Praktik Pemberian Makan pada Usia 0 6 Bu (1)
Praktik Pemberian Makan pada Usia 0-6 Bulan Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Bayi di Usia 912 Bulan (Studi Kasus di Malang Raya)
1
2
3
Riska Faraswati , Mardhani Yosoprawoto , Wisnu Barlianto
1. Program Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2. Pengabdian Masyarakat - SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
3. Laboratorium Alergi-Imunologi, Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah lama merekomendasikan pemberian ASI saja saat bayi masih
berusia kurang dari 6 bulan guna mendukung tumbuh kembang optimal. Menurut World Health Statistic,
pencapaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih 32% dengan masih adanya fenomena praktik
pemberian makan pada bayi yang tidak tepat di Indonesia. Praktik pemberian makan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh praktik
pemberian makan pada usia 0-6 bulan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di usia 9-12 bulan.
Desain penelitian yang digunakan case study dengan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan
kualitatif pada 332 bayi berusia 9-12 bulan di Malang Raya. Data pertumbuhan bayi sejak lahir hingga usia
8-11 bulan digunakan, kemudian bayi-bayi tersebut diikuti pertumbuhannya berdasarkan BB/U sejak usia 8
hingga 12 bulan. Perkembangan bayi dinilai dengan menggunakan Denver II dalam satu waktu yaitu di usia
9-12 bulan. Data praktik pemberian makan saat bayi berusia 0-6 bulan diperoleh dengan menggunakan
kuesioner IYCF Indizcators yang telah dimodifikasi. Data dianalisis dengan Partial Least Square (PLS). Hasil
uji PLS menunjukkan praktik pemberian makan pada usia 0-6 bulan signifikan mempengaruhi pertumbuhan
bayi saat usia 9-12 bulan dengan koefisien jalur sebesar 0.150 (p=0.05), dan signifikan positif berpengaruh
terhadap perkembangannya dengan koefisien jalur sebesar 0.345
Kata kunci: Pertumbuhan, Perkembangan, Praktik pemberian makan bayi 0-6 bulan
ABSTRACT
World Health Organization (WHO) has long recommended exclusive breastfeeding for younger baby than 6
months to support optimal growth and development. According to World Health Statistic, exclusive
breastfeeding achievement in Indonesia is still 32% with phenomenon extant of inappropriate feeding
practices. Feeding infant practices influence child growth and developmental. The aim of this study is to
analyze impact of feeding practices at 0-6 months for growth dan child development on 9-12 months. Case
study as study designed with quantitative approach and supported by qualitative approach to 332 infants
ages 9-12 months in Malang Raya. Growth data from birth until the age of 8-12 months followed base on
weight-for-age. Infant development assessed with Denver II in the age group 9-12 months. Infant feeding
practices on age 0-6 months assessed by use a modified questionnaire IYCF Indicators. Data were analyzed
by Partial Least Square (PLS). PLS test results showed infant feeding practices on age 0-6 months
significantly affect the infants growth at the age of 9-12 months with path coefficient 0.150 (p=0.05),
nevertheless positive significantly affect the infants developments with path coefficient 0.345
Key words: Growth, Development, Infant feeding practices on age 0-6 months
PENDAHULUAN
padat (solid food) yang diberikan sebelum
Dalam proses tumbuh kembang anak;
bayi berusia 4 bulan. Menurut Huffman, et
usia dua tahun pertama adalah masa yang
al (9) praktik pemberian makan yang tepat
paling penting (1,2). Tumbuh kembang
saat bayi akan mendukung pertumbuhan
akan optimal bila lingkungan merangsang,
dan perkembangan bayi dan balita; baik
nutrisi memadai dan seimbang, perhatian
perkembangan
yang cukup (3), dan tidak ada penyakit
perkembangan
(4,5).
dalam
visual
motorik
penelitian
maupun
anak.
Namun,
Dinsmore
(10)
Guna mendukung tumbuh kembang
menyatakan bahwa pola pemberian makan
yang optimal; organisasi kesehatan dunia
bayi tidak mempengaruhi pertumbuhan
(WHO)
merekomendasikan
seorang anak. begitu pula dalam penelitian
pemberian ASI saja saat bayi masih
Desfita (11) ditemukan bahwa status gizi
berusia kurang dari 6 bulan, yang kemudian
tidak berpengaruh pada perkembangan
dapat dilanjutkan hingga usia 2 tahun;
mental
melewati usia 6 bulan, bayi mulai dapat
menimbulkan
diberikan
penelitian-penelitian lainnya.
telah
lama
MP-ASI
(6).
Di
negara
dan
psikomotor;
hal
kesenjangan
pada
ini
hasil
berkembang, kurang dari 40% bayi usia di
Penelitian
ini
bawah 6 bulan tidak memperoleh air susu
perkembangan
bayi
ibu (ASI) eksklusif. Menurut World Health
Menurut Goldson dan Reynolds (12), di
Statistic (7), pencapaian pemberian ASI
usia 9 bulan kemampuan berbahasa mulai
eksklusif di Indonesia masih 32%. Cakupan
meningkat, mulai memiliki konsep dan
pemberian ASI eksklusif Propinsi Jawa
kemampuan menganalisa obyek, mampu
Timur baru mencapai 49,7% (8). Cakupan
merespon
ASI eksklusif untuk kabupaten Malang
menggunakan jari-jari tangan. American
67,82%
Academy
dan
kota
Malang
67,89%
akan
di
usia
obyek,
of
meneliti
9
dan
bulan.
mampu
Pediatrics
(2006)
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
merekomendasikan
Jawa Timur (2011). Angka ini naik dari data
terhadap
sebelumnya, namun masih jauh dari target
dilakukan secara teratur pada usia 9 bulan
MDGs untuk tahun 2015 yaitu minimal
(13).
masih
adanya
fenomena
perkembangan
tes
skrining
anak
mulai
Fase kejar tumbuh/catch-up growth
80%. Belum tercapainya angka tersebut,
disebabkan
bahwa
terjadi paling cepat usia kurang dari 2 tahun
praktik pemberian makan yang kurang
(14).
tepat pada bayi dibawah 6 bulan di
menyatakan
Indonesia.
kembali di usia 9 bulan hingga usia 24
Fenomena praktik pemberian makan
Victora
(4)
dalam
pertumbuhan
penelitiannya
mulai
cepat
bulan.
yang tidak tepat bayi pada dibawah usia 6
Pada penelitian ini praktik pemberian
bulan yang ada di lapangan saat ini antara
makan
lain:
mixed
memperoleh ASI atau tidak, usia mulai
Makanan
diperkenalkan susu formula, dan MP-ASI,
pemberian
feeding,
dan
susu
formula,
pemberian
Pendamping ASI (MP-ASI) atau makanan
jenis
yang
yang
akan
diberikan,
dinilai:
serta
pernah
frekuensi
pemberian. Penelitian ini betujuan untuk
memberikan informasi akurat pertumbuhan
mengetahui pengaruh praktik pemberian
anak (15). Hasil pengukuran pencapaian
makan
pertumbuhan
saat
bayi
berusia
0-6
bulan
dimasukkan
pada
kurva
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dalam Kartu Menuju Sehat
pada empat domain perkembangan anak
(KMS)
yaitu perkembangan motorik kasar, motorik
pertumbuhan WHO 2005. Outcome varibel
halus, bahasa, dan perkembangan sosial
pertumbuhan dalam penelitian ini, dalam
emosi-perilaku.
bentuk kategorik yaitu berat badan “naik”
Penelitian
sebelumnya
dikaitkan pada satu atau dua variabel
perkembangan
saja
seperti
penelitian
yang
telah
mengadopsi
kurva
dan “tidak naik”.
Indikator
penilaian
variabel
terhadap perkembangan psikososial anak
perkembangan (Y3) terdiri dari 4 domain
oleh Saidah (2010), perkembangan kognitif
perkembangan anak yaitu perkembangan
(Rahmaulina
2008),
motorik
kasar
(Y3.1),
perkembangan
perkembangan sosial emosi (Latifah et al,
motorik
halus
(Y3.2),
perkembangan
2010).
bahasa (Y3.3) dan perkembangan sosial-
dan
Hastuti,
emosi-perilaku (Y3.4); varibel ini dinilai
METODE PENELITIAN
dalam 1 periode waktu yaitu saat bayi
Penelitian ini mengunakan pendekatan
analisis embedded design. Metode ini
merupakan salah satu bentuk dari mixed
method research; dengan premis dasar
pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mendukung pendekatan kuantitatif dengan
tujuan untuk hasil penelitian yang lebih
baik.
berusia 9 bulan dan 12 bulan dengan
menggunakan DENVER II.
Data praktik pemberian makan bayi
(Y1) saat bayi berusia 0-6 bulan diperoleh
dengan menggunakan kuesioner terbuka
dan tertutup. Kuesioner berisi informasi
tentang pola praktik pemberian makan
antara lain: pernah memperoleh ASI (Y1.1),
Penelitian dilakukan pada 352 bayi
berusia 9-12 bulan sesuai kriteria inklusi
yang telah ditetapkan peneliti di Malang
Raya dengan cluster random sampling
sebagai
tehnik
sampling.
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari hingga
Maret 2014 di Malang Raya.
Sebagai data sekunder adalah jumlah
bayi berusia 8-11 bulan dan data berat
badan mereka sejak usia 7 bulan. Data
primer
variabel pertumbuhan (Y2) dinilai
berdasarkan BB/U yang dinilai mulai usia 811 bulan dan di nilai kembali di usia 9-12
bulan dengan menggunakan timbangan
pediatrik. Pengukuran berkala dan dengan
memperhatikan kurva pertumbuhan; akan
pengenalan
susu
formula
(Y1.2),
pengenalan pada MP-ASI (Y1.3), termasuk
jenis (Y1.4) dan frekuensi pemberian (Y1.5)
pada saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan
yang diadopsi dari IYCF Indicators (WHO,
2010)
dan
disesuaikan
Skala
yang
telah
dengan
dimodifikasi
daerah
digunakan
untuk
penelitian.
adalah
skala
kategorik. Kuesioner menggunakan sistim
wawancara yang terstruktur yang diisi oleh
peneliti sendiri sebagai pewawancara dan
hanya dilakukan dalam satu kali waktu saat
penelitian berlangsung.
Karakteristik ibu (X1), dukungan dalam
praktik pemberian makan saat bayi berusia
0-6 bulan dari keluarga dan suami ibu bayi
terdapat
(X2), pengaruh sosial budaya setempat
dikarenakan peneliti tidak dapat hadir untuk
(X3), dan informasi berisi praktik pemberian
melakukan pengambilan data yang ke-2
makan
terhadap
sejumlah
tersebut
sesuai
bagi
kesehatan
bayi
(X4)
dari
tenaga/layanan
merupakan
beberapa
20
sampel
yang
drop
sampel
jadwal
out
penelitian
yang
telah
variabel yang dinilai mampu mempengaruhi
ditetapkan; sehingga total akhir sampel
praktik pemberian makan saat bayi berusia
yang dianalisa berjumlah 332 (n=332) bayi,
0-6 bulan. Data variabel ini diperoleh
yang
dengan menggunakan kuesioner dan in
perkembangannya sesuai usianya saat itu.
kemudian
dinilai
pencapaian
depth interview. Tape recorder digunakan
Pada Tabel 1 menunjukkan pada
sebagai alat dokumentasi saat melakukan
aspek pertumbuhan sebagian besar bayi
in depth interview.
usia 9-12 bulan yang menjadi sampel
Partisipan adalah ibu yang memiliki
penelitian dinyatakan berat badannya “naik”
bayi berusia 9-12 bulan dan memenuhi
sebesar 71.7% dan sisanya dinyatakan
kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti.
