 3.478 4.925 2 0.924 0.597 0.736 1.373 2.111 2.766 3.459 4.679
0.1
0.4 1 1.257 0.466 0.839 1.247 1.598 2.137 2.883 3.448 2 1.458 0.467 0.803 1.325 1.614 2.106 2.871 3.541 3 1.509 0.483 0.802
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.05
0.35
m/min
Pengukuran ke feeding (f) mm/revTabel 5: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Hardening, dengan V= 150
3.45 Rata-Rata (μm) 2.393 1.889 1.683 1.364 1.722 2.407 3.423 3.481
3.54 3 2.351 2.091 1.788 1.44 1.642 2.054 3.571
1.86 2.639 3.359
0.4 1 2.366 1.827 1.74 1.389 1.665 2.529 3.339 3.452 2 2.462 1.749 1.521 1.264
3
0.71 0.708 0.739 1.444 2.181 2.725 3.357
0.35
Daniel P., 2003, Hard Turning and the Machine Tool, Hardinge Inc. Tabel 1: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Normal, dengan V= 100
0.15
m/min
Pengukuran ke feeding (f) mm/rev0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4 1 1.581 1.314 1.095 1.273 2.065 2.761 3.821 4.21
3 1.641 1.763 1.104 1.221 2.199 2.848 3.722 4.155
Rata-Rata (μm) 1.645 1.541 1.112 1.266 2.111 2.900 3.583 4.288
Tabel 2: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Normal, dengan V= 150
m/min
Pengukuran ke feeding (f) mm/rev0.05
0.1
0.2
0.3
Pengukuran ke
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
feeding (f) mm/rev
Tabel 3: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Normal, dengan V= 200 m/min.
0.25
3.26 4.091 Rata-Rata (μm) 1.553 0.443 0.731 1.096 1.805 2.417 3.259 4.072
4.04 2 1.685 0.41 0.78 1.056 1.79 2.497 3.268 4.085 3 1.745 0.449 0.714 1.128 1.813 2.381
1 1.228 0.47 0.699 1.105 1.811 2.374 3.248
0.4
0.35
0.3
1.22 1.623 2.236 2.802 3.533 Rata-Rata (μm) 1.408 0.472 0.815 1.264 1.612 2.160 2.852 3.507
Ra Teoristis V100 V150 V200 Poly. (Ra Teoristis) Poly. (V100) Poly. (V150) Poly. (V200)
0.4 1 0.945 0.635 0.655 1.369 1.731 2.249 3.034
0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 N il a i K ek a sa ra n ( m ik ro n m et er) Feeding (mm/rev)
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
N ila i Ke k a sa ra n ( m ik ro n ) Feeding (mm/rev) Ra Teoritis V100 V150 V200 Poly. (Ra Teoritis) Poly. (V100) Poly. (V150) Poly. (V200)
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
Gambar 1: Grafik Nilai Kekasaran S45C dengan kodisi Normal Gambar 2: Grafik Nilai Kekasaran S45C dengan kodisi Hardening
3 0.98 0.643 0.689 1.286 1.709 2.326 3.004 4.401 Rata-Rata (μm) 0.935 0.630 0.688 1.316 1.727 2.302 2.999 4.330
2 0.88 0.611 0.719 1.293 1.741 2.332 2.96 4.369
4.22
0.35
Darius Yuhas, Pengaruh Laju Pemakanan ……………..
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
m/min
Pengukuran ke feeding (f) mm/rev- 8,33E-16 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
238 Tabel 6: Hasil Pengukuran Nilai Kekasaran S45C Kondisi Hardening, dengan V= 200 POLITEKNOLOGI VOL. 11 NO. 3, SEPTEMBER 2012
Tabel 7: Perbandingan Nilai Kekasaran S45C kondisi Normal dan Kondisi Hardening Kec.Potong (V)
dengan V=150 m/min
3.43
2.74
2.14
1.42
0.74
0.66
0.83
dengan V=200 m/min
1.553 0.443 0.731 1.096 1.805 2.417 3.259 4.072 Normal 1.408 0.472 0.815 1.264 1.612 2.160 2.852 3.507 Hardening Tabel 9: Perbandingan Nilai Kekasaran S45C kondisi Normal dan Kondisi Hardening 200 m/min
Tabel 8: Perbandingan Nilai Kekasaran S45C kondisi Normal dan Kondisi Hardening 150 m/min
dengan V=100 m/min
0.4 100 m/min 1.645 1.541 1.112 1.266 2.111 2.900 3.583 4.288 Normal 2.393 1.889 1.683 1.364 1.722 2.407 3.423 3.481 Hardening
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
feeding (f) mm/rev Kondisi S45C
4.75 Normal 0.935 0.630 0.688 1.316 1.727 2.302 2.999 4.330 Hardening
Darius Yuhas, Pengaruh Laju Pemakanan ……………..
240