HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT KABUPATEN Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA
SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT KABUPATEN
SUKOHARJO JAWA TENGAH TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
KURNIA PUNGKY ASMORO
K100100176

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015



HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA
SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO JAWA
TENGAH TAHUN 2014
THE SELECTION OF DRUG RELATIONSHIP WITH KNOWLEDGE OF COUGH

SELF-MEDICATION IN SOCIETY DISTRICT SUKOHARJO CENTRAL JAVA IN
2014
Kurnia Pungky Asmoro, *Arifah Sri Wahyuni
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl.Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
*Email : kurniapungky123@gmail.com

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sehingga
berpengaruh terhadap tindakan seseorang, sementara tindakan swamedikasi merupakan
pengobatan yang dilakukan sendiri dalam mengobati penyakit yang dianggap ringan seperti
batuk. Batuk itu sendiri merupakan suatu refleks saluran pernafasan untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dengan pemilihan obat pada swamedikasi batuk di masyarakat. Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimen (kuantitatif) dengan metode deskriptif menggunakan instrumen
kuesioner kepada responden berjumlah 165 orang dengan rentang usia 18-60 tahun dengan
hasil rata-rata pengetahuan sebesar 56,50 dengan standar devisiasi sebesar 16,830 yang masuk
kategori sedang. Ketepatan pemilihan obat batuk pada swamedikasi yang rasional yaitu
47,3% dan yang tidak rasional 52,7%, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan obat pada swamedikasi batuk di
masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

Kata kunci: Pengetahuan, Swamedikasi, Batuk, Pemilihan Obat.

ABSTRACT
Knowledge is sensing on a particular object, and therefore contributes to a person's
actions, while swamedikasi action is a treatment that is done alone in treating diseases that
are considered minor as a cough. Cough reflex itself is a respiratory tract to remove foreign
objects that enter. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge to
the selection of cough medicine in swamedikasi in society. This research is non-experimental

 

research (quantitative) with a descriptive method using a questionnaire to the respondent
amounted to 165 people aged 18-60 years with an average yield knowledge of the standard
deviation of 56.50 with 16.830 incoming medium category. The accuracy of the selection of
cough medicine in a rational swamedikasi is 47.3% and 52.7% who are not rational, so that it
can be concluded that there is significant correlation between knowledge with the selection of
drugs on society swamedikasi cough in Sukoharjo, Central Java 2014.

Keywords: Knowledge, Self-medication, Cough, Drug Selection.

PENDAHULUAN
Dorongan untuk merawat diri sendiri dipandang sebagai kesempatan untuk
membangun kepercayaan diri untuk mengelola kesehatan dan juga awal langkah yang positif
dalam hubungan antara pasien dan tenaga medis. Swamedikasi merupakan sebuah tahap
pembangunan kesehatan dimana setiap orang memiliki hak dalam menentukan kualitas
selfcare-nya sehingga dapat memanajemen keuangansen diri dengan keuntungan mampu
menghindarkan dari perawatan yang tidakr asional(Gupta et al,. 2011). Faktor lain yang
mempengaruhi tindakan swamedikasi diantaranya yaitu mendesaknya perawatan yang
dibutuhkan, penanganan pertama pada pasien sakit, kekurangannya pelayanan kesehatan,
ekonomi yang rendah, ketidakpercayaan terhadap tenagamedis, pengaruh informasi dari iklan,
ketersediaan obat yang melimpah di toko-toko atau warung, dan salah satu faktor yang sering
dialami oleh masyarakat yaitu karena terbatasnya keterjangkauan akses kesehatan di daerah
pedesaan atau terpencil (Phalke et al, 2006). Peran pengobatan sendiri adalah untuk mengatasi
dan menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi
medis, mengurangi beban biaya dan meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap
pelayanan medis (Supardi & Notosiswoyo, 2005).
Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dianggap ringan atau suatu
refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk juga

melindungi paru-paru dari aspirasi asing yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna
maupun saluran nafas bagian atas. Saluran nafas bagian atas dimulai dari tenggorokan,
trakhea, bronkhioli sampai ke jaringan paru. Batuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu batuk
berdahak dan batuk tidak berdahak (batuk kering). Batuk berdahak lebih sering terjadi karena
adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi karena adanya paparan

