Mekanisme Ekspor Komoditas Kopi Indonesi

BAB I
PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG
Di Indonesia komoditas kopi merupakan salah satu sub sektor pertanian yang
mempunyai andil cukup penting penghasil devisa ketiga terbesar setelah kayu dan
karet. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang
menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi
memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa yang
sangat diperlukan bagi pembangunan nasional (Spillane, 1990).
Perkembangan produksi kopi Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun,
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat produksi kopi di Indonesia secara rata-rata
mengalami kenaikan tiap tahunnya, produksi kopi tertinggi dalam kurun waktu tersebut
terjadi pada tahun 2008 sebesar 683.300 ton dan produksi kopi terendah pada tahun
1997 sebesar 426.812 ton. Sumber kenaikan produksi kopi Indonesia berasal dari
perkebunan rakyat produksi kopi rakyat mengalami kecenderungan yang meningkat
selama periode 1997-2008, sementara produksi kopi perkebunan besar menunjukkan
kecenderungan yang menurun selama periode tersebut.


Berdasarkan catatan data AEKI, konsumsi dalam negeri selama ini hanya
berkisar antara 100 ribu hingga 125 ribu ton per tahun atau 27% dari produksi normal
1

kopi nasional yang 450 ribu ton. Sementara itu, realisasi ekspor per tahun mencapai
265 ribu ton. Dibanding jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 200 juta, konsumsi
per kapita per tahun masyarakat Indonesia terhadap kopi dalam negeri hanya 600
gram.
Indonesia mempunyai trend menurun dalam perkembangan ekspor tahun 20042008 hal itu dapat dilihat dari tabel 1.2 di bawah, walaupun mampu menduduki posisi
sebagai negara pengekspor kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Columbia
dan Vietnam produksi Indonesia masih kalah jauh dengan ke-3 negara tersebut begitu
juga dengan ekspor Indonesia.
Tabel 1.2
Posisi Negara Pengekspor kopi terbesar di Dunia 2004-2008
(dalam persen )

Kopi Indonesia juga memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea,
dan Aljazair. Bahkan, Sebuah waralaba penjual kopi terkenal di Amerika Serikat,
Starbuck, juga menggunakan kopi yang diimpor dari Indonesia. Amerika menjadi
negara pengimpor kopi terbesar dari Indonesia, negara tujuan ekspor lainnya adalah

Jepang, Jerman, dan Italia (Nuril, 2003).

2

Kopi produksi Indonesia merupakan komoditas yang mempunyai daya saing
yang tinggi dengan komoditas kopi luar negeri dan mempunyai potensi untuk
menambah devisa negara.
II.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan ekspor kopi di Indonesia?
2.
Bagaimana mekanisme atau tatacara yang dilakukan oleh Indonesia untuk
mengekspor komoditas kopi keluar negeri ?

BAB II
3


LANDASAN TEORI

A.

PENGERTIAN TANAMANKOPI
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia
Rubiaceae.Tanaman kopi pada umumnya berasal dari benua Afrika jenis kelamin
Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara
pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat
dibagi dalam empat kelompok besar, yakni :
1.

Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang

2.
3.
4.

Robusta;

Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika;
Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa;
Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.
Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis

Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang
mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan
Liberica dan Excelsa masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik dari pada
Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika
lebih mahal dari pada Robusta (Aji wahyu rosandi, 2007).
B.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Keyakinan bahwa perdagangan luar negeri akan memberikan sumbangan yang
positif kepada kegiatan ekonomi negara telah lama diyakini di kalangan ahli-ahli
ekonomi. Mahzab Merkatilisme, yaitu ahli-ahli ekonomi yang hidup sekitar abad
keenambelas dan ketujuhbelas berpendapat bahwa perdagangan luar negeri
merupakan sumber kekayaan kepada sesuatu negara. Ahli-ahli ekonomi klasik,
terutama David Ricardo, mengemukakan perdagangan yang lebih meyakinkan lagi
mengenai pentingnya peranan perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Teori

Ricardo mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari melakukan spesialisasi dan
perdagangan luar negeri merupakan pandangan yang sudah menjadi landasan dari
teori perdagangan luar negeri dan ekonomi internasional yang wujud sekarang
(Sadono Sukirno,1994).

C.

KONTRIBUSI

PERDAGANGAN

INTERNASIONAL

EKONOMI

4

BAGI

PEMBANGUNAN


Menurut Salvatore, 2002, terdapat berbagai keuntungan positif yang diberikan
oleh perdagangan internasional bagi pertumbuhan ekonomi. Keuntungan-keuntungan
tersebut adalah :
1.

Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya
domestik di suatu negara berkembang. Artinya melalui hubungan perdagangan
internasional, suatu negara berkembang dapat beranjak dari titik produksinya
yang tidak efisien dan memanfaatkan sumber daya yang semula tidak bisa

2.

diserap oleh pasar domestik.
Melalui peningkatan ukuran pasar, perdagangan internasional juga dapat
menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis (economies of scale) yang

3.

lebih tinggi.

Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi gagasangagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan manajerial dan
bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi kegiatan bisnis. Tanpa
adanya perdagangan internasional, maka para pengusaha di suatu negara akan

4.

terus berkutat pada cara-cara lama yang kurang efisien.
Perdagangan antar negara juga merangsang dan memudahkan mengalirnya
arus modal internasional dari negara maju ke negara berkembang. Jika
hubungan dagang telah terjalin dengan baik, maka perusahaan-perusahaan di
negara maju akan terdorong untuk melakukan investasi langsung berupa
pembangunan pabrik atau sarana produksi di negara berkembang. Jika hal itu
terjadi, maka mengalirlah modal dan teknologi serta keterampilan produksi yang

5.

lebih baik dari negara maju ke negara berkembang yang bersangkutan.
Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah
monopoli karena perdagangan pada dasarnya merangsang peningkatan
efisiensi setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari

negara lain.

D.

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Nopirin (2000), kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau
kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi

komposisi,

arah

serta

bentuk

daripada

perdagangan


internasional.Instrumen kebijaksanaan ekonomi internasional adalah :

1.

Kebijakan perdagangan internasional
Kebijakan perdagangan internasional meliputi, tindakan pemerintah terhadap
rekening yang sedang berjalan (current account) dari neraca pembayaran
5

internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang atau jasa.
2.

Misalnyaadalah tarif terhadap impor, bilateral trade aggrement dan lainnya.
Kebijakan pembayaran internasional
Kebijakan pembayaran internasional meliputi, tindakan pemerintah terhadap
rekening modal (capital account) dalam neraca pembayaran internasional.
Contohnya adalah pengawasan terhadap lalu-lintas devisa (exchange control)

3.


atau pengaturan lalu-lintas jangka panjang.
Kebijakan bantuan luar negeri
Tindakan
atau
kebijakan
pemerintah

yang

berhubungan

dengan

bantuan(grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk membantu
rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer terhadap negara lain.
E.

EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat. Oleh sebab itu

ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai. Apabila
ekspor bertambah, maka pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan
menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional tidak
dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila pendapatan
nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan
nasional tetap. Dengan demikian ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi
investasi dan fungsi pengeluaran pemerintah
Berdasarkan uraian diatas maka ekspor juga digolongkan sebagai pengeluaran
otonomi oleh karena pendapatan nasional bukanlah penentu penting dari tingkat
ekspor yang dicapai suatu negara. Daya saing di pasaran luar negeri, keadaan
ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi di negara luar , pendapatan dan
kurs valuta asing merupakan faktor utama yang akan menentukan kemampuan suatu
negara mengekspor ke luar negeri. Ekspor yang akan dilakukan sesuatu negara
bergantung kepada banyak faktor. Sesuatu negara dapat mengekspor barang-barang
yang akan dihasilkannya ke negara-negara lain apabila barang-barang tersebut
diperlukan negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barangbarang tersebut. Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan
dari Indonesia ke Amerika dan negara-negara maju lainnya disebabkan karena
barang-barang tersebut mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat
menghasilkan sendiri barang-barang seperti itu.
Sebaliknya pula, Indonesia mengimpor barang-barang modal dan berbagai jenis
barang untuk keperluan

pengembangan berbagai jenis industri karena ia belum
6

sanggup memproduksikan barang-barang tersebut dengan mutu yang sebaik seperti
yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju. Ekspor bisa dilihat dari sisi
permintaan dan penawaran. Permintaan ekspor seseorang atau masyarakat terhadap
suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang
terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini ( Dewi Anggraini, 2006):
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Harga barang itu sendiri
Harga barang lain yang sangat berkaitan erat dengan barang tersebut
Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
Jumlah penduduk
Selera
Ramalan yang akan terjadi di masa yang akan datang

BAB III
PEMBAHASAN

A.

SEJARAH KOPI DI INDONESIA
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi
ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan
7

Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian ditanam dan
dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi - Jakarta Timur,
dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian
mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan
akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali,
Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh
VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun
1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des
Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan
dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu
menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC
memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat
tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir
Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun
1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian
meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400
ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya
jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan
budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan
serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke Indonesia sejak
tahun 1876. Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada
pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut, dimana serangan penyakit ini
tidak begitu hebat. Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di dataran
tinggi ijen (Jawa Timur) , Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas
Bukit Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera
Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah Belanda
mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun
ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan kurang bisa
diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini
masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
8

Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi
jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit
karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan ,
sedangkan produksinya jauh lebih tinggi . Maka kopi Robusta menjadi cepat
berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah – daerah dengan
ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa,
Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan
rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan
di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara
(PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
B.

DASAR HUKUM
Kopi adalah salah satu komoditas ekspor yang diatur tata niaga ekspornya.
Ketentuan tentang ekpor kopi diatur beberapa kali dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia, yaitu
1.

Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan

Nomor

558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum
Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 tanggal 22
2.

Januari 2007;
Peraturan Nomor 26/M-DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor 27/MAG/PER/7/2008 dan terakhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan
Ekspor Kopi yang terakhir kali mengalami perubahan dengan Peraturan Menteri

3.

Perdagangan Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011.
Undang-undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10

4.

Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007 tentang Ketentuan

5.

Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-40/BC/2008 jo. P06/BC/2009 jo. P-30/BC/2009 jo. P-27/BC/2010 tentang Tata Laksana

6.

Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-41/BC/2008 tentang
Pemberitahuan Pabean Ekspor.

C.

EKSPOR KOPI

9

Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi
kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor
kopi Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama.
Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta
Indonesia, pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi
arabika Sumatera, sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan
pintu gerbang kopi arabika dan robusta yang dihasilkan dari jawa Timur dan wilayah
Indonesia bagian timur.
Permintaan akan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat mengingat
kopi robusta Indonesia mempunyai keunggulan karena body yang dikandungnya
cukup kuat, sedangkan kopi arabika yang dihasilkan oleh berbagai daerah di
Indonesia mempunyai karakteristik citarasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan
ekselen.
D.

KOPI SPESIALTI
Indonesia merupakan satu-satunya negara produsen kopi yang memiliki kopi
specialty terbanyak di dunia.Beberapa nama kopi spesialti Indonesia yang telah
dikenal di mancanegara dan menjadi bagian dari menu origin di Cafe di kota-kota
besar dunia diantaranya adalah Gayo Coffee, Mandheling Coffee, Java Coffee, dan
Toraja Coffee. Sedangkan beberapa nama yang saat ini sudah mulai dikenal
diantaranya adalah Bali Kintamani Coffee, Flores Coffee, Prianger Coffee, dan Papua
Coffee.

E.

MEKANISME EKSPOR KOPI
1.
Ketentuan Ekspor
Setiapnegara mempunyai tatacara dalam pelaksanaan ekspor begitupun
Indonesia, berikut adalah tatacaraekspor kopi Indonesia:
a.

Eksportir harus sudah memiliki badan usaha berupa PT atau CV

b.

Eksportir harus memiliki Surat Ijin Eksportir Kopi Sementara. Jika sudah
melakukan ekspor kopi minimal 200 ton dalam setahun, maka surat ijin
akan berubah menjadi Eksportir Kopi Tetap. Surat tersebut berlaku selama
5 tahun. Jika dalam satu tahun tidak ada kegiatan ekspor kopi, maka surat
ijin tersebut akan dibekukan.

c.

Ekspotir mempersiapkan kopi yang akan diekspor di gudang

d.

Eksportir membuat Invoice, Packing List, SPEK (Surat Permohonan
Ekspor Kopi)
10

e.

Eksportir menyerahkan Invoice, Packing List, SPEK kepada pihak
Fowarder/Ekspedisi

f.

Terbit

PEB

(Pemberitahuan

Ekspor

Barang)

dan

NPE

(Nota

Pemberitahuan Ekspor)
g.

Kopi harus melalui proses karantina terlebih dahulu, sampai nanti kita
mendapatkan

sertifikat

karantina

atau

biasa

disebut

PhytosanitaryCertificate
h.

Kopi diberangkatkan kenegara tujuan

i.

PEB, NPE, Invoice, Packing List diserahkan ke Dinas Koperasi dan
Perdagangan untuk dibuatkan Certificate of Origin (COO) dan International
Coffee Organization (ICO)

j.

Invoice, Packing list, COO, ICO, danPhytosanitary certificate dikirimkan
kepada alamat buyer. Karena semua sertifikat ini dibutuhkan di beacukai
Negara tujuan.

2.

Tata Cara Pelaksanaan
a.
Memperoleh Surat pelaksanaan Ekspor Kopi (SPEK) dari Dinas yang
bertanggung jawab di bidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota
yang

ditunjuk

oleh

Direktur

Jenderal

Perdagangan

Luar

Negeri

Departemen Perdagangan sebagai instansi penerbit SPEK, setelah
Eksportir Kopi telah membayar iuran kepada Asosiasi Eksportir Kopi
b.

Indonesia (AEKI);
SPEK diterbitkan selambat-Iambatnya dalam waktu3 (tiga) hari terhitung

c.

sejak diterimanya permohonan yang telah dilengkapi oleh Eksportir Kopi;
SPEK hanya berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan dan hanya dapat

d.

diperpanjang 1 (satu) kali;
Masa berlaku SPEK sampai dengan akhir tahun kopi atau sampai tanggal

e.

30 September, tidak dapat diperpanjang lagi;
Melampirkan Surat Keterangan AsaI (SKA) form ICO yang dikeluarkan
oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang Perdagangan di
provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan dalam penerbitan
SKA formulir ICO.

3.

Sanksi
ET-Kopi (EksportirTerdaftar Kopi) yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan dan persyaratan ekspor kopi dikenakan sanksi berupa pembekuan
11

atau pencabutan pengakuan sebagai ETK dan/atau sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
PENUTUP
A.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ekspor komoditas
kopi memiliki sumbangsih besar terhadap pendapatan negara dan dapat membantu
pembangunan nasional khususnya di Indonesia, selain itu dalam pelaksanaan ekspor
tentu saja terdapat beberapa tatacara dan pelaksanaan yang harus dipenuhi dan
diikuti oleh pihak eksportir kopi itu sendiri sebagaimana telah disebutkan dihalaman
sebelumnya tentang mekanisme ekpor kopi.
Ekspor kopi juga memiliki dasar hukum yang kuat sebagaimana telah dijelaskan
dalam perundang – undangan negara Republik Indonesia. Perdagangan internasional
melalui ekspor kopi sangat berpengaruh besar terhadap suatu negara eksportir
sebagai ajang untuk melebarkan sayap ke kancah internasional (Go International).

B.

SARAN
Dalam hal ini antara swasta dan pemerintah perlu mengadakan adanya
kerjasama untuk lebih meningkatkan kualitas kopi yang dimiliki oleh indonesia, selain
itu pihak eksportir harus mematuhi segala peraturan yang ada dalam dasar hukum
tentang ketentuan ekspor komoditas kopi agar pada saat proses ekspor tidak ada
masalah dan ekspor bisa berjalan dengan baik.
Pemerintah harus lebih mengawasi tanaman kopi yang dimiliki oleh negara
maupun swasta dengan cara emberikan pupuk sebagai bentuk cinta terhadap produk
12

yang dimiliki oleh bangsa sendiri, dan sebagai bentuk pencegahan agar tidak banyak
tanaman kopi yang terjerat hama yang mengakibatkan petani merugi dan volume
ekspor berkurang tentu saja akan berpengaruh terhadap devisa negara, maka dari
perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat dalam sektor pertanian kopi.

Daftar Pustaka
Buku :
Yahmadi, Mudrig.Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya & Pengolahan
Kopi di Indonesia.AEKI Jawa Timur.PT. Bina Ilmu Offset.November:2007.
Website :
http://www.aeki-aice.org/
http://www.specialtycoffee.co.id/tata-cara-ekspor-kopi/

Badan Pusat Statistik,2007, Statistik IndonesiaTahun 2009,Jakarta
Menteri Perdagan

13