EFEKTIFITAS ETHREL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L.) Effectivity of Ethrel in Increasing Cucumber Production Maizar

  Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 2 Desember 2013 ( 113 -120 )

ISSN 0215-2525

  

EFEKTIFITAS ETHREL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI

MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

Effectivity of Ethrel in Increasing Cucumber Production

  

Maizar

Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau

Telepon: 0761-674681, Fax: 0761-674681

  

[Diterima Oktober 2012; Disetujui Juni 2013]

ABSTRACT

  The research was carried out at the experimental farm of Faculty of Agriculture Riau Islamic University Pekanbaru from January to April 2010. The aim of this research was to know ethrel affectivity and to determine optimum doses of ethrel use for enhancing cucumber production. The completely randomized design was used in this research, consisting of seven treatments with three replications. The ethrel doses given were: 0.0; 2.5; 5.0; 7.5; 10.0; 12.5 and 15.0 cc/l of water. Results showed that the ethrel given to cucumber plant can prolong the period of the plant vegetative growth, reduce the number of the male flower per plant, increase the number of the female flower per plant, increase the number of fruit per plant, increase weight of fruit per plant and per plot, and weight of dry matter per plant. The average of fruit length had no significantly effect. The best ethrel dose was 5 cc/l of water for enhancing cucumber production.

  Key words: Effectivity, Ethrel, Cucumber, Production

ABSTRAK

  Peneitian ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru mulai dari Januari sampai April 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ethrel dalam peningkatan produksi mentimun, serta menetukan dosis optimal pemberian ethrel yang dapat meningkatkan produksi mentimun. Rancangan yang digunakan dalam penelitain ini adalah rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 (tujuh) taraf perlakuan dan 3 ulangan. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa ethrel berperan sangat efektif dalam meningkatkan produksi tanaman mentimun. Pemberian ethrel dengan dosis 5 cc/l air dapat meningkatkan jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan per plot, rata-rata panjang buah, serta mempercepat waktu panen.

  Kata kunci: Efektivtas, Ethrel, Mentimun, Produksi

  Tanaman mentimun dapat diusahakan di

  PENDAHULUAN dataran rendah sampai datararan tinggi.

  Mentimun (Cucumis sativus L.) Berbagai jenis lahan seperti lahan sawah, lahan merupakan tanaman semusim dataran rendah tegalan dan bahkan lahan gambut dapat ditanami yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik sayuran ini. Pada dasarnya mentimun dapat dalam bentuk segar maupun dalam bentuk beradaptasi dan tumbuh pada hampir semua olahan seperti acar, asinan dan dewasa ini jenis tanah, asalkan mendapat suplai hara yang banyak digunakan untuk kosmetik. Nilai gizi cukup. mentimun cukup baik karena sayuran ini banyak

  Meningkatnya jumlah penduduk akan mengandung mineral dan vitamin. Kandungan berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, sayuran. Prospek pengembangan budidaya

  0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg mentimun secara komersial dan dikelola dalam fosfat, 0,5 mg besi, 0,02 thiamin, 0,01 skala agribisnis semakin cerah, karena pemsaran riboflavin, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 hasilnya tidak hanya di dalam negeri tapi juga di

  IU vitamin B 1 , dan 0,2 IU vitamin B 2 (Sumpena, luar negeri (ekspor). Pasar-pasar potensial 2001). ekspor sayuran Indonesia antara lain: Malaysia,

  Dinamika Pertanian Agustus 2013

  Singapura, Taiwán, Hongkong, Belanda, Pakistan, Perancis, Arab Saudi, dan lain-lain. Sasaran ekspor mentimun yang sangat potensial saat ini yaitu Jepang. Permintaan pasaran Jepang terhadap mentimun rata-rata 50.000 ton per tahun (Rukmana, 1994).