“tidak naik”. Pada aspek perkembangan,
Partisipan
53.6% bayi dinyatakan perkembangannya
bahwa
dipilih
berdasarkan
kriteria
tersebut
dapat
partisipan
memberikan
penelitian
informasi
dan
sesuai
mampu
normal dan 8.7% bayi “meragukan”.
tujuan
memberikan
35.2%
bayi-bayi
tersebut
pernah
disusui oleh ibunya, 19.6% bayi diberikan
gambaran yang jelas terkait fenomena di
susu
lapangan.
memperoleh susu formula sejak
Jumlah
(responden/partisipan)
unit
dianggap
sampel
telah
formula
dengan
dan
frekuensi
107
bayi
pemberian
telah
lahir;
sebagian
memadai apabila telah sampai pada taraf
besar empat kali dalam sehari. Ditemukan
“redundancy”.
30.2% bayi telah diperkenalkan pada MP-
Pada analisa data, setelah data di uji
ASI sejak usianya kurang dari 4 bulan dan
secara bivariat; data diuji secara multivariat
2.7% bayi diperkenalkan MP-ASI mulai usia
dengan menggunakan PLS (Partial Least
5 bulan. Frekuensi pemberian MP-ASI
Square) guna menjelaskan ada tidaknya
bervariasi;
hubungan
laten,
sebanyak dua kali dalam sehari sebanyak
variabel
22.3% bayi. 16.3% menunjukkan angka
indikator dan kesalahan pengukuran secara
paling dominan pada padi sebagai jenis
langsung, dan juga dapat digunakan untuk
komplemen
mengkonfirmasi teori. Convidence interval
diperkenalkan.
menganalisis
antara
variabel
variabel
laten,
ditentukan 95% dan dinyatakan signifikan
bila P value < 0.05.
paling
yang
dominan
paling
diberikan
banyak
Berdasarkan sebaran usia ibu sebagai
responden penelitian 76.5% berusia antara
20-35 tahun. Dan 46.7% keluarga bayi
HASIL
Di awal penelitian; jumlah sampel
352 bayi (n=352) di Malang Raya, yang
sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Di akhir penelitian
berstatus sosial ekonomi menegah dengan
pengahasilan rata-rata Rp 1.800.000,- s.d
1.300.000,-/bln. Kebanyakan dari ibu bayi
tersebut tidak memiliki kebiasaan merokok.
Dari 332 ibu bayi usia 9-12 bulan,
56.9%
menyatakan
memperoleh
informasi
bulan; 71.4% ibu menyatakan tidak ada
tidak
pernah
dukungan
tentang
praktik
keluarga.
baik
dari
Sedangkan
suami
bila
maupun
dilihat
dari
pemberian makan yang tepat bagi bayi usia
pengaruh sosial budaya setempat terhadap
0-6 bulan dari tenaga/layanan kesehatan.
praktik pemberian makan bayi, maka di
Berdasarkan
dapatkan
dukungan
yang
harusnya
54.8%
dalam
praktiknya
diperoleh dari keluarga atau suami pada
sesungguhnya kurang dipengaruhi oleh
pelaksanaan
sosial budaya setempat.
praktik
pemberian
makan
yang tepat bagi bayi terutama saat usia 0-6
Tabel 1 Karateristik sampel penelitian
Karateristik sampel
Usia bayi
Jenis kelamin
Urutan anak dalam keluarga
Pertumbuhan
Perkembangan
BBL
PBL
Praktik pemberian makan
Usia mulai diperkenalkan susu formula
Frekuensi pemberian susu formula
Usia mulai diberikan MP-ASI
Frekuensi pemberian MP-ASI
Jenis makanan yang dikenalkan
Usia ibu
Status sosial ekonomi
Kebiasaan merokok
Informasi praktik makan bagi bayi
M±SD
-
9 bulan
12 bulan
Laki-laki
Perempuan
-
Naik
Tidak Naik
Normal
Meragukan
Abnormal
1.79±0.802
3.32±0.802
49.75±0.144
-
ASI
Formula
ASI & Formula
ASI & Komplemen
Formula & Komplemen
< 1 bulan
1-3 bulan
4-6 bulan
Tidak diberi Formula
Tidak diberi Formula
2x / hari
3x / hari
4 x / hari
< 4 bulan
4 bulan
5 bulan
Tdk diberi komplemen
Tdk diberi komplemen
1x / hari
2x / hari
3x / hari
Tdk diberi komplemen
Padi
Buah
Lainnya (mengandung gula)
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
Tinggi
Menengah
Rendah
Tidak merokok
Merokok
Tidak ada
(n=332)
%
47.9
52.1
57.2
42.8
100
71.7
28.3
53.6
8.7
37.7
100
100
35.2
19.6
12.3
21.4
11.4
32.2
8.4
2.1
57.2
57.2
2.7
8.1
31.9
17.5
12.7
2.7
67.2
67.2
6.3
22.3
4.2
67.2
16.3
13.6
3
16.6
76.5
6.9
25.3
46.7
28
94
6
56.9
-
Dukungan keluarga
Pengaruh Sosbud
Ada
Tidak ada
Ada
Sangat mempengaruhi
Cukup mempengaruhi
Kurang mempengaruhi
Tabel 3 Nilai Outer Loading III
Dalam pengujian menggunakan Partial
Least Square (PLS) ada 2 evaluasi model
yang dilakukan antara lain outer model dan
43.1
71.4
28.6
24.4
20.8
54.8
Variabel
Karakteristik Ibu
inner model. Untuk mengetahui validitas
Indikator
Outer
Loading
X1.1
0.885
X1.2
Dukungan
X2
0.645
1.000
Pengaruh Sos-Bud
X3
1.000
Informasi
Praktik Pemberian
Makan saat berusia 0-6
bln
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Perkembangan bayi 9-12
bln
X4
1.000
Y1.3
0.942
Y1.4
0.952
Y2.1
1.000
YD.3.1
0.992
YD.3.2
0.989
nilai outer loading pada masing-masing
YD.3.3
0.998
indikator terhadap variabelnya.
YD.3.4
0.998
serta reliabilitas dari data yang telah
dikumpulkan maka dilakukan evaluasi atas
model
pengukuran,
yang
terdiri
dari
convergent validity dan discriminant validity
untuk uji validitas; sedangkan untuk uji
reliabilitas dapat dilihat melalui composite
reliability. Tabel 2 dibawah ini menunjukkan
Dari tabel di atas tampak semua
Tabel 2 Nilai Outer Loading I
indikator telah memiliki loading factor lebih
X1.1
Outer
Loading
0.743
X1.2
0.806
X1.3
-0.122
Dukungan
X2
1.000
Pengaruh Sos-Bud
X3
1.000
Pada uji discriminant validity dilakukan
Informasi
Praktik Pemberian Makan
saat berusia 0-6 bln
X4
1.000
dengan membandingkan nilai akar AVE
Y1.1
-0.914
Y1.2
0.520
Y1.3
0.679
Y1.4
0.685
Y1.5
0.632
Y2
1.000
YD.3.1
0.992
YD.3.2
Variabel
Karakteristik Ibu
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Perkembangan bayi 9-12
bln
Indikator
dari 0.5 dengan nilai T statistik > T table
(1.96);
artinya
mampu
masing-masing
menjelaskan
besar
indikator
korelasi
indikator terhadap variabel laten.
setiap konstruk
dengan korelasi antar
konstruk.
Tabel 4 Hasil Uji Discriminant Validity
Variabel
AVE
Akar AVE
Karakteristik Ibu
0.599
0.774
0.988
Dukungan
1.000
1.000
YD.3.3
0.998
Pengaruh Sos-Bud
1.000
1.000
YD.3.4
0.998
Informasi
Perkembangan bayi 912 bln
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Praktik makan bayi saat
0-6 bln
1.000
1.000
0.988
0.994
1.000
1.000
0.897
0.947
Dari tabel di atas tampak bahwa masih
ada indikator yang mempunyai nilai loading
factor yang kurang dari 0.5 sehingga perlu
di eleminasi (drop out) dan dilakukan
modifikasi model hingga memenuhi rule of
thumb dari convergent validity.
Diperoleh nilai akar AVE lebih besar
dari nilai korelasi antar variabel laten dalam
model, maka indikator-indikator tersebut
dinilai memiliki discriminant validity yang
2.3% dipengaruhi oleh praktik pemberian
baik karena telah memenuhi kriteria yang
makan pada bayi saat bayi berusia 0-6
telah ditentukan.
bulan (Y1). Nilai R untuk variabel endogen
Untuk
2
mengetahui
reliabilitas
data
perkembangan bayi saat berusia 9-12
dalam penelitian ini, maka dilakukan uji
bulan (Y3) sebesar 0.116 atau 11.6%
composite reliability
dipengaruhi oleh praktik pemberian makan
Tabel 5 Hasil Uji Composite Reliabilidity
Komposit ( c )
Reliabilitas
Variabel
Karakteristik Ibu
Dukungan
Pengaruh Sos-Bud
Informasi
Perkembangan bayi 9-12 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6 bln
0.745
1.000
1.000
1.000
0.997
1.000
0.946
Tampak pada tabel di atas bahwa
semua
variabel
laten
memiliki
pada bayi saat bayi berusia 0-6 bulan (Y1),
dan pertumbuhan bayi saat berusia 9-12
2
bulan (Y2). Mengacu pada data R , dapat
diketahui nilai Q
2
dengan menggunakan
rumus stone-Geisser Q Square:
2
Q = 1-(1-0.116) (1-0.023) (1-0.454)
= 1-0.471= 0.529
Nilai Q-square 0.591 lebih besar dari 0
nilai
(nol) menunjukkan bahwa model konstruk
composite reliability di atas 0.70 yang
mempunyai predictive relevance dan model
artinya indikator-indikator yang digunakan
tergolong baik untuk digunakan dalam
benar-benar dapat dipercaya mampu untuk
menjelaskan informasi yang terkandung
mengukur konstruknya.
dalam data.
Selanjutnya dilakukan evaluasi atas
model stuktural (inner
melihat nilai R
2
model)
dengan
masing-masing variabel
endogen.
Selanjutnya
dengan
melihat
pengujian
koefisien
hipotesis
jalur
pada
masing-masing jalur pengaruh langsung
secara parsial.
