BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan.

  Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau tingkah laku dari anggota masyarakat yang bersangkutan, dimana individu atau kelompok saling berkaitan dengan sesama anggota kelompok atau dengan kelompok lainnya. Begitu juga dengan cara berfikir individu atau kelompok bisa berubah.

  Seorang sosiolog Indonesia Selo Soemardjan (2011:610), mengatakan bahwa : “perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosial termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola prilaku antara kelompok didalam masyarakat.”

  Gillin dan Gillin (dalam Nanang martono,2012:4) mengartikan perubahan sosial sebagai, suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideology maupun adanya difusi maupun penemuan- penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

  Berhubungan dengan perubahan sosial, masyarakat pedesaan juga mengalami suatu perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi di pedesaan juga dapat dilihat dari cara masyarakat pedesaan untuk bertani. Beberapa waktu yang lalu kebanyakan petani di desa masih mengerjakan sawah ladangnya dengan bantuan hewan dan anggota keluarganya. Berbeda dengan sekarang ini, masyarakat petani di pedesaan mulai mengenal teknologi sehingga mempermudah untuk mengerjakan lahan mereka. Sehingga orientasi para petani di pedesaan mengalami perubahan. Lahan usaha tani semula semula dikembangkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupq sehari-hari, dialihkan menjadi lahan usaha yang bersifat komersial.

  “Sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Iqbal (2000) dalam penelitiannya. Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk berusaha memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya. Paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya.”

  Perubahan yang terjadi pada masyarakat senantiasa karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, seperti sosial, ekonomi, budaya, tekhnologi dan lain-lain. Adapun penyebab dari perubahan tersebut adalah:

  1. Innovation (inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok.

  2. Adaptations (adaptasi) yaitu penyesuaian secara sosial san budaya

3. Adoption (adopsi) yaitu penggunaan dari penemuan baru dalam bidang tekhnologi yang memudahkan manusia dalam kehudupan sehari-hari.

  Perubahan sosial pada masyarakat pedesaan begitu cepat. Perkembangan teknologi pertanian membawa perubahan pada sistem produksi bahan makanan dan serat. Perubahan sistem tersebut telah membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan masyarakat pedesaan sebagai petani atau orang yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian di pedesaan.

  Seperti yang terjadi pada masyarakat petani yang berada di Kelurahan Panji Dabutar, ketika teknologi berupa pupuk pestisida yang dulunya tidak pernah ada dan masyarakat hanya mengandal dengan temuan-temuan mitos untuk menanggulangi hama yang menyerang tanaman mereka, namun kini terlihat bahwa setelah penemuan teknologi dan menghasilkan produk. Masyarakat petani menjadi lebih berani dalam mengambil resiko dengan melakukan peralihan jenis tanamana seperti dari menanam kopi beralih menanam tanaman jeruk karena saat ini petani sudah pandai mengatasi hal-hal buruk yang akan terjadi. Sehingga hal ini sangat berdampak terhadap perubahan yang terjadi pada masyarakat petani.

  Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial, sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial yang normal. Perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi, sebab perubahan mengakibatkan perubahan disektor-sektor lain. Perubahan sosial, berarti adanya perbedaan sesuatu yang diamati melalui periode tertentu. Sedangkan kata sosial, berarti manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi perubahan sosial adalah proses berkelanjutan melalui periode waktu, dimana perbedaan dalam hubungan antar manusia terjadi.

2.1.1 Perubahan sistem dan pola tanam

  Sejarah pertanian telah mencatat bahwa sistem dan pola pertanian masyarakat petani pada awalnya adalah pertanian yang bersifat subsistem, Dimana tanaman yang ditanam hanya sekedar dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem seperti ini juga terjadi di wilayah dataran tinggi Kabupaten Dairi. Mereka menanam berbagai jenis tanaman, antara lain padi, kopi, buah-buahan ataupun sayur-sayuran. Maka bentuk pertanian tersebut bersifat individual, cakupannya hanya dalam keluarga. Sistem ini kemudian berubah dan berkembang dimana para petani mulai memanfaatkan lahan pertaniannya guna memperoleh uang, sehingga sistem subsistensial perlahan- lahan mulai ditinggalkan.

  Adanya pembaharuan sistem di kalangan petani, dimana selama kurun waktu sepuluh tahun masyarakat petani khususnya di Kelurahan Panji Dabutar melakukan pergantian jenis tanaman yang berorientasi pasar. Di sini terlihat bahwa ada sebuah sistem baru yang dijalankan petani di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sistem ini berdampak terhadap pola dan sistem bercocok-tanam petani, dan dampak yang lebih jauh lagi ialah petani telah mempunyai keterkaitan langsung dengan pasar. Keterkaitan ini membuat pedesaan telah berubah mencapai tingkat komersialisasi sedemikian rupa, sehingga lebih terlibat dalam percaturan ekonomi yang lebih luas di luar wilayahnya atau disebut cenderung mengarah ke sistem kapitalisme.

  Dengan perubahan sistem pertanian dan pola tanam yang didasari dengan pergantian jenis tanaman yang ditanam. Sehingga semakin terlihat jelas ragam dan besarnya determinasi pertanian terhadap corak kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Smith dan Zopf (dalam Rahardjo, 2004) memberikan cakupan pengertian yang luas terhadap sistem pertanian, yaitu mencakup seperangkat gagasan, elemen-elemen, budaya, keterampilan, teknik, praktek, prasangka, dan kebiasaan yang terintegrasi secara fungsional dalam suatu masyarakat, berkaitan dengan hubungan mereka dengan tanah pertaniannya.

  Di Kelurahan Panji Dabutar, terjadi peralihan jenis tanaman. Tanaman keras yang menjadi pilihan petani ialah tanaman yang bernilai jual tinggi di pasaran (high value commodity) seperti tanaman jeruk yang ditanam petani lebih kurang sepuluh tahun terakhir ini. Dalam penelitian Okta Selvia (2005), dengan adanya perubahan petani berhadapan dengan beberapa resiko yaitu : Pertama, karena tanaman keras merupakan tanaman yang bebas diusahakan dan diperdagangkan tanpa campur tangan aparat desa, sehingga petani berhubungan langsung dengan pasar, akibatnya mereka sangat rentan terhadap fluktuasi harga yang juga dipengaruhi oleh beberapa aktor mulai dari pembeli biasa hingga tengkulak. Kedua, pertanian juga sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan musim.

2.1.2 Perkembangan Teknologi

  Dalam mencapai peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi suatu produk olahan.

  Perkembangan teknologi pertanian membawa perubahan pada sistem produksi bahan makanan dan serat. Perubahan sistem tersebut telah membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan masyarakat pedesaan sebagai petani atau orang yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian di pedesaan. Contohnya, ketika teknologi berupa pupuk pestisida yang dulunya tidak pernah ada dan masyarakat hanya mengandal dengan temuan-temuan mitos untuk menanggulangi hama yang menyerang tanaman mereka, namun seiring perkembangan teknologi kini terlihat bahwa setelah penemuan teknologi banyak menghasilkan produk baru maka sangat berdampak terhadap perubahan sistem pertanian yang terjadi pada masyarakat.

  Kingsley Davis (dalam Soekanto, 2000: 324) berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup hampir semua bagian dalam ruang lingkup masyarakat. Diantaranya yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, pola prilaku, bahkan mencakup perubahan dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial. Dan seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, usaha peningkatan produksi dan pendapatan usahatani tidak akan berhasil tanpa penggunaan teknologi baru baik dibidang teknis budidaya, benih, obat- obatan dan pemupukan. Sehingga teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas

  Pekerjaan dalam usaha tani yang dikerjakan secara langsung oleh petani ataupun tenaga kerja keluarga semakin kecil. Dimana pekerjaan bertani lebih banyak mengandalkan mesin ataupun tenaga kerja yang diupah. Perubahan menunjukkan bahwa petani penggarap lebih banyak menangani pekerjaan usaha taninya secara langsung dibandingkan petani pemilik. Begitu pula petani berlahan sempit lebih banyak menangani pekerjaan usaha taninya secara langsung dibandingkan petani berlahan luas.

2.2 Tindakan Rasional Petani

  Peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan sebuah tindakan manusia yang merupakan sebuah fenomena sosial. Dalam kacamata teori tindakan rasional, peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani merupakan sebuah tindakan rasional yang dilakukan oleh para petani karena peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sosial ekonomi petani itu sendiri. Dimana ada beberapa faktor masyarakat melakukan peralihan jenis tanaman, yaitu selain lingkungan yang mendukung melakukan peralihan jenis tanaman, juga karena keinginan dan pilihan masyarakat itu sendiri.

  Weber (dalam Ritzert dan gootman, 2010) menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan sosial menurut Weber adalah pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyata.

  Weber (dalam Ritzert dan gootman, 2010) membagi rasionalisme tindakan kedalam empat macam yaitu :

  1. Tindakan rasionalitas instrumental yaitu tindakan yang diarahkan secara rasional untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu.

  2. Rasionalitas yang berorientasi nilai yaitu tindakan yang ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan atas dasar keyakinan seseorang individu terhadap nilai-nilai estetika, etika dan keagamaan.

  3. Tindakan emosional yaitu segala tindakan seseorang individu yang dipengaruhi oleh parasaan dan emosi.

  4. Dan tindakan tradisional yaitu tindakan dimana seseorang akan melakukan sutau tindakan hanya karena mengikuti amalan tradisi atau kebiasaan yang telah berlaku. Rasional instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan rasional instrumental, sifat rasional yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau nilai akhir baginya.