  Di Provinsi Riau sendiri produktivitas mentimun dari tahun 2003 sampai 2007 masih menurun kecuali tahun 2005 sedikit ada peningkatan. Produksi mentimun rata-rata berkisar 29,55 kwintal/ha sampai 60,53 kwintal/ha (Dinas Tanaman Pangan Riau, 2008). Penurunan produksi mentimun di daerah ini disebabkan karena petani belum mengelola tanaman ini secara intensif, ditambah lagi karena hambatan faktor lingkungan, seperti tingkat kesuburan tanah yang cendrung rendah.

METODE PENELITIAN

  Masalah utama yang sering dihadapi dalam budidaya tanaman mentimun adalah tidak tercapainya produksi maksimal. Hal ini disebabkan tanaman mentimun lebih dominan menghasilkan bunga jantan dibanding dengan bunga betina, serta persentase gugurnya bunga dan putik yang cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan pembentukan bunga betina dan mencegah gugurnya bunga dan putik yang terlalu dini.

  Ethrel (ethepon) merupakan senyawa pengahsil etilen yang banyak digunakan secara komersial yang diduga mampu untuk mengatasi hal tersebut dia atas. Ethrel bahannya adalah

  asam 2-kloroetilfosfonat yang dengan cepat

  terurai dalam air pada pH netral menjadi etilen serta sebuah ion Cl

  • - dan H
  • 2 PO 4 - (Salisburi dan Ross, 1995). Menurut Durand and Durand (1984) etilen mempunyai pengaruh bagi terbentuknya jenis kelamin pada spesies monoceus, contoh yang banyak teramati pada jenis timun-timunan, seperti mentimun, labu, melon. Etilen sangat mendorong pembentukan bunga betina pada tanaman tersebut dan tanaman dari suku lainnya, seperti tanaman jeruk siam (Assad, 1993)

      Peningkatan produksi mentimun dapat dipacu melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang harus dilaksanakan secara terpadu. Penerapan usaha tani yang intesnsif, kondisi iklim yang cocok dan penerapan kultur teknis di lapangan secara tepat merupakan hal yang perlu diperhatikan.

      Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru, yang terletak di jalan Kaharuddin nasution No. 113 Pekanbaru.

      Penelitian berlangsung selama 4 bulan dari bulan Januari sampai April 2010.

      Rancangan yang digunakan dalam pene- litain ini adalah rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 (tujuh) taraf perlakuan dengan 3 ulangan. Populasi dalam satu plot terdiri dari 6 tanaman dan 3 tanaman diantaranya sebagai sampel. Perlakuan tersebut adalah pemebrian ethrel 0,0; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0; 12,5 dan 15,0 cc/l air.

      Pengolahan tanah pertama bertujuan membalikkan tanah dengan cangkul sedalam 25 cm. Satu minggu kemudian dilakukan pengolah- an tanah ke dua dengan menghaluskan tanah dari bongkahan-bongkahan tanah. Dilanjutkan kemudian dengan pembuatan plot dengan ukuran 90 cm x 120 cm sebanyak 21 plot. Jarak antar plot adalah 30 cm, kemudian dilakukan pengapuran disekeliling areal penelitian. pH tanah pada lokasi penelitian ini adalah 6,2. Kemudian tanah dibiarkan selama 1 minggu.

      Benih ditanam pada lubang tanam se- banyak 2 biji per lubang tanam, pada kedalaman 10 cm dan dengan jarak tanam 30 cm x 60 cm. Penjarangan dilakukan ketika benih sudah tum- buh dengan meninggalkan satu tanaman setiap lubang tanam.

      Untuk menopang tubuhnya tanaman ini diberikan lanjaran dari kayu setinggi 2 m, fungsinya untuk merambatkan tanaman dan juga sebagai penopang letaknya buah. Pemasangan lanjaran ini diberikan 7 hari setelah ditanam.

