KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KABUPATEN LEBAK - FISIP Untirta Repository

KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KABUPATEN LEBAK

  SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik

  Oleh: Anwar Musyadad

  NIM. 6661103432

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Proposal skripsi penelitian ini yang berjudul

  “Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Rangkasbitung

Kabupaten Lebak

  .

  Adapun proposal skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat untuk bisa melakukan penelitian lapangan yang kemudian akan menjadi skripsi yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

  Dalam penyusunan proposal skripsi ini Peneliti melibatkan banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, dengan rasa hormat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwianna W, M.Ikom., Wakil Dekan II Bidang Keuangan danUmum FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Riny Handayani M.Si., Dosen Pembimbing I, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi bimbingan dan memberikan masukan serta arahannya yang sangat membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah terkait penyusunan skripsi ini.

  9. Deden M. Haris M.Si., terima kasih atas pengarahan dan bimbingannya selama ini.

  10. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar.

  11. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas segal sumbangsihnya.

  12. Untuk Kedua orang tuaku, Ibu dan Bapak yang selau memberikan dorongan, do’a dan biaya tanpa henti hingga detik ini.

  13. Untuk Kakak-kakaku yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.

  14. Yth. Bapak Kaprawi selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak, Bapak Bernardi Kasie. Kedaruratan, Bapak Febi Kasie. Kesiapsiagaan. Terima kasih atas arahan dan pemberian data-data kepada peneilti.

  15. Kepada Sdr. Nani Nurul Hidayah atas do’a dan motivasi yang tiada henti kepada peneliti. Kamu adalah seseorang yang berharga bagi hidupku.

  16. Kepada sahabatku Agus Muizudin, Ismatullah, Adi Fajar Nugraha, Yogi M. Akbar dan Rifki Apriadi Firdaus yang selalu membantu peneliti dalam penelitian ini.

  17. Kepada teman-teman seperjuangan, Aat Syafaat, Ikhwan Effendi, Wahyu Firmansyah, Arif, Syandi Negara, dan Noel Ricky R yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

  18. Kepada teman-teman kelas G Non Reguler angkatan 2010, teman-teman Administrasi Negara angkatan 2010 yang telah menjadi sahabat dan menemani penulis selama perkuliahan di kampus.

  19. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, terima kasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan ilmu Peneliti. Oleh karena itu, Peneliti dengan rendah hati memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, Peneliti berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

  Serang, 4 September 2014 Anwar Musyadad

  DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................

  1 1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................

  10 1.3 Batasan dan Rumusan Masalah .....................................................

  11 1.3.1 Batasan Masalah...................................................................

  11 1.3.2 Rumusan Masalah ................................................................

  11 1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................

  11 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................

  12 1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................

  12 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR 2.1 Deskripsi Teori ..............................................................................

  16 2.1.1 Konsep Kinerja ..............................................................

  16 2.1.2 Konsep Organisasi .........................................................

  19 2.1.3 Konsep Kinerja Organisasi ............................................

  20

  2.1.4 Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik ....................

  21 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...................

  22 2.1.6 Indikator Kinerja ............................................................

  22

  2.1.7 Pengukuran Kinerja Sektor Publik Sebagai Pengendalian Manajemen .....................................................................

  25 2.1.8 Konsep Bencana ............................................................

  26 2.1.9 Faktor-Faktor Penyebab Bencana ..................................

  28 2.1.10 Jenis-jenis Bencana Alam di Indonesia .........................

  29 2.1.11 Dampak Bencana ...........................................................

  29 2.1.12 Manajemen Bencana ......................................................

  30 2.1.13 Prinsip-prinsip Manajemen Bencana .............................

  32 2.1.14 Tahapan Penanggulangan Bencana ...............................

  33 2.1.15 Konsep Banjir ................................................................

  35 2.2 Penelitian terdahulu .......................................................................

  37 2.3 Kerangka Berfikir..........................................................................

  40 2.4 Asumsi Dasar ................................................................................

