HUBUGAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA ( Studi Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 12 Jombang Kelas VIII) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository
SKRIPSI
HUBUNGAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL REMAJA
( Studi di MTsN 12 Jombang kelas VIII)
RIA APRILIA SUSANTI
143210088
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDIKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
HUBUNGAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL REMAJA
( Studi di MTsN 12 Jombang kelas VIII)
SKRIPSI
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika Jombang.
RIA APRILIA SUSANTI
143210088
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CEDIKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
MOTTO
“ Kamu punya orang tua? Bagaimana caramu membanggakannya?
LAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK MEREKA HINGGA TETESAN
AIR MATA KEBANGGAAN TERCURAH PADAMU
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sujud Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karenya-Nya Skripsi ini
bisa terselesaikan ,serta saya haturkan sholawat dan salam kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Dengan penuh kecintaan dan keikhlasan saya persembahkan
skripsi ini untuk turut berterimakasih kepada :1. Orang tuaku Ibu Siti Barokah , Bpk kandungku Bpk.Muliono (Alm) dan Bpk angkatku Maksun, adikku Rena Dwi Ambar Sari, Suamiku Wahyu Singgih Zulkurniawan, putriku Zeevana Ulya Yasmin, Squad WeddTeam ( Ismi, Ellin, Nirwana, Neva, Nimas, Lismi dan Lailatul) yang tidak henti memberikan cinta ,kasih sayang dan semangat tiada henti , Lantunan doa yang selalu di tujukan mereka kepadaku , tanpa itu semua dari mereka tidak akan berarti apa- apa.
2. Pembimbing utama Ibu Hindyah Ike S.S.Kep.Ns M.Kep dan pembimbing anggota Ibu Dwi Puji W S.Kep.Ns M.Kes dan sekaligus Penguji Utama Ibu Sri Sayekti S.si,.M,Ked terimakasih telah membimbing dengan penuh kesabaran.
3. Dosen
- – dosen dan Teman-temanku kelas B angkatan 2014 Stikes Icme Jombang terimalah ini sebagai persembahan karena kita sudah bersama- sama selama ini .
Jombang, 7 Agustus2018 Ria Aprilia Susanti
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Fungsi Afektif Keluaraga dengan kecerdasan Emosional Remaja di
MTsN 12 JombangKelas VIII”.Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan
demi menempuh Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat Bapak H. Imam Fatoni, SKM, MM. selaku ketua
STIKes ICMe Jombang, ibu Inayatur Rosidah S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi
S1 Keperawatan STIKes ICMe Jombang, Ibu Hindyah Ike S.,S.Kep.Ns.M.Kep
selaku Pembimbing 1 dan ibu DwiPuji.,S.Kep.Ns.M.Kes selaku Pembimbing 2
yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan, kepada Kepala sekolah MTsN 12J ombang yang telah
memberikan ijin penelitian, kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan di STIKes ICMe
Jombang, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi ini dan teman-teman yang
ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselasaikan
tepat waktu.Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan, oleh
karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata peneliti berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 7 Agustus 2018 Peneliti
ABSTRAK
HUBUNGAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL REMAJA(Studi di Madrasah TsanawiyahNegri 12 Jombang)
Oleh:
RiaApriliaSusanti
14.321.0088
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antar remaja danorang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat
membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua. Sifat remaja yang ingin memperoleh
kebebasan emosional dan sementara orang tua yang jarang sekali mengawasi dan
melindungi anaknya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan fungsi afektif
keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang.Desain penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross . Populasi sebanyak 120 remaja di MTsN 12 Jombang yang duduk di kelas VIII sectional
dan 92 sampel dengan tehnik propotionalte stratified sampling. Variabel independen
fungsi afektif keluarga dan variable dependen kecerdasan emosional remaja. Instrumen
penelitian ini menggunkan kuesioner, pengolah data editing,coding, scoring dan
tabulating yang kemudian di analitik uji rank spearman dengan nilai α (0,05)Hasil penelitian ini di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki
fungsi afektif yang cukup sebanyak 60 remaja (65,2%) dan sebagian besar responden
memiliki kecerdasan emosional yang cukup sebanyak 67 remaja (72,8%) .Berdasarkan
hasil uji statistic rank spearman diperoleh nilai besar p = 0,000.Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ada hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja.
Kata kunci :Remaja, Fungsi afektif keluarga, Kecerdasan emosional remaja
ABSTRACT FUNCTIONS OF FAMILY AFFECTIVE FUNCTIONS WITH TEENS EMOTIONAL INTELLIGENCE (Study at Madrasah TsanawiyahNegri 12 Jombang) By: RiaApriliaSusanti
14.321.0088 In adolescence there is often a gap and conflict between adolescents and their parents. At this time emotional bonding becomes less and teenagers desperately need emotional freedom from parents. The nature of adolescents who want to gain emotional freedom and while parents rarely supervise and protect their children. The purpose of the study to determine whether there Is there relation affective function of the family with emotional intelligence adolescent class VIII in MTsN 12 Jombang.
The design of this study using quantitative analytics with cross sectional .Population of 120 teenagers in MTsN 12 Jombang who sit in class VIII approach and 92 samples with propotionalte stratified sampling technique.Variabel independent affective function of families and dependent variable of adolescent emotional intelligence. The instrument of this research using questioner, editing, processing, coding, scoring and tabulating which then in analytical rank spearman test with α value (0,05)
The results of this study obtained the results that most respondents have enough affective function as many as 60 teenagers (65.2%) and most respondents have enough emotional intelligence as much as 67 teenagers (72.8%). Based on
the results of statistical test rank spearman obtained big value p = 0,000
Conclusion in this research that there is relation of affective function of family with adolescent emotional intelligence.
Keywords: Teens, Affective Function of the Family, Emotional Intelligence of Teens
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM......................................................................................
I SURAT KEASLIAN.................................................................................... Iii iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI…….……………………………… SURAT PERNYATAAN........................................................................... v
RIWAYAT HIDUP…….............................................................................. Vi
MOTTO…………….................................................................................... Vii
Viii LEMBAR PERSETUJUAN……................................................................LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ix LEMBAR PERSEBAHAN......................................................................... x
KATA PENGANTAR…............................................................................. Xi
Xii ABSTRAK……………................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………..……..………..….. xvi
DAFTAR TABEL………………………………………..……………….. xvii DAFTAR GAMBAR……………………………..………………………. xviii DAFTAR LAMPIRAN………………………………..………………….. xviii DAFTAR LAMBANG………………………………….……………….... xix DAFTAR SINGKATAN………..………………………………….…….. xxBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah...............................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................
4
1.3.1
4 Tujuan Umum……………………………………..
1.3.2
4 Tujuan Khusus……………………………………… 1.4 Manfaat Penelitian...............................................................
4
1.4.1
4 Manfaat Teoritis………………………………….
1.4.2
5 Manfaat Praktis.…………………………….........
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep remaja...................................................................
6
2.1.1Pengertian remaja.......................................................
6
2.1.2Batasausia remaja.......................................................
6
2.1.3 Ciri-ciri 7 remaja…………………….......................
2.1.4 Tugas perekmbangan remaja.....................................................
8 2.2 Konsep Kecerdasan Emosi............................................................
9
2.2.1 Pengertian kecerdasan emosi.........................................
9
2.2.2 Aspek-aspek kecerdasan emosi......................................
12
2.2.3 Faktor-faktor kecerdasan emosi....................................
15
2.2.4 Upaya Meningkatkan kecerdasan emosi.......................
17 2.3 Konsep Keluarga...........................................................................
18 2.3.1 Pengertian keluarga.......................................................
18
2.3.2Tipe
18 Keluarga………......................................................
2.3.3 Fungsi Keluarga.............................................................
19 2.3.4 Dimensi Dasar Struktur Keluarga.................................
19 2.3.5 Tahap-tahap Perkembangan keluarga.........................
20
2.4 Konsep FungsiA fektif ...............................................................
22
2.4.1 Definisi Fungsi Afektif...................................................
22
2.4.2 Komponen Fungsi Afektif..............................................
23
2.4.3 Pentingnya Fungsi Afektif .............................................
24 2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi Afektif.........
26 2.4.5 Teori Fungsi Afektif......................................................
27
2.5 Hubungan antara fungsi Afektif keluarga dengan Kecerdasan
Emosional Remaja..............................................................
35
2.6 Hasil Peneliti
38 Terkait……………….……….…………………..
2.6.1 Arie Kusmaningrum........................................................
38 2.6.2 ElzaMursafitri ................................................................