      Pemberian ethrel diberikan pertama sekali setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam, kemudian pemnberian tersebut dilakukan kembali pada saat umur 20 dan 30 hari stelah tanam. Pemberian ethrel dilakukan melalui penyemprotan pada daun dengan kriteria semua permukaan daun telah basah oleh ethrel tersebut.

      Peningkatan pembentukan bunga betina oleh karena ethrel diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman mentimun di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ethrel dalam peningkatan produksi mentimun, serta menetukan dosis optimal pemberian ethrel yang dapat meningkatkan produksi mentimun.

      Efektifitas Ethrel Dalam Peningkatan Produksi Mentimun

      Rerata panjang buah (cm) 0,0 3,33 d 243,35 c 5,03 d 21,70 a 2,5 5,67 b 302,41 b 10,17 b 21,77 a 5,0 6,67 a 355,93 a 12,10 a 22,11 a 7,5 4,33 c 302,79 b 7,47 c 21,73 a 10,0 3,00 d 300,02 b 6,67 c 21,60 a 12,5 2,67 de 298,70 b 3,90 e 18,25 b 15,0 2,33 e 295,12 b 2,73 f 16,77 b KK 6,26 8,38 4,08 4,71 BNJ 5% 0,65 34,2 1,42 2,60

      Hasil analisis sidik ragam terhadap umur berbunga, jumlah bunga jantan per tanaman, jumlah bunga betina per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat buah per plot, rata-rata panjang buah dan berat kering tanaman menunjukkan bahwa pemberian ethrel sangat nyata pengaruhnya. Data hasil pengamatan terhadap semua parameter tersebut setelah diuji lanjut dengan BNJ ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

      HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

      Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: umur berbunga (hari setelah tanam). jumlah bunga jantan/tanaman (buah), jumlah bunga betina/tanaman (buah), jumlah buah/- tanaman (buah), berat buah/tanaman (g), berat buah/plot (kg), rata-rata panjang buah (cm), dan berat kering tanaman (g).

      Pupuk kandang telah diberikan pada saat pengolahan tanah pertama dengan cara mena- burkan secara merata di permukaan plot dengan dosis 1 kg pupuk kandang untuk setiap plot. Kemudian pada pengolahan tanah kedua pupuk kandang tersebut diaduk rata. Pupuk Urea sebanyak 25 g/plot, TSP 16,2 g/plot dan KCl 10,8 g/plot diberikan dalam dua tahap pem- berian. Setengah dosis diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan setelah tanaman berumur 20 hari setelah tanam. Pemberian pupuk dilakukan secara tugal dengan jarak 5 cm dari lubang tanam.

      Penyemprotan dilakukan pada pagi hari antara jam 8.00 – 9.00 WIB.

      Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut BNJ taraf 5%.

      

    Berat buah per

    tanaman (g) Berat buah per plot (kg)

      Tabel 1. Umur Berbunga (HST), Jumlah Bunga Jantan Per Tanaman (Buah) dan Jumlah Bunga Betina Per Tanaman (Buah), Berat Brangkasan Kering (G) Tanaman Mentimun dengan Perlakuan Ethrel

      Perlakuan ethrel (cc/l air) Jumlah buah per tanaman (buah)

      Tabel 2. Jumlah Buah Per Tanaman (Buah), Berat Buahn Per Tanaman (G) dan Berat Buah Per Plot (kg) Serta Rata-Rata Panjang Buah (cm) Tanaman Mentimun dengan Perlakuan Ethrel

      

    Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    BNJ taraf 5%.

      10,0 34,67 bc 28,11 c 31,00 d 77,2 cd 12,5 36,00 c 32,50 b 18,83 f 63,7 de 15,0 37,83 c 35,83 b 12,17 g 58,4 e KK 4,20 4,83 7,66 6,69 BNJ 5% 3,54 3,91 2,50 15,42

      Berat brangkasan kering/tanaman (g) 0,0 27,73 a 39,62 a 25,00 e 80,3 c 2,5 27,00 a 26,33 cd 43,50 b 103,2 b 5,0 26,00 a 23,83 d 50,33 a 121,5 a 7,5 31,00 b 24,99 cd 35,67 c 100,4 b

      Jumlah bunga jantan per tanaman (buah) Jumlah bunga betina per tanaman (buah)

      Perlakuan ethrel (cc/l air) Umur berbunga (HST)

      Umur berbunga tanaman mentimun dipengaruhi oleh pemberian ethrel. Pemberian ethrel 5 cc/l air dapat mempercepat pemunculan bunga 1 hari lebih awal dibanding tanpa pemberian ethrel. Peningkatan dosis ethrel yang melebihi 5 ppm berdampak pada pemanjangan fase vegetatif dengan memperlambat fase pembungaan. Pemberian ethrel 15,0 ppm menunda pembungaan mentimun hampir 10 hari dibanding tanpa pemberian ethrel. Hasil analisis

      Dinamika Pertanian Agustus 2013

      Tabel 3. Analisis Regresi dari Masing-masing Parameter 2 Parameter Model R DB F Sigf

      1.Umur berbunga Linier 0,825 19 89,76 0,000 Kuadratik 0,851 18 51,47 0,000

      2. Jumlah bunga jantan/tan Linier 0,04 19 0,07 0,791 Kuadratik 0,795 18 34,97 0,362

      3. Jumlah bunga betina/tan Linier 0,375 19 11,99 0,03 Kuadratik 0,813 18 39,24 0,000

      4. Berat brangkasan kering/tan Linier 0,398 19 12,58 0,002 Kuadratik 0,730 18 24,37 0,000

      5. Jumlah buah/tan Linier 0,443 19 15,11 0,0001 Kuadratik 0,769 18 29,90 0,000

      6. Berat buah/tan Linier 0,523 19 14,37 0,002 Kuadratik 0,776 18 43,02 0,000

      7. Berat buah/plot Linier 0,332 19 9,01 0,007 Kuadratik 0,709 18 21,95 0,000

      8. Rerata panjang buah Linier 0,563 19 24,47 0,000 Kuadratik 0,811 18 38,55 0,000 2

      regresi terhadap umur berbunga dengan dosis ethrel dengan R = 0,73, seperti terlihat pemberian ethrel, (Tabel 3), menunjukkan pola pada Gambar

      1. Persamaan regresi yang 2 yang bersifat kuadratik dengan peningkatan dihasilkan adalah: Y = 30,46 + 4,21 x - 0,383 x . 2 dosis ethrel dengan R = 0,851, seperti terlihat dari model regresi tersebut jumlah bunga betina pada Gambar 1. yang paling banyak 51,82 buah dihasilkan pada Jumlah bunga jantan yang terbentuk pada pemberian ethrel 6,23 cc/l air. tanaman mentimun dipengaruhi oleh pemberian Berat brangkasan kering tanaman ethrel. Tanpa pemberian ethrel menghasilkan mentimun dipengaruhi oleh pemberian ethrel bunga yang terbanyak (39,62 buah), akan tetapi (Tabel 1). Peningkatan dosis ethrel sampai 5,0 pemberian ethrel 5,0 cc/l air menghasilkan cc/l air menghasilkaan peningkatan berat bunga jantan yang lebih sedikit (23,83 buah), brangkasan kering tanaman yang tertinggi namun pemberian ethrel yang melebihi 5,0 cc/l dengan berat 121,5 g/tanaman, dibanding tanpa air cenderung meningkatkan jumlah bunga pemberian ethrel yang hanya menghasilkan jantan kembali. Hal ini berarti bahwa pemberian berat brangkasan kering 80,3 g/tanaman. Ini ethrel 5 cc/l air mengakibatkan penurunan berarti terjadi peningkatan penumpukan jumlah bunga jantan sekitar 39,85%. biomasaa 38,9%. Akan tetapi pemberian ethrel