 

debu, lembab berlebihan sebagainya. Batuk tidak berdahak (batuk kering) yaitu batuk yang
terjadi karena tidak adanya sekresi saluran nafas, iritasi pada tenggorokan, sehingga timbul
rasa sakit (Djunarko & Hendrawati, 2011). Menurut Merianti (2013) menyatakan bahwa obat
batuk merupakan obat yang mudah diperoleh masyarakat di pasaranatau dikenal sebagai obat
bebas. Beberapa jenis obat batuk yang banyak beredar dipasaran adalah jenis ekspektoran dan
antitusif yang keduanya memiliki kegunaan yang berbeda pada batuk. Ekspektoran pada
batuk berdahak dan antitusif batuk yang tidak berdahak (Merianti et al., 2013).
Banyaknya jenis obat batuk dipasaran seharusnya membuat masyarakat pintar dalam
menyesuiakan jenis batuk dan pemilihan obatnya, maka dari itu dibutuhkan suatu
pengetahuan untuk hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan adakah
hubungan pengetahuan terhadap pemilihan obat pada swamedikasi batuk, Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Sukoharjo yang merupakan kota berkembang dengan masyarakatnya

yang sering melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit atau gejala ringan yang sering
dialami seperti halnya batuk.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimental yang menggunakan metode survei dan dianalisis
secara deskriptif. Pupolasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kabupaten Sukoharjo.
Pemilihan sampel secara acak atau dengan di undi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan Cluster sampling yaitu dengan membagi populasi menjadi bagian
yang lebih kecil, menjadi 3 kelurahan yaitu kelurahan Kartasura, Baki, dan Grogol, dengan
kriteria rentang usia 18-60 tahun. Dengan jumlah sampel berjumlah 165 responden yang
masing-masing kelurahan di ambil 55 responden. Jumlah sampel dengan tingkat kepercayaan
99% dengan rumus :
n=

.........................................................................(1)

Keterangan :
n


: Besaran sampel

N

: Besar populasi


 

Z (1- /

Nilai sebasaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan

TK, TK 90%= 1,64, TK 95%= 1,96, dan TK 99%= 2,57
P

: Proporsi kejadian, jika tidak diketahui, dianjurkan 0,5

d


: besar penyimpangan : 0,1, 0,05, 0,01
(Riyanto, 2011)

Data yang telah didapat dari penelitian akan dianalisis dengan SPSS 17 dengan cara
uji chi-square. Pengujian analisis dilakukan menggunakan program SPSS for window release
17, apabila didapatkan nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara kedua variabel (Sugiyono, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data sampel diambil di Kabupaten Sukoharjo yaitu pada masyarakat
kecamatan Kartasura, Kecamatan Grogol dan Kecamatan Baki, sampel penelitian diambil
sebanyak 165 orang responden.Di bawah ini merupakan tabel mengenai jenis kelamin dan
juga

tingkat

pendidikan

responden


yang

diambil

di

masyarakat

Kabupaten

Sukoharjo.Selanjutnya distribusi frekuensi responden ditampilkan pada tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel1.Distribusi Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Responden
Karakteristik
Jeniskelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pendidikan
SMP

SMA
D1
D3
Sarjana
Jumlah

Jumlah sampel

Presentase (%)

70
95
165

42,4
57,6
100

28
83

1
6
47
165

17
50,3
0,6
3,6
28,5
100

Berdasarkan table 2 menunjukkan bahwa karakteristik responden di

Masyarakat

Sukoharjo JatengTahun 2014 dari 165 responden sebanyak 70 responden berjenis kelamin
laki-laki (42,4%) dan 95 responden (57,6%) berjenis kelamin perempuan.Sedangkan
berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan di tingkat SMA yaitu
83 responden atau 50,3% dari keseluruhan jumlah populasi sampel, sedangkan jumlah paling

sedikit yaitu pada tingkat D1 yang hanya berjumlah 1 responden atau 0,6% dari jumlah total
populasi sampel. Menurut Sadiman (2002) hal yang mendasari pengetahuan adalah tingkat
pendidikan yang dimana pada pendidikan diajarkan bagaimana memahami suatu informasi

