Analisis Pengaruh Intensitas Olahraga Aerob Terhadap Peningkatan High Density Lipoprotein (Hdl) Plasma

PENINGKATAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PLASMA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALDILA AKHADIYATI NARWIENDA G.0009009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Aldila Akhadiyati Narwienda, G0009009, 2012. Analisis Pengaruh Intensitas Olahraga Aerob terhadap Peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) Plasma.

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Olahraga aerob telah diterima oleh masyarakat dunia dalam membantu meningkatkan kadar HDL plasma. Namun belum banyak penelitian mengenai karakteristik olahraga aerob yang efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Sehingga, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui intensitas olahraga aerob yang paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma.

Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratorik dengan rancangan experimental randomized pre-test and post-test control group design yang dilakukan pada bulan April-Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi FK UNS. Total 40 subjek penelitian berdasarkan metode purposive sampling dibagi menjadi

4 kelompok secara random yaitu kelompok kontrol, kelompok olahraga aerob intensitas ringan, kelompok intensitas sedang, dan kelompok intensitas berat. Pengambilan data HDL plasma dilakukan sebelum dan sesudah program latihan aerobik naik turun tangga selama delapan minggu. Data dianalisis dengan menggunakan uji one-way ANOVA.

Hasil: Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data selisih kadar HDL antarkelompok dalam penelitian (p = 0,002). Berdasarkan analisis statistik multiple comparison diperoleh hasil (1) tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas ringan (p = 0,749), (2) terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas sedang (p = 0,044), dan (3) terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas berat (p = 0,002).

Simpulan: Latihan aerobik intensitas berat paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma.

Kata kunci : HDL, olahraga aerob

ABSTRACT

Aldila Akhadiyati Narwienda, G0009009, 2012. The Effect of Aerobic Exercise Intensity on High Density Lipoprotein Plasma Levels. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Background: The value of regular aerobic exercise in increasing HDL plasma level has received widespread acceptance. In contrast, there were only few studies have examined which characteristics would affect the response of HDL-C level to exercise training. The objective of this study is to determine the most effective intensity of the aerobic exercise in increasing HDL plasma level.

Method: This was an experimental laboratoric study with randomized pre-test and post-test control group design. This study was conducted from April to June 2012 at Laboratorium of Physiology FK UNS. Forty subjects were divided into four groups based on purposive sampling method. There were control group, mild-intensity group, moderate-intensity group and high-intensity group. The HDL level tests were taken before and after eight weeks of intervention. The results then were analyzed with one-way ANOVA test.

Result: Based on one-way ANOVA test, we observed that there is significant difference among groups in the study (p = 0,002). Based on multiple comparison analyzes, we observed (1) there is no significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and mild-intensity group (p = 0,749), (2) there is significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and moderate-intensity group (p = 0,044), and (3) there is no significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and high-intensity group (p = 0,002).

Conclusion: High-intensity aerobic exercise is the most effective in increasing the HDL plasma level.

Keywords : HDL, aerobic exercise

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Intensitas Olahraga Aerob terhadap Peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) Plasma”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Kiyatno., dr., PFK., M.Or., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

3. Sinu Andhi Yusuf, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Arif Suryawan, dr., selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Brian Wasita, dr., Ph.D, selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Mamah, Abah, Anis, Yayas, Rifki yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman Pendidikan Dokter angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian skripsi ini.

8. Sahabatku p53 dan keluarga Tikara yang telah mendoakan dan mendukung dalam penulisan proposal hingga terselesaikannya laporan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungannya dalam penulisan proposal, penelitian hingga penulisan laporan.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, September 2012

Aldila Akhadiyati Narwienda

Tabel 2.1

Klasifikasi Intensitas Olahraga anjuran CDC dan ACSM........ 8

Tabel 2.2

Komponen Lipoprotein............................................................. 14

Tabel 4.1

Hasil Uji Normalitas Data Heart Rate Percobaan Uji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas................................................................................... 31

Tabel 4.2

Hasil Uji Pairwise Comparison untuk Menguji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas.................. 31

Tabel 4.3

Hasil Uji Homogenitas dan Rata-rata (± SD) Indeks Massa Tubuh dan Usia Subjek Penelitian............................................ 32

Tabel 4.4

Rata-rata (±SD) Kadar HDL Pretes, Kadar HDL Postes, dan Selisih Kadar HDL Postes dengan Pretes dalam Satuan mg/dl......................................................................................... 33

Tabel 4.5

Hasil Uji Multiple Comparison dengan LSD (Least Significant Different ) Kadar HDL Postes dikurangi Kadar HDL Pretes................................................................................ 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Penghasil ATP selama Olahraga................ 17 Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Kadar HDL Postes dengan Kadar HDL

Pretes Masing-Masing kelompok.............................................. 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Persetujuan ...................................................................... 49 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Universitas ....................................... 50

Lampiran 3. Kadar HDL Pretes dan Postes................................................... 51 Lampiran 4. Analisis Bivariat ....................................................................... 53 Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian............................................ 57

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebiasaan duduk terus-menerus selama bekerja (sedentary), kurang berolahraga, disertai dengan pola makan tidak sehat, dapat menginduksi berbagai penyakit degeneratif. Salah satu penyakit yang sering muncul akibat kurang berolahraga adalah penyakit kardiovaskuler. Di sisi lain telah banyak penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan teratur akan mengurangi risiko kematian yang disebabkan penyakit kardiovaskuler, serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler hingga 50% (WHO, 2003). Hal ini didukung dengan adanya data cross-sectional yang memperlihatkan bahwa orang-orang yang berolahraga lebih aktif memiliki kadar HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurang berolahraga (Drygas et al., 2000), mengingat bahwa salah satu faktor risiko independen penyakit kardiovaskuler adalah rendahnya kadar High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) (Francheschini, 2001).

Penyakit kardiovaskuler telah tercatat sebagai penyebab terbesar kematian di seluruh dunia (Cutler et al., 2006). Data yang dimiliki oleh Depkes (2009) menunjukkan bahwa penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 220.000 (14%) pada tahun 2002 di Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%), kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%), serta penyakit

Jantung Nasional Harapan Kita, penderita infark miokard akut yang berusia di bawah 45 tahun berjumlah 92 orang dari 962 penderita infark miokard akut (10,1%) pada tahun 2006. Angka tersebut bertambah menjadi 10,7% pada tahun 2007, yaitu 117 penderita infark miokard akut usia muda dari 1.096 total penderita (Sulastomo, 2010). Namun pada kenyataannya, tidak banyak masyarakat mengerti arti pentingnya berolahraga untuk menjaga kesehatan, terutama mencegah penyakit kardiovaskuler. Hal ini ditunjukkan dengan angka partisipasi olahraga penduduk perkotaan di Indonesia yang hanya mencapai 32,1%, sedangkan untuk daerah pedesaan sebesar 20,4%. Secara nasional ditunjukkan bahwa partisipasi olahraga untuk penduduk laki-laki (30,9%) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan (20%) (Dirjen Olahraga dan BPS, 2004).

Olahraga yang direkomendasikan oleh WHO dalam hubungannya dengan pengembangan dan pemeliharaan kesehatan adalah jenis olahraga aerob (Powers dan Howley, 2007). Olahraga aerob telah diterima oleh masyarakat dunia dalam membantu meningkatkan kadar HDL plasma dan turut serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler (Kodama et al., 2007). Salah satu bentuk olahraga aerob yang sederhana tetapi memenuhi syarat sebagai latihan untuk meningkatkan kebugaran adalah latihan naik turun bangku. Dengan mengatur intensitas dan waktu latihan naik turun bangku secara tepat diharapkan dapat memberi efek olahraga aerob yang baik pula (Powers dan Howley, 2007). Akan tetapi belum banyak penelitian mengenai karakteristik Olahraga yang direkomendasikan oleh WHO dalam hubungannya dengan pengembangan dan pemeliharaan kesehatan adalah jenis olahraga aerob (Powers dan Howley, 2007). Olahraga aerob telah diterima oleh masyarakat dunia dalam membantu meningkatkan kadar HDL plasma dan turut serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler (Kodama et al., 2007). Salah satu bentuk olahraga aerob yang sederhana tetapi memenuhi syarat sebagai latihan untuk meningkatkan kebugaran adalah latihan naik turun bangku. Dengan mengatur intensitas dan waktu latihan naik turun bangku secara tepat diharapkan dapat memberi efek olahraga aerob yang baik pula (Powers dan Howley, 2007). Akan tetapi belum banyak penelitian mengenai karakteristik

B. Perumusan Masalah

Berapa intensitas olahraga aerob yang paling efektif meningkatan kadar HDL plasma?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui intensitas olahraga aerob yang paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Ilmiah :

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai efektifitas olahraga aerob terhadap peningkatan kadar HDL plasma.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan terutama ilmu biomedik tentang efektifitas olahraga aerob dalam meningkatkan kadar HDL plasma.

2. Aspek Praktis :

a. Memberikan manfaat bagi masyarakat mengenai pentingnya olahraga dalam meningkatkan kadar HDL plasma sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler.

menjaga dan memelihara kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Olahraga Aerob

1. Pengertian

Olahraga aerob adalah salah satu jenis olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, bersepeda, dan lain-lain. Jenis olahraga yang lain adalah anaerob, yaitu olahraga dimana kebutuhan oksigen tubuh tidak terpenuhi seluruhnya, misalnya bulu tangkis, tenis lapangan, lari sprint , dan lain-lain (Karim, 2002).

Pada olahraga aerob, sistem oksigen merupakan sumber energi pre- dominan. Olahraga ini merangsang kerja jantung, pembuluh darah dan paru- paru. Jantung akan menjadi lebih kuat dan lebih banyak memompa darah, di samping itu denyut jantung akan semakin berkurang. Sehingga persediaan darah yang disalurkan ke seluruh jaringan tubuh bertambah, dan volume darah akan meningkat. Pada saat yang sama, paru-paru akan memproses udara lebih banyak dengan usaha yang lebih minimal. Pengaruh olahraga aerob tersebut digunakan untuk mengukur apakah dosis latihan fisik telah cukup (Karim, 2002).

