Kontribusi Anak Dalam Membantu Perekonomian Keluarga Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
menikah (UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak). Anak merupakan generasi
penerus cita cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat mengganti para pendahulunya. Oleh
sebab itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut , maka perlu
mendapatkan kesempatan yang seluas luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar,
baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Anak

sebagai

anggota

keluarga

berperan

dalam


kelancaran,

ketertiban,

kesejahteraan, keamanan dan kebahagiaan keluarga. Anak merupakan tumpuan keluarga,
mereka harus berkembang sebaik-baiknya, sehingga dengan bimbingan ayah dan ibu mereka
berkewajiban menuntut ilmu setinggi tingginya karena anak adalah aset bangsa. Anak adalah
penerus cita cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai
bagian dari generasi muda anak berperan dalam menyukseskan suatu bangsa (Pusat Kajian
Perlindungan Anak, 1999 : 19)
Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi SDM yang berkualitas, apabila
berbagai kebutuhanya dapat dipenuhi dengan wajar, baik kebutuhan fisik maupun psikis
anak. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan Pokok karena terkait langsung dengan pertumbuhan
fisik dan kelangsungan hidup anak. Termasuk kedalam jenis kebutuhan ini adalah makan,
pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Apabila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka
akan menyebabkan terjadinya gangguan pada kondisi fisik dan kesehatan anak.

Kemudian kebutuhan psikis adalah jenis kebutuhan yang berkaitan dengan
perkembangan emosional dan kepribadian anak. Termasuk dalam kebutuhan psikis adalah
kebutuhan kasih sayang, rasa aman, perlindungan jauh dari rasa takut, kecemasan dan

mengadakan hubungan dengan sesama teman. Tidak terpenuhinya kebutuhan baik fisik
maupun psikis anak mengakibatkan buruknya kualitas SDM anak di masa depan.
Untuk mewujudkan tumbuh kembang anak secara wajar Konvensi Hak Anak tahun
1989 menegaskan bahwa setiap negara perlu memiliki komitmen tinggi dalam upaya
perlindungan anak. Dalam konvensi tersbut dijelaskan, termasuk kedalam hak anak adalah
hak akan kelangsungan hidup, perlindungan , pertumbuhan dan perkembangan serta
berpartisipasi.Upaya perlindungan anak tersebut dapat dipahami sebagai serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi hak anak, agar terjamin kelangsungan hidupnya
Undang-Undang No 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menegaskan anak
pada dasarnya mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh keluarganya yaitu orang tuanya,
dimana hak-hak itu meliputi : hak atas kesejahteraan, perlindungan, pengasuhan dan
bimbingan. Oleh karena itu anak berhak untuk mendapatkan perlindungan terhadap
lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat perkembangan hidupnya
secara wajar, tetapi kenyataanya tidak semua anak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang secara wajar.
Zaman pembangunan dan modernisasi saat ini, begitu banyak persaingan global
dalam setiap memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan keluarga. Hal tersebut tidak
jarang menimbulkan munculnya keluarga bermasalah yang menyebabkan masih banhyak
anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan
kehangatan jiwa, serta kekurangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup

merdeka. Pembangunan ekonomi membuat masalah lain diantaranya adalah anak jalanan,

pekerja anak , eksploitasi seks anak sebagai pekerja seks anak, perdagangan anak, penculikan
anak, perlakuan kekerasan dan penyiksaan pada anak
Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik sering menuntut anak untuk turut serta
dalam memikul beban ekonomi rumah tangga di keluarganya.Usia yang belum sepantasnya
memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan memberikan kontribusi berupa uang dan sering
anak tidak merasakan massa kanak-kanaknya bahkan anak dipaksa untuk dewasa sebelum
waktunya
Menurut Survei Pekerja Anak (SPA) dari Badan Pusat Statistik (BPS)