 

yang akan menjadi suatu pengetahuan, semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan
semakin tinggi kemampuan seseorang dalam memahami dan mencerna suatu informasi.
Dari hasil validitas kuesioner dengan menggunakan SPSS 17 dapat diketahui bahwa dari
16 butir soal dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) dari setiap butir
soal ≤0,05, sedangkan validitas pemilihan obat pada swamedikasi batuk untuk menentukan
rasional atau tidak rasional berdasarkan buku literatur ISO vol 49-2014 s/d 2015. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel2.Hasil Uji Validitas Pengetahuan
Pearson
Correlation
0,214
0,221
0.213
0.258
0.227
0.392
0.210
0.204
0.299
0.235
0.528
0.724
0.795
0.789
0.760
0.783

Nomor pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Sig. (2tailed)
0,006
0.004
0.006
0.001
0.003
0.000
0.007
0.009
0.000
0.002
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Uji yang selanjutnya adalah uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui reliabilitas data
menggunakan SPSS 17 dengan model Alpha cronbach. Kuesioner dinyatakan reliabel jika
nilai α > 0,6. Dari hasil penelitian didapatkan nilai α=0,770, karena nilai α > 0,6 maka
kuesioner dinyatakan reliabel.

Hasil tingkat pengetahuan responden tentang batukdapat dilihat pada tabel 3. Dari
hasil penelitian terhadap165responden didapatkan paling banyak 74 responden memiliki
tingkat pengetahuan yang sedang.

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Tentang Batuk
Kategori

Frekuensi

Persentase

Persentase
Valid

Rendah
Sedang

63
74

38,2%
44,8%

38,2
44,8

Tinggi

28
165

17,0%
100%

17,0
100

Total

Hasil pengambilan sampel dari 165 responden didapatkan data 63 responden dalam
katergori rendah atau sebesar 38,2%, 74 responden dalam kategori berpengetahuan sedang

 

atau sebesar 44,8%, selanjutnya 28 atau 17% responden ada pada tingkat berpengetahuan
tinggi. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa responden sebagian besar berpengetahuan
sedang. Untuk mengetahui presentasi dari jawaban responden tentang pemilihan obat pada
swamedikasi batuk dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel4. Analisis 4T (Tepat Indikasi, Obat, Dosis, Pasien)

tepat indikasi

tepat obat

tepat dosis

tepat pasien

Jumlah

%









78

47,3





-



21

12,7



-





35

21,2



-

-



15

9,1

-

-





2

1,2

-

-



-

1

0,6

-

-

-

-

13

7,9

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memilih pengobatan secara
rasional sejumlah 78 orang responden dan yang memilih pengobatan secara tidak rasional
sejumlah 87 orang responden. Selanjutnya pada tabel 5 dapat dilihat persentase jumlah
responden yang menjawab dengan tepat kuesioner bagian A.
Tabel 5. Persentase Jumlah Responden yang Menjawab dengan Tepat Kuesioner Bagian A
No

Pertanyaan

Persentasi (%)
Tepat

1.
2.
3.
4.
5.

Penyakit yang dapat ditangani dengan pengobatan sendiri
Ciri-ciri batuk berdahak
Gejala pada batuk kering
Tanda pada obat untuk pengobatan sendiri
Batuk yang menggunakan obat yang mengandung
Bromheksin (pengencer dahak)
Pasien yang sering mengalami gejala batuk
Dosis untuk dewasa gliseril guaikolat (pengencer dahak)
Komponen zat ekspektoran pada obat OBH (Obat batuk
hitam)
Efek samping dari Difenhidramin HCL
Dosis dan aturan pakai Bromhexin sebagai pengencer
dahak pada saluran nafas

6.
7.
8.
9.
10.

Tidak tepat

95,75
56,96
72,72
77,57
85,45

4,25
43,04
27,28
22,43
14,55

67,28
46,66
21,22

32,72
53,34
78,78

78,18
44,45

21,82
54,55

Tabel 5 menjelaskan jumlah dari responden yang menjawab dengan tepat pada
kuesioner bagian A. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada no.1
yaitu sebesar 95,75% dari 165 responden, sedangkan yang terendah pada no.8 dengan
persentase sebesar 21,22%, selanjutnya persentase rata-rata nilai kuesioner bagian B dibahas
pada tabel 6.