      Hasil analisis regresi terhadap jumlah dengan dosis yang paling tinggi (15,0 cc/l air) bunga jantan dengan pemberian ethrel, (Tabel mengakibatkan penurunan biomasa tanaman 3), menunjukkan pola yang bersifat kuadratik 27,27% dibanding tanpa pemberian ethrel. 2 dengan peningkatan dosis ethrel dengan R =

      0,851. Dari model regresi tersebut jumlah bunga 40.00 45.00 jantan yang paling rendah 21,82 buah dihasilkan 35.00 pada pemberian ethrel 7,38 cc/l air. g a 30.00 Bertolak belakang dengan jumlah bunga u n 25.00 jantan, pemberian ethrel justru meningkatkan rb r b e 20.00 pembentukan jumlah bunga betina yang u m u 15.00 dihasilkan tanaman mentimun (Tabel 1). Tanpa 10.00 pemberian ethrel hanya menghasilkan bunga 5.00 betina sebanyak 25,0 buah/tanaman, namun 0.00 0 .0 1.0 2 .0 3 .0 4 .0 5.0 6 .0 7.0 8 .0 9 .0 10 .0 11.0 12 .0 13 .0 14 .0 15.0 16 .0 17.0 pemberian 5,0 cc ether/l air justru dapat dosis e thre l (cc/l air) meningkatkan jumlah bunga betina sampai Y = 26,31 + 0,312x + 0,034x2 (R=0,85) 50,33 buah/tanaman, yang berarti mengalami

      A peningkatan 101,32%. Hasil analisis regresi terhadap jumlah bunga betina menunjukkan pola yang bersifat kuadratik dengan peningkatan

      Efektifitas Ethrel Dalam Peningkatan Produksi Mentimun

      B C D E F G

      Gambar 1. Kurva Hubungan Masing-masing Paremeter A dengan Peningkatan Dosis Ethrel pada Mentimun.

      Hasil analisis regresi terhadap berat brangkasan kering menunjukkan pola yang bersifat kuadratik dengan peningkatan dosis ethrel dengan R 2 = 0,73, seperti terlihat pada

      Gambar 1. Dari model regresi tersebut berat brangkasan kering yang paling tinggi 119,74 g dihasilkan pada pemberian ethrel 7,25cc/l air

      Peningkatan jumlah buah per tanaman terjadi dengan pemberian ethrel sampai 5,0 cc/l air, dengan jumlah buah terbanyak 6,67 buah/tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan lain. Jumlah buah ini mengalami peningkatan sekitar 100% dibanding tanpa pemberian ethrel, yang hanya menghasilkan buah 3,33 buah per tanaman. Akan tetapi pemberian ethrel dalam dosis yang tinggi (15,0 cc/l air), justru akan mengurangi kemampuan tanaman mentimun untuk menghasilkan buah.

      Hasil analisis regresi terhadap jumlah buah per tanaman, menunjukkan pola yang bersifat kuadratik dengan peningkatan dosis ethrel dengan R 2 = 0,73, seperti terlihat pada

      Gambar 5. Persamaan regresi yang dihasilkan 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 dosis ethrel (cc/l air) ju m la h b u n g a ja n ta n /ta n a m a n Y = 36,91 - 3,41 x + 0,231x2 (R= 0,80) 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 Dosis ethrel (cc/l air) J u m la h b u n g a b e ti n a Y = 30,46 + 4,21 x - 0,383x2 (R= 0,81) 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 Dosis ethrel (cc/l air) B er at b ra n g ka an k er in g /t an ( g ) Y = 83,57 + 9,969x - 0,687x2 (R=0,73) 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 Dosis ethrel (cc/l air) Ju m la h b u ah p er t an am an Y = 3,19 + 0,78 x - 0,055 x2 (R = 0,87) 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 Dosis ethrel (cc/l air)

      B er at b u ah p er p lo t (g ) Y = 6,71 + 1.004 x - 0,091x2 (R= 0,71)

      0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 Dosis ethrel (cc/l air) R er at a p an ja n g b u ah ( cm ) Y = 21,43 + 0,415x - 0,049x2 (R=0,81) Umur berbunga Jumlah bumga jantan/tan

      Jumlah bunga betina/tan Jumlah buah/tan

    • .748** -.760** 1 .935** -.256ns .979** .794** .965** Jumlah buah/tan
    • .722** -.634** .935** 1 -.096 ns

    • .771** -.695** .965** .954** -.264 ns

      .957** .786**

      .794** .751** -.466* .763** 1 .786** Brangkasan kering/tan

      1 .763** .957** Rerata panjang buah

      .945** .751** .954** Berat buah/tan .595** -.070 ns -.256 ns -.096 ns 1 -.182 ns -.466* -.264 ns Berat buah/plot

      .363 ns 1 -.760** -.634** -.070 ns -.731** -.354 ns -.695** Jumlah bunga betina/tan

      Umur berbunga 1 .363 ns -.748** -.722** .595** -.724** -.659** -.771** Jumlah bunga jantan/tan

      Rerata panjang buah Brangkasan kering

      Berat buah/tan Berat buah/plot

    • .724** -.731** .979** .945** -.182 ns
    • .659** -.354 ns

    • ** korelasi signifikan pada level 0.01 * korelasi signifikan pada level 0.05 .

      Pemberian ethrel pada tanaman mentimun sangat nyata berpengaruh pada setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, baik pada fase pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan brangkasan kering tanaman, percepatan pembungaan, pembentukan kelamin bunga dengan mengurangi jumlah bunga jantan tetapi meningkatkan jumlah bunga betina, pembentukan dan pertumbuhan buah yang ditandai dengan peningkatan jumlah buah, bobot buah dan rata-rata panjang buah. Dari tujuh taraf pemberian ethrel yang diujikan, hampir semua pada semua pengamatan menghasilkan nilai terbaik pada pemberian dosis 5 cc/l air. Namun nilai maksimum dari masing-masing parameter dicapai pada dosis optimum yang bervariasi yang berkisar antara 5,23 cc – 7,8 cc/l air.

      Tabel 4. Matrik Korelasi Antar Peubah

      Pemberian zat pengatur tumbuh tanaman, termasuk ethrel dapat memberikan respon dalam pemacuan pertumbuhan dan perkembangan tanaman apabila dilakukan pada dosis yang tepat, tepat cara pemberiannya dan tepat waktu pemberiannya (Wattimena, 1988). Sehingga proses fisiologis dalam pertumbuhan dan perkembangan bunga dapat pula dipercepat. Ini

      Pembahasan

      Akan tetapi pemberian ethrel dalam dosis yang tinggi (12,5 cc dan 15,0 cc/l air), justru akan mengurangi rata-rata panjang buah tanaman mentimun.

      Pemberian ethrel pada mentimun sangat mempengaruhi rata-rata panjang buah dihasilkan per tanaman (Tabel 2). Rata-rata panjang buah yang terpanjang dihasilkan dengan pemberian 5,0 cc ethrel/l air. Namun angka tersebut tidak berbeda nyata denga rata-rata panjang buah yang dihasilkan dengan tanpa pemberaian ethrel dan pemberian 2,5 cc, 7,5 cc dan 10 cc/l air, tetapi berbeda dengan dua perlakuan lainnya.

      1. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah: Y= 6,71 + 1,004x - 0,091x 2 . dari model regresi tersebut berat brangkasan kering yang paling tinggi 9,48 kg/plot dihasilkan pada pemberian ethrel 5,51cc/l air

      Hasil analisis regresi, menunjukkan pola yang bersifat kuadratik dengan peningkatan dosis ethrel dengan R 2 = 0,71, seperti terlihat pada Gambar

      Peningkatan dosis ethrel sampai 5,0 cc/l air menghasilkaan peningkatan berat buah per plot yang tertinggi dengan berat 12,10 kg/plot, dibanding tanpa pemberian ethrel yang hanya menghasilkan berat buah per plot 5,03 kg/plot. Ini berarti terjadi peningkatan berat buah per plot 140,55%. Akan tetapi pemberian ethrel dengan dosis yang paling tinggi (15,0 cc/l air) mengakibatkan penurunan berat buah per plot 45.72% dibanding tanpa pemberian ethrel.

      adalah: Y= 3,19 + 0,78 x - 0,055 x 2 . dari model regresi tersebut jumlah buah maksimum yang dapat dihasilkan adalah 5,93 buah/tanaman yang dihasilkan pada pemberian ethrel 7,8 cc/l air

      Dinamika Pertanian Agustus 2013

      1

      Efektifitas Ethrel Dalam Peningkatan Produksi Mentimun

      membuktikan bahwa pemberian ethrel dapat mempengaruhi sifat pada tanaman mentimun.

      Sementara itu Kusumo (1990) menya- takan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman akan menimbulkan dampak pendorongan pertumbuhan tanaman, jika diberikan dalam dosis yang sesuai. Tetapi pada dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman mentimun. Ini terbukti dengan dosis yang tinggi (15 cc/l air) justru akan memperpanjang fase vegetatif, mengurangi jumlah bunga betina, menurunkan kemampuan tanaman dalam menumpuk biomassa, yang pada akhirnya menurunkan produksi baik jumlah buah per tanaman, berat buah dan rerata panjang buah. Hal senada juga dikemukakan oleh Assad (1993).

      Hampir dapat dipastikan bahwa etilen meningkatkan transkripsi berbagai gen inti, yang jenisnya ditentukan oleh spesies, organ, jaringan dan beberapa faktor lainnya. Banyak efek etilen disertai dengan meningkatnya sintesis enzim, jenis enzim tergantung pada jaringan sasaran. Pada gugur daun, selulase dan enzim pengurai dinding sel lainnya muncul di lapisan absisi, sedangkan pada pemasakan buah atau penuaan bunga, beberapa jenis enzim perlu dihasilkan (Salisbury dan Ross, 1991).

      Korelasi antar peubah yang diamati

      Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara peubah satu dengan peubah lainnya, seperti ditunjukkan oleh Tabel 4. Sedangkan kurva hubungan antar peubah dapat dilihat pada Gambar 2.

      0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Jumlah bunga betina/tanaman (buah) B er at bu ah p er p lo t (k g) Y = -1,013 + 0,259 x (r = 0,96) 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Jum lah bunga be tina/tanam an (buah) R at (c a- ra ta p an ja ng b ua h m ) Y = 16,25 + 0,142 x (r = 0,69) 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 Jum lah bunga jantan/tanam an (buah) B er at b ua h pe r p lo t ( g) Y = 19,78 - 0,419 x (r = 0,56) 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 Jum lah bunga jantan/tanam an (buah) Ju m la h bu ng a be tin a/ ta na m an Y = 9,46 - 0,178 x (r= 0,41) 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Jum lah buah/ tanam an B er at b ua h pe r p lo t ( kg ) Y = -0,885 + 1,64 x (r= 0,89) 5 10 15 20 25 30 35 40 (H 45 50 100 150 Brangk as an k e ring tanam an (g) u m u r b er b u n g a S T ) Y = 46,96 - 0,176 x (r=0,59)

      Dinamika Pertanian Agustus 2013

    DAFTAR PUSTAKA

      KESIMPULAN

      Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ethrel berperan sangat efektif dalam meningkatkan produksi tanaman mentimun. Pemberian ethrel dengan dosis 5 cc/l air dapat meningkatkan jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan per plot, rata-rata panjang buah, serta mempercepat waktu panen.

      Assad, M. 1993. Pengaruh Ethrel Terhadap Pertumbuhan Jeruk Siam di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Jurnal Hortikultura, 3(1): 32-36 Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, 2008.

      Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau, Pekanbaru.

      Durand, R. and B. Durand. 1984. Sexual Differentiation in Higher Plants.

      Physiologia Plantarum, 60: 267-274. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh

      Tanaman. Yasaguna. Jakarta Lakitan, B. 1998. Fisiologi Pertumbuhan dan

      Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo, Jakarta

      Rukmana. 1994. Budidaya mentimun. Penerbit Kanisius, Jakarta. Salisbury, F. N. dan C. W. Ross. 1995. Plant Physiology. Terjemahan oleh Lukman, D.

      R dan Sunaryono. Penerbit ITB, Bandung. Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intesnif. Penebar Swadaya, Jakarta.

      Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian, Bogor. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50 100 150 Brangk as an k e ring tanam an (g) Ju m la h b u n g a ja n ta n /t an am an Y = 17,77 - 0,185 x (r=0,48) 10 20 30 40 50 Ju 60 50 100 150 Brangk as an k e ring tanam an (g) m la h bu ng a be tin a/ ta na m an Y = -17,042 + 0,556 x (r=0,93) 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 50 100 150 Brangk as an k e ring tanam an (g) Ju m la h b u ah /t an am an Y = -2,048 + 0,071 x (r= 0,910

      5 10 15 20 (c 25 50 100 150 Brangk as an k e ring tanam an (g) re ra ta p an ja ng b ua h m ) Y = 13,66 _ 0,08 x (r=0,62)

      Gambar 2 Kurva Korelasi Antar Berbagai Peubah yang Diamati

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DALAM PEMILIHAN MAKANAN POKOK BAGI PENDERITA PENYAKIT DIABETES MELLITUS

0 0 8

IMPLEMENTASI MODEL BACKPROPAGATION DAN FORWARD CHAINING DALAM MENDIAGNOSA PENYAKIT PENCERNAAN DENGAN PENGOBATAN CARA HERBAL

0 0 9

PENERAPAN METODE TIME SERIES DALAM MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI PERTANIAN BERDASARKAN NILAI TREND

0 0 6

PROGRAM APLIKASI ALAT PENGUKUR KADAR GLUKOSA DALAM DARAH NON INVASIVE BEBASIS DESKTOP

0 0 9

BENGKEL MESIN KAPAL PERIKANAN DI DUMAI Fishing Boat Engine Workshop in Dumai City Muchtar Ahmad

0 0 11

PERANAN PENYULUH DAN STRATEGI PENINGKATAN PERANAN PENYULUH PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI PEMASARAN KARET DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Extension Personnel Role and Improvement Strategy of Plantation Extension in Development of Rubber Marketi

0 1 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT Factors Affecting Food Comsumption from Carbohydrate Sources in West Sumatra Province Ramadanus, Suardi Tarumun dan Elinur

0 0 10

TEACHING VOCABULARY THROUGH CHANTS AND STORYTELLING STRATEGIES TO THE FIFTH GRADE PUPILS OF SDN 2 PALEMBANG Nian Masna Evawati nianmasnaevawatiyahoo.co.id Darmaliana annapols riyahoo.com Englis h Department State Polytechnic of Sriwijaya

0 0 9

AKLIMATISASI TANAMAN ANTHURIUM (Athurium Sp) DENGAN BERBAGAI MEDIA TUMBUH DAN PUPUK DAUN GROWQUICK Acclimatization of Anthurium (Athurium Sp) with Various Growth Media and Growquick Fertilizer Julhendri, Hercules Gultom dan Fathurrahman

0 0 10

PEMBERIAN BEBERAPA JENIS AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR EKSPLAN ANGGREK SECARA IN VITRO Aplication of Several Kinds of Auxins on Orchid (Dendrobium sp.) Root Explant Growth in Vitro Fathurrahman

0 0 6