yang

bekerjasama dengan ILO menemukan dari 58,8 juta anak Indonesia pada tahun 2009, 1,7
juta diantaranya menjadi pekerja anak. Definisi anak dalam survei ini adalah 5-17 tahun.
Survei menemukan, setidaknya 674 ribu anak di bawah 13 tahun berstatus bekerja, sekitar
321 ribu anak umur 13-14 tahun bekerja lebih dari 15 jam per minggu dan sekitar 760 ribu
jiwa anak umur 15-17 tahun bekerja di atas 40 jam per hari (Badan Pusat Statistik, 2009)
Hampir setiap keluarga yang anaknya bekerja disebabkan karena orang tua yang
bertindak sebagai pemimpin keluarga merasa kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari keluarga, sehingga mereka mempekerjakan anak mereka dalam upaya
peningkatan perekonomian keluarga. Ironisnya peningkatan ekonomi keluarga dijadikan
faktor utama bagi keluarga tersebut sehingga mengesampingkan faktor sosial dan psikis anak
mereka. Bahkan terdapat beberapa kasus anak anak putus sekolah dikarenakan bekerja demi
meningkatkan perekonomian keluarga.
Di Indonesia, persoalan anak bekerja dan kelangsungan pendidikannya belakangan ini
kembali mencuat karena dipicu situasi krisis ekonomi yang berkepenjangan. Persoalan anak
tersebut menjadi kian kompleks dan sulit terpecahkan tatkala krisis ekonomi melanda
sejumlah negara Asia, terutama Indonesia. Secara substansial, akibat atau dampak situasi

krisis ekonomi yang berkepanjangan terhadap kehidupan anak anak dari keluarga miskin
adalah :
1. Pilihan dan kesempatan anak anak dari keluarga miskin untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar akan makin berkurang, khusunya kesempatan anak untuk
meneruskan sekolah hingga minimal jenjang SLTP tidak mustahil akan makin
menghilang.
2. Proses kemiskinan yang merupakan konsekuensi dari terjadinya krisis ekonomi yang
merambah ke berbagai daerah, besar kemungkinan akan akan menyebabkan anak
anak potensial terpuruk dalam kondisi hubungan kerja yang merugikan, eksploitatis,
dan tidak mustahil pula memaksa mereka masuk pada sektor yang sesungguhnya

tidak dapat ditoleransi
3. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia bukan tidak mungkin menyebabkan batas
toleransi terhadap kasus eksploitasi dan pelibatan anak dalam kegiatan produktif
menjadi makin longgar, sebab situasi dan kondisi yang ada dinilai sebagai faktor
pendorong yang tak terelakkan. Bahkan, bisa jadi pula terjadinya situasi krisis
ekonomi yang berkepanjangan kemudian berubah menjadi “kambing hitam” untuk
menutupi kurangnya perhatian dan ketidakmampuan kita menangani masalah pekerja
anak (Suyanto, 2013;114)
Medan merupakan salah satu kota metropolitan dimana masih terdapat banyak
masalah ekonomi. Sebagai salah satu kota besar yang sedang melakukan pembangunan,
selain harus berjuang mengentaskan kemiskinan juga harus memperhatikan anak usia
sekolah. Di setiap pelosok kota Medan dapat dilihat banyak anak yang bekerja mencari uang.
Pekerja anak di Kota Medan bisa kita temukan di pasar, pelayan di tempat makan
(restaurant), pekerja rumah tangga dan buruh bangunanKecamatan Medan Perjuangan dengan
luas wilayahnya 4,36 km2

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di Kota
Medan, dengan penduduknya berjumlah 93.328 Jiwa. Walaupun bukan sebagai daerah pusat
industri di Kecamatan Medan Perjuangan ini banyak terdapat industri-industri kecil sepert :
Perabot Rumah Tangga, Moulding Komponen,Konveksi, Pengolahan Kopi, Sulaman Bordir,