  Berhubungan dengan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, untuk menentukan tindakan mereka juga sudah lebih memperhitungkan langkah atau tujuan mereka. Karena tindakan yang mereka lakukan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi mereka. Permasalahan yang dihadapi petani ketika petani mengalami persoalan baik dari alam, dalam masyarakat maupun iptek. Satu hal yang khas yaitu bahwa yang dilakukan oleh para petani yang bercocok-tanam itu adalah berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko dan bukan berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupannya. Petani pada hakikatnya mempunyai keinginan agar segala sesuatu yang dikerjakan memperoleh hasil yang baik oleh karena itu segala sesuatu yang dikerjakan harus dipikirkan secara rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

  Petani sebagai manusia, umumnya adalah kepala keluarga di dalam rumah tangganya. Karena itu, sebenarnya tidak ada satupun petani yang tidak selalu ingin memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya. Sehingga, mereka juga mau dan selalu ingin mencoba setiap peluang yang dapat dilakukannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Dimana Mosher (1967) mengatakan bahwa petani sebagai manusia, ia juga rasional memiliki harapan, keinginan-keinginan dan kemauan untuk hidup lebih baik. Sehingga, memiliki potensi yang dapat dikembangkan guna memperbaiki kehidupannya.

2.3 Pergeseran Ekonomi Petani

  Hidup layak dan sejahtera merupakan keinginan setiap manusia, terutama para petani. Semakin pesatnya perkembangan zaman dan diiringi dengan pertumbuhan ekonomi dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan, membuat para petani mencari cara untuk mempertahankan kehidupan sosial ekonomi mereka.

  Dimana sumberdaya lahan pertanian yang diharapkan memberikan manfaat yang sangat luas secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, ketika petani melakukan peralihan jenis tanaman sangat berpengaruh besar terhadap sosial ekonomi mereka.

  Pada saat masyarakat petani memutuskan untuk melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman kopi ke tanaman jeruk. Secara langsung memberikan pengaruh terhadap sosial ekonomi warga khususnya Panji Dabutar, karena dengan begitu mereka para pemilik lahan, petani dan tenaga kerja bersama-sama berusaha meningkatkan sektor ekonomi memalui bidang pertanian. Sehingga dengan peralihan jenis tanaman yang di lakukan oleh masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar secara tidak langsung mengakibatkan adanya pergeseran ekonomi mereka sehingga mempengaruhi pendapatan maupun mata pencaharian mereka.

  Adanya peralihan tanaman yang dilakukan petani tersebut berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Dimana kondisi sosial ekonomi masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun sosial yang ada di daerah tersebut, kondisi sosial ekonomi merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Konsumsi Energi Spesifik Pemanfaatan Panas Buang Kondensor Dari Sistem Pengkondisian Udara Untuk Pengeringan Pakaian

0 0 24

DAFTAR ISI - Analisa Konsumsi Energi Spesifik Pemanfaatan Panas Buang Kondensor Dari Sistem Pengkondisian Udara Untuk Pengeringan Pakaian

0 0 13

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Reduksi Bottleneckdengan Pendekatan Theory Ofconstraint (Toc) Pada Bagian Karoseri Minibus Di Pt. Capella Medan Divisi Karoseri Bima Kencana

0 1 13

DAFTAR ISI - Reduksi Bottleneckdengan Pendekatan Theory Ofconstraint (Toc) Pada Bagian Karoseri Minibus Di Pt. Capella Medan Divisi Karoseri Bima Kencana

0 1 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitosan - Analisis Dan Karakterisasi Hidrogel Dari Kitosan Cangkang Belangkas (Tachypleus Gigas) Sebagai Absorben Logam Merkuri (Hg) Pada Limbah Tambang Emas Rakyat Di Kecamatan Huta Bargot Mandailing Natal

0 2 18

DAFTAR ISI - Analisis Dan Karakterisasi Hidrogel Dari Kitosan Cangkang Belangkas (Tachypleus Gigas) Sebagai Absorben Logam Merkuri (Hg) Pada Limbah Tambang Emas Rakyat Di Kecamatan Huta Bargot Mandailing Natal

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Salak 2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Salak - Studi Pemanfaatan Arang Aktif Serbuk Biji Salak (Salacca Edilus Reinw) Sebagai Adsorben Cr (VI) Dalam Limbah Cair Elektroplating

1 1 16

DAFTAR ISI - Studi Pemanfaatan Arang Aktif Serbuk Biji Salak (Salacca Edilus Reinw) Sebagai Adsorben Cr (VI) Dalam Limbah Cair Elektroplating

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) - Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Sumatera Utara

0 6 8