Tabel 6 R-square
Variabel
Tabel 7 Path Coefficients
R Square
Karakteristik Ibu
Dukungan
Pengaruh Sos-Bud
Informasi
Perkembangan bayi 9-12 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6 bln
Indikator
0.116
0.023
0.454
2
Nilai R untuk variabel endogen praktik
pemberian makan pada bayi saat berusia
0-6 bulan (Y1) sebesar 0.454 atau 45.4%
dipengaruhi oleh karakteristik ibu (X1),
dukungan (X2), pengaruh sos-bud (X3),
dan informasi tentang praktik pemberian
makan yang tepat (X4). Nilai R
2
Karakteristik Ibu -> Praktik
makan bayi saat 0-6 bln
Dukungan -> Praktik makan
bayi saat 0-6 bln
Pengaruh SosBud -> Praktik
makan bayi saat 0-6 bln
Informasi -> Praktik makan
bayi saat 0-6 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln ->
Perkembangan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6
bln -> Perkembangan bayi 912 bln
Praktik makan bayi saat 0-6
bln -> Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Original
Sample
T
Statistics
0.131
2.602
-0.112
2.193
-0.584
12.637
0.045
1.081
-0.057
1.387
0.345
6.681
0.150
2.453
Nilai koefisien jalur untuk pengaruh
untuk
langsung antara praktik pemberian makan
variabel endogen pertumbuhan bayi saat
bayi saat 0-6 bulan terhadap pertumbuhan
berusia 9-12 bulan (Y2) sebesar 0.023 atau
bayi 9-12 bulan menunjukkan nilai sebesar
0.150 dengan nilai t statistik sebesar 2.453
berusia 0-6 bulan dari tenaga/layanan
yang lebih besar dari 1.96, sehingga H1
kesehatan
diterima; artinya praktik pemberian makan
pemberian makan bayi usia 0-6 bulan di
bayi saat usia 0-6 bulan berpengaruh
Malang Raya.
signifikan terhadap pertumbuhan bayi di
mempengaruhi
Beberapa
penelitian
praktik
sebelumnya
usia 9-12 bulan. Dapat dijelaskan bahwa
yang mendukung pendapat diatas; tentang
jika bayi saat usia 0-6 bulan memperoleh
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
makanan yang tepat (sesuai rekomendasi
menyusui, praktik pemberian susu formula,
WHO
maka
dan pemberian MP-ASI dini pada bayi di
pertumbuhannya baik dan normal dengan
bawah 6 bulan menyebutkan bahwa tingkat
ditunjukkannya oleh grafik kenaikkan berat
pendidikan ibu, faktor penghasilan atau
badan yang mengikuti garis pertumbuhan
sosial
dalam kurva pertumbuhan KMS di usia 9-
keluarga, dan sosial budaya setempat
12 bulan.
(16,17,18) jumlah anggota keluarga, peran
yaitu
hanya
ASI
saja)
ekonomi
keluarga,
karakteristik
Nilai koefisien jalur untuk pengaruh
petugas kesehatan (19) ibu-ibu berusia
langsung antara praktik pemberian makan
muda (< 20 tahun), ibu primipara dan ibu
bayi
terhadap
merokok tidak menyusui secara penuh
perkembangan bayi 9-12 bulan sebesar
setelah 4 minggu post partum. Ibu-ibu
0.345 dengan nilai t statistik sebesar 6.681
muda
yang lebih besar dari 1.96, sehingga H2
mengenali
diterima. Nilai koefisien jalur menunjukkan
diberikan oleh bayi-bayi mereka (20,17).
nilai signifikan dan positif, yang artinya
Penelitian yang dilakukan di Sri Lanka
bahwa dalam penelitian ini bayi yang saat
menunjukkan hasil bahwa ibu-ibu yang
usianya 0-6 bulan memperoleh makanan
berhenti menyusui bayinya di usia antara 2-
yang
(hanya
4 bulan banyak disebabkan karena ingin
memperoleh ASI saja sesuai rekomendasi
berkonsentrasi untuk menurunkan berat
WHO dan Kementrian Kesehatan RI), maka
badannya; sedang yang berhenti menyusui
bayi
tahap
di antara usia 4 - 6 bulan lebih disebabkan
perkembangan yang dinilai normal sesuai
oleh tuntutan untuk kembali bekerja (21).
usianya.
Dalam hal budaya (berkaitan dengan suku
saat
tepat
0-6
bagi
tersebut
bulan
usianya
mencapai
atau
atau
DISKUSI
cenderung
sulit
tanda-tanda
lapar
yang
tertentu),
de
Hoog
(22)
menyatakan pola kebiasaan pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik ibu, dukungan yang harusnya
diperoleh ibu dari orang-orang disekitarnya
(suami
etnis
primipara
dan
keluarga)
dalam
praktik
pemberian makan yang tepat bagi bayi
terutama di usia 0-6 bulan,
pengaruh
budaya yang berlaku di masyarakat saat
itu, dan informasi yang berkenaan dengan
praktik pemberian makan pada bayi saat
makanan bayi dipengaruhi budaya masingmasing etnis
Dukungan dari keluarga ibu dan
tenaga kesehatan; terutama dari suami
secara
signifikan
terbukti
mampu
mengurangi lebih dari 10% pengaruh luar
untuk penggunaan susu formula sebagai
makan bayi terutama diawal kehidupan
yaitu usia 0-6 bulan (23), durasi menyusui
beras,
yang
keluar,
dihaluskan, pisang yang sudah dihaluskan
dari
(baik yang dimasak terlebih dahulu atau
tenaga/layanan kesehatan (24). Namun
yang telah matang secara alami), atau air
sesungguhnya salah satu kendala terbesar
tajin.
adalah
Praktik Pemberian makan saat bayi usia 0-
pendek
atau
kurangnya
ASI
tidak
informasi/saran
kesalahpahaman
dari
istilah
”eksklusif”.
bubur
nasi,
nasi
yang
sudah
6 bulan mempengaruhi pertumbuhannya di
Tidak
semua
usia 9-12 bulan
tenaga
kesehatan
dukungannya
terhadap
Bayi yang mengkonsumsi ASI
pemberian ASI eksklusif yaitu hingga 6
menunjukkan pencapaian pertumbuhan
bulan; tenaga kesehatan tersebut harusnya
yang sangat baik dalam berat badan,
memberikan
telah memberikan pengetahuan tentang
ASI dan menyusui sejak masa antenatal
namun hal itu tidak dilakukan. Pemberian
informasi
yang
dengan
benar,
tepat
pendekatan
berpengaruh
pada
sasaran,
yang
sikap
dan
tepat
praktik
panjang badan, ukuran kepala, dan
ketebalan lemak kulit terutama di usia
12 minggu dan 18 bulan dibanding
dengan bayi yang mengkonsumsi susu
formula (28,29).
Praktik pemberian makan bayi yang
seorang individu.
dan
kurang tepat, berpengaruh pada imunitas
praktik
atau daya tahan anak untuk terserang
pemberian makan bayi usia 0-6 bulan yang
penyakit (30). Jika anak/bayi terserang
tepat mempengaruhi keputusan ibu dalam
sakit, maka nafsu makan terganggu, terjadi
praktiknya (25). Pengetahuan ini layaknya
gangguan penyerapan zat-zat makanan,
telah diberikan pada ibu sejak ibu hamil;
zat-zat makanan yang diserap digunakan
pengambilan keputusan untuk memberikan
untuk proses penyembuhan (31).
Pengetahuan
kurangnya
yang
informasi
kurang
tentang
turut
Untuk tumbuh, tubuh memerlukan
mempengaruhi keputusan ibu setelah bayi
nutrisi sebagai zat gizi dan sumber energy
lahir (26,27).
sehingga
bayinya
ASI
saat
masih
hamil,
proses
metabolisme
tubuh
telah
berjalan baik dan tubuh tumbuh optimal
memperoleh susu formula dan MP-ASI di
yang pada akhirnya berpengaruh juga pada
usia kurang dari 6 bulan. Alasan keluarga
system
memberikan
pada
kekebalan tubuh baik, harapannya adalah
bayinya sebelum waktunya antara lain
anak tidak pernah menderita penyakit
perasaan khawatir anak masih lapar, ingin
kronis
anaknya tampak gemuk dan cepat besar,
pertumbuhan anak seperti tuberculosis,
mereka tidak mengetahui dampak dari
penyakit metabolik, diabetes mellitus dan
praktik tersebut. Pemberian MP-ASI terlalu
lain sebagainya. Oleh karena itu, hingga
dini banyak terjadi di beberapa propinsi di
kini pemenuhan nutrisi dinilai sebagai faktor
Indonesia. Jenis dan bentuk yang diberikan
terpenting yang mampu mempengaruhi
tidak banyak berbeda yaitu bubur tepung
pertumbuhan anak.
45.1%
bayi-bayi
makanan
tersebut
tambahan
kekebalan
yang
tubuh.
dapat
Jika system
mengganggu
Pertumbuhan
penting
untuk
tersebut masih saja dibingungkan dengan
diperhatikan secara berkesinambungan di
adanya kemungkinan pengaruh genetik,
tahun pertama dan tahun ke dua usia anak
karakteristik orang tua, dan lingkungan;
karena pada kasus-kasus kekurangan gizi,
namun penelitian terakhir menunjukkan
fakta
bahwa bayi yang memperoleh ASI eksklusif
menunjukkan
status
gizi
bahwa
terjadi
pada
penurunan
periode
ini;
penurunan status gizi tersebut ditandai
dengan menurunnya atau tidak berubahnya
berat
badan
anak
ke
arah
lebih dari 3 bulan, menunjukkan tingkat
intelegensi yang lebih baik (36,34).
Kebanyakan
orang
tua
berpikir
grafik
bahwa setiap anak akan melalui tahap
pertumbuhan yang baik dan gangguan
perkembangan yang sama pada usia-usia
pertumbuhan yang lain seperti stunting.
tertentu pada umumnya atau normalnya
Praktik Pemberian makan saat bayi usia 06 bulan mempengaruhi pertumbuhannya di
Perkembangan akan maksimal bila
lingkungan merangsang, nutrisi memadai,
dan perhatian yang cukup (3). Pemenuhan
gizi yang baik; seimbang antara energi dan
nutrisi selain pola asuh yang baik dan tidak
ada penyakit, akan mengantar anak pada
kembang
yang
optimal
(5,4).
Frekuensi menderita sakit dan kurangnya
asah-asih-asuh
yang
mempengaruhi
stimulasi
tepat
akan
perkembangan
otak anak (32). Contohnya dalam kasus
bayi dan balita yang mengalami malnutrisi
energy
dan
protein
menunjukkan
penurunan kemampuan kognitif (33). Bayi
yang memperoleh ASI eksklusif lebih lama
hingga usia 6 bulan memiliki kemampuan
kognitif lebih baik (34). Pentingnya nutrisi di
tahun
pertama
temuan
yang
dapat di ibaratkan seperti batu loncatan,
secara umum anak tidak dapat mencapai
usia 9-12 bulan
tumbuh
menurut mereka. Tahap perkembangan
kehidupan
mendukung
menyatakan
bahwa
perkembangan neurologi di awal kehidupan
berefek pada kesehatan baik fisik maupun
mental, kemampuan belajar, dan perilaku di
usia-usia selanjutnya (35).
ASI dan susu formula memberikan
hasil yang berbeda pada perkembangan
saraf telah banyak dilaporkan, namun hasil
suatu batu loncatan tertentu jika belum
melangkahi
batu
anak-anak
sebelumnya.