Syrup Markuisa, Roti / Bika Ambon, dll (https://seikerahilir1.wordpress.com/about/)
Kelurahan sei kera hilir sendiri merupakan areal perkotaan yang juga masih banyak
dijumpai pekerja anak. Pekerja anak disini bervariasi namun kebanyakan dari mereka bekerja
di sektor informal.Pekerjaan informal yang dilakukan anak-anak meliputi beragam kegiatan.
Banyak kegiatantersebut berlangsung di jalanan dan anak yang disuruh mengerjakannya
hanya dibekali denganperlengkapan minim, misalnya, pekerjaan mengangkut beban.
Beberapa jenis pekerjaan informal yang dilakukan anak-anak dapatdianggap sebagai
pekerjaan mencari uang secara mandiri (“self-employment”), Sebagaian dari mereka bekerja
,membantu mobil menyebrang di persimpangan, pelayan restoran menjadi petugas kebersihan
dan ada pula yang bekerja sebagai penjahit. Sebagian dari mereka ada yang sudah putus
sekolah namun ada juga yang membagi waktunya antara sekolah dan bekerja.
Anak yang bekerja di persimpangan biasanya bekerja membantu kendraan roda 4
untuk menyebrang.kebanyakan dari mereka masih anak anak dan mengharapakn upah 10002000 Rupiah per mobil. Anak-anak yang bekerja sebagai pelayan bertugas melayani pembeli,
mengangkat sisa piring kotor dan membersihkan meja setelah pengunjung selesai
makan.Mereka bekerja paruh waktu dimana sebagian dari mereka bekerja sehabis mereka
pulang sekolah. Pekerjaan mereka dimulai dari jam 15.00 – 23.00 mengikuti shift kerja
selama 8 jam. Pekerjaan ini ternasuk pekerjaan yang melelahkan dimana anak hanya
diberikan waktu istirihat makan malam hanya setengah jam selebihnya anak harus bekerja
melayani pengunjung dan disini mereka dituntut harus tetap berdiri tanpa duduk terkecuali
pada waktu istirahat. Anak juga tidak memiliki waktu untuk belajar dan beristirahat setelah


pulang sekolah seperti anak anak lainya. Mereka

selesai bekerja pukul 23.00 dimana

keesokan harinya harus berangkat kesekolah pada pagi hari. Hal demikian tentu
mengorbankan kesehatan fisik anak dimana tidak ada waktu jeda pada mereka.
Anak yang bekerja menjadi petugas kebersihan biasanya bekerja hal hal menyapu,
mengepel dan melakukan kegiatan kebersihan lainya. Lalu ada juga anak yang bekerja
sebagai tukang jahit bekerja di salah satu rumah jahit. Dia bekerja menjahit baju dari siang
sampai malam.
Dengan melihat kondisi anak anak yang bekerja tersebut yang sangat jauh berbeda
dari hak hak yang seharusnya mereka dapat, yang tidak sesuai dengan undang undang
kesejahteraan anak untuk itu penulis tertarik menuangkanya dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Kontribusi anak dalam membantu perekonomian keluarga di Kelurahan Sei
Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka yang
menjadi permasalahan adalah :”Bagaimana kontribusi anak dalam membantu perekonomian
keluarga?”


1.3

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi

tujuan penelitian sebagai berikut :
“Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi anak dalam membantu perekonomian keluarga”.
1.4

Manfaat Penelitian

Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai
berikut :
1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuwan
kesejahteraan sosial.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk menambah bahan penelitian dalam
melengkapi suatu karya ilmiah
3. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi gambaran bagi pemerintah
kota medan dan pemerhati anak dalam menyusun strategi dan kebijakan terutama

berhubungan tentang masalah masalah pekerja anak .

1.5

Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran,
definisi konsep dan definisi operasional
BAB III : Metode penelitian
Bab ini berisikan tipe penilitian, lokasi penelitian, populasi dan sample teknik
pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : Deskripsi lokasi penelitian

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan
data data lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti
BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
dengan analisisnya
BAB VI : Penutup
Bab ini berisikan tentang hal hal pokok berupa kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian