Prosiding Seminar Nasional Sains dan Mat

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013
ISBN 978-602-8824-49-1

B-09

Survey Sumber Daya Sekolah dan Pelaksanaan Ujian
Praktek Mata Pelajaran Fisika SMA di Kota Palu
Syamsu*, Amiruddin Kade, dan Haeruddin
PS Pendidikan Fisika Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta, Km. 10 Tondo, Palu

Alamat email: syamsultan@yahoo.com
Abstrak –Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sumber daya
sekolah dan pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika sma di Kota Palu. Instrumen yang digunakan
berupa angket tentang mekanisme pembuatan ujian praktek, fasilitas peralatan ujian praktek, dan pelaksanaan
ujian praktek. Instrumen diberikan pada 10 orang guru fisika dari 4 SMA Negeri yang ada di Kota Palu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua guru telah membuat kisi-kisi ujian praktek sekolah berdasarkan standar
kompetensi lulusan, menggunakan tes unjuk kerja, namun tidak memahami tatacara pembuatan rubric,
peralatan yang dimiliki sekolah belum lengkap digunakan untuk ujian praktek, peralatan yang dimiliki oleh
sekolah telah disesuaikan dengan rancangan materi yang diujikan, namun tidak ada guru yang mencari

informasi dan memesan peralatan melalui situs di internet. Hasil lainnya adalah hampir seluruh guru
melaksanakan ujian praktek secara berkelompok yang terdiri atas 2 orang siswa, tetapi sebagian besar guru
melaksanakan ujian praktek secara indivual.

Kata Kunci: sumber daya sekolah, ujian praktek, fisika sma.
I. PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan, yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
dimaksud meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu, KTSP harus disusun
sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan
potensi satuan pendidikan (internal) serta
lingkungan di daerah setempat.
Terkait dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan, sekolah harus melakukan analisis
kebutuhan sumber daya sekolah dalam upaya
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis
laboratoratorium khususnya pelaksanaan ujian
praktek
mata
pelajaran
fisika
di
SMA
berdasarkan tuntutan standar sarana dan
prasaran
agar
dapat
diperoleh
data
kesenjangan
sumber
daya,
sarana

dan
prasarana yang dimiliki oleh sekolah dalam
upaya mengoptimalkan pelaksanaan ujian
praktek mata pelajaran fisika di SMA.
Penyelenggaraan pembelajaran di SMA
khususnya
pelaksanaan
ujian
praktek,
disamping membutuhkan sumber daya yang
handal juga memerlukan dukungan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai dalam

jenis dan jumlah, baik yang diadakan oleh
sekolah secara mandiri maupun melalui
pemanfaatan sarana pendidikan yang ada di
lingkungan sekolah (outsourcing).
Agar kompetensi sumber daya manusia dan
tingkat kecukupan sarana laboratorium di
setiap SMA lebih terjamin pemanfaatannya

dalam pelaksanaan ujian praktek fisika sesuai
tuntutan pembelajaran, diperlukan suatu data
konkrit tentang mekanisme pelaksanaan ujian
praktek mata pelajaran fisika yang telah
dilaksanakan oleh sumber daya manusia/guru
fisika di SMA khusunya di Kota Palu.
Fisika merupakan ilmu yang membahas teori
berkaitan
dengan
gejala
alam
dan
keterkaitannya
dengan
kenyataan.
Fisika
merupakan mata pelajaran yang berupaya
mendidik siswa bukan hanya memiliki ilmu
pengetahuan
namun

juga
memiliki
keterampilan yang unggul, fisika melatih
melakukan penelitian dan pengamatan sesuai
proses
ilmiah
dengan
harapan
akan
menghasilkan karya ilmiah dan sikap ilmiah
yang tinggi. Dengan pernyataan tersebut, maka
seharusnya pembelajaran fisika dilakukan tidak
hanya dengan bercerita, tetapi dibarengi
dengan percobaan yang dapat dilakukan di
laboratorium [1].
Kenyataan
di
lapangan,
metode
pembelajaran dengan praktikum masih kurang

diterapkan oleh guru, meskipunpemerintah
sudah
memfasilitasi
pengadaan
alat-alat

206

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013
ISBN 978-602-8824-49-1
laboratorium. Hal ini karena sebagian guru
masih kurang menguasai penggunaan alat-alat
praktikum. Dalam kegiatan pembelajarannya,
praktikum membutuhkan waktu yang banyak.
Namun alokasi waktu yang tersedia tidak
sebanding dengan banyaknya materi pelajaran
yang harus disampaikan. Selain itu, hasil
kegiatan praktikum tidak keluar dalam ujian
nasional, dan kegiatan praktikum dirasa

sebagai kegiatan yang sia-sia.
Berdasarkan
hasil
penelitian
survey
dilapangan tentang kepemilikan KIT praktikum
yang dilakukan oleh Kamaluddin [2] ditemukan
bahwa dari 20 sekolah yang dijadikan obyek
penelitian: 1 4 sekolah memiliki kit mekanika,
1 3 sekolah memiliki kit optik,
1 0 sekolah
memiliki kit listrik dan 10 sekolah memiliki kit
termodinamika dan 5 sekolah memiliki kit
gelombang. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan ujian praktek mata
pelajaran fisika khususnya pada jenjang
Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan urain di atas maka penelitian
survey ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang sumber daya sekolah dan

pelaksanaan ujian praktek mata pelajaran fisika
sma di Kota Palu.
II. METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian maka
dikembangkan instrumen melalui tahapan
pembuatan,
validitasisi,
dan
perbaikan.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam
pengembangan
instrumen
antara
lain:
mengetahui kondisi fasilitas sekolah (terutama
peralatan ujian praktek); mengetahui persiapan
guru dalam merencanakan fasilitas, penyediaan
soal dan tata cara penilaian ujian praktek;
mengetahui pelaksanaan ujian praktek di
sekolah; mengetahui cara pelaporan ujian

praktek di sekolah; mendapatkan informasi
berbagai masalah yang dihadapi guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
hasil ujian praktek; mendapatkan gambaran
solusi
terkait
dengan
permasalahanpermasalahan ujian praktek mata pelaaran
fisika di sekolah; mendapatkani nformasi halhal yang dibutuhkan guru untuk melaksanakan
ujian praktek dengan baik; dan mendapatkan
contoh soal ujian praktek mata pelajaran Fisika
di sekolah.
Instrumen yang digunakan dalam survey
berupa angket, pedoman wawancara dan
format observasi untuk menggambarkan soal

ujian praktek mata pelajaran fisika di SMA.
Kegiatan survey dan wawancara dilakukan di 4
Sekolah Negeri SMA di Kota Palu
Pengolahan data yang digunakan dalam

menganalisis hasil survey data di diolah dengan
menenetukan frekuensi kecenderungan data
dengan menggunakan tafsiran presenta seperti
padaTabel 1.
Tabel 1. Tafsiran Hasil Presentase [3]
No

Persentase (%)

