Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Prasekolah | Makalah Dan Jurnal Gratis

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
Dyah Rahmawati*
Sunaryo, H.S.
Widodo, Hs.
E-mail: rahmawati.dyah@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang
ABSTRACT: This study aims to determine mastery of Indonesian vocabulary in
preschoolers, including the quantity range of vocabulary, word class, and scope
of vocabulary. The method used is qualitative descriptive research methods. The
results of this study include the quantity of various Indonesian vocabulary in
every child is different from one another, the word class of nouns is the most
widely mastered by subsidiary, and scope of the vocabulary of children mostly
are still at the level of objects, events, circumstances, and other things that are
concrete.
Key words: mastering vocabulary, preschoolers
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kosakata
bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah yang meliputi kuantitas ragam
kosakata, kelas kata, dan ruang lingkup kosakata. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini di antaranya adalah

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu
dengan yang lain, nomina adalah kelas kata yang paling banyak dikuasai anak,
dan ruang lingkup kosakata anak sebagian besar masih berada pada tataran
benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret.
Kata kunci: penguasaan kosakata, anak prasekolah

Pada dasarnya sejak lahir manusia telah terikat secara kodrati untuk
mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Menurut
Subyakto dan Nababan (1992:124) bahasa adalah segala bentuk komunikasi
ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan supaya dapat
menyampaikan arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa
komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan
pernah terjadi. Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri
dalam menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain.
Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (1992:76)
menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat
peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa. Seperangkat
peralatan itu disebut dengan peralatan pemerolehan bahasa atau Language
Acquisition Device (LAD). Dengan adanya LAD ini seorang anak dipastikan
memiliki kemampuan alamiah untuk berbahasa.

Berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata
adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa (Soedjito, 1992:1). Kosakata
merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat memengaruhi
keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang
menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang
*Dyah Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.

2

dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan
berbahasa seseorang meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang meningkat
apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat (Tarigan, 1993:14).
Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mendeskripsikan kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia
prasekolah, kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan
ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Hal ini karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang dituturkan
anak usia prasekolah dalam rentang usia 4 – 6 tahun. Pendekatan kualitatif dipilih

karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial sebagai cara memperoleh data
dari sumber data secara alami. Sumber data penelitian ini adalah anak-anak TK
ABA 25 Malang yang berusia 4 – 6 tahun. Setiap kelompok jenis kelamin diambil
lima anak sehingga terdapat sepuluh subjek penelitian.
Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kosakata yang menjadi data
utama penelitian ini adalah sumber deskripsi yang memaparkan mengenai selukbeluk penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Oleh
karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai penguasaan
kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah.
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat partisipan dan
kehadiran peneliti di lapangan diketahui oleh subjek penelitian. Di samping itu,
peneliti sebagai instrumen kunci yang merencanakan, melaksanakan, menafsirkan,
dan menyimpulkan data. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik simak libat cakap, teknik elisitasi/pemancingan, teknik
rekam, dan teknik catat. Untuk menjaga keabsahan data peneliti melakukan
ketekunan pengamatan, konsultasi dengan pembimbing, dan diskusi dengan teman
sejawat. Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Bogdan
sebagaimana dikutip Sugiyono (2007:244) menyatakan bahwa analisis data
kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil pengamatan sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Aktivitas analisis data penelitian ini meliputi identifikasi data, penyajian
data, dan penarikan simpulan. Kegiatan identifikasi data dilakukan dengan
bantuan tabel analisis yang dibuat secara teliti, terfokus, dan terperinci untuk
memudahkan penghitungan pada kuantitas ragam kosakata dan proses
penggolongan berikutnya. Pada tahap identifikasi ini peneliti memberikan nama
pada data sesuai dengan kelas kata dan ruang lingkup kosakata. Tahap selanjutnya
adalah penyajian data. Data yang disajikan dari penelitian ini adalah kuantitas
ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah, kelas kata bahasa
Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan ruang lingkup kosakata bahasa
Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah. Dalam analisis data kualitatif, data
yang telah diidentifikasi ke dalam tabel disajikan kembali secara deskriptif
sehingga temuannya dapat dengan mudah dipahami orang lain. Tahap terakhir
analisis ini adalah penarikan simpulan. Simpulan penelitian ini diambil dari

3

intisari-intisari pembahasan terhadap hasil penelitian sehingga diperoleh simpulan
yang kredibel.

HASIL PENELITIAN
Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah
Sejauh ini hasil penelitian para ahli mengenai kuantitas ragam kosakata
pada anak usia prasekolah bervariasi. Hal ini karena perkembangan kosakata anak
banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga masukan-masukan yang
diterima anak berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun kuantitas ragam
kosakata bahasa Indonesia pada sepuluh anak usia prasekolah di TK ABA 25
Malang sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini.
Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia
pada Anak Usia Prasekolah di TK ABA 25 Malang
Subjek
penelitian
Mi
Dw
Sa
Fa
Dt
Ay
Ar
Ek

Ab
Ad

L/P

Usia

P
P
P
P
P
L
L
L
L
L

5th
4th

6th
6th
5th
6th
6th
4th
4th
5th

Keterangan:
N
: nomina
V
: verba
Adj : adjektiva

Kelas Kata
N

V


Adj

Adv

Pro

Pre

Kon

Num

Int

Art

53
30
77

69
71
48
36
18
19
25

33
21
25
31
30
47
30
14
9
20

9

2
14
12
8
4
5
1
1
5

8
3
8
6
12
9
7
4
1
3


4
5
9
8
9
11
8
5
1
1

3
1
1
1
2
4
2
3
1
2

3
3
2
3
5
3
2
1
1

4
3
9
3
1
7
4
1

1
2
2
2
1
1
-

-

Adv
Pro
Pre

: adverbia
: pronomina
: preposisi

Kon : konjungsi
Num : numeralia
Int
: interjeksi

Jumlah

117
68
146
140
140
138
95
47
32
58

Art : artikula

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata
bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain.
Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai Mi sebanyak 117
kosakata, Dw 68 kosakata, Sa 146 kosakata, Fa 140 kosakata, Dt 140 kosakata, Ay
138 kosakata, Ar 95 kosakata, Ek 47 kosakata, Ab 32 kosakata, dan Ad 58
kosakata. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata bahasa
Indonesia anak perempuan lebih banyak daripada anak laki-laki. Mi menguasai
sebanyak 117 kosakata, Dw 68, Sa 146, Fa 140, dan Dt 140 kosakata sedangkan
anak laki-laki menunjukkan kuantitas angka yang lebih sedikit, Ay menguasai
sebanyak 138 kosakata, Ar 95, Ek 47, Ab 32, dan Ad 58 kosakata.
Dari segi usia, anak-anak yang berusia 5 – 6 tahun memiliki kuantitas
ragam kosakata bahasa Indonesia lebih banyak daripada anak yang berusia 4
tahun. Pada anak perempuan Sa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 146
kosakata dan Fa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata. Dt yang
berusia 5 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata sedangkan Mi yang berusia 5
tahun menguasai sebanyak 117 kosakata. Sementara itu, Dw yang berusia 4 tahun
menguasai sebanyak 68 kosakata. Pada anak laki-laki, Ay yang berusia 6 tahun
menguasai sebanyak 138 kosakata dan Ar yang berusia 6 tahun menguasai

4

sebanyak 95 kosakata. Ad yang berusia 5 tahun menguasai sebanyak 58 kosakata
dan Ek yang berusia 4 tahun menguasai sebanyak 47 kosakata sedangkan Ab yang
berusia 4 tahun menguasai sebanyak 32 kosakata.
Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah
Masa anak-anak merupakan masa pesatnya perkembangan kosakata. Pada
masa ini sebagian besar anak usia prasekolah sudah mampu menguasai kata-kata
yang berkategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,
preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam tabel
penguasaan kelas kata bahasa Indonesia berikut ini.
Kelas Kata Bahasa Indonesia
yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Subjek
Penelitan
Mi
Dw
Sa
Fa
Dt
Ay
Ar
Ek
Ab
Ad

Keterangan
N
: nomina
V
: verba
Adv : adverbia
Adj : adjektiva
Pro : pronomina

L/P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
L

Usia
5th
4th
6th
6th
5th
6th
6th
4th
4th
5th

Kelas Kata
N – V – Adj – Adv – Pro – Num – Pre – Kon
N – V – Pro – Adv – Num – Kon – Adj – Pre
N – V – Adj – Pro – Num – Adv – Kon – Pre – Int
N – V – Adj – Pro – Adv – Num – Kon – Int – Pre
N – V – Adv – Pro – Adj – Kon – Pre – Int – Num
V – N – Pro – Adv – Num – Pre – Adj – Kon – Int
N – V – Pro – Adv – Adj – Num – Pre – Kon – Int
N – V – Pro – Adv – Pre – Adj – Kon – Int
N – V – Adj – Adv – Pro – Pre
N – V – Adj – Adv – Pre – Pro – Num – Kon
Num : numeralia
Pre
: preposisi
Kon : konjungsi
Int
: interjeksi
Art
: artikula

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas anak usia
prasekolah sudah menguasai hampir semua kelas kata bahasa Indonesia. Mulai
dari kelas kata nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,
preposisi, konjungsi, sampai dengan interjeksi. Dari sepuluh anak usia prasekolah
yang diteliti, lima di antaranya menguasai dengan baik sembilan kelas kata dalam
tuturannya. Empat anak menguasai delapan kelas kata dalam tuturannya
sedangkan satu anak menguasai enam kelas kata dalam tuturannya. Dari penelitian
ini juga diketahui bahwa kelas kata artikula tidak ditemukan dari tuturan anak usia
prasekolah yang diteliti.
Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia
Prasekolah
Dari hasil analisis berdasarkan tiap-tiap kata yang selanjutnya digolongkan
ke dalam ruang lingkup kosakata, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata
bahasa Indonesia dalam tuturan anak usia prasekolah. Ketiga puluh ruang lingkup
kosakata tersebut mayoritas masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan,
dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Ruang lingkup tersebut di antaranya adalah
nama-nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan, bilangan, profesi,

5

persetujuan dan penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan diri, barang
elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna, makanan dan
minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal, perlengkapan sekolah,
jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagian-bagian tubuh, transportasi, jenisjenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa, dan bentuk.
PEMBAHASAN
Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah
Menurut pandangan behaviorisme, kemampuan berbicara dan memahami
sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar
(Chaer, 2003:223). Jadi, dapat ditarik sebuah hubungan bahwa perkembangan
kosakata anak juga tergantung pada masukan-masukan yang diterima anak dari
luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kuantitas ragam
kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak.
Dalam penelitian ini, kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang
dikuasai masing-masing anak bervariasi. Pada lima anak perempuan yang diteliti,
kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran 68 – 146 kosakata. Sementara itu,
pada lima anak laki-laki yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam
kisaran 32 – 138 kosakata. Kuantitas ragam kosakata yang bervariasi ini
menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga adalah
faktor-faktor yang diduga melatarbelakangi terjadinya perbedaan kuantitas ragam
kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Berikut dijelaskan
keterkaitan faktor-faktor tersebut terhadap kuantitas ragam kosakata bahasa
Indonesia pada anak usia prasekolah.
Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah
Berdasarkan Faktor Usia dan Jenis Kelamin
Perbedaan usia memengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar
bahasa kedua (Chaer, 2003:253). Dalam penelitian ini, anak yang berusia 5 – 6
tahun memliki penguasaan kosakata yang lebih banyak daripada anak yang
berusia 4 tahun. Hal ini diduga anak yang berusia 5 – 6 tahun perkembangan
neurobiologinya jauh lebih matang daripada anak yang berusia 4 tahun. Oleh
karena itu, anak yang berusia 5 – 6 tahun mayoritas sudah mampu melakukan
ekspresi diri seperti membaca dan menulis sehingga kuantitas ragam kosakata
bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada anak usia 4 tahun.
Pada sisi jenis kelamin, ditemukan perbedaan yang mencolok antara anak
laki-laki dan perempuan. Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang
dikuasai anak perempuan sebagian besar menunjukkan angka yang lebih banyak
daripada kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak laki-laki.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kemampuan verbal anak perempuan lebih
unggul daripada anak laki-laki. Bahkan Santrock menjelaskan bahwa anak
perempuan lebih unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuan
menemukan sinonim kata-kata dan memori verbal sedangkan anak laki-laki
melebihi anak perempuan dalam kemampuan kuantitatif dan visual spasial
(Santrock, 2007:335).
Pandangan tersebut cukup memperjelas hasil penelitian ini, bahwa anak
perempuan dalam berbahasa sedikit lebih baik dari anak laki-laki. Dibandingkan
dengan anak perempuan, dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat

6

dalam belajar berbicara (Hurlock, 1997:209). Selain itu, kalimat anak laki-laki
lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak
perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal
berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak
mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki.
Menurut Chaer (2003:134) otak perempuan lebih kaya akan neuron
dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu
daerah, semakin kuat fungsi otak di sana. Oleh karena itu, kesan cerewet yang ada
pada perempuan adalah bagian dari kemampuan verbal yang tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah neuron pada otak kiri perempuan. Dari
penjelasan teori-teori tersebut dapat dirumuskan sebuah dugaan bahwa dalam
perkembangannya, anak perempuan lebih mudah menguasai bahasa dibandingkan
dengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata, kuantitas ragam
kosakata bahasa Indonesia anak perempuan usia prasekolah lebih banyak daripada
anak laki-laki.
Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah
Berdasarkan Faktor Kondisi Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak.
Santrock (2007:373) menyatakan bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada
anak berhubungan langsung dengan pertumbuhan kosakata anak dan kuantitas
bicara juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi keluarga. Pada penelitian
ini, peneliti memanfaatkan data-data yang ada di buku induk sekolah untuk dapat
dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang diteliti.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa anak-anak yang kedua
orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang tidak sebanyak anak-anak lain yang
ibunya tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah dugaan bahwa orangtua
khususnya ibu yang berbicara lebih sering kepada anak-anaknya akan
berpengaruh dalam jumlah kosakata yang dikuasai anak.
Kemudian dari sisi bahasa pengantar sehari-hari yang digunakan anak dan
orangtua di rumah, pada dasarnya turut memberikan pengaruh terhadap kuantitas
ragam kosakata yang dikuasai anak. Anak-anak yang terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia dan Jawa untuk berinteraksi dengan orangtua, mayoritas
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada
anak-anak yang hanya terbiasa menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana
berinteraksi dengan orangtua. Hal itu tentunya juga didukung dengan hubungan
komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sehingga berdampak pada
kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak.
Meskipun demikian, baik anak yang mempunyai kuantitas ragam kosakata
bahasa Indonesia yang banyak maupun sedikit dalam penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua, sedikit banyak masih tercampuri kosakata Jawa
sebagai bahasa pertama anak. Hal ini karena anak-anak tinggal dalam lingkungan
yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana
komunikasi sehari-hari.
Jadi, sudah menjadi kenyataan umum kalau pemerolehan bahasa kedua
sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama (Tarigan, 1988:91). Demikian juga
dengan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama (B1) yang dimiliki oleh sepuluh anak
usia prasekolah yang diteliti senantiasa hadir disela-sela tuturan anak ketika

7

mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia (B2). Hal ini tidaklah
salah jika dilihat dari sudut pandang anak-anak yang masih dalam proses belajar
memahami bahasa kedua. Bahasa anak-anak adalah bahasa antara yang
merupakan bagian dari sebuah tahapan untuk seorang anak dapat mencapai
kemahiran berbahasa.
Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah
Dalam penelitian ini kelas kata nomina menempati jumlah terbanyak yang
dikuasai anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gentner yang menyatakan bahwa
anak menguasai nomina dengan jumlah yang paling banyak daripada kelas kata
lainnya (Dardjowidjojo, 2010:259). Hasil yang sama juga ditunjukkan
Dardjowidjojo yang selama lima tahun meneliti pemerolehan bahasa cucunya.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nomina menduduki posisi paling atas
dengan persentase rata-rata 49% dan verba menduduki urutan kedua dengan
persentase rata-rata 29%, selanjutnya pada urutan ketiga baru diikuti kelas kata
adjektiva dengan persentase 13%, dan kata fungsi menempati urutan keempat
dengan persentase 10% (Dardjowidjojo, 2010:259). Berikut adalah penjelasan
terperinci mengenai kelas-kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia
prasekolah.
Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina dari segi semantis adalah kata yang mengacu
pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi dkk, 2010:221).
Dari penelitian ini, diketahui bahwa anak usia prasekolah mayoritas mengetahui
nama berbagai benda yang ada di sekitarnya. Benda-benda yang diketahui oleh
anak pada umumnya bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, benda-benda
tersebut sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga anak lebih
mudah untuk mengingat nama benda-benda tersebut. Oleh karena itu, kategori
nomina banyak dikuasai anak-anak.
Dari segi bentuk, nomina dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina
turunan. Pembentukan nomina turunan dilakukan dengan (a) afiksasi, (b)
pengulangan, atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti gambar, ibu, adik, melati,
buku, rumput, serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, mobil, bapak, dan
kambing termasuk kategori nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, ayunan,
makanan dan minuman termasuk kategori nomina turunan hasil proses afiksasi.
Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak-anak, barang-barang, buah-buahan,
rumah-rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol-pistolan termasuk kategori
nomina hasil dari proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan, buah-buahan,
rumah-rumahan, dan pistol-pistolan merupakan perulangan yang disertai dengan
afiksasi -an dan memiliki makna kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan
barang-barang merupakan jenis perulangan murni sedangkan alun-alun dan kurakura merupakan jenis perulangan semu.
Kata Kerja (Verba)
Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja yang dikuasai anak usia
prasekolah berhubungan dengan aktivitas atau tindakan sehari-hari yang
dilakukan anak. Kosakata tersebut di antaranya adalah bangun, baca, masak,
tidur, mandi, minum, makan, pulang, kerja, beli, dan lari. Kosakata tersebut

8

termasuk kategori verba bentuk dasar. Verba bentuk dasar memiliki makna yang
mandiri meskipun tidak dibubuhi dengan afiks. Selain itu, verba dasar memiliki
potensi untuk membentuk verba lain dengan menambahkan afiks pada verba
dasar. Misal dari kosakata bangun, baca, dan masak dapat dibentuk menjadi
membangunkan, membaca, dan memasak.
Sementara itu, kosakata mengeja, dilombakan, dipanggil, menemukan,
menyeberang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk dalam verba turunan hasil
dari proses pengafiksan. Kosakata jalan-jalan, masak-masak, pindah-pindah,
bergerak-gerak, dan meloncat-loncat termasuk dalam verba turunan hasil dari
proses reduplikasi sedangkan jalan kaki adalah bentuk verba turunan hasil proses
pemajemukan. Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau
lebih sehingga menjadi satu satuan makna (Alwi dkk, 2010:106).
Kata Sifat (Adjektiva)
Kosakata yang berkaitan dengan kategori adjektiva dalam tuturan anak
usia prasekolah di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal, lupa, jauh, dekat,
kaget, sehat, pintar, takut, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya. Kosakata
cantik, sakit, jahat, sehat, pintar, takut, nakal, dan kaget termasuk bentuk-bentuk
adjektiva dasar. Sesuai dengan karakeristik adjektiva, kosakata tersebut berpotensi
untuk bergabung dengan partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara itu, kosakata
kecil-kecil termasuk dalam kategori adjektiva turunan hasil dari proses
pengulangan atau reduplikasi.
Kata Keterangan (Adverbia)
Kosakata yang berkaitan dengan kategori adverbia pada tuturan anak-anak
di antaranya adalah sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin, sudah
tidak, nggak bisa, subuh-subuh, sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang.
Adverbia bentuk dasar seperti sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin
sedangkan adverbia gabungan seperti sudah tidak dan nggak bisa. Subuh-subuh,
sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang termasuk bentuk-betuk adverbia
reduplikasi.
Kata Ganti (Pronomina)
Dari penelitian ini terdapat beberapa kata ganti atau pronomina yang
digunakan anak dalam berkomunikasi, di antaranya adalah pronomina persona,
posesiva, demonstrativa, dan interogativa. Kosakata aku, dia, kita, dan kamu
termasuk kategori pronomina persona. Aku merupakan kata ganti orang pertama
tunggal sedangkan dia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kemudian kita
merupakan kata ganti orang pertama jamak dan kamu merupakan kata ganti orang
kedua jamak. Di samping itu, juga terdapat bentuk pronomina posesiva seperti
pada kata adikku, jajanmu, dan mobilnya. Pronomina posesiva adalah segala kata
yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukannya sebagai pemilik. Jadi,
bentuk -ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk ringkas yang diletakkan di belakang
sebuah kata yang biasa disebut dengan enklitis.
Sementara itu, pronomina demonstrativa yang sering digunakan oleh anak
usia prasekolah selama berinteraksi dengan peneliti adalah sini, sana, ini, dan itu.
Ini digunakan untuk menunjuk pada sesuatu di tempat pembicara sedangkan itu
menunjuk pada sesuatu di tempat lawan bicara (Keraf, 1982:68). Kemudian

9

pronomina penunjuk tempat seperti sini dan sana mengacu pada makna dekat
(sini) dan jauh (sana). Sebagai penunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan
dengan preposisi pengacu arah, yakni di, ke, dari sehingga terdapat di/ke/dari
sana dan di/ke/dari sini (Alwi dkk, 2010:271).
Kata Bilangan (Numeralia)
Pada kelas kata numeralia ditemukan sejumlah kosakata sebagai berikut
lima, dua, empat, sepuluh, tujuh, tiga, satu juta, dua juta, lima juta, kedua, satu,
enam, dua belas dan setengah. Kosakata banyak dan semua termasuk kategori
numeralia pokok tak tentu. Dikatakan tak tentu karena mengacu pada jumlah yang
tidak pasti. Sementara itu, kosakata lima, satu, dua, enam, tujuh, tiga, sepuluh,
dua belas, satu juta, dua juta, dan lima juta termasuk kategori numeralia pokok
tentu. Akan tetapi, untuk kosakata satu juta, dua juta, dan lima juta dalam
numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen juta.
Kemudian kosakata sepuluh menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen
puluh dan dua belas dalam numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai
gugus yang berkomponen belas.
Sementara itu, kosakata kedua termasuk dalam kategori numeralia pokok
kolektif. Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan
di depan nomina yang diterangkan. Hal itu juga terbukti dari deskripsi tuturan
data sebelumnya, kosakata kedua berada di depan kosakata orangtua yang
berkedudukan sebagai nomina dan kosakata kedua menerangkan orangtua.
Kata Depan (Preposisi)
Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa preposisi
dalam sebuah tuturannya. Preposisi tersebut di antaranya adalah di, ke, dan dari.
Kata depan di, ke, dan dari merupakan preposisi tunggal bentuk dasar. Untuk
preposisi turunan bentuk gabungan dan preposisi yang berasal dari kategori lain
tidak ditemukan dari deskripsi tuturan anak. Hal ini karena kosakata yang dikuasai
anak usia prasekolah masih terbatas dan sebagian besar terletak pada bentuk
dasar.
Kata Hubung (Konjungsi)
Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa konjungsi
dalam sebuah tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang berkaitan dengan
kategori konjungsi adalah dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan adalah
bentuk kategori konjungsi intrakalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi
yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau
klausa dengan klausa.
Kata Seru (Interjeksi)
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, heran, dan ekspresi
batin lainnya orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung
makna pokok yang dimaksud. Pada kategori interjeksi ditemukan sejumlah
kosakata seperti eh, loh, ah, aduh, dan wah.
Kata seru pada umumnya digunakan dalam bahasa lisan ataupun tulisan
yang berbentuk percakapan. Oleh karena itu, interjeksi lebih bersifat tidak formal

