Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Penilaian Kinerja

2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, terlebih dahulu harus dipahami apa yang dimaksud dengan penilaian kinerja itu sendiri. Menurut Mulyadi (2001: 415): “Penilaian kinerja adalah penilaian secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.

2.1.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Munawir (2000: 31), tujuan pengukuran kinerja adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, adalah menunjukan kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut terlikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk


(2)

membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.1.1.3 Return Saham

Returnsaham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Motivasi utama investor menanamkan modalnya dalam suatu investasi adalah mendapatkan tingkat pengembalian (return) investasi yang maksimal dengan resiko tertentu atau memperoleh return tertentu dengan risiko yang minimal. Dalam melakukan investasi sekuritas saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi.

Menurut Tandelilin (2001:48) sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu :

1) Yield

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika berinvestasi pada sebuah obligasi atau mendepositokan uang di bank, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi atau bunga deposito yang diterima.Jika kita berinvestasi dalam saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh.

2) Capital Gain (Loss)

Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham atau obligasi) yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Dengan kata laincapital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.

Return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2)


(3)

returnekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Menurut Robert Ang (1997:20), faktor yang memperngaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal perusahaan dan faktor eksternal. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai dan kondisi intern perusahaan lainnya.Faktor eksternal meliputi pengaruh perkembangan sektor industri, faktor ekonomi dan sebagainya.

Dalam penelian ini konsep return yang digunakan adalah return realisasi atau actualreturn (capital gain) yang merupakan selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Return sahamnya dirumuskan sebagai berikut :

Return Saham = Pt−P(t−1)

P(t−1) Keterangan :

Pt = Harga saham pada tahun bersangkutan P(t1) = Harga saham pada tahun sebelumnya


(4)

2.1.2 Konsep Economic Value Added (EVA) 2.1.2.1 Pengertian EVA

Menurut James C. Van Horne (2007:141), EVA adalah laba operasional bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai biaya modal untuk modal yang digunakan.Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manajer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya.EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.

EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.


(5)

EVA dapat digunakan sebagai perhitungan insentif bagi karyawan terutama pada divisi yang memberikan nilai EVA lebih, sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan tolak ukur yang tepat untuk memperhatikan kepuasan karyawan, pelanggan, dan investor.Untuk melihat apakah perusahaan berhasil dalam menciptakan EVA atau tidak dapat ditentukan dengan melihat nilai akhir EVA yang dihasilkan perusahaan.Apabila hasil perhitungan nilai EVA positif, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memperoleh nilai tambah selama periode tersebut. Jika nilai EVAsama dengan nol, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada kondisi impas selama periode tersebut. Dan apabila nilai EVA kurang dari nol, dapat disimpulkan bahwa perusahaan gagal menghasilkan nilai tambah dalam periode tersebut, atau dengan kata lain penurunan nilai kekayaan pemegang saham.

2.1.2.2 Manfaat EVA

Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997: 12) :

1. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation).

2. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham. 3. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya

pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

4. EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.


(6)

5. EVA menyebabkan perusahan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.

6. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi, daripada biaya modalnya.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) Kelebihan dari EVA yang diungkapkan oleh Mirza (1997) :

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai risiko investasi.

2. EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.

3. Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.

4. Penerapan konsep EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan permodalan.

5. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan.

6. Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari unit usaha yang mempunyai negatif value added.

Melihat berbagai kelebihan EVA, ternyata juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan Mirza (1997)sebagai berikut:

1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak megukur aktivitas penentu seperti loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.

2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu.

3. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.

Walaupun terdapat kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan investor terhadap investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi baru akan


(7)

berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.

2.1.2.4 Strategi Meningkatkan EVA

Menurut Sofiarini (2004:14) ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:

1. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. 2. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi

dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.

3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording business). Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil. 2.1.2.5 Ukuran Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan: 1. Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan

baik, sehingga terjadi proses perubahan nilai ekonomisnya.

2. Jika EVA = 0, maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis dalam keadaan impas.

3. Jika EVA< 0,maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan kurang bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi harapan penyandang dana, sehingga tidak terjadi penambahan nilai ekonomis pada perusahaan.