 

Tabel 6. Persentase Rata-rata Nilai Kuesioner Bagian B

No
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Pertanyaan
Penyebab batuk kering
Kondsi batuk yang harus segera ditangani
dengan pengobatan
Pencegahan batuk
Pemicu terjadinya batuk
Gejala lain yang menyertai batuk
Cara penyimpanan obat yang tepat

0
7
0

2
80
52

Skor nilai
4
6
8
50 22 3
38 24 11

10
3
40

165
165

0
1
0
0

39
42
51
46

41
35
51
41

42
45
27
30

165
165
165
165

24
27
25
16

19
14
12
32

Total

Tabel 6 menjelaskan jumlah responden yang memilih dengan nilai maksimal 10
(tertinggi) pada pertanyaan no.14 yaitu 45 responden mengenai pemicu terjadinya batuk,
terendah dengan nilai 0 paling banyak no.11 mengenai penyebab batuk kering 7 orang
responden (Tabel 7), selanjutnya diolah menggunakan SPSS 17.00, hasilnya dapat diketahui
bahwa masyarakat Kabupaten Sukoharjo mempunyai persen total nilai rata-rata pengetahuan
batuk pada kategori sedang yaitu dengan nilai mean 56,50. Berdasarkan data yang didapat
dari penelitian mengenai kerasionalan pemilihan obat batuk pada 165 orang responden
diperoleh dari dua macam kuesioner yang diulas pada tabel 7. Dari table 7 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden dalam melakukan swamedikasi obat batuk yang tidak
rasional yaitu sebanyak 87 responden (52,7%) dan 78 responden (47,3%) rasional.
Tabel 7.DistribusiPemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk
No
Kuesioner
1

2

Pernyataan Kuesioner

Jumlah

Total

Jenis batuk yang pernah di alami
1) Batuk berdahak
2) Batuk kering
3) Batuk pilek
4) Lainnya

103
41
118
0

165
165
165
165

Terakhir mengalami batuk
1) 1 tahun yang lalu

112
53
0
0

67,88
32,12
0
0

165

100%

20
145
0

12,12
87,88
0

165

100%

74
38
42
11

44,8%
23,0%
25,5%
6,6%

165

100%

11
4
5
11
28

6,6
2,4
3,0
6,6
17

Jumlah
3

4

Lama menderita Batuk
1)
hari
2) 4-7 hari
3) Lebih dari 7 hari
Jumlah
Penyebab yang biasa dialami sebelum batuk
1) Makanan berminyak
2) alergi
3) infeksi saluran nafas
4) lainnya
Jumlah

5

Antitusif
1) konidin
2) mextril
3) siladex
4) viks for 44
5) komiks
Mukolitik ekspektoran


 

No
Kuesioner

Pernyataan Kuesioner
1) Allerin
2) OBH
3) Ambroxol
4) Wood ekspektoran
Anti influenza
1) Decolgen
2) Decolsin
3) Alpara
4) Bodrex flu &batuk
5) Laserin
6) Intunal
7) Ultraflu
8) paramex flu &batuk
9) Panadol cold & flu
10) Inzana
11) Actifed
Antibiotik
1) Amoxicillin
2) Cefadroxil
Analgetik
1) Oskadon
Non Farmakologi
1.
Bear brand

6

7

8

9

10

Jumlah
Penggunaan aturan minum obat
1) Sesuai aturan
2) Tidak sesuai
Jumlah
Lama obat digunakan
1) Sampai sembuh
2) > 1 minggu
3) 3-7 hari
4) 3 hari
5) < 3 hari
Jumlah
Riwayat penyakit yang pernah dialami
1) Maag
2) Tifus
3) Asma
4) Tidak ada

Jumlah

Total

1
60
2
7

0,6
36,4
1,2
4,3

2
9
1
3
5
2
5

1,2
5,5
0,6
1,8
3,0
1,2
3,0

2
2
1
1

1,2
1,2
0,6
0,6

1
1

0,6
0,6

1

0,6

1

0,6
100%

118
47
165

71,5%
28,5%
100%

21
6
41
80
17
165

12,7%
3,6%
24,8%
48,5%
10,3%
100%

6
4
1
154

3,6%
2,5%
4,8%
89%

Jumlah
Sumber informasi
1) Keluarga/teman/tetangga
2) Dokter/bidan/perawat
3) Apoteker
4) Iklan
5) Lainnya
Jumlah
Tempat memperoleh obat
1) Apotek
2) Toko/warung
3) Puskesmas
4) Rumah sakit
5) Lainnya

165

100%

59
23
40
43
0
165

35,7%
13,9%
24,2%
26,1%
0%
100%

111
35
19
0
0

67,3%
21,2%
11,5%
0%
0%

Jumlah

165

100%

Hasil analisis uji Chi Square hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan obat
pada swamedikasi batuk di masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah tahun 2014
ditampikan pada tabel 8 sebagai berikut.