Agar olahragaaerob yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan sasarannya, maka olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan dosis yang tepat. Dosis olahraga terdiri dari intensitas, frekuensi, durasi, dan model Agar olahragaaerob yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan sasarannya, maka olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan dosis yang tepat. Dosis olahraga terdiri dari intensitas, frekuensi, durasi, dan model

Intensitas olahraga dapatdiukur dengan menghitung denyut nadi. Agar olahraga dapat efektif maka intensitas yang dilakukan minimal mencapai denyut nadi ¾ x (200-usia) per menit sedangkan untuk mendapatkan hasil yang optimal diharapkan denyut nadi dapat mencapai (200-usia-10) per menit. Di samping itu, durasi olahraga aerob yang dilakukan minimal antara 5-10 menit. Idealnya, olahraga paling sedikit dilakukan 3 kali per minggu, baik olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi, oleh karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan olahraga (Astrad dan Rodhal, 2003). Menurut Kodama (2007), olahraga aerob dapat efektif meningkatkan HDL jika dilakukan selama minimal 8 minggu. Namun pada penelitian lain, mengenai pengaruh olahraga aerobik terhadap penurunan kadar gula darah, didapatkan hasil bahwa olahraga aerob dapat efektif menurunkan kadar gula darah jika dilakukan minimal selama 4 minggu berturut-turut (Indriyani et al., 2007).

2. Manfaat Olahraga Aerob terhadap Kesehatan

Kegiatan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2002), Warburton et al. (2006) dan Cadroy et al. (2002) menunjukkan bahwa olahraga aerob dapat : Kegiatan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2002), Warburton et al. (2006) dan Cadroy et al. (2002) menunjukkan bahwa olahraga aerob dapat :

b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai dengan optimalisasi pertumbuhan pada anak-anak, serta menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut orang dewasa.

c. Meningkatkan fleksibilitas pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.

d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah obesitas dan mempertahankan berat badan yang ideal.

e. Mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan penyakit infeksi dengan meningkatkan sistem imun.

f. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang berat dapat menimbulkan aktivasi yang lebih besar dari sistem hemostasis. Efek olahraga terhadap tubuh tergantung pada beberapa faktor, di antaranya tipe olahraga, durasi, dan intensitas. Efek olahraga juga terkait dengan faktor jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kebiasaan (antara orang yang bekerja duduk terus - menerus dengan yang terbiasa olahraga) (Cadroy et al., 2002).

Step tes dikembangkan untuk mengukur olahraga aerob menggunakan alat tes yang sederhana. Peralatan yang dibutuhkan bervariasi tergantung tes yang akan dilakukan. Ketinggian bangku bervariasi antara 15-50 cm. Ketinggian bangku untuk pria sekitar 40 cm dan untuk wanita 33 cm. Keuntungan dari step tes ini adalah peralatan yang dibutuhkan murah, mudah dibawa serta pengukuran yang lebih sederhana (Adams, 2002).

Berdasarkan rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan The American College of Sports Medicine (ACSM), intensitas dalam berolahraga merupakan faktor penentu dalam mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular. Berikut ini adalah klasifikasi olahraga yang dianjurkan oleh CDC dan ACSM (Wang, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi Intensitas Olahraga Anjuran CDC dan ACSM

Intensitas

% VO 2max %HR max

Sangat ringan

Sangat berat

1. Kolesterol

Kolesterol adalah steroid alkohol tidak jenuh yang mempunyai berat molekul tinggi, terdiri atas sebuah cincin perhydrocyclopentanthroline dan sebuah rantai yang memiliki 8 atom karbon. Kolesterol dalam tubuh memiliki fungsi untuk membangun dan memperbaiki membran-membran sel, sintesis asam empedu, vitamin D, prekursor hormon progestin, glukokortikoid, mineralokortikoid, androgen serta estrogen. Kolesterol dalam jumlah yang berlebihan di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan yang disebut atherosklerosis (Almatsier, 2004).

Sintesis kolesterol dikendalikan oleh enzim HMG-KoA reduktase dan dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil melalui reseptor LDL. Reseptor LDL terdapat pada permukaan sel dalam lekukan yang tersalut dengan sebuah protein yang dinamakan klatrin pada sisi sitosol membran sel. LDL diambil oleh reseptor LDL dalam keadaan utuh melalui endositosis, kemudian dipecah dalam lisosom dan diikuti oleh translokasi kolesterol ke dalam sel. Jumlah reseptor LDL pada permukaan sel diatur oleh kebutuhan kolesterol bagi membran sel, sintesis hormon steroid atau asam empedu (Botham dan Mayes, 2009).

2. Trigliserid

Trigliserid adalah molekul yang berisi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Trigliserid berisi asam lemak jenuh yang saling Trigliserid adalah molekul yang berisi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Trigliserid berisi asam lemak jenuh yang saling

3. Sistem Transportasi Lemak

Lemak tidak dapat mengapung bebas dalam medium darah. Sehingga untuk mengangkut lemak diperlukan lipoprotein. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak atau lipid dan protein yang disintesis di dalam hepar. Setiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran dan densitas serta berfungsi mengangkut berbagai jenis lipid dalam jumlah yang berbeda pula (Almatsier, 2004).Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid di dalam plasma ke jaringan-jaringan yang membutuhkan sumber energi dan sebagai komponen membran sel atau prekursor metabolit aktif (Almatsier, 2004).Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein yaitu :

a. High Density Lipoprotein (HDL) HDL adalah lipoprotein yang memiliki diameter paling kecil yaitu 5-12 nm dan memiliki densitas 1,063-1,21 gram/ml. HDL mengandung 25-30% phosopolipid, 15-20% kolesterol, 3% trigliserid dan 45-59% protein (Bishop et al., 2000). HDL adalah lipoprotein dengan densitas tinggi, terutama terdiri atas protein. HDL diproduksi oleh hati dan usus a. High Density Lipoprotein (HDL) HDL adalah lipoprotein yang memiliki diameter paling kecil yaitu 5-12 nm dan memiliki densitas 1,063-1,21 gram/ml. HDL mengandung 25-30% phosopolipid, 15-20% kolesterol, 3% trigliserid dan 45-59% protein (Bishop et al., 2000). HDL adalah lipoprotein dengan densitas tinggi, terutama terdiri atas protein. HDL diproduksi oleh hati dan usus