1

0

2

1-25

3

26-49


Taksiran
Tidakada
Sebagian Kecil
Hampir Setengahnya

4

50

5

51-75

Setengahnya
Sebagian Besar

6

76-99

Hampir Seluruhnya

7

100

Seluruhnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil kegiataan survei diperoleh
data yang selanjutnya dihitung presentasenya
[3] untuk ditafsirkan, dengan tafsiran hasil
presentase (Tabel 1.).
1.1. Persiapan Pembuatan Instrumen Ujian
Praktek
 Kegiatan guru dalam mempersiapkan
instrument ujian praktek menyatakan
bahwa seluruh guru (100%) membuat
kisi-kisi
ujian,
tetapi
hampir
setengahnya
(33,33%)
tidak
menentukan standar minimal kelulusan.
Hal lainnya, tidak ada guru yang
melakukan ujicoba task dan rubrik serta
menetukan valoditas dan reliabilitas.
 Seluruh guru (100%) membuat kisi-kisi
ujian praktek sekolah berdasarkan
standar kompetensi lulusan dan hampir
seluruh guru (86,67%) mendiskusikan
bersama dengan teman sejawat, namun
sebagian kecil (20%) tidak berdasarkan
keterbatasan peralatan yang dimiliki
sekolah.
 Seluruh guru (100%) menggunakan tes
unjuk kerja, namun hampir setengahnya
(33,33%)
juga
menggunakan
tes
tertulis.
 Seluruh sekolah memiliki KIT mekanika,
optik dan termodinamika (100%); tetapi
KIT Gelombang (60%), dan KIT ListrikMagnet
(80%.
Setiap
guru
menyelengarakan ujian praktek dengan

207

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013
ISBN 978-602-8824-49-1
jumlah set yang bervariasi dari 4 sampai
5 set.
 Hampir
seluruh
guru
menyatakan
(86,67%)
soal
tes
dibuat
oleh
sekelompok guru fisika yang ditunjuk
(MGMP), tetapi sebagian kecil (20%)
yang dibuat seorang guru fisika yang
ditunjuk.
 Seluruh guru (100%) menyatakan tidak
memahami tatacara pembuatan rubrik,
baik secara holistik maupun analitik,
namun sebagian besar (66,67%) guru
telah menetapkan standar kreteria
penilaian ujian praktek dalam bentuk
rubrik dengan memperhatikan standar
kelulusan.
 Seluruh guru (100%) menyatakan
bahwa fokus penilian ujian praktek
adalah kemampuan merancang kegiatan
eksperimen, mengukur, menafsirkan
data dan kemampuan melaporkan data,
tetapi masih ada sebagian besar guru
(53,33%)
tidak
berfokus
pada
kemampuan
mengamati
dan
menerapkan konsep.
 Sebagian
besar
guru
(73,33%
)
menyatakan bahwa kriteria penilaian
tidak diketahui oleh siswa, namun
seluruh
guru
(100%)
menyatakan
disampaikan secara lisan di dalam kelas.
 Sebagaian besar guru (66,67% )
menyatakan bahwa kreteri penilaian
yang digunakan telah didiskusikan,
tetapi
hampir
setengahnya
guru
(46,67%) menyatakan aturan penilaian
telah diujicoba.
 Hampir
seluruh
guru
(86,67%)
menyatakan tidak pernah mendapat
pelatihan dalam melaksanakan ujian
praktek.
 Seluruh guru (100%) menginginkan
mendapat pelatihan materi: pembuatan
soal, prosedur pelaksanaan dan sistem
penilaian ujian praktek.
1.2. Fasilitas Peralatan Ujian Praktek
 Seluruhnya (100%) guru menyatakan
menggunakan alat/KIT yang tersedia di
sekolah dan hampir seluruh guru
(86,67%) menggunakan material lokal
untuk
melengkapi
peralatan
ujian
praktek, namun hampir setengahnya
(20%)
guru
mewajibkan
siswa
membawa peralatan sendiri.
 Seluruh guru (100%) menyatakana
bahwa peralatan yang dimiliki sekolah











