Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen

  CYBERNETICS, Vol.2, No.01, Mei 2018, pp. 189~201

  P-ISSN 2579-9835 E-ISSN 2580-1465

   189

  

Analytic Hierarchy Process Dalam

Pembobotan Untuk Pengaturan

Jadwal Dosen

[1] [2]

  Menur Wahyu Pangestika , Alda Cendekia Siregar

  Universitas Muhammadiyah Pontianak JL. Jend. Ahmad Yani No.111 Pontianak, (0561) 764571 [1] [2] e-mail: menur.wahyu@unmuhpnk.ac.id alda.siregar@unmuhpnk.ac.id

  

Abstrak

Penjadwalan merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya proses belajar

mengajar. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis system yang

dapat memecahkan masalah yang rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi sebuah

bagian-bagian yang terperinci yang digunakan untuk mengambil keputusan yang efektif atas

persoalan tersebut. AHP digunakan berdasarkan dekomposisi tujuan, evaluasi preferensi

melalui perbandingan berpasangan secara bertahap dan mampu memilih alternative terbaik

dari sejumlah alternative. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan apakah metode AHP

dapat digunakan dalam pembobotan untuk pemilihan jadwal dosen dan untuk mengetahui hasil

yang diperoleh dari pembobotan AHP yang digunakan dalam penentuan jadwal dosen. Data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kriteria mata kuliah, usia dosen, SKS, status

dosen, ruang, waktu yang digunakan untuk menentukan bobot dan alternative yaitu berupa

nama pengajar di semester genap. Sedangkan untuk menghasilkan rekomendasi jurusan,

dibutuhkan inputan berupa bobot dosen yang dihasilkan dari perhitungan AHP dan kriteria

berupa ruang yang menunjukkan lantai, hari dan mata kuliah. Penelitian ini menggunakan data

kriteria dan alternative yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu data penjadwalan untuk

Perkuliahan Program Studi Teknik Mesin Semester Genap yang dikhususkan pada

penjadwalan untuk perkuliahan regular. Hasil akhir dari penelitian ini berupa urutan nama dosen

pengampu mata kuliah yang dapat melakukan penjadwalan terlebih dahulu. Dilihat dari

penelitian sebelumnya menggunakan metode DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang

mendapatkan urutan dari 29 dosen, sedangkan dalam penelitian ini, keseluruhan dosen dapat

diurutkan.

  Kata kunci: Analytic Hierarchy Process, Pembobotan, Jadwal Dosen

Abstract

Scheduling is one of the important things in teaching and learning process. The Analytical

Hierarchy Process (AHP) method is a system analysis method that can be used to connect

unstructured situation into a spesific part that used to make an effective decisions. The

application of AHP based on the decomposition of objectives, evaluates values through pairwise

comparisons in stages and able to choose the best alternative from some alternatives. The

purpose of this study is to prove whether the AHP method can be used to determine scoring for

the election of lecturer schedules and to knowing the result of AHP’s scoring The data in this

study are: criteria of the subjects, lecturers, SKS, lecturer status, space, time to determine the

score and alternative, namely in the form of even semester teachers. As for producing

departmental recommendations, input is needed in the form of score resulting from the AHP

calculation and calculating the space that shows the floor, day and course. This study uses

comparative data and the same alternative from previous studies,that is scheduling data for the

Even Semester of Mechanical Engineering Study Department that certain on scheduling for

regular lectures. The final results of this study include several names that can be used for

scheduling first. Judging from the previous research using the DS / AHP method, 17 lecturers

got the order from 29 lecturers, but in this study, the whole can be sorted. Received Oktober 10, 2018; Revised November 30, 2018; Accepted November 30, 2018

  190  E- ISSN 2580-1465

  Keywords: Analytic Hierarchy Process, Weighting, Lecturer Schedule

  1. Pendahuluan

  Penjadwalan merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Penjadwalan mata kuliah adalah masalah pada menempatkan waktu dan ruangan kepada sejumlah kuliah. Penjadwalan memperhatikan sejumlah aturan yang berhubungan dengan kapasitas dan lokasi ruangan yang tersedia, waktu bebas dan aturan lain yang berkaitan dengan toleransi untuk dosen, dan hubungan antar mata kuliah khusus [13].

  Sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan namun merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem pendukung keputusan dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang [6].

  Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis system yang diusulkan pada tahun 1970an oleh saaty [12]. AHP merupakan metode pemecah masalah yang rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi sebuah bagian-bagian yang terperinci [2]. AHP digunakan berdasarkan dekomposisi tujuan, evaluasi preferensi melalui perbandingan berpasangan secara bertahap [3]. Metode ini mampu memilih alternative terbaik dari sejumlah alternative. Suatu persoalan yang akan dipecahkan dengan AHP dalam suatu kerangka pikir yang terorganisi, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut [10].

  Metode AHP dapat digunakan sebagai metode penyusunan penjadwalan perkuliahan multi kampus. Kriteria yang digunakan meliputi jumlah dosen pengampu, jenis mata kuliah, waktu dan ruang. Hasil penelitian didapatkan susunan jadwal perkuliahan berbasis web yang lebih cepat dan optimal sehingga dapat mempermudah pengguna dalam mengakses informasi laporan jadwal perkuliahan serta pengaturan ruang kelas menjadi lebih terkoordinasi [11].

  Pemilihan jadwal untuk dosen telah dilakukan penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process (DS/AHP) yang digunakan sebagai pembobotan. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan yaitu mata kuliah, usia dosen, SKS, status dosen, ruang, dan waktu. Hasil dari perhitungan bobot dengan menggunakan DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang mendapatkan urutan dari 29 dosen [9].

  Dalam penelitian ini, dilakukan kembali pembobotan untuk pengaturan jadwal dosen pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan menggunakan metode AHP untuk mengetahui kembali hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode yang berbeda. Penelitian ini menggunakan data kriteria dan alternative yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu data penjadwalan untuk Perkuliahan Program Studi Teknik Mesin Semester Genap yang dikhususkan pada penjadwalan untuk perkuliahan regular.

  2. Metode Penelitian

  2.1 Bahan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Bahan penelitian yang digunakan untuk mendukung dalam perhitungan yaitu berupa kriteria dan alternative. Kriteria dalam penelitian ini berupa, usia dosen, SKS, status dosen, ruang, waktu dan alternative yang digunakan dalam peneltiian ini berupa nama pengajar di semester genap. Sedangkan untuk menghasilkan rekomendasi jurusan, dibutuhkan inputan berupa bobot.

  2.2 Prosedur Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif yang melakukan pembobotan dengan metode AHP. Penelitian ini dilakukan dengan 4 (Empat) tahap, yaitu identifikasi masalah, studi pustaka, pengumpulan data, dan tahap menghitung perangkingan dengan AHP, yang ditunjukkan pada Gambar 1.

2.2.1 Identifikasi Masalah

  Identifikasi masalah merupakan sebuah tahapan pada pembobotan untuk pengaturan jadwal dosen pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Permasalahan yang terjadi adalah pada penentuan jadwal perkuliahan di Prodi Teknik Mesin. Pada penelitian ini dilakukan sebuah proses pembobotan dengan tujuan untuk mengetahui urutan dosen yang dapat melakukan penjadwalan perkuliahan terlebih dahulu menggunakan

   CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  191

  metode AHP. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perkuliahan semester genap Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak yang didapatkan dari hasil wawancara di Program Studi Teknik Mesin dan salinan data fisik.

  Identifikasi Masalah Studi Pustaka

  m e

  Pengumpulan Data

  t is S a m it r

  Menghitung Perangkingan

  o

  dengan AHP

  lg A

  Gambar 1. Prosedur penelitian

  2.2.2 Studi Pustaka

  Tahap studi pustaka merupakan tahapan yang digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan informasi dalam menganalisis permasalahan yang ada. Peneliti menggunakan literatur berupa jurnal, penelitian terdahulu dan buku yang berkaitan dengan metode Sistem pendukung keputusan dan AHP.