(8)

2.1.3 KonsepMarket Value Added(MVA)

Ruky (1999: 350) menyatakan bahwa MVA adalah hasil kumulatif kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan. MVA mencerminkan seberapa sukses investasi baru di masa datang.Menurut Warsono (2003: 47) tujuan utama manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya.Tujuan ini jelas bermanfaat bagi para pegang saham biasa, dan itu juga menjamin bahwa sumberdaya yang terbatas dialokasikan secara efesien.Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para investor kepada perusahaan.Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah pasar (Market Value Added).

Manfaat dari Market Value Added yang dapat diaplikasikan pada perusahaan, antara lain:

a. Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham.

b. Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum mengambil keputusan investasi.

c. MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan kekayaan para pemegang saham perusahaan.


(9)

Adapun kriterianya yaitu:

a. MVA positif (>0) yang berarti pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham pun bertambah atau bisa dikatakan kinerja perusahaan tersebut sehat. b. MVA negatif (<0) yang berarti pihak manajemen telah menurunkan

kekayaan perusahaan dan kekayaan pemegang saham pun berkurang atau bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.

2.1.4 Konsep Board Independent(Komisaris Independen)

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas danbertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikannasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG.Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambilkeputusan operasional.Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara.Tugas komisaris utama sebagai primusinter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris (KNKG, 2006).

Beberapa kriteria tentang Komisaris Independen adalah sebagai berikut (BEJ,2000) :

a. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang (controlling shareholders)perusahaan tercatat yang bersangkutan.


(10)

komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

c. Komisaris independen tingkat kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

e. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum.

Keberadaan mekanismepengendalian eksternal serta peraturan lingkungan, meningkatkan kekuatan hubungan antara proporsi komisaris independen dan level pengungkapansukarela.Good governance harus melindungi dan menjamin tingkat pengembalian(returns) yang layak bagi pemegang saham minoritas dan melindungi hak-hakpemegang saham minoritas. Menurut Bai, et al. (2003) dalam Yuen, et al. (2009),struktur governance yang baik dapat dibentuk oleh dewan independen melaluipengungkapan yang transparan dan oleh lingkungan hukum yang efektif yangakan mengurangi kecenderungan perilaku disfungsional pemegang sahampengendali. Diasumsikan bahwa ketika komposisi komisaris independen dalam suatu perusahaan lebih tinggi maka perusahaan tersebut diharapkan untukmelakukan lebih banyak pengungkapan sukarela, sehingga dapat mengurangikemungkinan terjadinya withholding information (penahanan informasi) oleheksekutif manajemen.Penelitian oleh Wijayanti (2009)


(11)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpositif, namun tidak signifikan, antara komposisi komisaris independen terhadapluas pengungkapan sukarela pada perusahaan yang bergerak di sektor keuanganataupun non-keuangan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2006 dan 2007. Hal ini berarti semakin besar proporsi dewan komisaris independen, tidak menjaminperusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas (Wijayanti,2009).

Menurut Peraturan Pencatatan nomor IA tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen minimum 30%.Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh anggota komisaris. (Kusumaning,2004)

Proporsi board independent diukur dengan :

Jumlah Anggota KomisarisIndependen Jumlah Seluruh Anggota Dewan Komisaris Perusahaan

Proporsi board independent>30% yang berarti semakin luas pengungkapan sukarela pada perusahaansehingga dapat mengurangikemungkinan terjadinya withholding


(12)

information (penahanan informasi) oleheksekutif manajemen yang berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan.

Proporsi board independent>30% yang berarti semakin sempit ruang pengungkapan sukarela yang menghambat kinerja perusahaan.

2.2Penelitian Terdahulu

Landasan penelitian terdahulu yang diambil sebagai acuan dalam penelitian ini dilakukan oleh Rosyidiana (2003) yang berjudul “Penerapan Market Value Added(MVA) dan Economic Value Added(EVA) dalam Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Mandom Indonesia, Tbk dan PT. Mustika Ratu, Tbk (2003)”. Kesimpulan dari penelitiannya adalah kinerja PT. Mandom Indonesia, Tbk jika dinilai dengan metode MVA, pada tahun 1999 sehat, sedangkan pada tahun 2000 dan 2001 kinerjanya tidak sehat. Apabila dinilai metode EVA pada tahun 1999 dan 2001 kinerjanya sehat, sedangkan tahun 2000 kinerjanya tidak sehat. Kinerjanya PT. Mustika Ratu, Tbk, jika dinilai dengan metode MVA selama tiga tahun tidak sehat. Apabila dinilai dengan metode EVA, kinerjanya juga tidak sehat. Diantara kedua perusahaan tersebut yang kinerjanya lebih sehat adalah PT. Mandom Indonesia, Tbk karena nilai MVA tahun 1999 positif dan EVA tahun 1999 dan 2001 positif sedangkan PT. Mustika Ratu, Tbk selama tiga tahun nilai MVA dan EVA negatif.

Persamaan dari landasan peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dibuat adalah sama-sama menilai kinerja perusahaan menggunakan metode Economic


(13)

Value Added(EVA) dan Market Value Added(MVA), sedangkan perbedaan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang adalah peneliti terdahulu melakukan studi kasus perusahaan pada PT. Mondom Indonesia, Tbk dan PT. Mustika Ratu, Tbk. Data yang digunakan antara periode 1999-2001, peneliti sekarang melakukan studi kasus pada perusahaan manufaktur dan variabelnya yang ditambah yaitu Board Independent, menggunakan data periode tahun 2009-2011.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Variabel Kesimpulan

Siti dan Sugiarto (2006)

Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta terhadap return saham

Dependen : Kinerja Keuangan

Independen : EVA, MVA

EVA dan MVA berpengaruh positif terhadap return saham

Mulya Yoga Prakarsa

(2007)

Analisis Hubungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta

Dependen : Kinerja Keuangan

Independen : Rasio Keuangan, EVA, dan MVA

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan atau

berkorelasi terhadap Market Value Added (MVA). Hal ini berarti jika kinerja manajemen suatu perusahaan meningkat, yang dicerminkan oleh

variabel EVA, maka nilai pasar perusahaan

tersebut belum tentu juga akan meningkat, yang dicerminkan oleh variabel MVA


(14)

Yogi Marshal (2009)

Pengaruh Economic Value

Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan

Arus Kas Operasi Terhadap

Return Saham Dependen: Return Saham Independen: Economic Value Added (EVA), Market Value Added

(MVA), Arus Kas Operasi

Economic Value Added

(EVA), Market Value

Added (MVA), Arus Kas

Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham D. Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009)

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia

Dependen :

Return Saham

Independen : ROA (Return on

Asset)

ROE (Return on

Equity)

NPM (Net Profit

Margin) EVA

(Economic Value

Added)

ROA, ROE, NPM, dan EVA secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial variabel NPM berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, dan EVA tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Mochammad

Mochtasom (2009)

Pengaruh Economic Value

Added, Residual Income, Earnings, Arus Kas

Operasi, Market Value

Added, dan ROA Terhadap Return Saham Pada

Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI

Dependen: Return Saham Independen: Economic Value Added, Residual Income,

Earnings, Arus Kas

Operasi, Market

Value

Added, dan ROA

EVA, Residual Income,

Earnings,

Arus Kas Operasi, MVA dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial variabel

Earnings, Arus Kas

Operasi dan ROA berpengaruh terhadap

return saham sedangkan

variabel EVA, Residual

Income, MVA tidak

berpengaruh terhadap

return saham

Ferawati (2010)

Pengaruh Economic Value

Added dan Rasio

Profitabilitas Terhadap

Return Saham Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Dependen :

Return Saham

Independen :

Economic Value Added, Return On Assets, Return On Equity, Earnings Per Share

Variabel Economic

Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity

(ROE),dan Earnings per

Share (EPS) secara

simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham


(15)

Jhonatan Hasiholan

(2011)

Pengaruh Economic Value

Added, Market Value Added, dan Rasio

Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan yang terdaftar di BEI

Dependen :

Return Saham

Independen :

Economic Value Added, Market Value Added, Return on Asset, Return On Equity

Economic Value Added, Market Value Added, dan

Rasio Profitabilitas secara simultan tidak

berpengaruh signifikan

return saham

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang dikemukan diatas, maka dapat disusun kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Dengan Konsep EVA, MVA, dan, Board Independent

H1

H2

Economic Value Added (EVA) X1

Board Independent X3

Kinerja Perusahaan Manufaktur (Return

Saham) yang Terdaftar di BEI (Y)


(16)

2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2008 : 35). Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaaan yang telah terjadi atau akan terjadi.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Kinerja Keuangan

Bila perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut dan hal ini mendorong terjadinya permintaan terhadap sahamyang bersangkutan semakin banyak maka harga saham cenderung meningkat di pasar modal.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehn and Makhija (1996) dan penelitian Dodd dan Chen (1996), yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif EVA dengan return saham artinya semakin tinggi nilai EVA yang diciptakan perusahaan maka harga


(17)

saham akan mengalami kenaikan yang pada akhirnya memberikan return saham yang tinggi. Oleh sebab itu hipotesis alternatif pertama (H1) dirumuskan:

H1 = EVA berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan

2.Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Kinerja Keuangan

Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar saham adalah perkalian jumlah saham beredar dengan harga saham.Harga saham didapat dari harga saham rata-rata dalam satu tahun. (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).

MVA diukur antara selisih dikurangi nilai buku per lembar saham.MVA positif menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku per lembarnya. Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan karena MVA (Market Value Added)adalah ukuran komulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada waktu tertentu dari EVA yang akan datang (Lehn dan Makhija, 1996) sehingga apabila EVA bernilai positif maka MVA juga bernilai positif. Maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan :


(18)

3.Pengaruh Board Independentterhadap Kinerja Keuangan

Komisaris independen yang terpisah dari pihak manajemenmempunyai tanggung jawab utama untuk mengawasi kinerja manajemen.Sebagaibagian dari pengendalian lingkungan, tanggung jawab dewan komisaris jugamencakup pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan dan meningkatkanpengendalian yang berhubungan dengan risiko strategi kunci.Dewan komisaris yang independenakan melakukan pengawasan yanglebih unggul sehingga reliabilitas dan validitas pelaporan keuangan yang lebihbaik dapat dicapai (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996).

Penelitian oleh Wijayanti (2009) menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpositif, namun tidak signifikan, antara komposisi komisaris independen terhadapluas pengungkapan sukarela pada perusahaan yang bergerak di sektor keuanganataupun non-keuangan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2006 dan 2007. Hal iniberarti semakin besar proporsi Dewan Komisaris Independen, tidak menjaminperusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas. Maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan:

H3 =Board Independent berpengaruh secara signifikan terhadap


(1)

Value Added(EVA) dan Market Value Added(MVA), sedangkan perbedaan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang adalah peneliti terdahulu melakukan studi kasus perusahaan pada PT. Mondom Indonesia, Tbk dan PT. Mustika Ratu, Tbk. Data yang digunakan antara periode 1999-2001, peneliti sekarang melakukan studi kasus pada perusahaan manufaktur dan variabelnya yang ditambah yaitu Board Independent, menggunakan data periode tahun 2009-2011.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Variabel Kesimpulan

Siti dan Sugiarto (2006)

Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta terhadap return saham

Dependen : Kinerja Keuangan

Independen : EVA, MVA

EVA dan MVA berpengaruh positif terhadap return saham Mulya

Yoga Prakarsa

(2007)

Analisis Hubungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta

Dependen : Kinerja Keuangan

Independen : Rasio Keuangan, EVA, dan MVA

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan atau

berkorelasi terhadap Market Value Added (MVA). Hal ini berarti jika kinerja manajemen suatu perusahaan meningkat, yang dicerminkan oleh

variabel EVA, maka nilai pasar perusahaan

tersebut belum tentu juga akan meningkat, yang dicerminkan oleh variabel MVA


(2)

Yogi Marshal (2009)

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Dependen: Return Saham Independen: Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Arus Kas Operasi

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham D. Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009)

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia

Dependen : Return Saham Independen : ROA (Return on Asset)

ROE (Return on Equity)

NPM (Net Profit Margin) EVA (Economic Value Added)

ROA, ROE, NPM, dan EVA secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial variabel NPM berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, dan EVA tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Mochammad

Mochtasom (2009)

Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi, Market Value Added, dan ROA Terhadap Return Saham Pada

Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI

Dependen: Return Saham Independen: Economic Value Added, Residual Income,

Earnings, Arus Kas Operasi, Market Value

Added, dan ROA

EVA, Residual Income, Earnings,

Arus Kas Operasi, MVA dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial variabel Earnings, Arus Kas Operasi dan ROA berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel EVA, Residual Income, MVA tidak berpengaruh terhadap return saham

Ferawati (2010)

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio

Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Dependen : Return Saham Independen : Economic Value Added, Return On Assets, Return On Equity, Earnings Per Share

Variabel Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),dan Earnings per Share (EPS) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham


(3)

Jhonatan Hasiholan

(2011)

Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, dan Rasio Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan yang terdaftar di BEI

Dependen : Return Saham Independen : Economic Value Added, Market Value Added, Return on Asset, Return On Equity

Economic Value Added, Market Value Added, dan Rasio Profitabilitas secara simultan tidak

berpengaruh signifikan return saham

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang dikemukan diatas, maka dapat disusun kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Dengan Konsep EVA, MVA, dan, Board Independent

H1

H2

Economic Value Added (EVA) X1

Board Independent X3

Kinerja Perusahaan Manufaktur (Return

Saham) yang Terdaftar di BEI (Y)


(4)

2.4 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2008 : 35). Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaaan yang telah terjadi atau akan terjadi.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Kinerja Keuangan

Bila perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya karena ke dalam perusahaan tersebut dan hal ini mendorong terjadinya permintaan terhadap sahamyang bersangkutan semakin banyak maka harga saham cenderung meningkat di pasar modal.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehn and Makhija (1996) dan penelitian Dodd dan Chen (1996), yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif EVA dengan return saham artinya semakin tinggi nilai EVA yang diciptakan perusahaan maka harga


(5)

saham akan mengalami kenaikan yang pada akhirnya memberikan return saham yang tinggi. Oleh sebab itu hipotesis alternatif pertama (H1)

dirumuskan:

H1 = EVA berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan

2.Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Kinerja Keuangan

Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar saham adalah perkalian jumlah saham beredar dengan harga saham.Harga saham didapat dari harga saham rata-rata dalam satu tahun. (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).

MVA diukur antara selisih dikurangi nilai buku per lembar saham.MVA positif menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku per lembarnya. Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan karena MVA (Market Value Added)adalah ukuran komulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada waktu tertentu dari EVA yang akan datang (Lehn dan Makhija, 1996) sehingga apabila EVA bernilai positif maka MVA juga bernilai positif. Maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan :


(6)

3.Pengaruh Board Independentterhadap Kinerja Keuangan

Komisaris independen yang terpisah dari pihak manajemenmempunyai tanggung jawab utama untuk mengawasi kinerja manajemen.Sebagaibagian dari pengendalian lingkungan, tanggung jawab dewan komisaris jugamencakup pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan dan meningkatkanpengendalian yang berhubungan dengan risiko strategi kunci.Dewan komisaris yang independenakan melakukan pengawasan yanglebih unggul sehingga reliabilitas dan validitas pelaporan keuangan yang lebihbaik dapat dicapai (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996).

Penelitian oleh Wijayanti (2009) menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpositif, namun tidak signifikan, antara komposisi komisaris independen terhadapluas pengungkapan sukarela pada perusahaan yang bergerak di sektor keuanganataupun non-keuangan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2006 dan 2007. Hal iniberarti semakin besar proporsi Dewan Komisaris Independen, tidak menjaminperusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas. Maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan:

H3 =Board Independent berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

5 78 98

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 11

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 2

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 8

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 2

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Board Independent terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 17