  44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian..........................................................................

  45 3.2 Sasaran Penelitian .........................................................................

  45 3.3 Instrument Penelitian ....................................................................

  46 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................

  47 3.5 Informan Penelitian .......................................................................

  51

  3.7 Pengujian Keabsahan Data ............................................................

  56 3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................................

  57 3.8.1 Lokasi Penelitian ............................................................

  57

  3.8.2 Jadwal Penelitian ........................................................... 57-58

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN .

  . . . . .

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daerah Rawan Bencana di Kabupaten Lebak Tahun 2013

  …………. 3 Tabel1.2 Data Kerusakan Bencana Banjir di Kabupaten Lebak Tahun 201

  3…. 4

Tabel 1.3 Aparatur BPBD Kabupaten Lebak Berdasarkan Tingkat Pendidikan.. 8Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

  ……………………………………………….. 48

Tabel 3.2 Kategori dan Spesifikasi Informan

  ………………………………… 52

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

  …………………………………………………… 58 .

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Bencana

  ………………………………………. 27

Gambar 2.2 Siklus Manajemen Bencana

  ……………………………………… 32

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

  ………………………………………………... 43 .

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Berdasarkan pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yang menyatakan antara lain bahwa “Negara melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah I ndonesia serta memajukan kesejahteraan umum”. Dalam pernyataan ini mempunyai makna, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hak-hak dasar, termasuk perlindungan dan hak untuk bebas dari rasa takut, ancaman, resiko termasuk dampak bencana. Perlindungan atas hak-hak dasar ini menjadikan suatu kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya dalam bentuk program-program yang sesuai dengan pernyataan tersebut.

  Sejalan dengan tujuan konstitusi yang telah disebutkan di atas, maka suatu keharusan pemerintah untuk melakukan perlindungan dalam hal penanggulangan bencana yang dimuat pada suatu lingkup manajemen bencana (disaster yang efektif dan efisien, khususnya dalam penanggulangan bencana

  management)

  banjir. Penanggulangan bencana banjir memang tidak bisa dilakukan oleh sepihak saja yaitu pemerintah, akan tetapi semua pihak harus aktif berperan termasuk masyarakat pun harus berpartisipasi dalam penanganan masalah banjir ini.

  Provinsi Banten merupakan daerah yang rawan akan berbagai macam bencana. Kondisi daerah Provinsi Banten memiliki geografis, geologis, hidrologis disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia, selama kurun waktu 13 tahun terakhir di wilayah Provinsi Banten teridentifikasi 11 jenis kejadian bencana, meliputi: tanah longsor, gempa bumi, banjir dan tanah longsor, banjir, kekeringan, abrasi, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, aksi teror, KLB dan puting beliung.

  Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten rentan akan berbagai macam bencana. Berikut data kejadian bencana Kabupaten/Kota di Provinsi Banten:

  1

  1

  7

  3 Kota Tangerang

  1

  2

  1 Kota Serang

  1

Tabel 1.1 Data Kejadian Bencana di Provinsi Banten 2000-2013

  1

  3

  Kota Cilegon

  Kekeringan KLB Puting Beliung Tanah Longsor

  Kecelakaan industri Kecelakaan Transportasi

  Kabupaten/ Kota Teror Banjir Abrasi Gempa bumi

  2 Kota Tangerang Selatan

1 Kab.

  21

  3

  6

  3

  2 Total

  2

  93

  2

  2

  1

  1

  53

  6

  34

  15 Sumber: Diadaptasi Dari Profil Daerah Rawan Bencana Provinsi Banten, 2013

  Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa bencana yang sering terjadi di Provinsi Banten adalah bencana banjir yaitu 93 kejadian, kekeringan 53 kejadian,

  10

  14

  9

  Lebak

  10

  8 Kab. Pandeglang

  1

  29

  1

  3

  7

  1

  4 Kab. Serang

  16

  1

  19

  8

  1 Kab. Tangerang

  12 tersebut bencana banjir yang sering terjadi yaitu di daerah Kabupaten Pandeglang dan Lebak. Dengan komposisi Kabupaten Lebak 21 dan Kabupaten Pandeglang 29 kali.