  2.2.3 Pengumpulan Data

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perkuliahan semester genap Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dan mengelompokkan kriteria dan alternative sehingga didapatkan hirarki keputusan yang digunakan sebagai data olahan pada metode AHP. Adapun kriteria dan alternative yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Menentukan Kriteria dan Alternative

  Kriteria yang digunakan untuk dapat menentukan penjadwalan pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak meliputi 5 aspek yaitu Status Dosen, Usia, Ruang, Waktu, dan SKS. Alternative yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama nama pengajar di Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Pontianak. Kriteria dan alternative tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Data dosen

  Inisial Status Jenis

No Dosen Usia Ruang Waktu Nama Mata Kuliah SKS

Dosen

  MK Dosen Material

  1 Wahyu Hidayat, ST., M.Eng Tidak Tetap <50 Teori B Pagi D WH MKK

  2 Teknik Material

  2 Wahyu Hidayat, ST., M.Eng Tidak Tetap <50 Lab Bahan Pagi D WH 2 MKK

  1 Teknik Teknik

  3 Ir. Zam Zami. MT Tetap Sakit Teori A Pagi D ZZ MKK Manufaktur

  2 Lanjut Teknik

Lab

  4 Ir. Zam Zami. MT Tetap Sakit Pagi D ZZ 2 MKK Manufaktur

  1 Manufaktur Lanjut Mesin

  5 Eko Sarwono, ST., MT Tetap <50 Teori B Pagi A ES MKK Konversi

  1 Energi II Mesin

  6 Eko Sarwono, ST., MT Tetap <50 Lab Konversi Pagi A ES 2 MKK Konversi

  1 Energi II Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs)

  192  E- ISSN 2580-1465

17 Hendro Priyatman, ST., MT Tidak Tetap ≥50 Teori A Pagi A HP MKK Mekatronika

  28 Drs. Helmi, M.Si Tidak Tetap ≥50 Teori A Siang C HEL 3 MPK Kalkulus Lanjut

  3

  23 Drs. Helmi, M.Si Tidak Tetap ≥50 Teori A Pagi A HEL 2 MKK Statistik Teknik

  2

  24 Fuazen, ST., MT Tetap <50 Teori B Pagi B FUA 4 MKK Fenomena Dasar Mesin

  1

  25 Fuazen, ST., MT Tetap <50

Lab

Fenomena

Dasar Mesin

  Pagi B FUA 5 MKK Fenomena Dasar Mesin

  1

  26 Rika Lestari, S.Pd Tidak Tetap <50 Teori B Pagi D RL MPK Englise For Academic Purpose

  2

  27 Edi Karyadi, ST., M.Eng Tidak Tetap <50 Teori B Pagi D EK MKK Perpindahan Kalor dan Masa Dasar

  3

  3

   CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189

  29 Gunarto, ST., M.Eng Tetap <50 Teori B Pagi E GUN 2 MKK Perencanaan Elemen Mesin

  2

  Model hirarki keputusan digunakan untuk dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan pada penjadwalan perkuliahan yang ditunjukkan pada Gambar 2.

  Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami,yaitu [6] :

  1. Decomposition (membuat hierarki) Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.

  2. Comparative judgment (penilaian kriteria dan alternatif) Kriteria dan alternative dilakukan

  dengan perbandingan berpasangan, sehingga dapat diketahui skala kepentingan dari masing-masing kriteria terhadap kriteria lainnya.

  3. Synthesis of priority (menentukan prioritas)

  4. Logical Consistency (konsistensi logis)

  Adapun langkah-langkah dalam metode AHP untuk menentukan bobot penjadwalan adalah sebagai berikut [1]:

  1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

  2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria- kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.