39
40 2.6.3 DwiYuniar…………………………...………………….
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual.........................................................
41
3.2 Hipotesis............................................................................
42 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ..................
43 …………………………….
4.1 Desain Penelitian............................................................
44
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian......... ..................................
44 4.4Populasi, Sampel dan Sampling........................................
45
48
4.5 Kerangka Kerja..................................……………………
4.6 Identifikasi Variabel..........................................................
49
4.7 Definisi Operasional..........................................................
49
51
4.8PengumpulanData dan Analisa Data……………....……
4.9 Etika Penelitian..................................................................
59 BAB 5 HASIL PENELITAN 61 5.1 Hasil Penelitian…………………………………………..............
61
62
5.1.1 Gambaran L okasi Penelitian……………………….……
63
5.1.2 Data Umum………………………………………………
64
64 5.1.3 Data Khusus……………………………………………..
66 5.2 Pembahasan…………………………………………………...
68 5.2.1 Pembahasan hasil fungsi afektif…..…………………….
70
5.2.2 Pembahasan kecerdasan emosional ……......……………
70
5.2.3 Hasil Hubungan Fungsi Afektif dengan kecerdasan emosional……………… BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……………...……………………………………….
6.2 Saran…………………………..………………………………… DAFTAR PUSTAKA
60 LAMPIRAN
63
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel 5.1Tabel 5.2 Tabel 5.3Tabel 5.4 Tabel 5.5Tabel5.6 Definisi operasional .........................................................
Data Umumberdasakanumur………………………….. Data Umumberdasarkankelas……………………….....
Data Umumberdasarkanjeniskelamin………………… Data Khususfungsiafektif……………………………...
Data KhususKecerdasanEmosional………………….... AnalisaHubungan……………………………………….
50
62
62
62
63
63
63
DAFTAR GAMBAR Gambar3.1 Kerangka
41 konseptual…………...............................……. Gambar4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan kecerdasan emosional remaja dengan kecerdasan emosional remaja …........................................................................................
48
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar penjelasan penelitian...........................................
75 Lampiran 2 Lembar persetujuan penelitian.........................................
76 Lampiran 3 Lembar kisi-kisi fungsiafektif..........................................
77 Lampiran 4 Lembar kisi-kisi kecerdasanemosional..........................
78 Lampiran 5 Kuesioner fungsiafektif ……………………...................
79 Lampiran 6 Kuesioner kecerdasanemosional..................................
81 Lampiran 7 Surat pernyataan perpustakaan.........................................
83 Lampiran 8 Surat ijin penelitian...........................................................
84 Lampiran 9 Lembar konsul dosen pembimbing 1................................
85 Lampiran 10 Lembar konsul dosen pembimbing 2................................
86
DAFTAR LAMBANG
1. H1/Ha : Hipotesis alternatif 2.
α : Alfa (tingkat signifikasi) 3. > : Lebih besar 4. < : Lebih kecil 5. % : Prosentase
DAFTAR SINGKATAN
1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. ICMe : Insan Cendekia Medika
3. MTsN : Madrasah TsanawiyahNegri
4. WHO : World Health Organization
5. HIV : Human Imuno Virus
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mrngalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter,2010). Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antar remaja dan orang tuanya. Misalnya remaja memiliki keluarga akan tetapi mereka jarang memberikan kasih sayangnya karena oang tua sibuk bekerja, banyak hal yang mereka lakukan dengan teman tetapi orang tua terkadang tidak mau mendukung apa yang di inginkan oleh remaja tersebut, konflik antar teman ataupun masalah pelajaran di sekolah. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua. Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional dan sementara orang tua yang jarang sekali mengawasi dan melindungi anaknya ( Olivia,2000). Fungsi keluarga terutama pada fungsi afektif keluarga jika tidak bisa berjalan dengan baik dapat menyebabkan emosi seorang remaja tidak stabil yang mengakibatkan kecerdasan emosional remaja tersebut tidak dapat membantu remaja memperoleh kematangan emosi yang baik dari remaja ( Yusuf, 2015).
Data Demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (2017) sekitar seperlima dari
penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada
di negara sedang berkembang. Di Asia Pasifik dimana penduduknya
merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-
19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (2017) kelompok umur
10-19 tahun adalah sekita 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan
49,1% remaja perempuan.Di Jawa timur menurut BPS (2017) remaja
perempuan sekitar 51,9 % dan remaja laki- laki 48,1% dengan kasus
Pernikahan usia remaja, Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan,
Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja , 343/100.000 (17.000/th,
1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan
persalinan ,HIV/AIDS: 1283 kasus, Miras dan Narkoba . Di jombang terdapat
67% remaja perempuan dan 33% laki-laki dan di tempat penelitian terdapat
55% perempuan dan 45% laki-laki. Dari hasil suti pendahuluan dari 150
remaja di MTsN 12 Jombang terdapat 30 siswa 16 laki-laki dan 14
perempuan yang mengalami kecerdasan emosionalnya contoh membolos
sekolah, merokkok dan tawuran antar teman berdasarkan hasil wawancara
peneliti ke guru maupun wali kelas mereka.Remaja saat ini lebih banyak mengalami kesulitan emosional dari pada
generasi sebelumnya di seluruh dunia, khususnya pada usia 12-15 tahun.
Mereka lebih merasa kesepian, pemurung, kurang menghargai sopan santun,
lebih gugup, mudah cemas dan lebih memiliki emosi yang meledak-ledak.
Hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan dalam berinteraksi sosial remaja.
Karena pada masa remaja, mereka berusaha untuk menarik perhatian orang
lain, menghendaki adanya popularitas, dan kasih sayang dari teman sebaya.
Remaja pada fase ini secara psikologis dan sosial berada dalam situasi yang
peka dan kritis. Peka terhadap perubahan dan mudah terpengaruh oleh
berbagai perkembangan di sekitarnya (Hurlock,2010). Pada fase ini keluarga
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena
keluarga merupkan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar
kepribadian remaja. Fungsi afektif keluarga menurut model Mc master yang
dijalankan orang tua sangat besar pengaruhnya bagi remaja. Karena
keberfungsian keluarga yang mengutamakan adanya dialog antara remaja
dan orang tua akan lebih menguntungkan bagi remaja, krena selain memberi
kebebasan kepada anak, juga disertai adanya control orang tua sehingga
apabila terjadi konflik atau perbedaan pendapat diantara mereka dapat
dibicarakan dan diselesaikan secara bersama-sama (Mulyadi,2002).Berdasarkan penjelasan tentang kecerdasan emosional remaja dengan
data yang di temukan oleh peneliti tentang fungsi afektif keluaraga yang
sangat berperan penting bagi remaja untuk kehidupan sehari-harinya
sehingga remaja tidak merasa dirinya tidak ada yang mendukung dengan apa
saja yang di lakukan setiap harinya. Oleh karena itu peneliti memberikan
upaya untuk mereka agar kecerdasan emosionalnya tetap di dapatkan dari
keluarganya dengan menggunakan teori model MC Master karena fungsi
afektif keluarga sangat membantu membentuk kecerdasan emosional remaja
dengan selalu memberi dukungan penuh apa yang dilakukan remaja dan
selalu mengawasinya.Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja di MTsN 12 Jombang.
1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi fungsi afektif keluarga di MtsN 12 Jombang
2. Mengidentifikasi kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MtsN 12 Jombang
3. Menganalisis hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah informasi dalam perkembangan ilmu keperawatan keluarga khususnya dalam pendidikan keperawatan dan penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja.
1.4.2 Manfaat Praktis
Menambah informasi, pengetahuan baru bagi keluarga untuk mengetahui sejauh mana pemenuhan fungsi afektif keluarga dengan remaja.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mrngalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter,2010)
Menurut Hurlock (1991) dalam Asrori (2011) remaja adalah suatu usia diaman individu menjadi terintregasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainakan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja Ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (2010). Masa Remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan pada periode sebelumnya.
Ciri-ciri remaja antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang paling penting yaitu perubahan- perubahan yang di alami masa remaja akan memberikan dampak
6 langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti
perkembanganmasa kanak-kanak lagi dan belum dapat di anggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat paling sesuai dengan dirinyac. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada
emosi, perubahan tubuh, minat dan peran ( menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang di anut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang di cari
remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit di atur, cenderung berprilaku yang
kurang baik. Hal ini membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidk realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
2.1.3 Tugas perkembangan Remaja harus mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui tindakan logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak. Untuk pertama kali remaja dapat bergerak melebihi sifat fisik atau konkret suatu situasi dan menggunakan yang beralasan untuk memahami keabstrakan ( potter,2010)
2.2 Konsep Kecerdasan Emosional
2.2.1 Pengertian Kecerdasan emosional Istilah kecerdasan emosional muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Sebelumnya Gardener (Goleman,2009:50-53) mengemukakan 8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk).