Namun
berbeda
bisa
yang
menggunakan batu loncatan yang berbeda
dan kadang melewati satu batu. Misalkan
pada kasus seorang anak sebelum belajar
berdiri maka dia akan belajar merangkak
terlebih dahulu kemudian baru mereka
dapat belajar berdiri; namun ada yang pula
yang tanpa belajar merangkak tapi hanya
mengangkat-angkat pantatnya, tiba-tiba dia
sudah dapat berdiri. Karena pemahaman
yang kurang terhadap perkembangan anak
seperti ini yang menjadi bagian alasan
praktik pemberian makan di tahun-tahun
pertama kehidupan kurang dikoreksi; dan
ini tidak saja terjadi pada orang tua juga
dilakukan oleh sebagian tenaga kesehatan
di tingkat dasar.
Upaya
sukses
dalam
mempromosikan praktik pemberian makan
yang baik dan tepat; perlu disadari bahwa
tidak hanya fokus pada ibu tetapi juga pada
orang-orang
yang
mempengaruhi
keputusan seorang ibu. Upaya tersebut
harus dilaksanakan dalam skala besar
secara komprehensif dan multi level dalam
pemberian makan yang tepat saat bayi
mempromosikan
memberikan
masih berusia 0-6 bulan berpengaruh
pemberian
terhadap pencapaian pertumbuhan bayi
dukungan
dan
terhadap
praktik
makan yang benar dan tepat sebagaimana
yang telah direkomendasikan oleh WHO,
UNICEF,
dan
Kementrian
Kesehatan
Indonesia.
berusia 0-6 bulan dalam penelitian ini
signifikan
berpengaruh
Dari hasil perolehan dan pengolahan data
mendapatkan
hasil
sebagai
terhadap
dan
positif
pencapaian
perkembangan bayi pada usia 9-12
bulan. Jika praktik pemberian makan
pada saat bayi tepat dilakukan sesuai
berikut:
1. Praktik pemberian makan saat bayi
berusia 0-6 bulan secara signifikan dan
mempengaruhi pertumbuhan bayi saat
usia
2. Praktik pemberian makan saat bayi
secara
KESIMPULAN
penelitian
pada usia 9-12 bulan.
9-12
bulan
DAFTAR PUSTAKA
artinya
praktik
rekomendasi dari WHO dan Kemenkes
maka perkembangan yang akan dicapai
seorang bayi di usia berikutnya akan
normal mengikuti pola normal.
1. Goulet O. Growth faltering: setting the
scene. European Journal of Clinical
Nutrition. 2010. 64: S2–S4
2. UNICEF. 2011. Facts on Children. Early
Childhood.
1
january
2011.
http://www.unicef.org/earlychildhood/ind
ex.html akses 24 August 2010
3. Tang Akaysha C, Akers K, Reeb BC,
Romeo
RD,
dan
McEwen
BS.
Programming social, cognitive and
neuroendocrine development by early
exposure to novelty. Proceedings of the
National Academy of Sciences of the
United States of America. 2006; 103
(42). pp. 15716–15721.
4. Victora CG, de Onis M, Hallal PC,
Blössner M, Shrimpton R. Worldwide
timing of growth faltering: revisiting
implications for interventions. Pediatrics.
2010; 125(3): e473–80
5. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield
LE, de Onis M, Ezzati M, Mathers C,
Rievera
J.
Maternal
and
child
undernutrition: global and regional
exposures and health consequences.
Lancet. 2008. 371 (9608): 243–260
6. Haemer M, Primak LE, dan Krebs NF.
2012. Normal Child Nutrition and Its
Disorders. Dalam Hay Jr, WW, Levin
MJ, Deterding RR, Abzug MJ, dan
Sondheimer JM. Current Diagnosis and
Treatment: Pediatrics. Twenty First Ed.
Mcgraw Hill Companies, Inc. USA.
2012. pp 73-91
7. World Health Organization (WHO).
2011. World Health Statistics 2011.
WHO press. Geneva
8. Kemenkes RI. 2012. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. Jakarta
9. Huffman SL, Harika RK, Eilander A, dan
Osendarp SJM. Essential fats: how do
they affect growth and development of
infants and young children in developing
countries? A literature review. Maternal
and Child Nutrition
. Blackwell
Publishing Ltd. 7 (Suppl. 3), 2011. pp.
44–655
10. Dinsmore J, Williams E, McCarthy H
and Coghlan D. A pilot study to explore
factors affecting faltering growth in
children. J Hum Nutr Diet. 2011; 24: pp.
277–310
11. Desfita S. Hubungan status gizi dengan
perkembangan mental psikomotor anak
usia 12 sampai 24 bulan di daerah
endemis GAKI. [Tesis]. Pasca Sarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat (Gizi dan
Kesehatan). Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 2007
12. Goldson E dan Reynolds A. Child
Development and Behavior. Dalam Hay
Jr, WW, Levin MJ, Deterding RR, Abzug
MJ, dan Sondheimer JM. Current
Diagnosis and Treatment: Pediatrics.
Twenty
First
Ed.
Mcgraw
Hill
Companies, Inc. USA. 2012. pp 73-91
13. Lipkin
P.H.
Developmental
and
Behavioral Surveillance and Screening
Within the Medical Home. Dalam
Developmental
And
Behavioral
Pediatrics. Voigt RG, Macias MM, dan
Myers SM. 2011. American Academy of
Pediatrics. USA. 2011. Pp 69-92
14. Ong Ken KL, Ahmed ML, Emmett PM,
Preece MA, Dunger DB, dan the Avon
Longitudinal Study of Pregnancy and
Childhood Study Team. Association
between postnatal catch-up growth and
obesity in childhood: prospective cohort
study. BMJ. 2000; 320:967–971
15. World Health Organization (WHO).
WHO child growth standards: training
course on child growth assessment.
2008. www.who.int/childgrowth. Akses
25 Januari 2013
16. Jimenez-Cruz J, Bacardi-Gascon M,
Pichardo-Osuna A, Mandujano-Trujillo
Z, Castillo-Ruiz O. Infant and toddlers’
feeding practices and obesity amongst
low-income families in Mexico. Asia Pac
J Clin Nutr. 2010; 19 (3):316-323
17. Inoue M, Binns CW, Otsuka K, Jimba M,
dan Matsubara M. Infant feeding
practices and breastfeeding duration in
Japan:
A
review.
International
Breastfeeding Journal. 2012; 7(1): 15
18. Betoko A, Charles M A, Hankard R,
Forhan A, Bonet M, Saurel-Cubizolles M
J, HeudeB, dan de Lauzon-Guillain B,
the EDEN mother-child cohort study
group. Infant feeding patterns over the
first year of life: influence of family
characteristics. European Journal of
Clinical Nutrition. 2013; 67: 631–637
19. Theresiana KL. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik pemberian
makanan pendamping ASI pada bayi
usia 4-11 bulan di Kab. [Tesis].
Tangerang. Universitas Indonesia. 2002.
20. Scott JA, Binns CW, Graham KI, dan
Oddy WH. Predictors of the early
introduction of solid foods in infants:
results of a cohort study. BMC
Pediatrics. 2009; 9(1): 60
21. Perera PJ, Ranathunga N, Fernando
MP, Sampath W, dan Samaranayake
GB. Actual Exclusive Breastfeeding
Rates And Determinants Among A
Cohort Of Children Living In Gampaha
District Sri Lanka: A Prospective
Observational
Study.
International
Breastfeeding Journal. 2012; 7(1): 21
22. Sudfeld C, Fawzi W, dan Lahariya C.
Peer
Support
and
Exclusive
Breastfeeding Duration in Low and
Middle-Income Countries: A systematic
review and meta analysis. Plos One.
2012; 7(9): e45143
23. De Hoog, Eijsden, et al. The role of
infant
feeding
practices
in
the
explanation for ethnic differences in
infant growth: the Amsterdam born
children and their development study.
British Journal of Nutrition. 2011;
106(10) p. 1592-1601
24. Wijndaele K, Lakshman R, Landsbaugh
JR, Ong KK, dan Ogilvie D.
Determinants of early weaning and use
of unmodified cow's milk in infants: a
systematic review . Journal of the
American Dietetic Association. 2009;
109 (12): 2017-2028
25. Riyadi H dan Sukandar D. Asupan gizi
anak balita peserta Posyandu. Jurnal
Gizi dan Pangan. 2009; 4 (1): 42-51
26. Qiu, Binns CW, Zhao Y, Lee AH, dan
Xie X. Breastfeeding Practice in
Zhejiang Province, PR China, in the
Context
of
Melamine-contaminated
Formula Milk. J Health Popul Nutr.
2010; 28(2):189-198
27. Hoddinott P, Craig LCA, Britten J, dan
Mclnnes RM. A serial qualitative
interview study of infant feeding
experiences: idealism meets realism.
BMJ Open. 2012; 2:e000504
28. Koletzko B, Kries R, Closa R, Escribano
J, Scaglioni S, Giovannini M, Beyer J,
Demmelmair
H,
Gruszfeld
D,
Dobrzanska A, Sengier A, Langhendries
JP, Cachera FCR, dan Veit Grote for the
European Childhood Obesity Trial Study
Group. Lower protein in infant formula is
associated with lower weight up to age 2
y: a randomized clinical trial. Am J Clin
Nutr. 2009; 89:1836–45
29. Zhang J, Himes JH, Guo Y, Jiang J, Liu
Yang, Qiaozhen Lus, Ruan H, dan Shua
Shi. Birth weight, growth and feeding
pattern in early infancy predict
overweight/obesity status at two years of
age: A birth cohort study of chinese
infants. PLoS ONE. 2013; 8 (6): e64542
30. American Academy of Pediatrics (AAP)
Council on Children With Disabilities,
Section on Developmental Behavioral
Pediatrics, Bright Futures Steering
Commite, Medical Home Initiatives for
Children with Special Needs Project
Advisory Commite. Indentifying Infants
and Young Children with developmental
disorders in the medical home: an
algorithm for developmental surveillance
and screening. 2009;118 (1): pp 70-71
31. Dewey KG & Mayers DR. Early child
growth: how do infection and nutrition
interact? Alive & Thrive Tehnical Brief.
2011; 3: 1-1
32. United
Nations
Children’s
Fund
(UNICEF). Programming Experiences in
Early Child Development. Early Child
Development Unit Publishers. New
York, NY. 2006; pp. 2
33. KAR, Bhoomika R.; RAO, Shobini L.;
CHANDRAMOULI, B. A. Cognitive
development in children with chronic
protein energy malnutrition. Behav Brain
Funct, 2008, 4.31.10: 1186.
34. Jedrychowski W, Perera F, Jankowski
J, Butscher M, Mroz E, Flak E, Kaim I,
Miszczyk IL, Skarupa A, dan Sowa A.
Effect of exclusive breastfeeding on the
development of children’s cognitive
function in the Krakow prospective birth
cohort study. Eur J Pediatr. 2012.
171(1): 151-158
35. MCCAIN, Margaret Norrie; MUSTARD,
J. Fraser; SHANKER, Stuart. Early
years study 2: Putting science into
action.
Council
for
Early Child
Development, 2007.
36. Isaacs EB, Fischl BR, Quinn BT, Chong
WK, Gadian DG, Lucas A. Impact of
breast milk on intelligence quotient,
brain
size,
and
white
matter
development. Pediatr Res. 2010.