  Oleh karena hal tersebut, pemerintah membuat Undang-Undang tentang penanggulangan bencana yang dituangkan pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang atau Peraturan ini dibuat sebagai payung hukum mengenai proses penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Undang-Undang ini dimulai dari prabencana, pada saat bencana hingga proses pemulihan pasca bencana diatur di dalamnya.

  Kabupaten Lebak yang merupakan salah satu dari empat kabupaten dan empat kota di provinsi Banten yang memiliki berbagai macam potensi bencana, telah menindaklanjutinya dengan mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak ini sebagai salah satu Badan yang mempunyai tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayah Kabupaten Lebak.

  Dibuatnya Peraturan Daerah mengenai pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ini, karena beberapa wilayah daerah di Kabupaten Lebak rentan akan berbagai macam bencana. Yang diantaranya adalah bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, kekeringan, dan kebakaran. Menurut data yang tertuang dalam laporan kejadian bencana banjir di Kabupaten Lebak tahun 2013, menyatakan bahwa Kabupaten Lebak memiliki 28 kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan. Dari seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak rentan akan berbagai macam bencana.

  Berikut data wilayah rawan bencana Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.2 Daerah Rawan Bencana Di Kabupaten Lebak Tahun 2013

  

No. Jenis Bencana Sebaran Wilayah Keterangan

  1. Banjir Kec. Rangkasbitung,

  15 Kecamatan Kalanganyar, Cimarga, Cibadak, Cileles, Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Bayah, Sobang, Cigemblong, Banjarsari, Muncang, Cilograng, dan Gunung Kencana.

  2. Longsor Kecamatan Sobang, Lebak

  12 Kecamatan Gedong, Cigemblong, Bojongmanik, Cibeber, Gunung Kencana, Muncang, Cipanas, Cileles, Cimarga, Cikulur dan Cilograng.

  Gempa dan Tsunami Kecamatan Wanasalam,

  6 Kecamatan 3. Malingping, Cihara, Bayah, Cibeber, dan Panggarangan

  4. Kekeringan Kecamatan Maja, Leuwidamar,

  6 Kecamatan Muncang, Cilograng, Wanasalam dan Curugbitung.

  5. Kebakaran Kecamatan Leuwidamar (Desa

  2 Kecamatan Kanekes dan Desa Nagayati) dan Kecamatan Sobang.

  Sumber: Diadaptasi dari Laporan BPBD Kabupaten Lebak Tahun 2013

  Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa daerah-daerah di Kabupaten Lebak rawan/rentan akan bencana. Dimulai dari bencana banjir tersebar di 16 kecamatan, longsor tersebar di 12 kecamatan, gempa bumi dan tsunami 6 kecamatan, kekeringan 6 kecamatan dan kebakaran tersebar di 2 kecamatan. Namun jika di lihat komposisi dari beberapa jenis bencana, dapat dilihat bahwa bencana banjir lebih mendominasi jumlahnya yang tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini bahwa banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi di wilayah Kabupaten Lebak dengan jumlah wilayah tersebar di 15 kecamatan dari jumlah keseluruhan kecamatan yaitu 28 kecamatan. Hal ini menggambarkan bahwa setengah wilayah yang berada di Kabupaten Lebak terindikasi sebagai wilayah yang rentan akan bahaya bencana banjir.

  Adapun data kerusakan ataupun dampak bencana yang diakibatkan oleh bencana banjir di Kabupaten Lebak Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 Data Kerusakan Bencana Banjir Di Kabupaten Lebak Tahun 2013 Tipe Ke rusakan No Uraian Rusak Ringan Rusak Be rat Rusak Total

  1 Permukiman 292

  87

  28

  2 Sarana Pendidikan

  26

  11

  3 Jalan dan Jembatan

  21

  2

  4 Sarana Penyediaan Air Minum

  2

  2

  5 Kerusakan Irigasi

  22 Jumlah 320 143

  30 Sumber : Diadaptasi dari Laporan BPBD Kabupaten Lebak Tahun 2013)

  ( Dari data di atas dapat dilihat bahwa dalam kejadian bencana banjir tahun 2013 di Kabupaten Lebak telah mengakibatkan kerusakan pada permukiman dengan jumlah 292 rusak ringan, 87 rusak berat dan 28 rusak total. Selanjutnya kerusakan pada sarana pendidikan yaitu 26 rusak ringan dan 11 rusak berat. Jalan dan jembatan yaitu 21 rusak berat dan 2 rusak total. Dalam hal sarana penyediaan air minum 2 rusak ringan dan 2 rusak berat. Selain itu pula, kerusakan irigasi yang diakibatkan banjir ini yaitu 22 rusak berat.

  Informasi lain mengenai bencana banjir yang dilansir oleh media online merdeka.com tanggal 10 Januari 2013 mencatat yakni, terdapat 3.962 rumah terendam banjir dan longsoran sebanyak 51 unit rumah dengan kategori sebanyak 31 rusak total, 13 rusak ringan dan 10 rusak berat. Mereka warga yang terkena banjir dan longsor di 15 kecamatan yakni Rangkasbitung, Kalanganyar, Cibadak, Cimarga, Leuwidamar, Banjarsari, dan Lebak Gedong, Panggarangan, Wanasalam, Gunung Kencana, Cilograng, Muncang, Cikulur, Sobang dan Cibeber.

  Banyaknya kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir yang dimulai dari kerugian materi serta menimbulkan korban jiwa, maka penanganan masalah bencana banjir ini harus dilakukan dengan serius. Pasalnya banjir ini dapat mengganggu proses pembangunan yang telah direncanakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). UNDRO (United Nations Disaster Relief

  

Organization) yang dikutip Nurjanah dkk (2013:33) mengemukakan, bencana

  secara serius dapat mengganggu inisiatif-inisiatif pembangunan dalam beberapa cara, termasuk: (a) hilangnya sumber-sumber daya, (b) gangguan terhadap program-program, (c) pengaruh pada iklim investasi, (d) pengaruh pada sektor non-formal, dan (e) destabilisasi politik.

  Sehubungan dengan hal tersebut, langkah-langkah manajemen penanggulangan bencana yang dimulai pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat/ bencana, dan pasca bencana sudah semestinya dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk di pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak untuk di daerah, sertap pihak-pihak yang terkait (stakeholder) di dalamnya untuk menanggulangi potensi bencana, khususnya penanggulangan bencana banjir.

  Oleh karenanya, bencana banjir di Kabupaten Lebak yang tiap tahunnya meningkat membuat perhatian peneliti dalam proses penanggulangannya.

  Bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Lebak diakibatkan oleh meluapnya sungai Ciujung, yang merupakan sungai yang melintasi daerah ini. Menurut data yang dilansir BPBD Kabupaten Lebak kejadian bencana banjir tahun 2013 terjadi di 15 kecamatan yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, Cibadak, Cileles, Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Bayah, Sobang, Cigemblong, Banjarsari, Muncang, Cilograng dan Gunung Kencana.

  Dari data wilayah yang sering terkena dampak bencana banjir di atas menggambarkan bahwa terdapat permasalahan terkait dengan timbulnya atau terjadinya bencana banjir. Timbulnya bencana banjir dikarenakan sebagian hutan gundul atau lahan resapan air berkurang akibat ulah manusia yang mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Sehingga hutan tidak lagi berfungsi sepenuhnya sebagai penyerap air hujan. Lahan hutanpun menjadi longsor, dan tanah longsorannya menyebabkan aliran sungai menjadi dangkal. Pendangkalan aliran sungai ini menjadi penghambat aliran sungai ketika menampung air saat musim penghujan datang. Selain itu pula, pembuangan sampah oleh masyarakat pada aliran sungai memicu dan dapat menimbulkan tersendatnya aliran sungai. Ditambah dengan adanya penambangan pasir liar yang dilakukan oleh masyarakat yang mengakibatkan pengrusakan lingkungan daerah aliran sungai. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Kaprawi Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak,

