BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perusahaan - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kinerja Perusahaan

  Kinerja perusahaan adalah kemampuan sebuah perusahaan mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat memberikan nilai kepada perusahaan tersebut. Dengan mengetahui kinerja perusahaan kita dapat mengukur tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan tersebut. Disamping itu juga penilaian kinerja perusahaan bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu perusahaan.

  Salah satu data untuk melakukan penilaian kinerja perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan nilai buku yaitu berdasarkan rasio-rasio laporan keuangan contohnya Return on

  

Assets, Return on Equity . Sedangkan metode lainnya berdasarkan konsep

  yang dipopulerkan perusahaan konsultan, Stern Stewart dengan

  economic profit

  indikatornya yaitu EVA. Telah banyak penelitian yang mengungkapkan ada faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Faktor ini disebut modal intelektual.

  Perbandingan antara nilai buku yang tercantum di neraca dengan nilai pasar saham dalam jangka panjang suatu perusahaan adalah 1:7. Hal ini terjadi karena masuknya konsep intellectual capital yang menjadi determinan utama dalam meningkatkan nilai suatu perusahaan (Stewart, 2002; Roos and Roos, 1997; Tseng dan Goo, 2005). Nilai suatu perusahaan dapat dilihat dari tingginya harga saham di pasar modal, yang nilainya dapat melebihi nilai buku aktiva atau sumber daya yang sebenarnya dimiliki oleh perusahaan tersebut. Tingkat modal intelektual (Intelletual Capital) akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, yang meliputi produktivitas karyawan, peningkatan skill karyawan, dan peningkatan laba (Brennan, 2001). Adanya jarak yang cukup besar antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku tersebut adalah menarik perhatian peneliti untuk meneliti dan menyelidiki missing value yang tidak dilaporkan dalam laporan keuangan.

  Perusahaan berbasis intelektual akan mempunyai struktur keuangan yang sangat berbeda dengan perusahaan yang berbasis aset fisik. Untuk meyakinkan pendapat ini dapat digunakan perbandingan antara IBM dan Microsoft. Walaupun penjualan IBM lebih besar, Microsoft merupakan perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi. Sejak bulan November 1996, total kapitalisasi pasar yang dimiliki

  IBM adalah $70,7 Miliar, sedangkan Microsoft berjumlah $85,5 Milliar. Aset yang mendasari modal tersebut sama sekali berbeda. Pada awal tahun 1996, nilai bersih aktiva IBM sebesar $16,6 Milliar sedangkan nilai bersih aktiva Microsoft sebesar $930 juta (Stewart, 2002).

2.1.2 Kinerja Keuangan (financial Performance)

  Kinerja (performance) menjadi satu hal penting bagi manajemen, karena kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan organisasi untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya dalam berbagai cara untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Kinerja dapat dibedakan kedalam kinerja keuangan dan kinerja non keuangan (Hansen dan Mowen, 2005). Itulah mengapa kinerja sangat diperlukan di dalam perusahaan. Baik perusahaan yang baru merintis, maupun perusahaan yang sudah established dan mampu bersaing secara kompetitif di dalam persaingan bebas.

  Kinerja keuangan lebih dititikberatkan pada varaibel-variabel yang terkait langsung dengan laporan keuangan. Kinerja perusahaan diuji dalam tiga dimensi.

  Pertama, dimensi produktivitas perusahaan, atau pengolahan input menjadi output secara efisien. Kedua, dimensi profitabilitas, atau tingkat dimana pendapatan perusahaan melebihi biaya yang dikeluarkan. Dimensi ketiga adalah premi pasar, atau tingkat dimana nilai pasar perusahaan melebihi nilai bukunya (Walker, 2001).

2.1.3 Profitabilitas

  Kinerja keuangan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada salah satu dimensi yang diungkapkan oleh Walker (2001) yaitu profitabilitas. Ukuran ini dipilih karena:

  a) Penggunaan laba bersih sebelum pajak mengeliminasi pengaruh setiap perubahan struktur pajak terhadap tingkat laba.

  b) Mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

  SFAC No. 1 disebutkan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang. Dalam laporan keuangan, laba juga merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sehingga perhatian investor seringkali hanya terpusat pada informasi atas laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Pandangan ini menyebabkan manajer akan berusaha memaksimalkan rasio profitabilitasnya (Iswati 2006).

  Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yaitu Return On Assets dan Return On Equity, rasio aktivitas yaitu

  Asset Turn Over.

  a.

  Return On Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

  b.

  Return On Equity (ROE) Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini, maka posisi pemilik perusahaan semakin kuat. c.

  Rasio Perputaran Aktiva (Asset Turn Over) Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dalam jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

2.1.4 Modal Intelektual

  Modal intelektual bisa juga disebut intellectual property, intellectual dan knowledge asset. Namun sebenarnya ketiga istilah tersebut mempunyai

  asset,

  konsep yang berbeda (McConnachie, 1997). Modal intelektual dianggap sebagai pengetahuan dengan nilai yang potensial. Ketika pengetahuan tersebut telah ditegaskan dengan adanya kepemilikan, maka pengetahuan tersebut menjadi

  

intellectual property yang memiliki nilai yang dapat diukur tergantung

  penggunaannya. Pengetahuan yang memiliki nilai tertentu dan penggunaan yang spesifik untuk tujuan tertentu menjadi aset intelektual bagi pemiliknya. Modal intelektual menunjukkan pengetahuan yang ditransformasikan menjadi sesuatu yang bernilai bagi perusahaan, sedangkan aset intelektual atau knowledge asset merupakan pertukaran bentuk bagi produk transformasi pengetahuan tersebut. Dengan demikian dalam istilah akuntansi, aset intelektual berada di sebelah debet aset individual seperti paten, sedangkan modal intelektual berada di sebelah kredit atau total kekayaan organisasi yang diinvestasikan dalam aset intelektual (Iswati, 2006).

  Society of Management Accountants Canada ( SMAC) mendefinisikan

  modal intelektual sebagai item pengetahuan yang dimiliki oleh manusia yang kemudian masuk kedalam perusahaan yang akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang bagi perusahaan. Menurut Stewart (1997) modal intelektual sebagai berikut: 1)

  Modal intektual adalah jumlah semua modal yang diketahui dan diberikan oleh semua orang dalam perusahaan, yang memberikan keunggulan bersaing. 2)

  Modal intelektual adalah materi intelektual - pengetahuan, informasi, hak kekayaan intelektual, pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Modal intelektual penting karena: a.

  Mengakui pergeseran dari era industri ke era informasi.

  b.

  Mengakui bahwa kontributor utama pada nilai perusahaan adalah aktiva tak berwujud.

  c.

  Mengakui bahwa pengetahuan dan informasi terus berkembang. Modal intelektual untuk setiap organisasi memiliki keunikan yang berbeda-beda tergantung pada core business dan core competency. Apabila nilai yang dibentuk dari elemen modal intelektual ini tersaji dalam laporan keuangan, akan mencerminkan keunikan nilai perusahaan tersebut.

2.1.4.1 Pengklasifikasian Modal Intelektual

  Stewart (1997) mengklasifikasikan Modal Intelektual (IC) ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1. Human capital 2.

   Structural capital 3. Customer capital

  Tan et al. (2007) merangkum model pengklasifikasian IC yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, di antaranya adalah: Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model. Model ini mengklasifikasikan IC sebagai akumulasi dari human capital,

  

organisational capital, dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997)

  mengembangkan the Skandia value scheme yang mengklasifikasikan IC ke dalam

  

structural capital dan human capital. Haanes dan Lowendahl (1997)

  mengelompokkan IC suatu perusahaan ke dalam competence dan relational

  resources .

  Metode pengukuran IC dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et

  al

  , 2007), yaitu: 1)

  Kategori yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2)

  Kategori yang menggunakan ukuran moneter Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba mengestimasi nilai uang dari IC, tetapi juga ukuran-ukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan. Berikut adalah daftar ukuran IC yang berbasis non-moneter/kualitatif (Tan et al,. 2007): a) The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992);

  b) Brooking’s Technology Broker method oleh Broker (1996);

  c) The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone (1997);

  d) The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997);

  e) Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997);

  f) The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000); g) Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan h) The Ernest & Young Model (2000).