67(4):357–3
1
2
3
Riska Faraswati , Mardhani Yosoprawoto , Wisnu Barlianto
1. Program Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2. Pengabdian Masyarakat - SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
3. Laboratorium Alergi-Imunologi, Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah lama merekomendasikan pemberian ASI saja saat bayi masih
berusia kurang dari 6 bulan guna mendukung tumbuh kembang optimal. Menurut World Health Statistic,
pencapaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih 32% dengan masih adanya fenomena praktik
pemberian makan pada bayi yang tidak tepat di Indonesia. Praktik pemberian makan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh praktik
pemberian makan pada usia 0-6 bulan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di usia 9-12 bulan.
Desain penelitian yang digunakan case study dengan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan
kualitatif pada 332 bayi berusia 9-12 bulan di Malang Raya. Data pertumbuhan bayi sejak lahir hingga usia
8-11 bulan digunakan, kemudian bayi-bayi tersebut diikuti pertumbuhannya berdasarkan BB/U sejak usia 8
hingga 12 bulan. Perkembangan bayi dinilai dengan menggunakan Denver II dalam satu waktu yaitu di usia
9-12 bulan. Data praktik pemberian makan saat bayi berusia 0-6 bulan diperoleh dengan menggunakan
kuesioner IYCF Indizcators yang telah dimodifikasi. Data dianalisis dengan Partial Least Square (PLS). Hasil
uji PLS menunjukkan praktik pemberian makan pada usia 0-6 bulan signifikan mempengaruhi pertumbuhan
bayi saat usia 9-12 bulan dengan koefisien jalur sebesar 0.150 (p=0.05), dan signifikan positif berpengaruh
terhadap perkembangannya dengan koefisien jalur sebesar 0.345
Kata kunci: Pertumbuhan, Perkembangan, Praktik pemberian makan bayi 0-6 bulan
ABSTRACT
World Health Organization (WHO) has long recommended exclusive breastfeeding for younger baby than 6
months to support optimal growth and development. According to World Health Statistic, exclusive
breastfeeding achievement in Indonesia is still 32% with phenomenon extant of inappropriate feeding
practices. Feeding infant practices influence child growth and developmental. The aim of this study is to
analyze impact of feeding practices at 0-6 months for growth dan child development on 9-12 months. Case
study as study designed with quantitative approach and supported by qualitative approach to 332 infants
ages 9-12 months in Malang Raya. Growth data from birth until the age of 8-12 months followed base on
weight-for-age. Infant development assessed with Denver II in the age group 9-12 months. Infant feeding
practices on age 0-6 months assessed by use a modified questionnaire IYCF Indicators. Data were analyzed
by Partial Least Square (PLS). PLS test results showed infant feeding practices on age 0-6 months
significantly affect the infants growth at the age of 9-12 months with path coefficient 0.150 (p=0.05),
nevertheless positive significantly affect the infants developments with path coefficient 0.345
Key words: Growth, Development, Infant feeding practices on age 0-6 months
PENDAHULUAN
padat (solid food) yang diberikan sebelum
Dalam proses tumbuh kembang anak;
bayi berusia 4 bulan. Menurut Huffman, et
usia dua tahun pertama adalah masa yang
al (9) praktik pemberian makan yang tepat
paling penting (1,2). Tumbuh kembang
saat bayi akan mendukung pertumbuhan
akan optimal bila lingkungan merangsang,
dan perkembangan bayi dan balita; baik
nutrisi memadai dan seimbang, perhatian
perkembangan
yang cukup (3), dan tidak ada penyakit
perkembangan
(4,5).
dalam
visual
motorik
penelitian
maupun
anak.
Namun,
Dinsmore
(10)
Guna mendukung tumbuh kembang
menyatakan bahwa pola pemberian makan
yang optimal; organisasi kesehatan dunia
bayi tidak mempengaruhi pertumbuhan
(WHO)
merekomendasikan
seorang anak. begitu pula dalam penelitian
pemberian ASI saja saat bayi masih
Desfita (11) ditemukan bahwa status gizi
berusia kurang dari 6 bulan, yang kemudian
tidak berpengaruh pada perkembangan
dapat dilanjutkan hingga usia 2 tahun;
mental
melewati usia 6 bulan, bayi mulai dapat
menimbulkan
diberikan
penelitian-penelitian lainnya.
telah
lama
MP-ASI
(6).
Di
negara
dan
psikomotor;
hal
kesenjangan
pada
ini
hasil
berkembang, kurang dari 40% bayi usia di
Penelitian
ini
bawah 6 bulan tidak memperoleh air susu
perkembangan
bayi
ibu (ASI) eksklusif. Menurut World Health
Menurut Goldson dan Reynolds (12), di
Statistic (7), pencapaian pemberian ASI
usia 9 bulan kemampuan berbahasa mulai
eksklusif di Indonesia masih 32%. Cakupan
meningkat, mulai memiliki konsep dan
pemberian ASI eksklusif Propinsi Jawa
kemampuan menganalisa obyek, mampu
Timur baru mencapai 49,7% (8). Cakupan
merespon
ASI eksklusif untuk kabupaten Malang
menggunakan jari-jari tangan. American
67,82%
Academy
dan
kota
Malang
67,89%
akan
di
usia
obyek,
of
meneliti
9
dan
bulan.
mampu
Pediatrics
(2006)
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
merekomendasikan
Jawa Timur (2011). Angka ini naik dari data
terhadap
sebelumnya, namun masih jauh dari target
dilakukan secara teratur pada usia 9 bulan
MDGs untuk tahun 2015 yaitu minimal
(13).
masih
adanya
fenomena
perkembangan
tes
skrining
anak
mulai
Fase kejar tumbuh/catch-up growth
80%. Belum tercapainya angka tersebut,
disebabkan
bahwa
terjadi paling cepat usia kurang dari 2 tahun
praktik pemberian makan yang kurang
(14).
tepat pada bayi dibawah 6 bulan di
menyatakan
Indonesia.
kembali di usia 9 bulan hingga usia 24
Fenomena praktik pemberian makan
Victora
(4)
dalam
pertumbuhan
penelitiannya
mulai
cepat
bulan.
yang tidak tepat bayi pada dibawah usia 6
Pada penelitian ini praktik pemberian
bulan yang ada di lapangan saat ini antara
makan
lain:
mixed
memperoleh ASI atau tidak, usia mulai
Makanan
diperkenalkan susu formula, dan MP-ASI,
pemberian
feeding,
dan
susu
formula,
pemberian
Pendamping ASI (MP-ASI) atau makanan
jenis
yang
yang
akan
diberikan,
dinilai:
serta
pernah
frekuensi
pemberian. Penelitian ini betujuan untuk
memberikan informasi akurat pertumbuhan
mengetahui pengaruh praktik pemberian
anak (15). Hasil pengukuran pencapaian
makan
pertumbuhan
saat
bayi
berusia
0-6
bulan
dimasukkan
pada
kurva
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dalam Kartu Menuju Sehat
pada empat domain perkembangan anak
(KMS)
yaitu perkembangan motorik kasar, motorik
pertumbuhan WHO 2005. Outcome varibel
halus, bahasa, dan perkembangan sosial
pertumbuhan dalam penelitian ini, dalam
emosi-perilaku.
bentuk kategorik yaitu berat badan “naik”
Penelitian
sebelumnya
dikaitkan pada satu atau dua variabel
perkembangan
saja
seperti
penelitian
yang
telah
mengadopsi
kurva
dan “tidak naik”.
Indikator
penilaian
variabel
terhadap perkembangan psikososial anak
perkembangan (Y3) terdiri dari 4 domain
oleh Saidah (2010), perkembangan kognitif
perkembangan anak yaitu perkembangan
(Rahmaulina
2008),
motorik
kasar
(Y3.1),
perkembangan
perkembangan sosial emosi (Latifah et al,
motorik
halus
(Y3.2),
perkembangan
2010).
bahasa (Y3.3) dan perkembangan sosial-
dan
Hastuti,
emosi-perilaku (Y3.4); varibel ini dinilai
METODE PENELITIAN
dalam 1 periode waktu yaitu saat bayi
Penelitian ini mengunakan pendekatan
analisis embedded design. Metode ini
merupakan salah satu bentuk dari mixed
method research; dengan premis dasar
pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mendukung pendekatan kuantitatif dengan
tujuan untuk hasil penelitian yang lebih
baik.
berusia 9 bulan dan 12 bulan dengan
menggunakan DENVER II.
Data praktik pemberian makan bayi
(Y1) saat bayi berusia 0-6 bulan diperoleh
dengan menggunakan kuesioner terbuka
dan tertutup. Kuesioner berisi informasi
tentang pola praktik pemberian makan
antara lain: pernah memperoleh ASI (Y1.1),
Penelitian dilakukan pada 352 bayi
berusia 9-12 bulan sesuai kriteria inklusi
yang telah ditetapkan peneliti di Malang
Raya dengan cluster random sampling
sebagai
tehnik
sampling.
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari hingga
Maret 2014 di Malang Raya.
Sebagai data sekunder adalah jumlah
bayi berusia 8-11 bulan dan data berat
badan mereka sejak usia 7 bulan. Data
primer
variabel pertumbuhan (Y2) dinilai
berdasarkan BB/U yang dinilai mulai usia 811 bulan dan di nilai kembali di usia 9-12
bulan dengan menggunakan timbangan
pediatrik. Pengukuran berkala dan dengan
memperhatikan kurva pertumbuhan; akan
pengenalan
susu
formula
(Y1.2),
pengenalan pada MP-ASI (Y1.3), termasuk
jenis (Y1.4) dan frekuensi pemberian (Y1.5)
pada saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan
yang diadopsi dari IYCF Indicators (WHO,
2010)
dan
disesuaikan
Skala
yang
telah
dengan
dimodifikasi
daerah
digunakan
untuk
penelitian.
adalah
skala
kategorik. Kuesioner menggunakan sistim
wawancara yang terstruktur yang diisi oleh
peneliti sendiri sebagai pewawancara dan
hanya dilakukan dalam satu kali waktu saat
penelitian berlangsung.
Karakteristik ibu (X1), dukungan dalam
praktik pemberian makan saat bayi berusia
0-6 bulan dari keluarga dan suami ibu bayi
terdapat
(X2), pengaruh sosial budaya setempat
dikarenakan peneliti tidak dapat hadir untuk
(X3), dan informasi berisi praktik pemberian
melakukan pengambilan data yang ke-2
makan
terhadap
sejumlah
tersebut
sesuai
bagi
kesehatan
bayi
(X4)
dari
tenaga/layanan
merupakan
beberapa
20
sampel
yang
drop
sampel
jadwal
out
penelitian
yang
telah
variabel yang dinilai mampu mempengaruhi
ditetapkan; sehingga total akhir sampel
praktik pemberian makan saat bayi berusia
yang dianalisa berjumlah 332 (n=332) bayi,
0-6 bulan. Data variabel ini diperoleh
yang
dengan menggunakan kuesioner dan in
perkembangannya sesuai usianya saat itu.
kemudian
dinilai
pencapaian
depth interview. Tape recorder digunakan
Pada Tabel 1 menunjukkan pada
sebagai alat dokumentasi saat melakukan
aspek pertumbuhan sebagian besar bayi
in depth interview.
usia 9-12 bulan yang menjadi sampel
Partisipan adalah ibu yang memiliki
penelitian dinyatakan berat badannya “naik”
bayi berusia 9-12 bulan dan memenuhi
sebesar 71.7% dan sisanya dinyatakan
kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti.