15 Mei 2014)

  Permasalahan penanggulangan bencana banjir tampak semakin berat dan kompleks, sehingga membutuhkan perhatian khusus dan urgent dari semua pemangku kepentingan. Dalam penanggulangan bencana banjir tersebut, kinerja organisasi dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak sebagai kordinator dan lembaga yang berwenang dan bertugas di bidang kebencanaan dituntut untuk bekerja secara optimal.

  Kinerja organisasi merupakan salah satu sorotan yang paling tajam dalam pelaksanaan pemerintahan menyangkut kesiapan, jumlah pendidikan dan profesionalisme. Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak sebagai salah satu organisasi pemerintahan yang berwenang dalam penanggulangan bencana, memiliki peran dalam penyelenggaraan penanggulangan atas berbagai bencana di wilayah Kabupaten Lebak, khususnya dalam penanggulangan bencana banjir. Pelaksanaan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Lebak diperlukan kesiapan yang mantap demi terselenggaranya pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance).

  Atas dasar dari peristiwa-peristiwa bencana banjir yang terjadi di Daerah Kabupaten Lebak, memunculkan berbagai pertanyaan mengenai kinerja BPBD Kabupaten Lebak selaku instansi atau lembaga pemerintah yang bergerak di sektor/ bidang penanggulangan bencana.

  Adapun hasil pengamatan (observation) peneliti di lapangan yang dapat dilihat dan disimpulkan terkait dengan permasalahan kinerja BPBD Kabupaten Lebak dalam penanggulangan bencana banjir, yaitu Pertama, keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh bapak Bernardi selaku Kepala Seksi Rekonstruksi dan Rehabilitasi BPBD Kabupaten Lebak, bahwa jaringan informasi dan komunikasi sangat terbatas sehingga pemberian informasi kebencanaan kepada masyarakat khususnya di wilayah yang sulit dijangkau sangat minim. (Sumber Wawancara dengan Bapak Bernardi Kepala Seksi Rekonstruksi dan Rehabilitasi, 20 Mei 2014)

  Kedua, sumber daya manusia (SDM) atau aparatur BPBD Kabupaten

  Lebak yang terbatas. Jumlah aparatur BPBD lebak yaitu sebanyak 17 orang, dengan komposisi tingkat pendidikan dapat di lihat pada tabel 1.3 di bawah ini.

Tabel 1.3 Aparatur BPBD Kabupaten LebakBerdasarkan Tingkat Pendidikan

  

No Jabatan Pe ndidikan Jumlah

  1 Kepala Pelaksana SMK 1 orang

  2 Sekretaris S1 1 orang

  3 Kepala Seksi Pencegahan dan KesiapsiagaaS1 1 orang

  4 Kepala Seksi Kedaruratan Logistik SPM-Pertanian 1 orang

  5 Kepala Rehabilitasi dan Rekonstruksi S1 1 orang

  6 Staf S1 3 orang SMA 8 orang SLTP 1 orang

  Jumlah 17 orang Sumber: Diadaptasi dari Renstra BPBD Kabupaten Lebak Tahun 2014-2018

  Dapat dilihat dari tabel 1.3 di atas bahwa komposisi aparatur BPBD Lebak berdasarkan pendidikan diantaranya; S1 berjumlah 6 orang, SMA/SMK 10 orang, dan SLTP 1 orang dengan total keseluruhan berjumlah 17 orang/ pegawai.Selain itu pula dapat di lihat dari setiap seksi/ bidang di tempati oleh satu orang tanpa anggota di dalamnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana kurang optimal. Dimana seharusnya aparatur dalam setiap seksi memiliki anggota untuk kelancaran kegiatan dalam proses penyelenggaraan bencana, baik pada saat pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.Peneliti menyimpulkan demikian karena dilihat komposisi pendidikan serta jumlah pegawai/aparatur.(Sumber: Wawancara Bapak Bernardi Kasie Rekonstruksi dan Rehabilitasi, 20 mei 2014)