belum lengkap digunakan untuk ujian
praktek.
Seluruh guru (100%) menyatakan
peralatan yang dipergunakan untuk
ujian praktek juga dipergunakan untuk
kegiatan praktek sehari-hari (kegiatan
proses pembelajaran).
Seluruh guru (100%) menyatakan
peralatan yang dimiliki oleh sekolah
telah disesuaikan dengan rancangan
materi yang diujikan. Peralatan yang
sangat dibutuhkan dalam kegiatan
praktek adalah KIT termodinamika dan
listrik magnet yang lebih baik.
Tidak ada guru (0%) yang mencari
informasi
dan
memesan
peralatan
melalui situs di internet, memesan
peralatan dengan menggunakan desain
sendiri,
dan
membuat
sendiri
berdasarkan informasi dari berbagai
sumber termasuk internet. Namun,
hampir seluruh guru (86,67%) memesan
alat sesuai dengan buku katalog, dan
hanya sebagian kecil (6,67%) guru yang
merancang
dan
membuat
sendiri
peralatan yang akan digunakan.
Seluruh sekolah (100%) melaksanakan
ujian praktek di laboratorium, tetapi
sebagian kecil (13,33%) mengunakan
ruang kelas sebagai tempat pelaksanaan
ujian praktek.
Hampir
seluruh
sekolah
(80%)
membentuk
kepanitiaan
dalam
pelaksanaan
ujian praktek dengan
jumlah panitia yang beranggotakan
antara 2 sampai 7 orang.

1.3. Pelaksanaan Ujian Praktek
 Hampir
seluruh
guru
(93,33%)
melaksanakan ujian praktek secara
berkelompok yang terdiri atas 2 orang
siswa, tetapi sebagian besar guru
(73,33%) juga melaksanakan ujian
praktek secara indivual.
 Dalam satu kali ujian praktek, jumlah
paket ujian yang harus diselesaikan
menurut
hampir
setengah
guru
(33,33%) bervariasi antara satu, dua,
dan lebih dari dua.
 Tidak ada guru (0%) guru menyatakan
selama ujian praktek setiap kelompok
atau individu mendapatkan set soal yang
semua sama, tetapi sebagaian besar
(53,33%) guru menyatakan berbeda
semua dengan mengukur kemampuan

208

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013
ISBN 978-602-8824-49-1











yang sama, dan ada yang sama dan
yang berbeda.
Hampir seluruhnya (93,33%) guru
menyatakan waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan satu paket ujian
praktek adalah 60 menit, dan hanya
sebagian
kecil
(6,67%)
yang
menyiapkan waktu 90 menit.
Seluruh guru (100%) melaksanakan
ujian praktek pada tahap pelaksanaan
praktek
dan
penyusunan
laporan,
namun masih terdapat sebagian kecil
guru
(20%)
tidak
melaksanakan
penilaian
pada
tahap
persiapan
pelaksanaan ujian praktek.
Seluruh guru (100%) menyatakan
selama proses penilaian menggunakan
rubrik yang telah dirancang dan setiap
penilai memiliki persepsi penilaian yang
sama terhadap rubrik yang telah
dirancang.
Sebagian
kecil
guru
(13,33%)
menyatakan tidak mengalami kesulitan
dalam menentukan nilai berdasarkan
skor yang telah ditetapkan melalui
rubrik,
dan
hampir
setengahnya
(46,67%)
guru
menyatakan
bisa
memahami batasan kreteria rubrik.
Hampir
seluruh
guru
(86,67%)
menyatakan standar penilaian kelulusan
yang telah dibuat berdasarkan literatur,
tetapi masih ada sebagian besar guru
(66,67%)
menyatakan
berdasarkan
pengalaman guru.

