Soal dan Jawaban UAS Teori Hukum Kelas A 2011 2012

UNIVERSITAS DIPONEGORO

  Program studi Megister Kenotariatan Ujian Akhir Semester

  Mata Kuliah TEORI HUKUM Rabu, 18 Januari 2012

  Waktu 120 menit

  

(OPEN BOOK EXAM)

  Dosen Prof. Dr. Yusriyadi, SH. MS ===============================================================

  Petunjuk : a. Berikut ini ada soal-soal ujian yang harus dikerjakan oleh para Mahasiswa.

  b. Dari 10 (Sepuluh) Soal yang tersedia, Pilih dan Kerjakan 7 (tujuh) soal saja, dan pengerjaan dibuat secata berurutan mulai dari nomor kecil ke nomoor besar.

  c. Jawaban hendaknya sistematis, jelas selengkap mungkin, menggambarkan keteraturan berpikir, tulisan rapi-terbaca (tidak mengesankan pengerjaan yang tergesa-gesa)

  ===============================================================

  

1. Pada masa-masa awal perkembangan Ilmu Pengetahuan, terdapat 2 (dua) pemikiran

Paradigmatik yang sudah menjadi Klasik yakni Paradigma ARISTOTELIAN dan Paradigma GALILEAN. Jelaskan masing-masing, sehingga nampak perbedaannya diantara dua Paradigmatik tersebut ? JAWAB : Paradigma Aristotelian dikenal dengan konsep Theologic Finalistic yaitu

  Pandangan mengenai Ketuhanan. Tuhan mengandung esensi atau tujuan yang selalu abadi. Hukum dipandang sebagai sebagai MORAL (NILAI) yang tidak terbantahkan. Pokok-pokok pemikiran Aristoteles adalah :

  • - Alam semesta tercipta secara final sempurna sejak awal mulanya;

  Mengakui adanya Pencipta alam semesta beserta seluruh isinya, termasuk - manusia. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan maksud dan tujuan yag sempurna; Memandang hukum sebagai nilai moral, yaitu sebagai nilai yang tidak - terbantahkan (terberi/given), diterima begitu saja (taken for granted); Hukum adalah penerapan Penguasa tidak tergantung dengan pandangan manusia; - Pandangan manusia tentang Keadilan tidak sama, sehingga seolah-olah tidak ada - Hukum Kodrat Asli; Hukum Kodrat, Hukum yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai - selaras dengan Kodrat manusia.

  Paradigma Galilean dikenal dengan konsep Mekanistik Kausalistik yaitu

  berpandangan bahwa alam semesta sebagai himpunan variable yang interaktif dalam jaringan kausalitas. Pokok-pokok pemikiran Galilea adalah : Himpunan variable yang interaktif adalah variabel-variabel yang berlaku secara -

  • - Berlangsung tanpa mengenal titik henti dalam obyektif di luar rencana/kehendak
  • - Hubungan antar variable berlangsung dalam ranah indrawi yang dapat disimak

  siapapun;

  sebagai sesuatu yang factual;

  • - Delik-delik Ilmu Alam itu oleh filsuf juga seorang ilmuwan bernama Augusto
  • - Dengan Asumsi, kehidupan seseorang dalam masyarakat tunduk kepada hukum alam. Maka hal inilah yang memunculkan pemikiran positivisme.
  • - Perilaku kebersamaan/gotong royong sebagai pencerminan fungsi sosial hak atas
  • - Pemanfaatan tanah sebagai penghidupan pokok masyarakat berupa tanah
  • Asas kepemilikan atas tanah berubah dari fungsi sosial ke fungsi Individu;
  • Perubahan ini menyebabkan fungsi kepemilikan tanah menjadi semakin
  • Tanah dijadikan sebagai obyek spekulasi dan komoditas ekonomi dalam rangka memperoleh keuntungan secara individu;
  • Fungsi sosial hak atas tanah sering diaktualisasikan sebagai identik dengan

