BAB II URAIAN TORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi - Employee Relations dan Kepuasan Kerja

BAB II URAIAN TORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi

  Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 1992, hlm. 13).

  Proses komunikasi dapat dibandingkan dengan tata cara produksi dan konsumsi. Proses ini melibatkan produksi makna (production of meaning), melalui penggunaan bahan-bahan mentah yang terdiri dari kata- kata, gambar-gambar, lambang-lambang, dan tindakan-tindakan komunikator, serta konsumsi makna (consumtion of meaning) melalui pendengaran, penglihatan, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang dilakukan oleh khalayak. (Moore, 2005, hlm. 88)

  Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai penyampaian pesan yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada komunikan untuk menciptakan kesamaan pengertian. Lebih lanjut, beberapa ahli memberikan definisi yang beragam mengenai komunikasi.

  Moore (2005) dalam bukunya me jelaskan, “komunikasi melibatkan 3 unsur: pengirim (sender), media komunikasi, dan penerima (receiver). Keefektifan komunikasi bergantung pada ketiga unsur ini. Jika si pengirim tidak kompeten atau pesan yang disampaikan tidak jelas, maka si penerima tidak akan memahami makna dari tanda-tanda yang diberikan, dan proses komunikasi itu pun gagal.” (hlm. 87)

  Everett M Rogers memberikan definisi, “komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Cangara, 1998, hlm. 18)

  Lasswell memberikan sebuah formulasi yang banyak digunakan

dalam ilmu komunikasi yakni “Who Says What in Which Channel to Whom

with What Effect?” yang menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu : a.

  Komunikator ( communicator, source, sender ) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.

  b.

  Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar dan sebagainya.

  c.

  Media (channel) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan.

  d.

  Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

  e.

  Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

  Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah

suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1992, hlm. 10)

  Jika komunikasi dipandang sebagai suatu proses, maka komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.

  Menurut Effendy komunikasi sebagai proses terbagi dua tahap yakni: a.

  Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

  b.

  Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya. (Effendy, 1992, hlm. 11) Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah tergambarkan seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2005, hlm. 20).

  Lebih lanjut, dalam melakukan hubungan komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan pada asas-asas sebagai berikut: a.

  Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan, tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat. b.

  Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu sistem yang lengkap antara manajemen dan karyawan.

  c.

  Papan tertulis harus digunakan untuk menghindari penyimpangan arti yang mungkin terjadi dalam komunikasi lisan.

  d.

  Pesan harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang lazim yang sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan.

  e.

  Media komunikasi harus dipilih dan pesan harus disiapkan oleh komunikator yang berpengalaman. Terutama yang terpenting bahwa komunikasi tentang infomasi penting tidak dipercayakan kepada orang dengan pengalaman komunikasi yang terbatas.

  f.

  Komunikasi jangan secara sengaja disalah gunakan atau disesatkan tetapi harus faktual, saksama, dan tidak memihak.

  g.

  Informasi harus diberikan tepat pada waktunya dan pesan harus disampaikan dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman.

  h.

  Pengulangan adalah penting dalam komunikasi karyawan yang baik. Informasi harus diulang dalam cara yang berlainan agar mudah dipahami. i.

  Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah dipahami. j.

  Tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus diserahkan kepada staf humas. ( Moore, 2005, hlm.

  350)

2.1.2 Public Relations

  Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “ humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. (Anggoro, 2002, hlm. 2)

  Grunig dan Hunt (1984) mengatakan, “public relations (PR) adalah usaha untuk memanajemen penyebarluasan informasi antara individu atau organisasi dan publik,” (hlm. 6e) dan Fraser P. Seitel (2007) menjelaskan, “public relations juga berkaitan dengan usaha suatu organisasi atau individu meningkatan perhatian khalayaknya menggunakan topik kepentingan umum dan berita yang secara tidak langsung membutuhkan bayaran.” (hlm. 10e)

  Studi yang dilakukan oleh Gina Furia Rubel di tahun 2007 menjelaskan bahwa sasaran dari public relations sebuah perusahaan secara umum adalah untuk mempersuasi publik, investor, partner, karyawan, dan orang-orang yang memiliki kepentingan untuk mengubah pandangannya mengenai perusahaan, kepemimpinannya, produk, atau keputusan politisnya. Aktivitas umum termasuk berbicara dalam pertemuan, memenangkan penghargaan industri, bekerja dengan pers, dan komunikasi karyawan.

  Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978 telah menetapkan humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.

  (Anggoro, 2002, hlm. 2) Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public

  relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah: a.

  Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, b.

  Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada organisasi, c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi kepentingan umum, d.

  Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumastuti, 2002, hlm.

  23-24) Menurut Jefkins (1992), public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (hlm. 9) Jefkins (2005) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu: a.

  Keterbukaan pihak manajemen, b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai, c.

  Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172)

2.1.3 Komunikasi Organisasi

  Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal. (Sendjaja, 1994)

  Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling berubah-ubah. (Arni Muhammad, 2002, hlm. 67) Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 33)

  Proses komunikasi memiliki peranan penting di dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi sebuah organisasi dapat melakukan berbagai kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang diutarakan oleh Redding dan Sanborn, "Communication organization

  

is sending and receiving information in complex organizations. Included

in this field is communication Internally, human relations, union relations

managers, communication downward or communication from superiors

upward communication/communication from subordinates to superiors,

horizontal communication or communications of people–people in the

same level, listening, writing, and communication evaluation program ”.

  (Masmuh, 2008, hlm. 5) Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan pernyataan Roger (1976), “komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam organisasi. Komunikasi meliputi seluruh kegiatan dalam organisasi yang dapat menghasilkan alat kerja yang penting di mana akan timbul saling pengertian serta kerjasama di antara anggota organisasi.” (hlm. 6)

  Aliran informasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 170) Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal aliran informasi dalam organisasi. Keempat aliran informasi itu adalah: a.

  Komunikasi ke bawah, yaitu dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen. (hlm. 184) Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah; pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction); penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan (job retionnale); penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices); pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5) b. Komunikasi ke atas, dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). (Pace dan Faules, 2001, hlm. 189) Semua karyawan dalam perusahaan kecuali pimpinan mungkin akan melakukan komunikasi ke atas. Meminta informasi kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi, memberikan permohonan atau komentar merupakan alasan tujuan dari komunikasi ini. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah, penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan; penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan; penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan; penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5) c.

  Komunikasi horizontal, komunikasi ini terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 195) Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah; memperbaiki koordanasi tugas; upaya pemecahan masalah; saling berbagi informasi; upaya memecahkan konflik; dan membina hubungan melalui kegiatan bersama.

  d.

  Komunikasi lintas saluran, komunikasi ini muncul dari keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.

  Empat aliran informasi yang telah disebutkan di atas merupakan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan ke empat aliran informasi tersebut juga terdapat dalam kegiatan employee relations.

  Secara fungsional kegiatan komunikasi di dalam suatu perusahaan adalah:

  • Untuk memepngaruhi setiap tindakan ke arah kemajuan dan kesejahteraan perusahaan (the welfare of the enterprise).
  • Komuniksi adalah sesuatu yang penting untuk meningkatkan fungsi manajerial di perusahaan secara internal (internal functioning). (Harold Koontz 1990)

2.1.4 Employee Relations

  Lewis, Thornhill, dan Saunders (2003) menjelaskan bahwa pada awalnya employee relations merupakan bidang studi yang lebih dikenal dengan nama Industrial Relations namun telah mengalami perubahan definisi yang dapat dikatakan menjadi lebih luas. Industrial relations menjadi lebih dikenal dengan istilah employment relations atau employee

  relations menimbang pemakaian istilahnya pada hubungan karyawan non-

  industri. (hlm.3) Menurut Kasali (1990), sasaran humas adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, salah satunya adalah hubungan dengan karyawan (employee relations) sebagai publik internal. Rhenald Kasali mengatakan bahwa, public relations adalah suatu pendekatan strategis dengan menggunakan konsep- konsep komunikasi dengan cara membujuk (persuasive). Tugas public relations adalah membina hubungan yang baik dengan berbagai pihak. (hlm. 284)

  Employee relations merupakan kegiatan penting dari internal public relations seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992), bahwa publik internal atau employee

  relations tersebut sama pentingnya dengan external public relations,

  karena kedua bentuk hubungan masyarakat tersebut diumpamakan sebagai dua sisi mata uang yang mempunyai arti yang sama dan saling terkait erat satu sama lain.