B. Pembahasan
Sekolah pada umumnya telah memiliki.
peralatan yang memadai dari segi kuantitas,
namun
tidak
berpengaruh
terhadap
pemanfaatan oleh guru baik pada kegiatan
pembelajaran maupun ujian praktek. Hal ini
disebabkan anggapan sebagian besar guru
yang
menyatakan
metode
eksperimen
memerlukan waktu yang cukup dan memiliki
kerumitan dalam pelaksanaannya. Selain itu,
sebagai besar guru tidak pernah mengikuti
pelatihan pengelolaan labotarorium khususnya
penggunaan KIT.
Guru merasa memerlukan pembekalan
materi evaluasi terkait dengan pembuatan
rubrik, validitas dan reliabitas rubrik, serta cara
menilai kemampuan autentik siswa. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Setiya Utari [4]. Namun sebagaian besar guru
telah menggunakan rubrik dalam melaksanakan
ujian praktek. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagaian besar guru hanya menggunakan
rubrik yang telah tersedia dan tidak mampu
menyusun dan mengembang-kan rubrik sesuai
dengan materi praktikum yang diujikan. Hal ini
diduga disebabkan motivasi guru untuk
memahami dan belajar secara bertahap tentang
menyusun rubrik masih kurang akibat aktivitas
guru dalam kegiatan belajar mengajar masih
monoton dan kurangnya monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pembelajaran oleh kepala
sekolah dan pengawas. Meskipun sebagian
besar guru tersebut telah memiliki sertifikat
pendidik.
Hampir seluruh soal ujian praktek yang
dikembangkan
oleh
guru/sekolah
telah
mengacu kepada kurikulum yang berlaku,
namun mekanisme pelaksanaan ujian praktek
dari masing-masing sekolah bervariasi dan
materi ujian praktek yang juga berbeda. Hal ini
disebabkan lemahnya atau hampir dikatakan
tidak ada koordinasi antar sekolah melalui
MGMP SMA akibat anggapan bahwa pelaksanan
ujian
praktek
laboratorium
menjadi
kewenangan satuan pendidikan dan bukan
merupakan
kewajiban
untuk
selalu
melaksanakan ujian praktek, meskipun masingmasing
sekolah
membentuk
kepanitian
pelaksanaan
ujian
praktek
pada
setiap
semester.
IV. KESIMPULAN
Semua guru telah membuat kisi-kisi ujian
praktek
sekolah
berdasarkan
standar
kompetensi lulusan, menggunakan tes unjuk
kerja, namun tidak memahami tatacara
pembuatan rubrik, peralatan yang dimiliki
sekolah belum lengkap digunakan untuk ujian
praktek, peralatan yang dimiliki oleh sekolah
telah disesuaikan dengan rancangan materi
yang diujikan, namun tidak ada guru yang
mencari informasi dan memesan peralatan
melalui situs di internet. Hal lainnya adalah
hampir seluruh guru melaksanakan ujian
praktek secara berkelompok yang terdiri atas 2
orang siswa, tetapi sebagian besar guru
melaksanakan ujian praktek secara indivual.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai DP2M Dikti dengan
kontrak tahun 2013. Oleh karena itu, kami
sebagai peneliti mengucapkan terima kasih atas
biaya yang diberikan melalui Hibah Bersaing.
Demikian pula kami mengucapkan terima kasih

209

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD 2013
ISBN 978-602-8824-49-1
kepada para guru atas kesediaan, diskusi dan
waktunya dalam membantu kami dalam
kegiatan penelitian ini.

PUSTAKA RUJUKAN
[1] P. Kurnianto,. 2010. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia 6 (2010) 6-9 Universitas
Negeri Semarang.
[2] Kamaluddin,
2009.
Kajian
Eksploratif
Penggunaan Alat-alat Laboratorium sebagai
Sarana Penunjang Pembelajaran Sains
pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah di Kota Palu, Laporan Penelitian
P3K2,
Lemlit
Untad,
Palu.
(tidak
dipublikasikan).
[3] Syamsu, Kade. A., Haeruddin., 2013.
Pengembangan Model Ujian Praktek Mata
Pelajaran Fisika SMA di Kota Palu. Laporan
Penelitian
Hibah
Bersaing.
Lembaga
Penelitian Universitas Tadulako.
[4] Setiya Utari, Ana RatnaWulan, SellyFeranie
dan LinaAviyanti. (2009). Pengembangan
Model Ujian Praktek Mata Pelajaran Fisika
SMA.
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/
index.php/searchkatalog/byId/257139
Akses, 15 Juni 2013.

210