  Lain halnya, jika dibandingkan pada BPBD Kabupaten Serang yang memiliki Pegawai/aparatur lebih banyak dibandingkan dengan BPBD Kabupaten Lebak. BPBD Kabupaten Serang memiliki 82 pegawai yang terdiri dari PNS (Pegawai Negeri Sipil), TKK, dan Staff di lingkungan BPBD Kabupaten Serang.

  (Sumber: Data Pegawai BPBD Kabupaten Serang)

  Ketiga, masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam penanggulangan

  bencana banjir. Sarana dan prasarana merupakan penunjang kinerja pegawai yang cukup penting untuk dipenuhi karena terkait dengan aktivitas dan mobilitas kerja.

  Tanpa sarana dan prasarana yang memadai, proses penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak dapat optimal. Hingga saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak hanya memiliki 5 perahu karet untuk penanggulangan bencana banjir, sedangkan daerah yang merupakan daerah rawan dan langganan banjir tiap tahunnya berjumlah 15

  Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Lebak.(Sumber: Laporan Kejadian Bencana Banjir dan Longsor Kabupaten Lebak Tahun 2014)

  Jika dibandingkan dengan BPBD Kabupaten Serang terkait sarana dan prasarana dalam penanggulangan banjir. BPBD Kabupaten Serang yang wilayahnya lebih sedikit mengalami bencana banjir, justru lebih banyak memiliki sarana dalam penanggulangan bencana banjir. Diantaranya berdasarkan data peralatan penanggulangan banjir khususnya perahu karet, BPBD Kabupaten Serang memiliki 7 perahu karet untuk penanggulangan bencana banjir.

  Keempat, belum adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang pendanaan

  penanggulangan bencana. Padahal kondisi wilayah Kabupaten Lebak rawan akan bencana, khususnya bencana banjir. Saat ini, BPBD Lebak masih tergantung kepada pendanaan pemerintah pusat melalui BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta Biaya Tidak Terduga (BTT) yang dikeluarkan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Lebak. Seharusnya sudah menjadi prioritas Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan dan Pendanaan Penanggulangan Bencana, terlebih daerahnya termasuk rawan akan bencana. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Febi Kasie Kesiapsiagaan BPBD Lebak, 28 Agustus 2014)

  Kelima, ketidakefektifan sosialisasi penanggulangan bencana banjir yang

  dilakukan oleh BPBD kabupaten Lebak, yang hanya sekedar memberikan materi mengenai penanggulangan banjir tanpa ditindaklanjuti dengan praktek-praktek yang mendukung dengan kegiatan penanggulangan bencana banjir. (Sumber: Wawancara Bapak Romli masyarakat Rangkasbitung, 20 Mei 2014)

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul mengenai

  “Kinerja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan

Bencana Banjir Di

  Kabupaten Lebak”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa permasalahan yaitu diantaranya sebagai berikut:

  1) Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat.

  2) Sumber daya manusia atau aparatur BPBD Kabupaten Lebak yang terbatas.

  3) Keterbatasan sarana dan prasarana dalam penanggulangan bencana banjir.

  4) Belum adanya Peraturan Daerah tentang Pendanaan Bencana. 5) Ketidakefektifan sosialisasi penanggulangan bencana banjir.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah

1.3.1 Batasan Masalah

  Dalam penelitian tentunya diperlukan suatu pembatasan-pembatasan dalam masalah yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas dari fokus penelitian. Maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kabupaten Lebak.

1.3.2 Rumusan Masalah

  Setelah masalah penelitian dibatasi ruang lingkupnya, maka rumusan dalam penelitian ini yaitu: Seberapa besar Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kabupaten Lebak?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Sesuai rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kabupaten Lebak.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan maksud dan tujuannya maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teori maupun praktis sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, yaitu diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan tentang Kinerja BPBD Kabupaten Lebak.