“tidak naik”. Pada aspek perkembangan,
Partisipan
53.6% bayi dinyatakan perkembangannya
bahwa
dipilih
berdasarkan
kriteria
tersebut
dapat
partisipan
memberikan
penelitian
informasi
dan
sesuai
mampu
normal dan 8.7% bayi “meragukan”.
tujuan
memberikan
35.2%
bayi-bayi
tersebut
pernah
disusui oleh ibunya, 19.6% bayi diberikan
gambaran yang jelas terkait fenomena di
susu
lapangan.
memperoleh susu formula sejak
Jumlah
(responden/partisipan)
unit
dianggap
sampel
telah
formula
dengan
dan
frekuensi
107
bayi
pemberian
telah
lahir;
sebagian
memadai apabila telah sampai pada taraf
besar empat kali dalam sehari. Ditemukan
“redundancy”.
30.2% bayi telah diperkenalkan pada MP-
Pada analisa data, setelah data di uji
ASI sejak usianya kurang dari 4 bulan dan
secara bivariat; data diuji secara multivariat
2.7% bayi diperkenalkan MP-ASI mulai usia
dengan menggunakan PLS (Partial Least
5 bulan. Frekuensi pemberian MP-ASI
Square) guna menjelaskan ada tidaknya
bervariasi;
hubungan
laten,
sebanyak dua kali dalam sehari sebanyak
variabel
22.3% bayi. 16.3% menunjukkan angka
indikator dan kesalahan pengukuran secara
paling dominan pada padi sebagai jenis
langsung, dan juga dapat digunakan untuk
komplemen
mengkonfirmasi teori. Convidence interval
diperkenalkan.
menganalisis
antara
variabel
variabel
laten,
ditentukan 95% dan dinyatakan signifikan
bila P value < 0.05.
paling
yang
dominan
paling
diberikan
banyak
Berdasarkan sebaran usia ibu sebagai
responden penelitian 76.5% berusia antara
20-35 tahun. Dan 46.7% keluarga bayi
HASIL
Di awal penelitian; jumlah sampel
352 bayi (n=352) di Malang Raya, yang
sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Di akhir penelitian
berstatus sosial ekonomi menegah dengan
pengahasilan rata-rata Rp 1.800.000,- s.d
1.300.000,-/bln. Kebanyakan dari ibu bayi
tersebut tidak memiliki kebiasaan merokok.
Dari 332 ibu bayi usia 9-12 bulan,
56.9%
menyatakan
memperoleh
informasi
bulan; 71.4% ibu menyatakan tidak ada
tidak
pernah
dukungan
tentang
praktik
keluarga.
baik
dari
Sedangkan
suami
bila
maupun
dilihat
dari
pemberian makan yang tepat bagi bayi usia
pengaruh sosial budaya setempat terhadap
0-6 bulan dari tenaga/layanan kesehatan.
praktik pemberian makan bayi, maka di
Berdasarkan
dapatkan
dukungan
yang
harusnya
54.8%
dalam
praktiknya
diperoleh dari keluarga atau suami pada
sesungguhnya kurang dipengaruhi oleh
pelaksanaan
sosial budaya setempat.
praktik
pemberian
makan
yang tepat bagi bayi terutama saat usia 0-6
Tabel 1 Karateristik sampel penelitian
Karateristik sampel
Usia bayi
Jenis kelamin
Urutan anak dalam keluarga
Pertumbuhan
Perkembangan
BBL
PBL
Praktik pemberian makan
Usia mulai diperkenalkan susu formula
Frekuensi pemberian susu formula
Usia mulai diberikan MP-ASI
Frekuensi pemberian MP-ASI
Jenis makanan yang dikenalkan
Usia ibu
Status sosial ekonomi
Kebiasaan merokok
Informasi praktik makan bagi bayi
M±SD
-
9 bulan
12 bulan
Laki-laki
Perempuan
-
Naik
Tidak Naik
Normal
Meragukan
Abnormal
1.79±0.802
3.32±0.802
49.75±0.144
-
ASI
Formula
ASI & Formula
ASI & Komplemen
Formula & Komplemen
< 1 bulan
1-3 bulan
4-6 bulan
Tidak diberi Formula
Tidak diberi Formula
2x / hari
3x / hari
4 x / hari
< 4 bulan
4 bulan
5 bulan
Tdk diberi komplemen
Tdk diberi komplemen
1x / hari
2x / hari
3x / hari
Tdk diberi komplemen
Padi
Buah
Lainnya (mengandung gula)
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
Tinggi
Menengah
Rendah
Tidak merokok
Merokok
Tidak ada
(n=332)
%
47.9
52.1
57.2
42.8
100
71.7
28.3
53.6
8.7
37.7
100
100
35.2
19.6
12.3
21.4
11.4
32.2
8.4
2.1
57.2
57.2
2.7
8.1
31.9
17.5
12.7
2.7
67.2
67.2
6.3
22.3
4.2
67.2
16.3
13.6
3
16.6
76.5
6.9
25.3
46.7
28
94
6
56.9
-
Dukungan keluarga
Pengaruh Sosbud
Ada
Tidak ada
Ada
Sangat mempengaruhi
Cukup mempengaruhi
Kurang mempengaruhi
Tabel 3 Nilai Outer Loading III
Dalam pengujian menggunakan Partial
Least Square (PLS) ada 2 evaluasi model
yang dilakukan antara lain outer model dan
43.1
71.4
28.6
24.4
20.8
54.8
Variabel
Karakteristik Ibu
inner model. Untuk mengetahui validitas
Indikator
Outer
Loading
X1.1
0.885
X1.2
Dukungan
X2
0.645
1.000
Pengaruh Sos-Bud
X3
1.000
Informasi
Praktik Pemberian
Makan saat berusia 0-6
bln
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Perkembangan bayi 9-12
bln
X4
1.000
Y1.3
0.942
Y1.4
0.952
Y2.1
1.000
YD.3.1
0.992
YD.3.2
0.989
nilai outer loading pada masing-masing
YD.3.3
0.998
indikator terhadap variabelnya.
YD.3.4
0.998
serta reliabilitas dari data yang telah
dikumpulkan maka dilakukan evaluasi atas
model
pengukuran,
yang
terdiri
dari
convergent validity dan discriminant validity
untuk uji validitas; sedangkan untuk uji
reliabilitas dapat dilihat melalui composite
reliability. Tabel 2 dibawah ini menunjukkan
Dari tabel di atas tampak semua
Tabel 2 Nilai Outer Loading I
indikator telah memiliki loading factor lebih
X1.1
Outer
Loading
0.743
X1.2
0.806
X1.3
-0.122
Dukungan
X2
1.000
Pengaruh Sos-Bud
X3
1.000
Pada uji discriminant validity dilakukan
Informasi
Praktik Pemberian Makan
saat berusia 0-6 bln
X4
1.000
dengan membandingkan nilai akar AVE
Y1.1
-0.914
Y1.2
0.520
Y1.3
0.679
Y1.4
0.685
Y1.5
0.632
Y2
1.000
YD.3.1
0.992
YD.3.2
Variabel
Karakteristik Ibu
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Perkembangan bayi 9-12
bln
Indikator
dari 0.5 dengan nilai T statistik > T table
(1.96);
artinya
mampu
masing-masing
menjelaskan
besar
indikator
korelasi
indikator terhadap variabel laten.
setiap konstruk
dengan korelasi antar
konstruk.
Tabel 4 Hasil Uji Discriminant Validity
Variabel
AVE
Akar AVE
Karakteristik Ibu
0.599
0.774
0.988
Dukungan
1.000
1.000
YD.3.3
0.998
Pengaruh Sos-Bud
1.000
1.000
YD.3.4
0.998
Informasi
Perkembangan bayi 912 bln
Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Praktik makan bayi saat
0-6 bln
1.000
1.000
0.988
0.994
1.000
1.000
0.897
0.947
Dari tabel di atas tampak bahwa masih
ada indikator yang mempunyai nilai loading
factor yang kurang dari 0.5 sehingga perlu
di eleminasi (drop out) dan dilakukan
modifikasi model hingga memenuhi rule of
thumb dari convergent validity.
Diperoleh nilai akar AVE lebih besar
dari nilai korelasi antar variabel laten dalam
model, maka indikator-indikator tersebut
dinilai memiliki discriminant validity yang
2.3% dipengaruhi oleh praktik pemberian
baik karena telah memenuhi kriteria yang
makan pada bayi saat bayi berusia 0-6
telah ditentukan.
bulan (Y1). Nilai R untuk variabel endogen
Untuk
2
mengetahui
reliabilitas
data
perkembangan bayi saat berusia 9-12
dalam penelitian ini, maka dilakukan uji
bulan (Y3) sebesar 0.116 atau 11.6%
composite reliability
dipengaruhi oleh praktik pemberian makan
Tabel 5 Hasil Uji Composite Reliabilidity
Komposit ( c )
Reliabilitas
Variabel
Karakteristik Ibu
Dukungan
Pengaruh Sos-Bud
Informasi
Perkembangan bayi 9-12 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6 bln
0.745
1.000
1.000
1.000
0.997
1.000
0.946
Tampak pada tabel di atas bahwa
semua
variabel
laten
memiliki
pada bayi saat bayi berusia 0-6 bulan (Y1),
dan pertumbuhan bayi saat berusia 9-12
2
bulan (Y2). Mengacu pada data R , dapat
diketahui nilai Q
2
dengan menggunakan
rumus stone-Geisser Q Square:
2
Q = 1-(1-0.116) (1-0.023) (1-0.454)
= 1-0.471= 0.529
Nilai Q-square 0.591 lebih besar dari 0
nilai
(nol) menunjukkan bahwa model konstruk
composite reliability di atas 0.70 yang
mempunyai predictive relevance dan model
artinya indikator-indikator yang digunakan
tergolong baik untuk digunakan dalam
benar-benar dapat dipercaya mampu untuk
menjelaskan informasi yang terkandung
mengukur konstruknya.
dalam data.
Selanjutnya dilakukan evaluasi atas
model stuktural (inner
melihat nilai R
2
model)
dengan
masing-masing variabel
endogen.
Selanjutnya
dengan
melihat
pengujian
koefisien
hipotesis
jalur
pada
masing-masing jalur pengaruh langsung
secara parsial.