  Sedangkan model penilaian IC berbasis moneter/kuantitatif yang disebutkan oleh Tan et al., (2007) antara lain:

  (1) The EVA dan MVA model (Bontis et al., 1999); (2) The Market-to-Book Value model (Partanen, 1998); (3) Tobin’s q method (Luthy, 1998); (4) Pulic’s VAIC

  TM

  (5) Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000); dan Model (Pulic, 1998, 2000). (6) The Knowledge Capital Earnings Model (Lev dan Feng, 2001). Tan et al.,(2007) juga menambahkan beberapa pengukuran yang terdapat dalam accounting bodies dan pengukuran-pengukuran yang dikembangkan oleh para praktisi yaitu:

  (a) Human Resource Costing & Accounting (Johanson dan Grojer, 1998); (b) Accounting for the Future (Nash, 1998); (c) Total Value Creation (McLean, 1999); dan (d) The Value Explorer and Weightless Weights (Andriessen dan Tissen, 2000).

2.1.5. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

  Metode VAIC

  TM

  atau Value Added Intellectual Coefficient dikembangkan oleh Pulic (1998). Metode VAIC

  TM

  didesain untuk menyajikan informasi tentang

  value creation efficiency

  dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation).

  VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic 1999 dalam Ulum, 2009:86)

  Outputs (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk

  dan jasa yang dijual di pasar. Inputs (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Peran aktifnya Intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) dalam proses value creation, membuatnya tidak dihitung sebagai biaya. Oleh sebab itu, aspek kunci dalam model Public adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). Hasilnya adalah bahwa VA mengekpresikan the new created wealth of a period. ( Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2007). VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan

  

Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employee

  (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

  Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika satu unit dari Capital Employee

  (CE) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan Capital Employee.

  Dengan demikian, pemanfaatan Capital Employee yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:87).

  Hubungan antara value added (VA) dan human capital (HC) adalah Value

  Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak value added dapat

  dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Sehingga hubungan antara value added dan human capital mengindikasikan kemampuan dari human

  

capital untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan (Tan et al. 2007 dalam

  Ulum, 2009:87). Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic (1998) berargumen bahwa total salary and wage costs adalah indikator dari human capital perusahaan.

  Hubungan antara structural capital coefficient (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. Structural (STVA) mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan

  capital value added

  untuk menghasilkan satu rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai. Structural bukanlah ukuran yang independen sebagaimana human capital, artinya,

  capital

  menurut Pulic (1999), semakin besar kontribusi human capital dalam value , maka akan semakin kecil kontribusi structural capital dalam hal

  creation

  tersebut. Lebih lanjut Pulic (1999) menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000 dalam Ulum, 2009:88)

  Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu

  TM VAIC (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:88).

  Keunggulan metode Pulic adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan.

  Alternatif pengukuran intellectual capital lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lainnya. Konsekuensinya, kemampuan untuk menerapkan pengukuran intellectual capital alternatif tersebut secara konsisten terhadap sampel yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer and Williams, 2003 dalam Ulum 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu No Judul / Peneliti / Tahun Variabel Dependen Variabel Independen Hasil Penelitian

  Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009 / Wahdikorin

  / 2010

  ROA CTA CEE HCE SCE

1 Pengaruh Modal

  VAIC 1.

  Hasil pengujian analisis regresi berganda menunjukkan bahwa secara statistik Capital Employeed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE),

  No Judul / Variabel Variabel Hasil Penelitian Peneliti / Dependen Independen Tahun Value Added of Intellectual

  (VAIC) dan Jenis Capital Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return

  (ROA) on Asset 2.

  Hasil pengujian analisis regresi berganda menunjukkan bahwa secara statistik Human Capital Efficiency (HCE) dan Value Added of Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh signifikan negatif terhadap

  (CTA).

  Cost to Asset Sedangkan Structural Capital (SCE), Capital Efficiency

  (CEE) Employed Efficiency dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap

  (CTA).

  Cost to Asset Analisis ROA

2 Debt Ratio

  Pengaruh ROE Ukuran 1.

  Secara simultan intellectual Intellectual ATO Perusahaan ukuran perusahaan, capital,

  Capital dan berpengaruh positif debt ratio

  Fundamental Intellectual dan signifikan terhadap Perusahaan (ROA).

  Capital return on assets Terhadap Kinerja Sedangkan secara parsial Keuangan Bank debt ratio memiliki pengaruh

  Pembangunan negatif dan signifikan Daerah di terhadap ROA. Indonesia / 2.

  Secara simultan intellectual Titin Arridha capital , ukuran perusahaan,

  Syam Rangkuti / dan debt ratio berpengaruh

  2012 positif dan signifikan terhadap return on equity

  (ROE). Sedangkan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE.