  2. Manfaat atau kegunaan teori, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi penyelenggara penanggulangan bencana di Kabupaten Lebak.

  3. Bagi kegunaan praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Lebak pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

1.6 Sistematika Penulisan

  Dalam penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bagian yang masing-masing terdiri dari sub bagian yaitu sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan Terdiri dari:

  1.1 Latar Belakang Masalah, yaitu menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang umum hingga kepada masalah yang spesifik yang relevan dengan judul skripsi.

  1.2 Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan tema/ topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.

  1.3 Batasan dan Rumusan Masalah,

1.3.1 Batasan Masalah, yaitu pemfokusan masalah-masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah.

  1.3.2 Rumusan Masalah, yaitu mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan operasional.

  1.4 Tujuan Penelitian, yaitu mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dengandilaksanakannya penelitian sejalan dengan isi dan rumusan permasalahan.

1.5 Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari temuan penelitian.

Bab II : Deskripsi Teori dan Hipotesis Penelitian Terdiri dari:

  2.1 Deskripsi Teori, yaitu mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah dirumuskan.Hasil penting lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut peneliti, yang di dalamnya tergambar pedoman wawancara.

  2.2 Penelitian Terdahulu, penelitian terdahulu mengkaji penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang diambil dari berbagai sumber ilmiah.

  2.3 Kerangka Berfikir, yaitu menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

2.4 Hipotesis Penelitian, yaitu anggapan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

Bab III : Metodologi Penelitian Terdiri dari:

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian, yaitu menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian.

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian, yaitu menjelaskan akan sasaran- sasaranyang akan diteliti dalam penelitian.

  3.3 Lokasi Penelitian, yaitu menerangkan mengenai tempat penelitian yang dilakukan.

  3.4 Variabel Penelitian, yaitu terdiri dari variabel konsep dan variabel operasional

  3.5 Instrument Penelitian, yaitu menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.

  3.6 Populasi dan Sampel, yaitu menjelaskan mengenai wilayah generalisasi atau populasi penelitian dan penetapan sampel penelitian

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data, yait menjelaskan teknik pengolahan dan analisis data. Analisis data harus sesuai dengan pendekatan penelitian.

  3.8 Jadwal penelitian, yaitu menggambarkan tentang jadwal penelitian yang telah dilaksanakan dari mulai mulai penelitian hingga terselesaikannya penelitian

Bab IV : Hasil Penelitian

  Terdiri dari:

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian, yaitu menjelaskna tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi/sampel.

  4.2 Deskripsi Data, yaitu menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data kuantiatif yang relevan.

  4.3 Pengujian Persyaratan Statistik, yaitu melakukan pengujian terhadap persyaratan statistik dengan menggunakan uji statistik tertentu.

  4.4 Pengujian Hipotesis, yaitu melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisa statistik, dimana hasil analisa tersebut adalah teruji atau tidaknya hipotesis nol penelitian. Hasil perhitungan akhir statistik disajikan dalam diagram pie (lingkaran).

  4.5 Interpretasi Hasil Penelitian, yaitu melakukan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis.

  4.6 Pembahasan, yaitu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

Bab V : Penutup Terdiri dari:

5.1 Kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara ringkas dan padat.

5.2 Saran, yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Konsep Kinerja

  Menurut kamus besar bahasa indonesia, secara etimologis kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja dalam pengertiannya dartikan sebagai prestasi yang diperlihatkan dalam kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukan. Sedangkan Lijan Poltak Sinambela (2014:140) mengemukakan bahwa kinerja merupakan implementasi dari teori keseimbangan, yang mengatakan bahwa seseorang akan menunjukan prestasi yang optimal bila ia mendapatkan manfaat(benefit) dan terdapat adanya rangsangan (inducement) dalam pekerjaannya secara adil dan masuk akal (reasonable).