10

dan pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya yang bersifat
formal interjeksi hampir tidak pernah dipakai. Namun, penggunaannya di
kalangan anak juga tidak dapat dipersalahkan. Sekali lagi bahwa bahasa anak
adalah bahasa antara yang merupakan bagian tahapan anak dalam menguasai
sebuah bahasa hingga mencapai kemahiran berbahasa.
Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia
Prasekolah
Pada anak usia prasekolah, ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang
dikuasai sebagian besar masih berada dalam tataran benda, aktivitas, keadaan, dan
hal-hal lain yang bersifat konkret. Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari seperti makan, minum, tidur, mandi, belajar, bermain dan sebagainya
adalah salah satu contoh gagasan-gagasan konkret yang sering keluar dari tuturan
anak-anak. Begitu juga dengan nama-nama dalam lingkup kekerabatan seperti
bapak/ayah, ibu, kakak, adik, dan sebagainya.
Walaupun demikian, tidak berarti anak belum menguasai gagasan-gagasan
abstrak sepenuhnya. Anak sudah menguasai gagasan-gagasan abstrak seperti
susah, senang, sayang dan sebagainya yang berada dalam ruang lingkup keadaan,
hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang lebih tinggi, anak-anak belum
mampu memahaminya dengan baik. Hal itu dapat diketahui ketika terdapat anak
yang menanyakan konsep sebuah kata sopan, izin, ibadah, dan kuyup kepada
peneliti ketika berinteraksi di lapangan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kosakata anak
selain berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat konkret juga
berhubungan dengan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan dialami sendiri oleh
anak-anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Dale yang menyatakan bahwa
kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman mereka dan oleh
model-model yang tersedia (Tarigan, 1993:6).
Jadi, jika lingkungan mampu memberikan banyak pengalaman kepada
anak-anak dimungkinkan ruang lingkup kosakata anak akan lebih luas lagi. Hal
ini karena anak-anak menginterpretasikan kata-kata berdasarkan pengalamannya
pada masa lalu. Segala sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan
anak pada masa lalu akan memperkaya ruang lingkup kosakata anak-anak.
PENUTUP
Simpulan
Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah
berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga. Di
samping itu, perbedaan masukan (input) yang diterima masing-masing anak juga
turut berpengaruh dalam kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak.
Sementara itu, dari segi penguasaan terhadap kelas kata bahasa Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa kosakata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas
kata yang ada. Dari sepuluh kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak
sudah mencakup nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,
preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Dari hasil penelitian ini, kelas kata nomina
menempati posisi terbanyak yang dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik

11

dengan kelas kata artikula yang tidak ditemukan sama sekali dalam tuturan anakanak yang diteliti.
Pada ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia
prasekolah, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang
telah dikuasai anak. Tiga puluh ruang lingkup tersebut mengacu pada hal-hal yang
bersifat konkret atau nyata. Ketiga puluh ruang lingkup kosakata tersebut di
antaranya adalah nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan,
bilangan, profesi, persetujuan/penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan
diri, barang elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna,
makanan dan minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal,
perlengkapan sekolah, jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagaian-bagian
tubuh, transportasi, jenis-jenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa,
dan bentuk.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, dapat disampaikan saran kepada beberapa
pihak seperti orangtua, guru prasekolah, peneliti selanjutnya, penulis buku teks,
dan pengembang media pembelajaran. Bagi orangtua disarankan supaya dapat
membangun hubungan komunikasi yang intensif dengan anak untuk membantu
pertumbuhan kosakata anak sebagai bekal supaya anak dapat terampil berbahasa.
Bagi guru prasekolah disarankan dapat membantu meningkatkan penguasaan anak
terhadap kosakata-kosakata verba yang bersifat operasional dan yang memiliki
frekuensi tinggi dalam sebuah komunikasi.
Bagi peneliti lain yang ingin memperdalam penelitian ini dapat meneliti
mengenai hubungan variabel usia, jenis kelamin, atau kondisi lingkungan
keluarga terhadap penguasaan kosakata anak secara lebih terfokus. Sementara itu,
bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seputar pemerolehan
bahasa dapat meneliti mengenai pemerolehan bunyi bahasa pada anak. Bagi
penulis buku teks disarankan dapat menyusun buku membaca menulis permulaan
untuk anak dengan memperhatikan kategori kelas kata dan ruang lingkup kosakata
yang mayoritas telah dikuasai anak. Sementara itu, bagi pihak pengembang media
pembelajaran disarankan dapat mengembangkan media pembelajaran yang
kreatif, inovatif, dan menyenangkan melalui kartu-kartu kata atau video interaktif
seputar pengenalan kosakata bahasa Indonesia pada anak.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, H., Lapoliwa, H., Dardjowidjojo, S., Moeliono, A.M. 2010. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, A. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, S. 2010. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hurlock, E.B. 1997. Child Development. New York: Hill Book Company.
Keraf, G. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Soedjito. 1992. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Subyakto, U & Nababan. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Gramedia.

12

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tarigan, H.G. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 1993. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.