Pokok-pokok Materi Undang-undang No. 23 Tahun 2011

  Pokok-pokok Materi Undang-undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Nasional dan Tentang BAZNAS Didin Hafdhuddin

  ميحرلا نمحرلا ا مسب

  1. UU adalah produk politik yang dihasilkan oleh lembaga politik (DPR) dengan pihak pemerintah. Tentu saja banyak hal yang seharusnya masuk, tapi karena berbagai pertimbangan dan alasan, menjadi tidak masuk. Seperti dalam UU No 23/2011 ini tidak ada sanksi bagi orang yang wajib zakat tetapi tidak mau berzakat. Juga tidak dimasukkannya zakat sebagai

pengurang pajak langsung (tax credit). Yang ada hanya

zakat sebagai pengurang penghasil kena pajak (tax deductable). Tetapi para ulama mengajarkan kepada

kita suatu kaidah: “Maa laa yudroku kulluh, laa yudroku

kulluh” (ههلهك كرتههي َل ُههّل ُهك ُك َر ْد ُههي َلههاَم )Sesuatu yang tidak

  2. UU ini terdiri dari 11 Bab dan 47 Pasal. Diundangkan di Jakarta Tanggal 25 November 2011, sebagai pengganti UU No. 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat yang

dianggap sudah tidak sesuai dengan

perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

  3. Pengelolaan zakat menurut Pasal 2 UU 23/2011 harus berasaskan: a. Syariat Islam

  b. Amanah

  c. Kemanfaatan

  d. Keadilan

  e. Kepastian hukum

  f. Terintegrasi, dan

  

Pengelolaan zakat, baik dalam

penghimpunan, pengelolaan dan pendayagunaan harus sesuai dengan syariat Islam, misalnya tentang amil zakat dan mustahiq (meskipun ada perbedaan dalam penafsirannya).

  4. Pasal 3 UU 23/2011 menjelaskan bahwa pengelolaan zakat bertujuan:

  a. Meningkatkan efektiftas dan efsiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

  

Kesejahteraan masyarakat, disamping

terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga terpenuhi pendidikan, kesehatan dan pekerjaannya, serta ketaatan

  5. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non- struktural yang mandiri bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

  BAZNAS dibentuk dengan

Keputusan Presiden (Keppres)

RI No. 8 Tahun 2001 tanggal

  6. Menurut Pasal 6 dan Pasal 7 UU 23/2011, BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional, dengan fungsi:

  a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

  b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

  c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

  d. Pelaporan dan pertanggungjawaban

  5. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dapat bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada DPR RI paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun.

  Kerjasama ini harus dilakukan BAZNAS, baik

dengan sesama LAZ, dengan Majelis Ulama Pusat

maupun Daerah, dengan seluruh ormas Islam, dengan masjid-masjid, lembaga pendidikan, pondok-pondok pesantren, lembaga keuangan syariah, dan kelompok umat lainnya.

  

Hal ini sebagai salah bentuk melaksanakan frman

Allah dalam QS. At-Taubah [9]: 71.

  َنوُرُمْأَي ٍض ْعَب ءاَيِل ْوَأ ْمُهُض ْعَب ُتاَنِم ْؤُمْلا َو َنوُنِم ْؤُمْلا َو :ىَلاَعَت ُا َلاَق َةاَك ّزلا َنوُت ْؤُي َو َةَلّصلا َنوُميِقُي َو ِرَكنُمْلا ِنَع َن ْوَهْنَي َو ِفوُرْعَمْلاِب .ٌميِك َح ٌزي ِزَع َ اا ّنِإ ُ اا ُمُهُمَح ْرَيَس َكِئهَل ْوُأ ُهَلوُسَر َو َ اا َنوُعي ِطُي َو :ةبوتلا{

  71 .}

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan

perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.

Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf,

mencegah dari yang mungkar, mendirikan

sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka

ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu

akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya

  6. BAZNAS Kota/Kabupaten terkait dengan BAZNAS Provinsi, dan dengan BAZNAS Pusat secara

struktural, termasuk di dalam kegiatan pelaporan

secara berjenjang, termasuk di dalamnya LAZ diharuskan juga memberikan laporan kepada BAZNAS.