  No Judul / Variabel Variabel Hasil Penelitian Peneliti / Dependen Independen Tahun

  Secara simultan intellectual , ukuran perusahaan, dan capital berpengaruh positif debt ratio dan signifikan terhadap assets (ATO). Sedangkan turn over secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ATO.

  Analisis Kinerja B P I

  VAIC Kinerja perusahaan perbankan

  3 Intellectual ditinjau dari perspektif Capital Terhadap relatif lebih intellectual capital

  

Estimasi Ranking baik pada tahun 2004 dan 2008

Bank Pada dibandingkan dengan tahun Perusahaan 2005, 2006, dan 2007.

Perbankan yang Pada tahun 2004 dan 2008,

Terdaftar di BEI / secara umum kinerja intellectual

  / perusahaan perbankan di Rindy Ermila capital

  BEI masuk dalam kategori good 2010 dengan skor VAIC™ performers masing-masing 2,48 dan 2,12.

  Pada tahun 2005, 2006, dan 2007, secara umum perusahaan perbankan masuk dalam kategori bad performers dengan skor

  VAIC™ masing-masing 0,32; 1,25; dan 1,81. Analisis ROA

  

VAIC

1.

  4 Secara simultan intellectual

Pengaruh capital berpengaruh positif

Intellectual ROE dan signifikan pada α 5%

Capital Terhadap terhadap return on assets

  Kinerja ATO (ROA). Keuangan Bank 2.

  Secara simultan intellectual Pemerintah di berpengaruh positif capital

  Indonesia / dan signifikan pada α 5% terhadap return on equity

  Apriansyah (ROE). Nasution / 2013 3.

  Secara simultan intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan pada α 5% terhadap assets turn over (ATO).

  No Judul / Variabel Variabel Hasil Penelitian Peneliti / Dependen Independen Tahun Memprediksi Kinerja Modal Modal Intelektual tidak

5 Kinerja Keuangan Intelektual berpengaruh terhadap kinerja

  

Keuangan dengan (Profitabili- keuangan bank terbuka di Bursa

Modal Intelektual tas) Efek Indonesia Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta /

  / 2006 Iswati

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro, 2003:44).

  Modal Intelektual diyakini dapat berperan penting dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat tetap bertumbuh dan meningkatkan nilai perusahaan. Ulum (2008), Diez et al. (2010), dan Solikhah (2010) telah membuktikan bahwa IC mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan perusahaan. Penelitian Solikhah (2010) dan Maditinos (2011), belum didapat buktikan bahwa IC mempengaruhi harga pasar dari perusahaan

  TM

  dengan menggunakan VAIC yang diformulasikan oleh Pulic (1998) sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan (corporate intellectual ability).

  Selain itu juga masih terbatasnya penelitian mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan pada bank terbuka di Bursa Efek Jakarta, sehingga peneliti merumuskan model kerangka pemikiran dalam penelitian ini nampak seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Modal Kinerja Intelektual Keuangan

  V A I C ROA ROE ATO

  Dengan berdasar pada kerangka konseptual tersebut, penelitian ini berusaha mencari hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan.

  Dalam pengembangan hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya, dikemukakan suatu hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat hubungan positif antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan. Modal

  TM

  intelektual akan diukur dengan menggunakan VAIC yang terdiri dari capital employed (VACA), human capital (VAHU) dan structur capital (STVA).

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

  1. Modal intelektual perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio return on assets (ROA) pada Bank Terbuka di Indonesia.

  2. Modal Intelektual perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio return on equity (ROE) pada Bank Terbuka di Indonesia.

  3. Modal Intelektual perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio asset turn over (ATO) pada Bank Terbuka di Indonesia.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stres Kerja, Konflik, Dan Gaji Terhadap Turnover Karyawan Pada Choco Bakery

1 1 28

Pengaruh Stres Kerja, Konflik, Dan Gaji Terhadap Turnover Karyawan Pada Choco Bakery

0 0 15

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 MANAJEMEN PEMASARAN - Pengaruh Service Quality(Kualitas Pelayanan) Terhadap Word Of Mouth (Komunikasi Mulut Ke Mulut) Di Sektor Pelayanan Kesehatan

0 0 18

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 29

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Auditing dan Standar Auditing - Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property da

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

1 1 11

Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Glukosa dari Sabut Kelapa Sawit dengan Kapasitas 15.000 Ton/Tahun

0 0 13