  Comte, dipakai untuk mengetahui hubungan sosial seseorang dalam masyarakat;

  

2. UUPA 1960, dihadapkan pada perkembangan sosial, ekonomi dan politik yang

berbeda dengan realitas sosial pada saat UUPA 1960 dibentuk. Jelaskan realitas- realitas sosial yang mendasari UUPA 1960 dibentuk ? Bagaimana realitas sosial berkenaan dengan intensifnya perubahan sosial ? JAWAB :

  UUPA 1960 dibentuk dengan rancangan Konsepsi Hukum Tanah Nasional yang mana Konsepsi Hukum Tanah Nasional pada hakikatnya adalah Konsepsi Hukum Adat yang diangkat pada tingkat nasional. Menurut konsepsi hukum adat, semua hak atas tanah bukan hanya berisikan wewenang, melainkan juga kewajiban untuk memanfaatkannya. Konsep ini dikenal dengan asas Komunalistik-Religius yang memungkinkan penggunaan bagian-bagian tanah bersama sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat Indonesia, baik secara individu atau bersifat pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Dari konsep dasar ini, tercermin dalam kehidupan realita sosial masyarakat terhadap pemahaman ideal hak dan fungsi sosial tanah berupa :

  tanah, Pasal 5 yang mengatur mengenai Hak Ulayat;

  pertanian, halmana menunjukan pembentukan UUPA 1960 didasarkan pada pemahaman bahwa Indonesia sebagai negara Agraris sehingga masyarakatnya pun sebagai masyarakat yang agraris. Hal ini tercermin dalam program

  Landreform di Indonesia

  Munculnya nilai-nilai sosial baru dalam realita sosial masyarakat yang berbeda dengan nilai sosial lama yang dianut dalam UUPA 1960, menyebabkan

  berdimensi Ekonomis, antara lain dengan ditandai harga tanah yang semakin

  membumbung naik;

  Fungsi Kepentingan Umum

  • Terjadinya alih fungsi tanah dari tanah pertanian menjadi fungsi sebagai lahan Industri.

  

3. Dalam teori hukum terdapat berbagai aliran, diantaranya adalah POSITIVISME

HUKUM yang dibedakan menjadi POSITIVISTIS – ANALISTIS (ANALYTICAL JURISPRUDENCE) dan aliran HUKUM MURNI ( REINE RECHTSLEHRE / THE PURE THEORY of LAW). Jelaskan pokok-pokok pemikiran aliran tersebut dan sebutkan pula nama tokoh-tokohnya ? JAWAB :

  Pokok-pokok pemikiran aliran Positivistis Analistis (Analytical Jurisprudence) adalah :  Tidak di dasarkan penilaian baik dan buruk, karena penilaian tersebut berada diluar bidang hukum;  Memisahkan antara Moral dan Hukum  Hakikat dari hukum adalah Perintah dari Kekuasaan yang berdaulat;  Kedaulatan berada diluar hukum, baik didalam politik dan sosiologis masyarakat yang tidak perlu dipersoalkan karena merupakan sebuah kenyataan;  Memberikan ruang bagi hukum yang hidup dalam msyarakat;  Konsep Hukum bersumber dari kekuasaan yang berdaulat dari negara;  Diluar dari kekuasaan yang berdaulat bukan merupakan sumber hukum.  Satu-satunya obyek ilmu hukum adalah HUKUM POSITIF dan membatasi diri pada analisa hukum positif, sehingga disebut sebagai POSITIVISTIS ANALISTIS.