  Inti dari kegiatan employee relations dapat kita pahami dari definisi

  employee relations oleh Yulianita (2005), “Employee relations yaitu

  kegiatan public relations untuk memelihara hubungan, khususnya antara manajemen dengan para karyawannya.”(hlm. 59) Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah: a.

  Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

  b.

  Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada orgaisasi.

  c.

  Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi kepentingan umum.

  d.

  Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumawati, 2002, hlm.

  23-24) Studi yang dilakukan Moore pada tahun 2005 menjelaskan bahwa koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting. Kegagalan dalam menyajikan informasi kepada karyawan tentang kebijakan dan perkembangan perusahaan yang memengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat. (hlm. 347)

  Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah penting. (Moore, 1988, hlm. 5)

  Cutlip, Center dan Broom (1985) dalam buku Effective Public

  

Relations mengatakan, “No organization relationship are as important as

those with employee all levels ”. (hlm. 311) Pernyataan tersebut

  mengatakan bahwa, tidak ada hubungan komunikasi yang lebih penting dari hubungan antar karyawan pada semua tingkatan. Tujuan kegiatan

  

employee relations adalah untuk mengenal, menyusun, dan kemudian

  memelihara hubungan yang harmonis antara organisasi dengan para karyawannya, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.

  Sebagaimana bahwa employee relations adalah merupakan salah satu bentuk dari aktivitas internal public relations, maka berkaitan dengan itu Frank Jefkins mengatakan bahwa, “internal public relations is

  

therefore one of the keys to successful management, requiring open

management and closing the gap between the two sides .” Dengan

  demikian berarti bahwa, internal public relations kemudian menjadi salah satu kunci menuju manajemen sukses, menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah antara manajemen dan karyawan. (Jefkins, 1994, hlm. 355)

  Jefkins (2005) dalam bukunya menyebutkan ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu: a.

  Keterbukaan pihak manajemen.

  b.

  Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai. c.

  Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172) Dengan kata lain, rapat juga merupakan usaha untuk melakukan koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi agar tidak muncul kesalah pahaman, desas-desus palsu atau bahkan kecaman yang dapat memengaruhi hubungan publik internal.

2.1.5 Kepuasan Komunikasi Organisasi

  Pace dan Faules (2001) menjelaskan kepuasan adalah suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam komunikasi berarti anda merasa nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam organisasi. Kenyamanan memiliki kecenderungan, dalam hal ini kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai cara-cara pelaksanaan terbaru, yang sering kali gagal menghasilkan peningkatan kinerja tugas. Sedangkan Redding menyebutkan bahwa kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. (hlm. 162-165)

  Arni Muhammad (2002) mendefinisikan, “kepuasan komunikasi karyawan adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.” (hlm. 88)

  Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi dilakukan oleh Downs dan Hanzen sebagai bagian dari usaha mereka untuk mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi. Mereka mengidentifikasi delapan dimensi kepuasan komunikasi yang stabil, yaitu: a.

  Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi, b.

  Sejauh mana para pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan, c. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu, d.

  Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.

  e.

  Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas, f.

  Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai, g.

  Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan pimpinan, h.

  Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

  Menurut Down, kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi. Kuesioner ini terbukti merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk meninjau komunikasi organisasi.(Pace dan Faules, 2001, hlm. 164)

2.2 Kerangka Konsep

  Menurut Nawawi (1995), kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesa. (hlm. 40)

  Employee relations yang meliputi rapat rutin melibatkan seluruh hubungan

  komunikasi antar publik internal perusahaan (pihak perusahaan dan karyawan) baik horizontal maupun vertikal. Dengan kata lain kegiatan employee relations meliputi bentuk komunikasi downward (dari pihak perusahaan ke karyawan), upward (dari karyawan ke pihak perusahaan), dan linear (sesama karyawan).

  Gambar 2.1 Kerangka konsep

EMPLOYEE RELATIONS: KEPUASAN

  1. Downward KOMUNIKASI

  2. Upward

  3. Linear KARAKTERISTIK RESPONDEN

2.3 Variabel Penelitian

  Dari kerangka konsep yang ada maka dapat ditarik variabel penelitian sebagai berikut: Tabel 2.1

  Variabel Penelitian

  VARIABEL

VARIABEL OPERASIONAL TEORITIS

  

Variabel Bebas (X)

  Downward

  Employee

  Upward

  Relations

  Linear

  

Variabel Terikat (Y)

  Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak

  Kepuasan kepada organisasi. Komunikasi

  Sejauh mana para pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan- persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu.

  Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi linear yang cermat dan mengalir bebas. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai. Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan mempeerkirakan kebutuhan pimpinan. Sejauh mana karyawan merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

2.4 Definisi Operasional

  Definisi operasional menurut Singarimbun dan Effendi (1995) merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai bagaimana cara mengukur suatu variabel. (hlm. 46)

  Untuk menggambarkan definisi operasional secara lengkap dan rinci maka akan dibuat ke dalam tabel operasionalisasi konsep sebagai berikut: Tabel 2.2

  Operasionalisasi konsep Pengukuran variabel dan indikator employee relations dan kepuasan komunikasi.

VARIABEL DIMENSI

  INDIKATOR SKALA Variabel Bebas (X)

  Employee Relations

  3. Cukup (3-4 kali)

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Informasi yang disampaikan oleh pimpinan mengenai kebijakan perusahaan, aktivitas dan pengembangan disampaikan

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Atasan memberikan konsultasi dan informasi mengenai kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pekerjaan karyawannya.

  2. Jarang (1-2 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  Downward Atasan bersikap bijaksana dan tidak mempermalukan karyawan di depan publik.

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Atasan terlihat memiliki kepercayaan dan kejujuran dalam menyampaikan pesan-pesan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Atasan memberikan pesan-pesan yang dapat memotivasi karyawan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah dengan jelas dan dapat dimengerti.

  Upward Karyawan dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya kepada pimpinannya dengan terbuka.

  3. Cukup (3-4 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Karyawan dapat memberikan saran sebagai masukan untuk pengambilan

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Setiap informasi yang diterima dari karyawan dipandang cukup penting oleh pimpinan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Suasana yang terbuka mewarnai hubungan komunikasi dari karyawan ke pimpinan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Atasan mendengarkan dengan sikap terbuka terhadap saran-saran dan laporan masalah yang disampaikan karyawan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  2. Jarang (1-2 kali) suatu eputusan oleh pimpinan.

  1. Tidak pernah Atasan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menyampaikan saran-saran perbaikan.

  3. Cukup (3-4 kali)

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Karyawan memperoleh informasi dengan mudah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dari

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Suasana yang terbuka mewarnai hubungan komunikasi antar sesama karyawan

  2. Jarang (1-2 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  1. Tidak pernah Karyawan dan rekan kerja dapat saling berkonsultasi membahas masalah mengenai pekerjaan.

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  5. Sangat sering (7-8 kali)

  Karyawan mendapatkan kesempatan untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerja.

  1. Tidak pernah Linear

  2. Jarang (1-2 kali)

  3. Cukup (3-4 kali)

  4. Sering (5-6 kali)

  1. Tidak pernah rekan kerja. Dalam berkomunikasi

  5. Sangat sering (7-8 kali) karyawan

  4. Sering (5-6 kali) merasakan adanya

  3. Cukup (3-4 kali) rasa saling

  2. Jarang (1-2 kali) pengertian antar

  1. Tidak pernah sesama rekan sekerja.

  Variabel Terikat (Y)

  Pesan-pesan yang Sejauh disampaikan oleh mana pimpinan dapat

  5. Sangat puas komunikasi membantu

  4. Puas dalam karyawan dan

  3. Cukup puas membuat karyawan organisasi

  2. Tidak puas memotivasi merasa telah

  1. Sangat tidak puas dan menjadi bagian penting bagi merangsang para perusahaan

  Kepuasan karyawan Komunikasi antara Komunikasi untuk karyawan dengan

  memenuhi pimpinan atau

  5. Sangat puas tujuan dengan rekan

  4. Puas organisasi sekerja memiliki

  3. Cukup puas dan untuk pengaruh terhadap

  2. Tidak puas berpihak komitmen

  1. Sangat tidak puas kepada karyawan terhadap organisasi. tujuan berkinerja tinggi.

  Sejauh Kesediaan

  5. Sangat puas mana para pimpinan

  4. Puas pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengark an dan menawarka n bimbingan untuk memecahka n persoalan- persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. mendengarkan secara berkesinambungan dan berwawasan luas mengenai semua saran atau laporan masalah yang disampaikan oleh karyawan.