 

Tabel 8.Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Obat Batuk
Pemilihan Obat
Pengetahuan
Rendah

Sedang
Tinggi
Total

Tidak Rasional

Rasional

43

20

Total
63

68,3%

31,7%

100,0%

33

41

74

44,6%

55,4%

100,0%

11

17

28

39,3%

60,7%

100,0%

87

78

165

52,7%

47,3%

100,0%

Dari hasil Chi square diperoleh nilai p-value (taraf signifikansi) sebesar 0,006, karena pvalue < 0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan

antara pengetahuan dengan pemilihan obat pada swamedikasi batuk di masyarakat Kabupaten
Sukoharjo Jawa Tengah.
Berdasarkan data tabulasi yang telah diolah menunjukan bahwa responden yang
berpengetahuan dalam kategori tinggi lebih banyak melakukan pengobatan yang rasional.
Sedangkan responden dengan kategori berpengetahuan rendah cenderung tidak rasional dalam
pemilihan dan penggunaan obat batuk.Sehingga dapat ditarik kesimpulan semakin tinggi
pengetahuan seseorang maka akan mempengaruhi pemilihan obat yang lebih rasional
terhadap batuk yang diderita.

KESIMPULAN

Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan obat pada swamedikasi batuk di
masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang ditunjukan pada nlai signifikansi sebesar 0,006.

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya diperlukanadanya sosialisasi

tentang bagaimana

swamedikasi dalam pengobatan batuk beserta pemilihan obat yang tepat. Hal tersebut
dikarenakam pengetahuan sangat diperlukan masyarakat untuk melakukan tindakan
swamedikasi yang tepat dan tidak membahayakan diri sendiri. Sehingga diharapkan adanya
penelitian yang lebih bermanfaat untuk kedepannya.


 

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa
Kelurahan Pabelan, Kepala Desa Kelurahan Kadilangu, dan Kepala Desa Kelurahan Grogol
yang telah berkenan dalam memberikan izin serta dukungannya terhadap penelitian yang
kami laksanakan, sehingga dapat terlaksana suatu kegiatan penelitian yang kondusif, dapat
bekerja sama dengan baikdan dapat pula menjalin tali silaturahmi berkelanjutan. Semoga
dengan selesainya penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat supaya lebih cerdas
dalam pemlihan dan penggunaan obat batuk pada khususnya dan untuk petugas kesehatan
untuk lebih meningkatkan kinerja dalam membimbing pasien dalam pengobatan. Demikian
semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Djunarko, I., & Hendrawati, D., 2011. Swamedikasi yang Baik dan Benar, hal 6-7, Citra Aji
Parama,Yogyakarta
Gupta, P., Bobhate, P.S. & Shrivastava, S.R., 2011. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research. Determinants Of Self Medication Practices in An Urban Slum
Community, 4(3), pp.3–6
Merianti, N. W. E., Goenawi, L. R., & Wiyono. W., 2013. Dampak penyuluhan pada
pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan dan penggunaan obat batuk swamedikasi di
kecamatan malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(03), pp.100–103
Phalke, V.D., Phalke, D.B. & Durgawale, P.M., 2006. Self-Medication Practices in Rural
Maharashtra An Epidemiological Study of Cigarette Smoking among Male College
Students of Delhi University, Indian Journal of Community Medicine, 31(1), pp.1–2
Riyanto, A 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta

10 
 

Sadiman, 2002. Pendidikan Kesehatan untuk Meningkatkan Kepatuhan Berobat Penderita TB
Paru di RSU Jenderal A. Yani Metro. Thesis. Program Pasca Sarjana. FETP UGM.
Yogyakarta
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D 11th ed. C. ALFABETA,
ed., Bandung
Supardi, S., & Notosiswoyo, M., 2005. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala Demam, Batuk Dan
Pilek Pada Masyarakat Di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, II(3), pp.134–144

11 
 

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 11

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

3 29 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

0 3 11

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

1 10 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Masyarakat Kabupaten Wonogiri.

1 6 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Masyarakat Kabupaten Wonogiri.

1 4 13

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN GROBOGAN KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA ANAK BALITANYA DI WILAYAH WONOGIRI.

0 1 11

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP IKLAN OBAT BATUK DI TELEVISI DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

0 0 17