Kebanyakan partikel HDL mengandung apolipoprotein A-I (apoA-

I) sebagai komponen utama. Beberapa protein lain seperti apoliporotein (apo) A-II, apoCs, apoE, lipoprotein minor, lecithin : cholesterol acyltransferase (LCAT), paraoxonase (PON) dan platelet-activating factor acetylhydrolase (PAF-AH) tergabung dengan HDL dan memiliki fungsi fisiologis yang signifikan. Konsentrasi HDL dalam plasma dihitung sebagai HDL cholesterol (HDL-C) (Calabresi et al., 2003).

HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit. HDL sering disebut kolesterol baik, karena dapat membuang kolesterol berlebih yang terdeposit di dalam pembuluh darah arteri untuk kembali dimetabolisme di hepar lalu dieliminasi melalui traktus gastrointestinal. Sehingga HDL mencegah kolesterol mengendap pada arteri dan mampu mencegah terjadinya atherosklerosis (Soeharto, 2004). Di samping itu, HDL juga dapat mengurangi cedera pada pembuluh darah melalui efek antioksidan dan anti inflamasinya (Singh et al., 2007).

Pemeriksaan HDL kolesterol dilakukan dengan serum atau plasma. Terlebih dahulu ditambahkan suatu pereaksi untuk mengendapkan Pemeriksaan HDL kolesterol dilakukan dengan serum atau plasma. Terlebih dahulu ditambahkan suatu pereaksi untuk mengendapkan

Untuk mengukur tinggi rendahnya HDL kolesterol dalam darah dibandingkan dengan nilai standar. Nilai standar HDL kolesterol yang dibuat oleh National Institute Health (NIH)-USA adalah sebagai berikut

1) Normal

: ≥ 45 miligram/dl

2) Batas rendah

: 35-45 miligram/dl

3) Rendah

: ≤ 35 miligram/dl

b. Low Density Lipoprotein (LDL) LDL adalah lipoprotein dengan diameter 18-30 nm, mempunyai densitas 2,029-2,063 gram/ml. LDL mengandung 35-45% kolesterol, 4% trigliserid, 22-26% phospolipid dan 22-26% protein (Bishop et al., 2000). LDL yang melayang dalam darah akan ditangkap oleh reseptor LDL. Sel reseptor LDL ini berfungsi sebagai pengatur peredaran kolesterol dalam darah. Bila reseptor terganggu maka LDL dalam darah akan meningkat sehingga kolesterol yang berada dalam aliran darah akan bertambah banyak (Soeharto, 2004).

Setiap peningkatan LDL kolesterol selalu diikuti dengan meningkatnya kolesterol total darah. LDL bersirkulasi dalam darah dan dibawa ke sel otot, lemak, dan sel lain. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati karena sebagian reseptor LDL terdapat di dalam hati.

juga kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan kolesterol yang tinggi pula di dalam arteri (Almatsier, 2004).

c. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) VLDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter 40-80 nm dan memiliki densitas 0,95-1,006 gram/ml. VLDL mengandung 50-65% trigliserid, 8-14% phospolipid dan 5-10% protein (Bishop et al., 2000). VLDL diproduksi oleh hati dan merupakan lipoprotein dengan densitas sangat rendah, komposisi utamanya adalah trigliserid. Pada proses selanjutnya sebagian VLDL berubah menjadi LDL (Soeharto, 2004).

d. Kilomikron Kilomikron adalah partikel lipoprotein dengan diameter 80-1200 nm dan mempunyai densitas <0,95 gram/ml. Kilomikron mengandung 90-95% trigliserid, 2-6% phospolipid, 2-4% kolesterol dan 1-2% protein. (Bishop et al., 2000). Kilomikron mengangkut lipid dari saluran cerna ke seluruh tubuh. Lipid yang diangkut terutama adalah trigliserid. Kilomikron merupakan lipoprotein paling besar dan mempunyai densitas paling rendah (Almatsier, 2004).

Free Cholesterol

Cholesterol

Esters

Triglyceride Phospolipid

Chylomicron 2 2 3 90 3 VLDL

(Else et al., 2006)

C. Metabolisme Selama Olahraga

1. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi pertama yang mudah digunakan. Karbohidrat dalam bentuk glukosa dapat dibakar langsung tanpa menggunakan oksigen (anaerob), yaitu melalui proses glikolisis. Namun ATP yang dihasilkan terbatas dan singkat pada keadaan puncak olahraga yang memerlukan energi seketika. Metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat sebagai sisa pembakarannya. Asam laktat yang masuk ke sirkulasi darah akan menyebabkan tubuh merasa letih. Dalam beberapa teori disebutkan bahwa asam laktat akan menghambat kerja enzim tertentu yang menyebabkan kelelahan otot (Sherwood, 2001).

Untuk mendapatkan ATP yang lebih besar maka metabolisme memerlukan oksigen, yang disebut metabolisme aerob. Pada metabolisme Untuk mendapatkan ATP yang lebih besar maka metabolisme memerlukan oksigen, yang disebut metabolisme aerob. Pada metabolisme

2. Metabolisme Lemak

Tahap awal penggunaan lemak sebagai sumber energi adalah hidrolisis triasilgliserol atau trigliserid oleh lipase yang akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi dari

Aktivitas lipase sel adiposa diatur oleh beberapa hormon, antara lain: epinefrin, norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik. Hormon-hormon tersebut mengaktifkan adenilat siklase di dalam sel adiposa dengan cara memicu reseptor-reseptor. Peningkatan kadar AMP siklik merangsang protein kinase A, yang akan mengaktifkan lipase dengan cara fosforilasi. Sehingga epinefrin, norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik bersifat menginduksi lipolisis (Koolman, 2005).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa energi yang diperoleh dari sistem metabolisme aerob dapat diperoleh dari pemecahan lemak. Kusmana (2006) menyebutkan bahwa lemak akan digunakan sebagai sumber energi terutama pada latihan aerobik beban ringan sampai sedang. Energi yang didapatkan dari pemecahan lemak dua kali lipat dibandingkan yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat. Di samping itu dengan dipecahnya kolesterol berlebih yang ada dalam tubuh dapat menurunkan kadar LDL kolesterol dan meningkatkan kadar HDL kolesterol.

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Penghasil ATP selama Olahraga

D. Pengaruh Olahraga Aerobterhadap Peningkatan HDL

Olahraga aerob yang dilakukan dengan menggunakan prinsip latihan yang benar akan memberikan pengaruh dan adaptasi biologis yang baik terhadap tubuh. Mekanisme biologis dan fisiologis yang terjadi karena olahraga aerob yang reguler tampak pada kontrol berat badan, peningkatan curah jantung baik selama olahraga maupun saat istirahat, peningkatan fungsi cardiac Olahraga aerob yang dilakukan dengan menggunakan prinsip latihan yang benar akan memberikan pengaruh dan adaptasi biologis yang baik terhadap tubuh. Mekanisme biologis dan fisiologis yang terjadi karena olahraga aerob yang reguler tampak pada kontrol berat badan, peningkatan curah jantung baik selama olahraga maupun saat istirahat, peningkatan fungsi cardiac

Telah diketahui pula bahwa selama olahraga dilakukan akan terjadi adaptasi metabolik berupa stimulasi oksidasi lipid. Hal ini tetap berlanjut hingga masa recovery post-olahraga. Stimulasi oksidasi lipid akan meningkatkan kadar HDL kolesterol, mengurangi jumlah trigliserid dan LDL kolesterol dalam darah disertai dengan peningkatan sensitivitas hepar, otot skeletal dan jaringan adiposa terhadap insulin (Press et al., 2003). Stimulasi oksidasi lipid yang dimaksud adalah penggunaan lipid sebagai sumber energi ketika melakukan olahraga aerob. Dengan dipecahnya kolesterol untuk memenuhi kebutuhan energi ketika berolahraga maka kadar kolesterol dalam darah akan berkurang diiringi dengan turunnya kadar LDL kolesterol (Kusmana, 2006).

Pengaruh olahraga aerob terhadap peningkatan HDL diduga melalui peningkatan aktifitas lipoprotein lipase (LPL) sehingga terjadi peningkatan katabolisme trigliserid (TG) yang bersirkulasi dalam darah disertai peningkatan konversi VLDL menjadi HDL. Di samping itu terjadi pertukaran transport lipid pada HDL yang lebih besar. Dengan kata lain, peningkatan kadar HDL akibat olahraga disebabkan adanya penggunaan lemak terutama trigliserid sebagai sumber energi, sehingga kadar trigliserid menurun (Press et al., 2003). Sebuah Pengaruh olahraga aerob terhadap peningkatan HDL diduga melalui peningkatan aktifitas lipoprotein lipase (LPL) sehingga terjadi peningkatan katabolisme trigliserid (TG) yang bersirkulasi dalam darah disertai peningkatan konversi VLDL menjadi HDL. Di samping itu terjadi pertukaran transport lipid pada HDL yang lebih besar. Dengan kata lain, peningkatan kadar HDL akibat olahraga disebabkan adanya penggunaan lemak terutama trigliserid sebagai sumber energi, sehingga kadar trigliserid menurun (Press et al., 2003). Sebuah

E. Kerangka Pemikiran

Kilomikron/VLDL (Trigliserid + apoB + apoC- II)

LDL (apoB + ester kolesterol)

Nascent HDL ( kolesterol bebas + apoA-I)

Makrofag (kolesterol bebas + ester kolesterol)

Olahraga aerob

IDL (apoB + ester kolesterol)

Mature HDL (ester kolesterol +apoA-I)

intestinal

: melepas ester kolesterol untuk dimetabolisme : masuk kembali ke hepar melalui LDL-reseptor

: berubah menjadi

: melepas kolesterol bebas

: meningkatkan

: melepas apoA-I

: mengurangi

: menukar TG dengan ester kolesterol PLTP

: phospolipid transfer protein

LCAT

: lecithin : cholesterol acyltransferase

HL

: hepatic lipase

LPL

: lipoprotein lipase

ABC A1 : ATP-binding cassette protein A1

F. Hipotesis

O lahraga aerob intensitas sedang paling efektif dalam meningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) plasma.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan experimental randomized pre-test and post-test control group design.

B. LokasiPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran UNS. Penelitian dilakukan selama delapan minggu.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Sasaran pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

a. Kriteria inklusi

1) Jenis kelamin laki-laki

2) Bersedia menjadi subjek penelitian

3) Berusia antara 19-22 tahun

4) BMI kategori healthy weight (18-25) (Katz dan Friedmann, 2008)

5) Bersedia mematuhi aturan yang tercantum pada informed consent

1) Mengalami tanda-tanda kelelahan saat olahraga sehingga tidak mampu menyelesaikan olahraga

2) Sedang menderita sakit

3) Mengonsumsi rokok, alkohol, napza, ataupun obat steroid pada saat program latihan naik turun bangku dilakukan

2. Sampel

a. Besar sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah kelompok. Karena terdapat empat kelompok maka berdasarkan rumus Federer jumlah sampel minimal adalah

(n-1)(t-1) ≥ 15 Keterangan : n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan t = jumlah kelompok perlakuan t=4 maka didapatkan : (n - 1)(4 - 1) ≥ 15 3n – 3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥6

Berdasarkan hasil perhitungan di atas jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini minimal adalah 6 mahasiswa untuk tiap kelompok.

program latihan, maka ditetapkan besar sampel tiap kelompok sejumlah

10 orang. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang.

b. Teknik sampling Besar sampel pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 40 orang. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Selanjutnya membaginya menjadi 4 kelompok secara random. Kelompok

I adalah kelompok kontrol yang tidak melakukan olahraga aerob, kelompok II adalah kelompok olahraga aerob intensitas ringan, kelompok

III adalah kelompok olahraga aerob intensitas sedang, dan kelompok IV adalah kelompok olahraga aerob intensitas berat.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : olahraga aerob

2. Variabel terikat

: kadar HDL plasma

3. Variabel luar :

a. Terkontrol

1) Usia

40 mahasiswa

FKUNS Random grouping

Analisis uji statistik

Kelompok I (kontrol)

Kelompok II (perlakuan 1)

Kelompok III

(perlakuan 2)

Kelompok IV (perlakuan 3)

Pre-test (menghitung kadar HDL sebelum perlakuan)

Olahraga aerob intensitas berat

3x5menit/minggu selama 8 minggu

Olahraga aerob intensitas sedang 3x5menit/minggu

selama 8 minggu

Olahraga aerob intensitas ringan 3x5menit/minggu

selama 8 minggu

Tidak melakukan olahraga aerob selama 8 minggu

Post-test (menghitung kadar HDL setelah perlakuan)

Menentukan instrumentasi

3) BMI

b. Tidak terkontrol

1) Makanan dan minuman

2) Imunitas

F. Definisi Operasional

1. Olahraga aerob

a. Definisi : jenis olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, pada penelitian ini olahraga aerob dilakukan dengan program latihan naik turun bangku (Lister, 2008).

b. Alat ukur : pulsemeter

c. Skala pengukuran : ordinal

d. Kategori :

1) Olahraga aerob intensitas ringan dengan beban latihan 50% HR max

(ukuran metronome 60 kali per menit)

2) Olahraga aerob intensitas sedang dengan beban latihan 60% HR max

(ukuran metronome 72 kali per menit)

3) Olahraga aerob intensitas berat dengan beban latihan 80% HR max

(ukuran metronome 84 kali per menit) (ukuran metronome 84 kali per menit)

b. Alat ukur : pengukuran HDL plasma dengan metode enzimatis

c. Skala pengukuran : rasio

G. Instrumen Penelitian

1. Lembar informed consent yang berisi persetujuan kesediaan menjadi objek penelitian dan kesanggupan mengikuti anjuran dan aturan yang tercantum di dalam informed consent tersebut.

2. Bangku setinggi 40 cm (Adams, 2002)

6. Timbangan berat badan

7. Meteran tinggi badan

H. Cara Kerja

1. Melakukan percobaan pre-penelitian untuk menentukan instrumentasi intensitas olahraga aerob. Instrumen yang akan digunakan akan dilakukan uji untuk menentukan validitas, reliabilitas serta obyektivitasnya.

benar-benar mengukur yang seharusnya diukur. Dalam uji validitas instrumen ini dibandingkan dengan gold standar pengukuran heart rate target latihan, lalu hasilnya diuji dengan menggunakan software SPSS.

b. Uji reliabilitas untuk menentukan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya yang ditunjukkan dengan konsistensi hasil pengukuran yang dilakukan berulang.

c. Uji obyektivitas dengan percobaan yang dilakukan oleh 2 tester, yang secara statistik, hasil pengukurannya dihitung dengan uji beda t-test.

2. Persiapan subjek penelitian sebelum melakukan latihan (Adams, 2002)

a. Tidak melakukan latihan pada hari olahraga aerob.

b. Istirahat minimal 5 menit sebelum tes dimulai.

c. Melemaskan otot (stretch) tapi bukan melakukan pemanasan sebelum olahraga aerob.

d. Tidak mengonsumsi makanan stimulans (tembakau, kopi, teh, cola, coklat) 3 hari sebelum dilakukan olahraga aerob.

3. Pengambilan darah sampel untuk dihitung kadar HDL sebelum periode latihan.

4. Latihan step-test selama delapan minggu dengan anjuran diit lemak dan kolesterol, hal ini untuk mengontrol intake makanan dari objek penelitian dan usaha untuk menghomogenkan kondisi masing-masing objek penelitian sehingga saat pengukuran HDL tidak terjadi bias.

adalah: kuning telur, ginjal, hati sapi, daging kambing, daging sapi, udang, lemak hewan, mentega, dan makanan yang mengandung minyak yang berlebih, sebab kandungan kolesterol dan lemaknya yang tinggi (Almatsier, 2004)

b. Latihan step-test dilakukan dengan urutan:

1) Meminta subjek penelitian berdiri didepan bangku setinggi 40 cm.

2) Menyiapkan metronome dan melakukan setting sesuai

instrumentasi yang telah ditentukan.

3) Menyuruh subjek penelitian untuk memulai melangkah pada awal

bunyi metronome.

4) Memulai start timer segera setelah subjek penelitian mulai

bergerak.

5) Membantu dengan irama menghitung dengan suara keras.

6) Mendorong subjek penelitian untuk tetap bersemangat saatt

melangkah naik turun bangku.

7) Menghentikan latihan dan metronome pada saat subjek penelitian mencapai target 50% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas ringan, pada 60% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas sedang dan pada 80% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas berat.

latihan.

9) Subjek penelitian dapat melakukan pendinginan dengan berjalan atau meregangkan otot gastrocnemius dan quadriceps.

5. Pengambilan darah sampel untuk dihitung kadar HDL setelah periode latihan.

6. Pengolahan data dengan uji statistik.

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS for windows release 17 dengan uji one-way ANOVA. Uji one-way ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh intensitas olahraga aerob terhadap peningkatan kadar HDL plasma apabila data yang didapatkan terdistribusi normal. Apabila dengan uji Saphiro-Wilk ternyata data tidak terdistribusi normal, maka analisis data menggunakan uji non-parametrik Kruskal-Wallis.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Percobaan Instrumentasi

Untuk menentukan intensitas masing-masing kelompok, terlebih dahulu dilakukan percobaan untuk menentukan instrumen penelitian. Percobaan dilakukan dengan naik turun bangku selama lima menit. Setelah itu denyut nadi obyek penelitian diukur dengan pulsemeter dan dibandingkan dengan gold standar. Setelan metronome yang menghasilkan denyut nadi yang paling mendekati gold standar akan digunakan sebagai intensitas pada penelitian.

Percobaan selanjutnya dilakukan dua kali untuk menentukan reliabilitas. Kemudian percobaan diulang lagi dua kali, tetapi pengukuran denyut nadi dilakukan oleh dua orang yang berbeda, untuk menentukan obyektivitas. Percobaan untuk intensitas ringan, metronome disetel pada intensitas 60 kali per menit. Percobaan untuk intensitas sedang, metronome diukur pada intensitas 72 kali per menit. Sedangkan percobaan untuk intensitas berat, metronome disetel pada intensitas 84 kali per menit. Setelah obyek penelitian masing-masing kelompok melakukan latihan naik turun bangku selama lima menit, dilakukan pengukuran terhadap denyut nadi. Berikut ini pada tabel 4.1 adalah hasil uji normalitas data denyut nadi obyek penelitian pada percobaan instrumentasi.

Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas

Jenis Uji

Df Sig.

Percobaan validitas I 30 0,270

Gold standar

30 0,000 Percobaan reliabilitas I

30 0,617 Percobaan reliabilitas II

30 0,112 Percobaan obyektivitas I

30 0,521 Percobaan obyektivitas II

Dari tabel 4.1 tampak bahwa denyut nadi sampel pada lima percobaan terdistribusi normal. Sehingga dapat dilakukan uji t pada masing-masing percobaan. Berikut pada tabel 4.2 disajikan hasil uji t data denyut nadi obyek penelitian pada percobaan instrumentasi.

Tabel 4.2 Hasil Uji Pairwise Comparison untuk Menguji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas

Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada uji validitas, yaitu dengan membandingkan denyut nadi obyek penelitian masing-masing sampel dengan denyut nadi gold standar yang telah ditentukan oleh CDC dan ACSM. Tidak didapatkan perbedaan pada uji obyektivitas dimana pengukuran denyut jantung dilakukan oleh 2 tester yang berbeda. Tidak Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada uji validitas, yaitu dengan membandingkan denyut nadi obyek penelitian masing-masing sampel dengan denyut nadi gold standar yang telah ditentukan oleh CDC dan ACSM. Tidak didapatkan perbedaan pada uji obyektivitas dimana pengukuran denyut jantung dilakukan oleh 2 tester yang berbeda. Tidak

B. Analisis Deskriptif

Penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) minggu berturut-turut mulai dari tanggal 16 April - 10 Juni 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok aerobik ringan, kelompok aerobik sedang, dan kelompok aerobik berat. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Tabel 4.3 berikut ini adalah tabel yang merangkum karakteristik masing-masing kelompok sampel dalam penelitian.