Menurut Goleman (2009:50) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk yang di kemukakan oleh Gardner adalah manifestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ). Salovey (Goleman ,2009:57) , menempatkan kecerdasan emosional pribadi dari gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intipribadi. Kecerdasan emosi
dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat, memilih
kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi susana hati adalah inti
dari hubungan sosial yang baik.Goleman (2009:45) menyatakan kecerdasan emosional merupakan
kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri,
memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu
mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana
hati,kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seorang pada porsi yang
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana
hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorangpandai
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat
berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta
lingkungannya.Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
yang dimaksud kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan
memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang
mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain,
pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain engan efektif,
dan mampu mengelola emosi yang dapat di gunakan untuk membimbing
pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.2.2.2 Aspek-aspek kecerdasan emosi Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa cirri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman (2009:45) menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki kecerdasan emosi adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa. Lebih lanjut Goleman (2009:58) merinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut :
a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasan emosi. Kemampuan mngenali diri sendiri meliputi kesadaran diri.
b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh lebih cepat.
Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali.
c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya. Kemampuan ini di dasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi : pengendalian
dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.
d. Mengenali emosi orang lain, kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa
yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.
e. Membina hubungan. Seni membina hubungan sosial merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi. aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Goleman : mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri dan memotivasi diri sendiri. Kemudian
dalam kecakapan sosial menurut Al Tridhonanto juga terdapat aspek
kecerdasan emosi menurut Goleman yaitu mengenali emosi orang lain.
Sedangkan ketrampilan sosial menurut Al Tridhonanto terdapat aspek
kecerdasan emosi menurut Goleman yaitu membina hubungan.Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini menggunakan
aspek-aspek dalam kecerdasan emosi dari Goleman yang meliputi :
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mngenali emosi orang lain, dan membina hubungan dikarenakan aspek-
aspek menurut Goleman mencakup keseluruhan dan lebih terperinci.2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi individu menurut Goleman (2009:267-
282), yaitu :a. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama yang perilakunya di identifikasi, di internalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini dapat di ajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang di pupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh : melatih kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak dapat berkosentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negative.
b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan pekembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan dalam aktifitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan di antaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya. Menurut Le Dove (Goleman 1997:20-32) bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain :
1. Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang-kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada bagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.
2. Psikis. Kecerdasan emosi selain di pengaruhi oleh kepribadian individu juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan system limbic, secara psikis di antaranya meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
2.2.4 Upaya Meneningkatkan Kecerdasan Emosional Upaya meningkatkan kecerdasan Emosional banyak dikemukakan olah para praktisi dan peneliti, antara lain: Robert K. Cooper, Ph.D dan Ayman Sawaf memberikan suatu metode untuk meningkatkan kecerdasan emosi yaitu: meluangkan waktu dua atau tiga menit dan bangun lima menit lebih awal dari pada biasanya. “Duduklah dengan tenang, pasang telinga hati anda, keluarkan dari pikiran anda dan masuklah ke dalam hati, yang penting disini me nulis apa yang anda rasakan.” Cara ini secara langsung mendatangkan kejujuran emosi (hati), berikut kebijaksanaan yang terkait dan membawanya ke permukaan sehingga anda dapat menggunakannya secara Efektif.
2.3 Konsep Keluarga
2.3.1 Pengertian keluarga
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interelasi sosial, peran dan tugas. Sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan,kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik , mental
emosional serta sosial deari tiap anggota keluarga. keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya, mempunyai peran masing- – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing- masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
4. Mempunyai tujuan ;
a. menciptakan dan mempertahankan budaya,
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2.3.2 Tipe Keluarga Keluarga inti/Nuclear family, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri,dan anak ( kandung atau angkat ). (Murwani, 2007)
2.3.3 Fungsi keluarga Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi
dasar keluarga, sebagai berikut :1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Reproduksi
5. Fungsi Perawatan Kesehatan