  Tokoh dalam aliran ini adalah John Austin, Theo Huijbers, H.C. Bredemeier Pokok-pokok pemikiran aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre / The Pure Theory

  of Law) adalah :

   Mengembangkan teori umum tentang hukum yang meliputi 2 (dua) aspek penting yaitu Aspek Statis (Nomostatics) yaitu dengan melihat perbuatan yang diatur oleh hukum, dan Aspek Dinamis (Nomodinamic) yaitu dengan melihat hukum yang mengatur perbuatan tertentu;  Ingin memurnikan ilmu hukum dari unsur-unsur yang bersifat Metajuridis (Metafisis tentang Hukum), karena yang bersifat Metajuridis itu subyektif;  Ilmu Hukum agar disebut ilmu maka harus dipisahkan dari METAJURIDIS.  Hipotesa yang digunakan adalah Hipotesa Yuridis, yaitu suatu norma dasar, yang dibangun dengan Analistis-Logis berdasarkan cara berpikir Yuristik Aktual;  Konsisten terhadap metodenya yang terkait dengan masalah konsep-konsep dasar, norma hukum, hak hukum, kewajiban hukum dan hubungan hukum antara negara dan hukum. Tokoh dalam aliran ini adalah Hans Kelsen, Hanz Nawiasky, Stanley L. Poulson

  

4. GUSTAV RADBRUCH menyebut adanya nilai-nilai dasar hukum yakni KEADILAN, KEGUNAAN dan KEPASTIAN HUKUM. Jelaskan bagaimanakah hubungan masing-masing nilai dasar hukum tersebut ! JAWAB : Nilai dasar hukum tersebut adalah: keadilan, kegunaan dan kepastian hukum. mereka terdapat suatu Spannungsverhaltnis (ketegangan), oleh karena di antara ketiga nilai dasar hukum tersebut masing-masing mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lainnya, sehingga ketiganya mempunyai potensi untuk saling bertentangan. Seandainya lebih cenderung berpegang pada nilai kepastian hukum atau dari sudut peraturannya, maka sebagai nilai ia segera menggeser nilai-nilai keadilan dan kegunaan. Karena yang penting pada nilai kepastian itu adalah peraturan itu sendiri. Tentang apakah peraturan itu telah memenuhi rasa keadilan dan berguna bagi masyarakat adalah di luar pengutamaan nilai kepastian hukum. Begitu juga jika lebih cenderung berpegang kepada nilai kegunaan saja, maka sebagai nilai ia akan menggeser nilai kepastian hukum maupun nilai keadilan, karena yang penting bagi nilai kegunaan adalah kenyataan apakah hukum tersebut bermanfaat atau berguna bagi masyarakat. Demikian juga halnya jika hanya berpegang pada nilai keadilan saja, maka sebagai nilai ia akan menggeser nilai kepastian dan kegunaan, karena nilai keadilan tersebut tidak terikat kepada kepastian hukum ataupun nilai kegunaan, disebabkan oleh karena sesuatu yang dirasakan adil belum tentu sesuai dengan nilai kegunaan dan kepastian hukum.

  

5. Jelaskan jalan pikiran untuk melakukan ANALOGI ? Sebutkan pula contoh

Pasalnya dalam KUH Perdata ? JAWAB : Metode Penafsiran Analogi adalah penafsiran suatu peraturan hukum dengan

  memberi pada kata-kata dalam peraturan tersebut sesuai dengan azas hukumnya sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak termasuk kedalamnya dianggap sesuai dengan bunyi peraturan tersebut karena ada kesamaan .

  Pada Pasal 1576 KUH Perdata yang mengatur mengenai Penjualan barang

  disewakan, Penjualan barang yang disewa tidak memutuskan sewa menyewa kecuali apabila diperjanjikan;. Apabila misalnya seseorang menghibahkan rumah miliknya kepada orang lain sedangkan rumah tersebut dalam keadaan disewakan kepada orang lain. Berdasarkan persamaan yang ada dalam perbuatan memberi (hibah), menukar, mewariskan dengan perbuatan menjual, dan persamaan itu adalah perbuatan yang bermaksud mengasingkan suatu benda, maka hakim membuat suatu pengertian, bahwa pengasingan (menukar, mewariskan) tidak memutuskan (mengakhiri) sewa menyewa.

  Pasal 1576 KUH Perdata walau hanya menyebut kata, ”menjual” masih juga dapat diterapkan pada peristiwa hibah, menukar dan mewariskan. Namun oleh Scholten konstruksi hukum seperti diatas tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Konstruksi itu harus meliputi bahan-bahan yang positif (Contructive moet de

  positive stof dekken). Yang dimaksud dengan bahan-bahan positif adalah sistem

  materil undang-undang yang sedang berlaku. Konstruksi itu harus didasarkan atas pengertian-pengertian hukum yang memang ada dalam undang-undang yang bersangkutan dan menjadi dasar undang-undang yang bersangkutan. Konstruksi tidak boleh didasarkan atas anasir-anasir (elemen-elemen) diluar sistem materil positif.

  

6. Grundnorm menurut Hans Kelsen dianggap terlepas dari susunan norma-norma

lainnya (Undang-Undang Dasar, Undang-undang dan Peraturan-peraturan).

  Benarkah demikian. Jelaskan ? JAWAB : Stufenbau Theory Hans Kelsen menjelaskan bahwa Norma dasar hukum (Grundnorm) merupakan wujud dari konstitusi yang pertama yang dimiliki dan

  ditetapkan oleh individu atau semacam majelis sebagai otoritas legislator pertama pada saat kedaulatan sebuah negara terwujud. Grundnorm (Norma Dasar) ini tidak dibuat dalam prosedur hukum oleh organ pembuat hukum. Norma ini valid tidak karena dibuat dengan cara tindakan hukum, tetapi valid karena di presuposisikan

  valid ( trancedental-logical presuposition ). Validitas konstitusi pertama adalah

  presuposisi terakhir, postulat yang final, dimana validitas semua norma dalam tata aturan hukum bergantung kepadanya. Presuposisi valid adalah Presuposisi norma dasar kedalam tata aturan hukum (konstitusi) suatu negara. Jadi grundnorm adalah norma dasar yang dipreposisikan dalam tata aturan hukum suatu negara. Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm inilah semua peraturan hukum disusun dalam satu kesatuan secara hierarkhis.

  

7. Akhir-akhir ini banyak ditemui, bahwa hak milik atas tanah dimaknai sebagai hak

Individual semata dan seakan mengabaikan Fungsi Sosial. Dapatkah pernyataan ini dibenarkan ? Beri penjelasan lebih lanjut.

  JAWAB :

  Munculnya nilai-nilai sosial baru dalam realita sosial masyarakat berdampak pada asas kepemilikan atas tanah berubah dari fungsi sosial ke fungsi Individu. Perubahan ini menyebabkan fungsi kepemilikan tanah menjadi semakin berdimensi Ekonomis, antara lain dengan ditandai harga tanah yang semakin membumbung naik. Tanah dijadikan sebagai obyek spekulasi dan komoditas ekonomi dalam rangka memperoleh keuntungan secara individu. Fungsi sosial hak atas tanah sering diaktualisasikan sebagai identik dengan Fungsi Kepentingan Umum. Terjadinya alih fungsi tanah dari tanah pertanian menjadi fungsi sebagai lahan Industri.

  

8. Jelaskan perbedaan antara the common law system dengan the civil law system.

  Indonesia mengikuti sistem yang mana ? beri argumentasinya.

  JAWAB : Perbedaan :

  

The Civil Law System The common Law System

1. Lahir dari tradisi hukum negara-negara

  1. Lahir dari tradisi hukum negara-negara Eropa Kontinental yang berdasarkan Anglo Saxon yang berdasarkan pada yang menganggap bahwa Hukum semata-mata pada hukum tertulis, adalah sama dengan Undang-undang keputusan Hakim lebih dianggap sebagai dan didasari pada kepastian hukum hukum yang sesungguhnya daripada

  

2. Dari sisi pelembagaan, Rechstaat hukum tertulis. Oleh karena itu dituntut

memiliki karakter Administratif. untuk membuat hukum-hukum sendiri

3. Dari sisi titik berat pengoperasian civil melalui Yurisprudensi.

  Law system lebih mengutamakan

  2. Dari sisi pelembagaan, Rule of Law prinsip Wetmatigheid yang kemudian memiliki karakter Yudisial. disamakan dengan Rechtmatigheid

  3. Dari sisi titik berat pengoperasian Rule of Law lebih mengutamakan Equality before the Law.

  Sistem Hukum Indonesia telah banyak mengalami perubahan sejak proklamasi hingga sekarang. Pada prinsipnya Sistem Hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh The Civil Law System, tetapi tidak secara murni menganut sistem tersebut. Pandangan ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

  a. Sejarah Hukum di Indonesia

  Sejarah hukum di Indonesia tidak bisa lepas dar pengaruh Hukum Belanda sebagai negara yang telah menjajah Indonesia hingga 350 tahun. Sedangkan Belanda sebagai salah satu bagian dari Eropa Kontinental menganut The Civil Law System. Kemudian lebih dipertegas lagi pada Pasal 2 Aturan Peralihan, yang memberikan ruang kosong untuk memberlakukan sistem hukum lama yang belum diatur dalam sistem yang baru.

  b. Penegakkan Hukum

  Pada penegakan hukum di Indonesia jelas sekali menggambarkan permberlakuan The Civil Law System, dengan mengedepankan Keadilan yang Prosedural dan Kepastian Hukum sebagai ciri khusus dari sistem tersebut.

  c. Sistem Ketatanegaraan Indonesia

  Pasca Amandemen UUD 1945, sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia sangat dipengaruhi oleh The Common Law System, walaupun secara prinsipiil masih mendasarkan pada The Civil Law System. Dengan Perubahan pada Batang Tubuh UUD Negara Republik Indonesia, memasukan lembaga-lembaga yang tidak dikenal dalam The Civil Law System, misalnya Mahkamah Konstitusi, KPU, KPK

  

9. Abad XIX, sering juga disebut Abad Kodifikasi. Mengapa demikian ? Jelaskan pula

bagaimana pengaruhnya terhadap pandangan mengenai fungsi Hakim pada waktu itu! JAWAB :

  Pada abad ke XIX disebut sebagai abad kodifikasi disebabkan :

  a. Sebagai reaksi terhadap ketidakpastian dan ketidak seragaman hukum kebiasaan yang terjadi pada abad tersebut. Usaha untuk penyeragaman hukum dengan jalan kodifikasi yang menuangkan hukum secara lengkap dan sistematis dalam kitab undang-undang. b. Pada abad ini Undang-undang dijadikan sebagai satu-satunya sumber hukum , yang dianggap cukup lengkap dan jelas, yang berisi semua jawaban terhadap semua persoalan hukum. Fungsi Hakim pada era kodifikasi ini hanya sebagai corongnya undang-undang (Bouche de la loi). Hakim hanya berkewajiban untuk menerapkan peraturan hukum pada peristiwa yang kongkrit dengan bantuan metode penafsiran terutama penafsiran gramatikal.

10. Antara Keadilan dan Kepastian Hukum, sering terjadi hubungan ketegangan.

  dapatkah pernyataan ini dibenarkan ? JAWAB :

  Diantara nilai Keadilan dengan Kepastian Hukum tersebut masing-masing mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lainnya, sehingga keduanya mempunyai potensi untuk saling bertentangan. Seandainya kita lebih cenderung berpegang pada nilai kepastian hukum atau dari sudut peraturannya, maka sebagai nilai ia segera menggeser nilai-nilai keadilan. Karena yang penting pada nilai kepastian itu adalah peraturan itu sendiri. Tentang apakah peraturan itu telah memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat adalah di luar pengutamaan nilai kepastian hukum. Demikian juga halnya jika hanya berpegang pada nilai keadilan saja, maka sebagai nilai ia akan menggeser nilai kepastian, karena nilai keadilan tersebut tidak terikat kepada kepastian hukum, karena sesuatu yang dirasakan adil belum tentu sesuai dengan nilai kegunaan dan kepastian hukum.