  3. Cukup puas

  2. Tidak puas

  5. Sangat puas

  Karyawan merasa puas terhadap

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  1. Sangat tidak puas Karyawan merasa cukup dalam menerima informasi yang berkaitan dengan peraturan atau kebijakan perusahaan.

  3. Cukup puas

  2. Tidak puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  Karyawan merasa cukup dalam menerima informasi berkaitan dengan pekerjaan.

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  1. Sangat tidak puas Kesediaan pimpinan untuk menawarkan bimbingan kepada karyawan untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

  4. Puas pertemuan- pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. kecukupan komunikasi yang diterima dalam lingkungan komunikasinya.

  3. Cukup puas

  1. Sangat tidak puas Komunikasi antara karyawan dengan rekan sekerja selalu mengalir bebas dan terbuka.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  Kemudahan karyawan untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan.

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  2. Tidak puas

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  Karyawan dapat berkomunikasi dengan rekan sekerja mengenai desas desus yang muncul dalam lingkungan kerja.

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi linear yang cermat dan mengalir bebas.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  1. Sangat tidak puas Informasi yang disampaikan melalui media penyampaian pesan, dapat dimengerti dengan jelas.

  1. Sangat tidak puas Informasi mengenai 5. Sangat puas suatu keseluruhan memadai. perusahaan disampaikan dengan cepat dan jelas.

  4. Puas

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana karyawan merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  1. Sangat tidak puas Karyawan puas atas penilaian pimpinan mengenai kinerja karyawan.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  Karyawan puas terhadap sistem penilaian yang digunakan untuk menilai karyawan.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  1. Sangat tidak puas Karyawan selalu tertarik terhadap setiap informasi yang di sampaikan oleh pimpinan.

  2. Tidak puas

  3. Cukup puas

  4. Puas

  5. Sangat puas

  Karyawan dapat memahami setiap informasi yang diberikan oleh pimpinan.

  1. Sangat tidak puas Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan mempeerkir akan kebutuhan pimpinan.

  2. Tidak puas

  1. Sangat tidak puas

2.5 Hipotesis

  Sebagai asumsi awal penelitian maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut: H : Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam bentuk rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.

  H a : Terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam bentuk rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.

  Dalam bentuk statistik dapat dituliskan sebagai berikut: H a :

  ≠ 0 H :

  = 0

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Persaingan Sesama Merek (Intrabrand) dikaitkan Dengan Pembatasan Perdagangan Secara Vertikal

0 0 17

BAB II PENGATURAN TENTANG PERBUATAN ORANG YANG DENGAN SENGAJA TIDAK MELAPORKAN ADANYA TINDAK PIDANA MENGUASAI NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NARKOTIKA A. Narkotika - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tinda

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Kepolisian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Wilayah Hukum POLRES Tobasa)

0 1 43

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisis Bakteri Coliform Pada Air Minum Dengan Menggunakan Metode Most Probable Number (Mpn)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Sirih Merah (Piper ornatum N). - Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper ornatum N) Asal Pematang Siantar

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Jumlah dan Lokasi Halte Monorel dengan Model Set Covering Problem(Studi Kasus: Rencana Pembangunanan Monorel Medan- Koridor I)

1 3 33

BAB I PENDAHULUAN - Penentuan Jumlah dan Lokasi Halte Monorel dengan Model Set Covering Problem(Studi Kasus: Rencana Pembangunanan Monorel Medan- Koridor I)

0 0 7

PENENTUAN JUMLAH DAN LOKASI HALTE MONOREL DENGAN MODEL SET COVERING PROBLEM (STUDI KASUS : RENCANA PEMBANGUNAN MONOREL MEDAN- KORIDOR I) TUGAS AKHIR - Penentuan Jumlah dan Lokasi Halte Monorel dengan Model Set Covering Problem(Studi Kasus: Rencana Pembang

0 3 12

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 0 32