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas dan Rata-rata (± SD) Indeks Massa Tubuh

dan Usia Subjek Penelitian

No Variabel

Variansi homogenitas

Kelompok Penelitian

Intensitas Sedang

Intensitas Berat

Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata indeks massa tubuh sampel penelitian tidak tampak banyak perbedaan dan masih tergolong dalam kategori normal, yaitu antara 18 hingga 25. Selisih indeks massa tubuh antara kelompok kontrol Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata indeks massa tubuh sampel penelitian tidak tampak banyak perbedaan dan masih tergolong dalam kategori normal, yaitu antara 18 hingga 25. Selisih indeks massa tubuh antara kelompok kontrol

Tabel 4.4 Rata-Rata (± SD) Kadar HDL Pretes, Kadar HDL Postes, dan Selisih

Kadar HDL Postes dengan Pretes dalam Satuan mg/dl

Kelompok Penelitian

Intensitas Berat

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok terjadi peningkatan rata-rata kadar HDL. Pada kelompok kontrol, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 52,24 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 68,71, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 16,47. Pada kelompok intervensi intensitas ringan, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 48,09 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 62,88, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 14,78. Pada kelompok intervensi intensitas sedang, rata-rata kadar HDL sebelum Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok terjadi peningkatan rata-rata kadar HDL. Pada kelompok kontrol, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 52,24 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 68,71, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 16,47. Pada kelompok intervensi intensitas ringan, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 48,09 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 62,88, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 14,78. Pada kelompok intervensi intensitas sedang, rata-rata kadar HDL sebelum

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan peningkatan kadar HDL pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Peningkatan kadar HDL pada kelompok berat tampak lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan kadar HDL pada kelompok sedang tidak sebesar peningkatan kadar HDL pada kelompok intervensi intensitas berat.

Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Kadar HDL Postes dengan Kadar

HDL Pretes Masing - Masing Kelompok

Sebelum melakukan uji one-way ANOVA terhadap data selisih kadar HDL postes dengan pretes, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas yang digunakan adalah hasil uji Saphiro-Wilk karena sampel kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan hasil pada masing-masing kelompok selisih kadar HDL postes dengan pretes memiliki nilai signifikansi > 0,05 yang berarti data tersebut terdistribusi dengan normal.

Selanjutnya dilakukan uji one-way ANOVA untuk mengetahui perbandingan peningkatan kadar HDL antarkelompok. Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data selisih kadar HDL antar kelompok dalam penelitian dengan tingkat signifikansi 0,002. Kemudian, untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan dalam penelitian digunakan uji analisis Post Hoc.

Tabel 4.5 Hasil Uji Multiple Comparison Post Hoc dengan LSD (Least Significant Different ) Kadar HDL Postes Dikurangi Kadar HDL Pretes

Variabel (Kadar HDL Postes-Pretes)

Intensitas Sedang

Intensitas Berat

Intensitas Ringan

Intensitas Sedang

Intensitas Berat

Berdasarkan tabel 4.5, analisis Post Hoc LSD menunjukkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,749) pada selisih kadar

2. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,044) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi intensitas sedang.

3. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p = 0,002) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi intensitas berat.

4. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,021) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas ringan dengan kelompok intervensi intensitas sedang.

5. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p = 0,001) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas ringan dengan kelompok intervensi intensitas berat.

6. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,247) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas sedang dengan kelompok intervensi intensitas berat.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif didapatkan peningkatan rerata kadar HDL pada keempat kelompok. Peningkatan rerata kadar HDL pada kelompok kontrol dan kelompok intensitas ringan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok intensitas sedang dan intensitas berat. Peningkatan kadar HDL pada latihan aerobik intensitas sedang lebih sedikit daripada intensitas berat. Sehingga bila diurutkan, peningkatan rerata kadar HDL paling tinggi didapatkan pada kelompok latihan intensitas berat, disusul oleh kelompok intensitas sedang, lalu kelompok kontrol, dan yang terakhir kelompok intensitas ringan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Couillard dkk (2001) yang membuktikan bahwa latihan aerobik yang dilakukan intensif dengan intensitas berat mampu meningkatkan kadar HDL lebih efektif dibandingkan latihan yang ringan. Pada penelitian tersebut, Couillard menyimpulkan bahwa kadar HDL pada pria dengan hipertrigliseridemia meningkat secara signifikan dibandingkan pada pria yang tidak mengalami hipertrigliseridemia setelah melakukan latihan aerobik secara intensif. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kodama dkk (2007) bahwa latihan aerobik lebih efektif meningkatkan kadar HDL jika dilakukan pada objek yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi dan indeks massa tubuh yang normal yaitu kurang dari 28. Peningkatan kadar HDL ini diyakini berkaitan dengan pengurangan jaringan adiposa viseral yang diinduksi oleh latihan aerobik

Mempertimbangkan metode penelitian yang dilakukan Kodama dkk (2007) maka dalam penelitian ini penulis juga berusaha menghomogenkan objek penelitian yaitu dengan memilih sampel penelitian yang memiliki indeks massa tubuh normal, tidak overweight maupun underweight. Berdasarkan analisis deskriptif, indeks massa tubuh objek penelitian tidak memiliki selisih yang besar dan masih dalam kisaran angka 18 hingga 25.