  Sementara itu, Mangkunegara (2006:9) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) ialah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan secara kualitas dan kuantitas. Pencapaian tersebut dihasilkan dari pegawai yang bertanggungjawab dengan pekerjaannya.

  Menurut Keban (2003:43), menyebutkan bahwa kinerja (performance) dalam organisasi didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil (the degree of atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi

  accomplishment)

  Selanjutnya, Steers (2003:67) mengemukakan bahwa kinerja organisasi adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai. Sedangkan, Mahsun (2006:25) berpendapat bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

  Sedarmayanti dalam bukunya mengenai pengembangan kepribadian pegawai (2004:176) dikatakan bahwa kinerja: Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing- masing dalam mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai moral maupun etika. Moeheriono (2010:60), mengemukakan bahwa kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

  Sementara itu, Robbins yang dikutip oleh Moeheriono (2010:61) mengemukakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan

  

(ability), motivasi (motivation), dan kesempatan (opportunity). Artinya kinerja

  merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Seiring dengan hal itu, menurut Moeheriono (2010:61) mengemukakan bahwa kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai/karyawan dan tingkat besaran imbalan yang individu. Oleh karenanya, menurut model mitra-lawyer, kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; (1) harapan mengenai imabalan, (2) dorongan, (3) kemampuan, (4) kebutuhan dan sifat, (5) persepsi terhadap tugas, (6) imbalan eksternal dan internal, serta (7) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.

  Sumber lain mengemukakan seperti yang dinyatakan oleh Otley yang dikutip oleh Mahmudi (2013:6) menyatakan bahwa kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Sejalan dengan pendapat Rogers yang dikutip oleh Mahmudi (2013:6) yang mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri

  

(outcomes of works) , karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat

  terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan , dan kontribusi ekonomi.

  Menurut Mahmudi (2013:20) berpendapat bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu:

  1. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

  2. Faktor kepemimpinan, maliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team

  leader;

  3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;

  4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi;

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

  Wibowo (2011:4), berpendapat bahwa kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam menjalankan kinerja. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hersey dan Blanchard (1993), bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

  Lain hal menurut Prawirosentono (1999:2), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

  Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, bahwa definisi dari kinerja (performance) dapat disimpulkan sebagai hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

  2.1.2 Konsep Organisasi

  Organisasi dalam bahasa inggris yaitu organize yang berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungan satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhan. Sedangkan, Hasibuan (2006 : 120), mengemukakan bahwa organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu, organisasi hanya merupakan alat dan wadah.

  Mahsun (2006 : 1) memberikan pendapat tentang konsep organisasi, bahwa organisasi sering dipahami sebagai sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah ditetapkan bersama.

  Sementara itu, Robbins (2001:4) mengemukakan bahwa organisasi adaalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan yang bekerja atas dasar yang relatif terus- menerus untuk mencapai tujuan.

  2.1.3 Konsep Kinerja Organisasi

  Simanjuntak (2005:3) mengemukakan bahwa kinerja organisasi merupakan agregasi atau akumulasi kinerja semua unit-unit organisasi, yang sama dengan penjumlahan kinerja semua orang atau individu yang bekerja di organisasi tersebut. Dengan demikian kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu dukungan organisasi, kemampuan manajemen, dan kinerja setiap orang yang bekerja di perusahaan tersebut. Kinerja organisasi juga sangat dipengaruhi oleh dukungan organisasi antara lain dalam penyusunan struktur organisasi, pemilihan teknologi, dan penyediaan prasarana serta sarana kerja.

  Smentara itu, surjadi (2009:7) berpendapat bahwa kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi, tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa kinerja organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Sobandi (2006:176), kinerja organisasi merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit maupun impact.

2.1.4 Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

  Tujuan pengukuran kinerja sektor publik menurut Mahmudi (2013:14) diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi 2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai 3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya 4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan punishmnet. 5) Memotivasi pegawai 6) Menciptakan akuntabilitas publik