Tabel 6 R-square
Variabel
Tabel 7 Path Coefficients
R Square
Karakteristik Ibu
Dukungan
Pengaruh Sos-Bud
Informasi
Perkembangan bayi 9-12 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6 bln
Indikator
0.116
0.023
0.454
2
Nilai R untuk variabel endogen praktik
pemberian makan pada bayi saat berusia
0-6 bulan (Y1) sebesar 0.454 atau 45.4%
dipengaruhi oleh karakteristik ibu (X1),
dukungan (X2), pengaruh sos-bud (X3),
dan informasi tentang praktik pemberian
makan yang tepat (X4). Nilai R
2
Karakteristik Ibu -> Praktik
makan bayi saat 0-6 bln
Dukungan -> Praktik makan
bayi saat 0-6 bln
Pengaruh SosBud -> Praktik
makan bayi saat 0-6 bln
Informasi -> Praktik makan
bayi saat 0-6 bln
Pertumbuhan bayi 9-12 bln ->
Perkembangan bayi 9-12 bln
Praktik makan bayi saat 0-6
bln -> Perkembangan bayi 912 bln
Praktik makan bayi saat 0-6
bln -> Pertumbuhan bayi 9-12
bln
Original
Sample
T
Statistics
0.131
2.602
-0.112
2.193
-0.584
12.637
0.045
1.081
-0.057
1.387
0.345
6.681
0.150
2.453
Nilai koefisien jalur untuk pengaruh
untuk
langsung antara praktik pemberian makan
variabel endogen pertumbuhan bayi saat
bayi saat 0-6 bulan terhadap pertumbuhan
berusia 9-12 bulan (Y2) sebesar 0.023 atau
bayi 9-12 bulan menunjukkan nilai sebesar
0.150 dengan nilai t statistik sebesar 2.453
berusia 0-6 bulan dari tenaga/layanan
yang lebih besar dari 1.96, sehingga H1
kesehatan
diterima; artinya praktik pemberian makan
pemberian makan bayi usia 0-6 bulan di
bayi saat usia 0-6 bulan berpengaruh
Malang Raya.
signifikan terhadap pertumbuhan bayi di
mempengaruhi
Beberapa
penelitian
praktik
sebelumnya
usia 9-12 bulan. Dapat dijelaskan bahwa
yang mendukung pendapat diatas; tentang
jika bayi saat usia 0-6 bulan memperoleh
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
makanan yang tepat (sesuai rekomendasi
menyusui, praktik pemberian susu formula,
WHO
maka
dan pemberian MP-ASI dini pada bayi di
pertumbuhannya baik dan normal dengan
bawah 6 bulan menyebutkan bahwa tingkat
ditunjukkannya oleh grafik kenaikkan berat
pendidikan ibu, faktor penghasilan atau
badan yang mengikuti garis pertumbuhan
sosial
dalam kurva pertumbuhan KMS di usia 9-
keluarga, dan sosial budaya setempat
12 bulan.
(16,17,18) jumlah anggota keluarga, peran
yaitu
hanya
ASI
saja)
ekonomi
keluarga,
karakteristik
Nilai koefisien jalur untuk pengaruh
petugas kesehatan (19) ibu-ibu berusia
langsung antara praktik pemberian makan
muda (< 20 tahun), ibu primipara dan ibu
bayi
terhadap
merokok tidak menyusui secara penuh
perkembangan bayi 9-12 bulan sebesar
setelah 4 minggu post partum. Ibu-ibu
0.345 dengan nilai t statistik sebesar 6.681
muda
yang lebih besar dari 1.96, sehingga H2
mengenali
diterima. Nilai koefisien jalur menunjukkan
diberikan oleh bayi-bayi mereka (20,17).
nilai signifikan dan positif, yang artinya
Penelitian yang dilakukan di Sri Lanka
bahwa dalam penelitian ini bayi yang saat
menunjukkan hasil bahwa ibu-ibu yang
usianya 0-6 bulan memperoleh makanan
berhenti menyusui bayinya di usia antara 2-
yang
(hanya
4 bulan banyak disebabkan karena ingin
memperoleh ASI saja sesuai rekomendasi
berkonsentrasi untuk menurunkan berat
WHO dan Kementrian Kesehatan RI), maka
badannya; sedang yang berhenti menyusui
bayi
tahap
di antara usia 4 - 6 bulan lebih disebabkan
perkembangan yang dinilai normal sesuai
oleh tuntutan untuk kembali bekerja (21).
usianya.
Dalam hal budaya (berkaitan dengan suku
saat
tepat
0-6
bagi
tersebut
bulan
usianya
mencapai
atau
atau
DISKUSI
cenderung
sulit
tanda-tanda
lapar
yang
tertentu),
de
Hoog
(22)
menyatakan pola kebiasaan pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik ibu, dukungan yang harusnya
diperoleh ibu dari orang-orang disekitarnya
(suami
etnis
primipara
dan
keluarga)
dalam
praktik
pemberian makan yang tepat bagi bayi
terutama di usia 0-6 bulan,
pengaruh
budaya yang berlaku di masyarakat saat
itu, dan informasi yang berkenaan dengan
praktik pemberian makan pada bayi saat
makanan bayi dipengaruhi budaya masingmasing etnis
Dukungan dari keluarga ibu dan
tenaga kesehatan; terutama dari suami
secara
signifikan
terbukti
mampu
mengurangi lebih dari 10% pengaruh luar
untuk penggunaan susu formula sebagai
makan bayi terutama diawal kehidupan
yaitu usia 0-6 bulan (23), durasi menyusui
beras,
yang
keluar,
dihaluskan, pisang yang sudah dihaluskan
dari
(baik yang dimasak terlebih dahulu atau
tenaga/layanan kesehatan (24). Namun
yang telah matang secara alami), atau air
sesungguhnya salah satu kendala terbesar
tajin.
adalah
Praktik Pemberian makan saat bayi usia 0-
pendek
atau
kurangnya
ASI
tidak
informasi/saran
kesalahpahaman
dari
istilah
”eksklusif”.
bubur
nasi,
nasi
yang
sudah
6 bulan mempengaruhi pertumbuhannya di
Tidak
semua
usia 9-12 bulan
tenaga
kesehatan
dukungannya
terhadap
Bayi yang mengkonsumsi ASI
pemberian ASI eksklusif yaitu hingga 6
menunjukkan pencapaian pertumbuhan
bulan; tenaga kesehatan tersebut harusnya
yang sangat baik dalam berat badan,
memberikan
telah memberikan pengetahuan tentang
ASI dan menyusui sejak masa antenatal
namun hal itu tidak dilakukan. Pemberian
informasi
yang
dengan
benar,
tepat
pendekatan
berpengaruh
pada
sasaran,
yang
sikap
dan
tepat
praktik
panjang badan, ukuran kepala, dan
ketebalan lemak kulit terutama di usia
12 minggu dan 18 bulan dibanding
dengan bayi yang mengkonsumsi susu
formula (28,29).
Praktik pemberian makan bayi yang
seorang individu.
dan
kurang tepat, berpengaruh pada imunitas
praktik
atau daya tahan anak untuk terserang
pemberian makan bayi usia 0-6 bulan yang
penyakit (30). Jika anak/bayi terserang
tepat mempengaruhi keputusan ibu dalam
sakit, maka nafsu makan terganggu, terjadi
praktiknya (25). Pengetahuan ini layaknya
gangguan penyerapan zat-zat makanan,
telah diberikan pada ibu sejak ibu hamil;
zat-zat makanan yang diserap digunakan
pengambilan keputusan untuk memberikan
untuk proses penyembuhan (31).
Pengetahuan
kurangnya
yang
informasi
kurang
tentang
turut
Untuk tumbuh, tubuh memerlukan
mempengaruhi keputusan ibu setelah bayi
nutrisi sebagai zat gizi dan sumber energy
lahir (26,27).
sehingga
bayinya
ASI
saat
masih
hamil,
proses
metabolisme
tubuh
telah
berjalan baik dan tubuh tumbuh optimal
memperoleh susu formula dan MP-ASI di
yang pada akhirnya berpengaruh juga pada
usia kurang dari 6 bulan. Alasan keluarga
system
memberikan
pada
kekebalan tubuh baik, harapannya adalah
bayinya sebelum waktunya antara lain
anak tidak pernah menderita penyakit
perasaan khawatir anak masih lapar, ingin
kronis
anaknya tampak gemuk dan cepat besar,
pertumbuhan anak seperti tuberculosis,
mereka tidak mengetahui dampak dari
penyakit metabolik, diabetes mellitus dan
praktik tersebut. Pemberian MP-ASI terlalu
lain sebagainya. Oleh karena itu, hingga
dini banyak terjadi di beberapa propinsi di
kini pemenuhan nutrisi dinilai sebagai faktor
Indonesia. Jenis dan bentuk yang diberikan
terpenting yang mampu mempengaruhi
tidak banyak berbeda yaitu bubur tepung
pertumbuhan anak.
45.1%
bayi-bayi
makanan
tersebut
tambahan
kekebalan
yang
tubuh.
dapat
Jika system
mengganggu
Pertumbuhan
penting
untuk
tersebut masih saja dibingungkan dengan
diperhatikan secara berkesinambungan di
adanya kemungkinan pengaruh genetik,
tahun pertama dan tahun ke dua usia anak
karakteristik orang tua, dan lingkungan;
karena pada kasus-kasus kekurangan gizi,
namun penelitian terakhir menunjukkan
fakta
bahwa bayi yang memperoleh ASI eksklusif
menunjukkan
status
gizi
bahwa
terjadi
pada
penurunan
periode
ini;
penurunan status gizi tersebut ditandai
dengan menurunnya atau tidak berubahnya
berat
badan
anak
ke
arah
lebih dari 3 bulan, menunjukkan tingkat
intelegensi yang lebih baik (36,34).
Kebanyakan
orang
tua
berpikir
grafik
bahwa setiap anak akan melalui tahap
pertumbuhan yang baik dan gangguan
perkembangan yang sama pada usia-usia
pertumbuhan yang lain seperti stunting.
tertentu pada umumnya atau normalnya
Praktik Pemberian makan saat bayi usia 06 bulan mempengaruhi pertumbuhannya di
Perkembangan akan maksimal bila
lingkungan merangsang, nutrisi memadai,
dan perhatian yang cukup (3). Pemenuhan
gizi yang baik; seimbang antara energi dan
nutrisi selain pola asuh yang baik dan tidak
ada penyakit, akan mengantar anak pada
kembang
yang
optimal
(5,4).
Frekuensi menderita sakit dan kurangnya
asah-asih-asuh
yang
mempengaruhi
stimulasi
tepat
akan
perkembangan
otak anak (32). Contohnya dalam kasus
bayi dan balita yang mengalami malnutrisi
energy
dan
protein
menunjukkan
penurunan kemampuan kognitif (33). Bayi
yang memperoleh ASI eksklusif lebih lama
hingga usia 6 bulan memiliki kemampuan
kognitif lebih baik (34). Pentingnya nutrisi di
tahun
pertama
temuan
yang
dapat di ibaratkan seperti batu loncatan,
secara umum anak tidak dapat mencapai
usia 9-12 bulan
tumbuh
menurut mereka. Tahap perkembangan
kehidupan
mendukung
menyatakan
bahwa
perkembangan neurologi di awal kehidupan
berefek pada kesehatan baik fisik maupun
mental, kemampuan belajar, dan perilaku di
usia-usia selanjutnya (35).
ASI dan susu formula memberikan
hasil yang berbeda pada perkembangan
saraf telah banyak dilaporkan, namun hasil
suatu batu loncatan tertentu jika belum
melangkahi
batu
anak-anak
sebelumnya.
Namun
berbeda
bisa
yang
menggunakan batu loncatan yang berbeda
dan kadang melewati satu batu. Misalkan
pada kasus seorang anak sebelum belajar
berdiri maka dia akan belajar merangkak
terlebih dahulu kemudian baru mereka
dapat belajar berdiri; namun ada yang pula
yang tanpa belajar merangkak tapi hanya
mengangkat-angkat pantatnya, tiba-tiba dia
sudah dapat berdiri. Karena pemahaman
yang kurang terhadap perkembangan anak
seperti ini yang menjadi bagian alasan
praktik pemberian makan di tahun-tahun
pertama kehidupan kurang dikoreksi; dan
ini tidak saja terjadi pada orang tua juga
dilakukan oleh sebagian tenaga kesehatan
di tingkat dasar.
Upaya
sukses
dalam
mempromosikan praktik pemberian makan
yang baik dan tepat; perlu disadari bahwa
tidak hanya fokus pada ibu tetapi juga pada
orang-orang
yang
mempengaruhi
keputusan seorang ibu. Upaya tersebut
harus dilaksanakan dalam skala besar
secara komprehensif dan multi level dalam
pemberian makan yang tepat saat bayi
mempromosikan
memberikan
masih berusia 0-6 bulan berpengaruh
pemberian
terhadap pencapaian pertumbuhan bayi
dukungan
dan
terhadap
praktik
makan yang benar dan tepat sebagaimana
yang telah direkomendasikan oleh WHO,
UNICEF,
dan
Kementrian
Kesehatan
Indonesia.
berusia 0-6 bulan dalam penelitian ini
signifikan
berpengaruh
Dari hasil perolehan dan pengolahan data
mendapatkan
hasil
sebagai
terhadap
dan
positif
pencapaian
perkembangan bayi pada usia 9-12
bulan. Jika praktik pemberian makan
pada saat bayi tepat dilakukan sesuai
berikut:
1. Praktik pemberian makan saat bayi
berusia 0-6 bulan secara signifikan dan
mempengaruhi pertumbuhan bayi saat
usia
2. Praktik pemberian makan saat bayi
secara
KESIMPULAN
penelitian
pada usia 9-12 bulan.
9-12
bulan
DAFTAR PUSTAKA
artinya
praktik
rekomendasi dari WHO dan Kemenkes
maka perkembangan yang akan dicapai
seorang bayi di usia berikutnya akan
normal mengikuti pola normal.
1. Goulet O. Growth faltering: setting the
scene. European Journal of Clinical
Nutrition. 2010. 64: S2–S4
2. UNICEF. 2011. Facts on Children. Early
Childhood.
1
january
2011.
http://www.unicef.org/earlychildhood/ind
ex.html akses 24 August 2010
3. Tang Akaysha C, Akers K, Reeb BC,
Romeo
RD,
dan
McEwen
BS.
Programming social, cognitive and
neuroendocrine development by early
exposure to novelty. Proceedings of the
National Academy of Sciences of the
United States of America. 2006; 103
(42). pp. 15716–15721.
4. Victora CG, de Onis M, Hallal PC,
Blössner M, Shrimpton R. Worldwide
timing of growth faltering: revisiting
implications for interventions. Pediatrics.
2010; 125(3): e473–80
5. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield
LE, de Onis M, Ezzati M, Mathers C,
Rievera
J.
Maternal
and
child
undernutrition: global and regional
exposures and health consequences.
Lancet. 2008. 371 (9608): 243–260
6. Haemer M, Primak LE, dan Krebs NF.
2012. Normal Child Nutrition and Its
Disorders. Dalam Hay Jr, WW, Levin
MJ, Deterding RR, Abzug MJ, dan
Sondheimer JM. Current Diagnosis and
Treatment: Pediatrics. Twenty First Ed.
Mcgraw Hill Companies, Inc. USA.
2012. pp 73-91
7. World Health Organization (WHO).
2011. World Health Statistics 2011.
WHO press. Geneva
8. Kemenkes RI. 2012. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. Jakarta
9. Huffman SL, Harika RK, Eilander A, dan
Osendarp SJM. Essential fats: how do
they affect growth and development of
infants and young children in developing
countries? A literature review. Maternal
and Child Nutrition
. Blackwell
Publishing Ltd. 7 (Suppl. 3), 2011. pp.
44–655
10. Dinsmore J, Williams E, McCarthy H
and Coghlan D. A pilot study to explore
factors affecting faltering growth in
children. J Hum Nutr Diet. 2011; 24: pp.
277–310
11. Desfita S. Hubungan status gizi dengan
perkembangan mental psikomotor anak
usia 12 sampai 24 bulan di daerah
endemis GAKI. [Tesis]. Pasca Sarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat (Gizi dan
Kesehatan). Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 2007
12. Goldson E dan Reynolds A. Child
Development and Behavior. Dalam Hay
Jr, WW, Levin MJ, Deterding RR, Abzug
MJ, dan Sondheimer JM. Current
Diagnosis and Treatment: Pediatrics.
Twenty
First
Ed.
Mcgraw
Hill
Companies, Inc. USA. 2012. pp 73-91
13. Lipkin
P.H.
Developmental
and
Behavioral Surveillance and Screening
Within the Medical Home. Dalam
Developmental
And
Behavioral
Pediatrics. Voigt RG, Macias MM, dan
Myers SM. 2011. American Academy of
Pediatrics. USA. 2011. Pp 69-92
14. Ong Ken KL, Ahmed ML, Emmett PM,
Preece MA, Dunger DB, dan the Avon
Longitudinal Study of Pregnancy and
Childhood Study Team. Association
between postnatal catch-up growth and
obesity in childhood: prospective cohort
study. BMJ. 2000; 320:967–971
15. World Health Organization (WHO).
WHO child growth standards: training
course on child growth assessment.
2008. www.who.int/childgrowth. Akses
25 Januari 2013
16. Jimenez-Cruz J, Bacardi-Gascon M,
Pichardo-Osuna A, Mandujano-Trujillo
Z, Castillo-Ruiz O. Infant and toddlers’
feeding practices and obesity amongst
low-income families in Mexico. Asia Pac
J Clin Nutr. 2010; 19 (3):316-323
17. Inoue M, Binns CW, Otsuka K, Jimba M,
dan Matsubara M. Infant feeding
practices and breastfeeding duration in
Japan:
A
review.
International
Breastfeeding Journal. 2012; 7(1): 15
18. Betoko A, Charles M A, Hankard R,
Forhan A, Bonet M, Saurel-Cubizolles M
J, HeudeB, dan de Lauzon-Guillain B,
the EDEN mother-child cohort study
group. Infant feeding patterns over the
first year of life: influence of family
characteristics. European Journal of
Clinical Nutrition. 2013; 67: 631–637
19. Theresiana KL. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik pemberian
makanan pendamping ASI pada bayi
usia 4-11 bulan di Kab. [Tesis].
Tangerang. Universitas Indonesia. 2002.
20. Scott JA, Binns CW, Graham KI, dan
Oddy WH. Predictors of the early
introduction of solid foods in infants:
results of a cohort study. BMC
Pediatrics. 2009; 9(1): 60
21. Perera PJ, Ranathunga N, Fernando
MP, Sampath W, dan Samaranayake
GB. Actual Exclusive Breastfeeding
Rates And Determinants Among A
Cohort Of Children Living In Gampaha
District Sri Lanka: A Prospective
Observational
Study.
International
Breastfeeding Journal. 2012; 7(1): 21
22. Sudfeld C, Fawzi W, dan Lahariya C.
Peer
Support
and
Exclusive
Breastfeeding Duration in Low and
Middle-Income Countries: A systematic
review and meta analysis. Plos One.
2012; 7(9): e45143
23. De Hoog, Eijsden, et al. The role of
infant
feeding
practices
in
the
explanation for ethnic differences in
infant growth: the Amsterdam born
children and their development study.
British Journal of Nutrition. 2011;
106(10) p. 1592-1601
24. Wijndaele K, Lakshman R, Landsbaugh
JR, Ong KK, dan Ogilvie D.
Determinants of early weaning and use
of unmodified cow's milk in infants: a
systematic review . Journal of the
American Dietetic Association. 2009;
109 (12): 2017-2028
25. Riyadi H dan Sukandar D. Asupan gizi
anak balita peserta Posyandu. Jurnal
Gizi dan Pangan. 2009; 4 (1): 42-51
26. Qiu, Binns CW, Zhao Y, Lee AH, dan
Xie X. Breastfeeding Practice in
Zhejiang Province, PR China, in the
Context
of
Melamine-contaminated
Formula Milk. J Health Popul Nutr.
2010; 28(2):189-198
27. Hoddinott P, Craig LCA, Britten J, dan
Mclnnes RM. A serial qualitative
interview study of infant feeding
experiences: idealism meets realism.
BMJ Open. 2012; 2:e000504
28. Koletzko B, Kries R, Closa R, Escribano
J, Scaglioni S, Giovannini M, Beyer J,
Demmelmair
H,
Gruszfeld
D,
Dobrzanska A, Sengier A, Langhendries
JP, Cachera FCR, dan Veit Grote for the
European Childhood Obesity Trial Study
Group. Lower protein in infant formula is
associated with lower weight up to age 2
y: a randomized clinical trial. Am J Clin
Nutr. 2009; 89:1836–45
29. Zhang J, Himes JH, Guo Y, Jiang J, Liu
Yang, Qiaozhen Lus, Ruan H, dan Shua
Shi. Birth weight, growth and feeding
pattern in early infancy predict
overweight/obesity status at two years of
age: A birth cohort study of chinese
infants. PLoS ONE. 2013; 8 (6): e64542
30. American Academy of Pediatrics (AAP)
Council on Children With Disabilities,
Section on Developmental Behavioral
Pediatrics, Bright Futures Steering
Commite, Medical Home Initiatives for
Children with Special Needs Project
Advisory Commite. Indentifying Infants
and Young Children with developmental
disorders in the medical home: an
algorithm for developmental surveillance
and screening. 2009;118 (1): pp 70-71
31. Dewey KG & Mayers DR. Early child
growth: how do infection and nutrition
interact? Alive & Thrive Tehnical Brief.
2011; 3: 1-1
32. United
Nations
Children’s
Fund
(UNICEF). Programming Experiences in
Early Child Development. Early Child
Development Unit Publishers. New
York, NY. 2006; pp. 2
33. KAR, Bhoomika R.; RAO, Shobini L.;
CHANDRAMOULI, B. A. Cognitive
development in children with chronic
protein energy malnutrition. Behav Brain
Funct, 2008, 4.31.10: 1186.
34. Jedrychowski W, Perera F, Jankowski
J, Butscher M, Mroz E, Flak E, Kaim I,
Miszczyk IL, Skarupa A, dan Sowa A.
Effect of exclusive breastfeeding on the
development of children’s cognitive
function in the Krakow prospective birth
cohort study. Eur J Pediatr. 2012.
171(1): 151-158
35. MCCAIN, Margaret Norrie; MUSTARD,
J. Fraser; SHANKER, Stuart. Early
years study 2: Putting science into
action.
Council
for
Early Child
Development, 2007.
36. Isaacs EB, Fischl BR, Quinn BT, Chong
WK, Gadian DG, Lucas A. Impact of
breast milk on intelligence quotient,
brain
size,
and
white
matter
development. Pediatr Res. 2010.
67(4):357–3