  Dengan demikian, yang tersentralisasi hanyalah

laporan. Agar didapatkan data base mustahik dan

muzakki secara nasional yang lebih faktual, dan jumlah pengumpulan dan pendayagunaan.

  

Sedangkan dana zakatnya tetap terdesentralisasi

di masing-masing BAZNAS dan LAZ berdasarkan wilayah masing-masing. Hal ini sejalan dengan petunjuk Rasulullah SAW (perintah kepada Muaz

  7. Keanggotan BAZNAS Pusat berjumlah 11 orang terdiri dari 8 orang unsur

masyarakat dan 3 orang unsur pemerintah.

Unsur masyarakat terdiri dari unsur ulama,

tenaga profesional dan tokoh masyarakat Islam. Sedangkan unsur pemerintah ditunjuk dari kementerian /instansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat, seperti Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, atau

Kementerian Keuangan. Jelas berdasarkan

hal ini, BAZNAS adalah bagian dari umat dan masyarakat.

  8. Masyarakat tetap dapat melakukan pengumpulan dan pendistribusian zakat melalui pembentukan LAZ dengan persyaratan tertentu. UU ini sama sekali tidak menafkkan peran masyarakat dalam mengelola zakat. Hanya saja diperlukan pengaturan dan koordinasi.

  9. Masjid, pesantren, majelis taklim bisa menjadi unit pengumpul zakat BAZNAS Pusat maupun daerah. Seperti yang terjadi di BAZNAS Kota Bogor (140 masjid) dan di BAZNAS Kabupaten Sukabumi (seluruh

  10. Jika dilihat dari syariat Islam, maka memang zakat tidak boleh dikelola oleh orang perorangan

sembarangan, tetapi harus oleh amil

zakat yang memiliki kepastian dan kekuatan hukum, yaitu yang disahkan oleh pemerintah.

Allah SWT berfrman dalam QS 9: 60

dan 103

  

QS At-Taubah: 60

ِةَفّل َؤُمْلا َو اَهْيَلَع َنيِلِماَعْلا َو ِنيِكاَسَمْلا َو ءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدّصلا اَمّنِإ ِليِبّسلا ِنْبا َو ِ اا ِليِبَس يِف َو َنيِم ِهراَغْلا َو ِباَقّرلا يِف َو ْمُهُبوُلُق

  ٌميِك َح ٌميِلَع ُ اا َو ِ اا َنّم ًةَضي ِرَف QS At-Taubah: 103

  

َكَتَلَص ّنِإ ْمِهْيَلَع ّلَص َو اَهِب مِهيّكَزُت َو ْمُهُرّهَطُت ًةَقَدَص ْمِهِلا َوْهمَأ ْنِم ْذُخ

ٌميِلَع ٌعيِمَس ُ اا َو ْمُهّل ٌنَكَس

  Dalam keterangan lain, riwayat Abu Dawud dikemukakan bahwa ketika banyak orang yang mengingkari kewajiban zakat, di zaman Abu Bakar ash- Shiddiq, beliau bersabda:

  َةاَكّزلا ّنإإَف َةاَكّزلاَو َةَلّصلا َقّرَف ْنَم ّنَلّتَقلل !إهللاَو ىَلإإ لهَنْوّدَؤلي اْولناَك ًلاَقإع ْيإنْولعَنَم ْوَل !إهللاَو ،إلاَمْلا ّقَح ىَلَع ْملهْتَلَتاَقَل َمّلَسَو إهْيَلَع لهللا ىّلَص إهللا إلْولسَر .}دواد وبأ هاور{ .إهإعْنَم

  “Demi Allah! Saya akan memerangi orang yang memisahkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat. Sesungguhnya zakat itu hak yang terkait dengan harta. Demi Allah! Jika mereka menolah mengeluarkan zakat unta yang biasa

  

Berdasarkan kedua ayat tersebut dan praktik

di zaman Nabi dan para sahabat, para amil zakat itu terdiri dari orang-orang yang mendapatkan amanah dari penguasa sehingga memiliki kekuatan. Karena itu, Komisi Fatwa MUI dalam fatwanya No. 8 Tahun 2011 menjelaskan bahwa amil zakat itu adalah: a.Seseorang atau sekelompok orang yang diangkat oleh Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat, atau b.Seseorang atau sekelompok orang yang

dibentuk oleh masyarakat dan disahkan

oleh Pemerintah untuk mengelola

  11. Dalam UU tersebut juga (Pasal 25, 26

dan 27) bahwa zakat wajib didistribusikan

kepada para mustahik sesuai ketentuan syariat (QS. At-Taubah: 60) dengan berdasarkan pada skala prioritas, prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan,

dan bisa digunakan untuk zakat produktif

dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan secara produktif ini dilakukan setelah kebutuhan dasar

  12. Disamping UU No.23/2011, sudah

terdapat Peraturan Pemerintah (PP) nomor

14/2014 tentang pengelolaan zakat, dan untuk penguatan penghimpunan terdapat

instruksi presiden RI Nomor 3 Tahun 2014

tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah melalui Badan

  13. Mengenai pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZNAS semuanya disalurkan pada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq) sebagaimana digambarkan dalam QS. At-Taubah [9] ayat 60. Sebagai contoh, BAZNAS mendayagunakan zakat untuk mustahiq dengan nama yang menggambarkan kenasionalannya dan daerah masing-masing.

  a) Indonesia Peduli untuk menangani musibah-musibah yang terjadi. Mustahiq yang biasanya ada adalah fakir, miskin dan gharimin;

  b) Indonesia Sehat untuk menangani kesehatan mustahiq, baik dengan mendirikan rumah sakit/sehat gratis bagi kaum dhuafa.

  Atau dengan mendatangkan para dokter dengan obat- obatannya ke daerah kantong-kantong kemiskinan. Mustahiq yang menerimanya antara lain fakir, miskin, muallaf, gharimin,

  

c) Indonesia Cerdas untuk menangani masalah-masalah pendidikan, seperti pemberian

beasiswa. Tercatat sampai sekarang BAZNAS sudah menyalurkan untuk 15 ribu beasiswa (SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi). Asnaf yang menerimanya adalah fakir, miskin, muallaf, gharimin, ibn sabil dan sabilillah.

  

d) Indonesia Taqwa untuk menangani kehidupan umat beragama, seperti memberi donasi

bagi para da’i yang dikirim ke daerah-daerah, bekerjasama dengan ormas-ormas Islam

di Indonesia. Termasuk dalam program ini adalah fakir, miskin, muallaf dan sabilillah.

  

e) Indonesia Makmur untuk meningkatkan penghasilan kaum dhuafa melalui pinjaman

tanpa bunga (qardhul hasan) atau donasi langsung yang dikoordinasikan oleh RMB (Rumah Makmur BAZNAS). Juga dilakukan dengan pendidikan keterampilan dan pemberian modal kerja/usaha. Contoh adalah mendirikan peternakan di beberapa daerah. Mustahiq yang menerimanya terutama fakir miskin.

  

f) Pada tahun 2013-2014 ini BAZNAS Pusat dan BAZNAS Daerah bekerjasama dengan

berbagai lembaga sedang mempersiapkan kegiatan pembangunan masyarakat berbasis zakat (Zakat Community Development/ZCD) dengan pendekatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan keagamaan/ketaqwaan. Diharapkan tahun ini terdapat 100 desa di seluruh Indonesia yang di-treatment dengan program ini.

  

Sampai saat ini tercatat jumlah mustahik secara nasional yang dapat

dilayani oleh BAZNAS Pusat dan Daerah serta LAZ seluruh Indonesia

  14.

  14. Mengenai kelembagaan BAZNAS, terdapat hal-hal Mengenai kelembagaan BAZNAS, terdapat hal-hal sebagai berikut: sebagai berikut:

  a) Sejak tahun 2002 sd sekarang, selalu diaudit akuntan publik dengan hasil WTP (wajar tanpa pengecualian).

  b) Sejak tahun 2010 sd sekarang, mendapatkan sertifikat ISO 9001-2008 empat kali berturut-turut.

  c) Mendapatkan penghargaan sebagai Pengelola Keuangan Terbaik kategori Lembaga Non Struktural dari Departemen Keuangan RI tahun 2009.

  d) Tahun 2009, BAZNAS mendapatkan penghargaan The Best Quality Management dari Karim Business Consulting.

  e) Mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Zakat Paling Transparan dan Paling Inovatif dalam Program dari Indonesia Magnificance of Zakat (IMZ) tahun 2011.

  Penutup باوصلاب ملعأ هللاو