  22 Drs. Masrum HS, ST., MT Tidak Tetap ≥50 Teori A Pagi D MHS MKK Elemen Mesin Dasar

  2

  21 Fuazen, ST., MT Tetap <50 Teori B Pagi A FUA 3 MKK Statika Struktur

  Pengetahuan

  7 Octavia Shinta Aryani, M.Pd Tidak Tetap <50 Teori B Pagi B OSA 2 MPB Manajemen Industri

  2

  8 Dr. H. Usman A Gani, ST., MT Tidak Tetap ≥50

  Teori A Pagi D UAG MKK Teknik Tenaga Listrik

  3

  9 Gunarto, ST., M.Eng Tetap <50 Teori B Pagi D GUN MKK Mekanika Fluida Dasar

  3

  10 Octavia Shinta Aryani, M.Pd Tidak Tetap <50 Teori B Pagi A OSA MPB Ekonomi Teknik

  2

  11 Hermanto, S.Pdl., M.Pdl Tidak Tetap <50 Teori B Pagi C HER MPK Ibadah Muamalah Akhlak

  2

  12 Qommaruzzaman, SHI., M.Pd Tidak Tetap <50 Teori B Pagi C QOM MPK Islam dan Ilmu

  2

  2

  13 Nurcholis Fahmi, M.Si Tidak Tetap <50 Teori B Pagi B NF MPK Retorika Dakwah

  14 Fuazen, ST., MT Tetap <50 Teori B Pagi D FUA MKK Fisika Teknik Lanjut

  2

  15 Fuazen, ST., MT Tetap <50 Lab Fisika Pagi D FUA 2 MKK Fisika Teknik Lanjut

  1

  16 Drs. Helmi, M.Si Tidak Tetap ≥50 Teori A Pagi E HEL MKK Matematika Teknik Lanjut

  3

  2

  18 Sutrisno, S.Pd., SH., M.Si Tetap ≥50 Teori A Siang A SUT MPK Kewarganegar aan

  2

  19 Dwi Handoko, ST., M.Eng Tetap <50 Teori B Siang A DH MKK Termodinamik a Teknik Lanjut

  2

  20 Agus Rohermanto, M.Eng Tidak Tetap <50 Teori B Siang B AR MKK Peneumatik Dan Hidrolik

2. Hirarki Keputusan

2.2.4 Perangkingan dengan AHP

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  193

  3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas.

  Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Prosedur untuk mendapatkan bobot kriteria adalah [8]:

  4. Kuadratkan matriks tersebut

  5. Jumlahkan nilai dari setiap baris dan hasil penjumlahan tersebut dijumlahkan kembali

  6. Lakukan normalisasi dengan cara membagi dengan hasil penjumlahan terakhir yang akan menghasilkan nilai Eigenvector (Bobot setiap kriteria) Langkah selanjutnya adalah

  7. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi

  8. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

  9. Menguji konsistensi hirarki. Prinsip kerja dari rasio konsistensi adalah untuk menentukan bobot yang sesuai dari kriteria [5]:

  10. Hitung Jumlah Matrik Tertimbang (Weighted Sum Vector)

  11. Bagi semua elemen dari jumlah matriks tertimbang dengan nilai Priority Vector

  12. Hitung nilai rata- rata untuk mendapatkan nilai λmax dengan menjumlahkan nilai Vector Consisitency dan membaginya dengan jumlah faktor yang sedang dibandingkan.

  13. Rumus untuk menghitung Consisitency Ratio :

  CI

  RI

  1 CR=

  Keterangan : Consistency Ratio (CR) = Apabila nilai CR ≤ 0,1, maka matriks perbandingan berpasangan dapat diterima, dan apabila nilai CR > 0,1, maka perhitungan perbandingan berpasangan diulang kembali hingga menghasilkan matriks yang konsisten.

  CI = Consistency Index RI = Random Consistency Index ditunjukkan pada Tabel 2

  14. Rumus dari Consistency Index yaitu :

  λ max - n

  n-1

  2 CI=

  Keterangan : λmax = eigenvalue tertinggi dari matriks n = Banyaknya elemen / Ukuran matriks

  Tabel 2. Random consistency index (RI) [4] n

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 Prinsip kerja dari AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks dengan menatanya ke dalam suatu hirarki. Untuk menetapkan variabel yang berperan untuk mempengaruhi hasil dan memiliki prioritas tinggi, maka setiap variabel diberikan nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain dengan memberikan skala perbandingan Tingkat Kepentingan Relatif [8]. Skala perbandingan berpasangan ditunjukkan pada Tabel 3 [7].

  Tabel 3. Tingkat kepentingan relatif

  Nilai Definisi Penjelasan Kepentingan

1 Sama Penting Kedua elemen sama pentingnya

  3 Elemen satu sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen atas lainnya

  5 Elemen satu lebih penting dari elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat mendukung satu elemen atas lainnya Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs)

  194  E- ISSN 2580-1465

   CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189

  7 Sangat penting Satu elemen sangat disukai dan dominannya ditunjukkan dalam praktek

  9 Mutlak lebih penting Bukti mendukung satu elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

  Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i Rasional Rasio yang timbul dari konsistensi penilaian

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  195

RUANG USIA STATUS DOSEN

  Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs)

Bobot Penjadwalan

Perkulahan

  WAKTU SKS PENSIUN TETAP TIDAK TETAP SAKIT ≥ 50 < 50 TEORI B TEORI A Pagi B Pagi A Pagi C Pagi D Pagi E Siang A Siang B Siang C 3 SKS 2 SKS 1 SKS Praktikum 0 SKS Prestasi dan FDM Lab. Fisika Lab. Manufaktur Lab. Konversi Lab. Bahan

  PENGAJAR

  Gambar 2. Hirarki bobot penjadwalan perkuliahan

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

  Berikut adalah tahapan dalam pembobotan pengaturan jadwal dosen dengan metode AHP untuk mendapatkan hasil berupa bobot untuk setiap dosen.

  1. Menentukan prioritas kriteria

  196  E- ISSN 2580-1465

  a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Langkah pertama adalah mencari nilai bobot prioritas kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pada tahapan ini dilakukan pemberian bobot di masing-masing kriteria menggunakan model AHP. Bobot tersebut didapatkan dari hasil wawancara oleh dosen Teknik Mesin untuk menentukan seberapa besar nilai kepentingan antar kriteria. Setelah dilakukan proses pembobotan, maka selanjutnya adalah melakukan penjumlahan tiap kolom.

  Tabel 4. Matriks perbandingan berpasangan kriteria

STATUS DOSEN USIA DOSEN SKS RUANG WAKTU

  

STATUS DOSEN 1,00 3,00 5,00 7,00 9,00

USIA DOSEN 0,33 1,00 3,00 5,00 7,00

SKS 0,20 0,33 1,00 3,00 5,00

RUANG 0,14 0,20 0,33 1,00 3,00

  

WAKTU 0,11 0,14 0,20 0,33 1,00

Jumlah 1,79 4,68 9,53 16,33 25,00

  b. Sintesis (matriks kriteria) Pada tahapan ini dilakukan perhitungan prioritas dengan membagi penjumlahan baris kriteria dengan total kriteria. Nilai prioritas ditunjukkan pada Tabel 5.

  Tabel 5. Matriks kriteria

  STATUS USIA SKS RUANG WAKTU JUMLAH PRIORITAS DOSEN DOSEN STATUS DOSEN 0,50

  0,56 0,64 0,52 0,43 0,36

  2,51 USIA DOSEN 0,19 0,21 0,31 0,31 0,28 0,26 1,30 SKS 0,13

  0,11 0,07 0,10 0,18 0,20

  0,67

RUANG 0,08 0,04 0,03 0,06 0,12 0,07

0,34

WAKTU 0,06 0,03 0,02 0,02 0,04 0,03

0,17

  c. Menghitung rasio konsistensi Selajutnya adalah membuat matriks penjumlahan tiap baris untuk mendapatkan nilai dari rasio konsistensi. Perhitungan rasio konsistensi ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7

  Tabel 6. Matriks penjumlahan tiap baris

STATUS USIA SKS RUANG WAKTU JUMLAH DOSEN DOSEN

  STATUS DOSEN 0,50 0,78 0,67 0,47 0,31 2,74

USIA DOSEN

  0,17 0,26 0,40 0,34 0,24

  1,41 SKS 0,10 0,09 0,13 0,20 0,17 0,70

  RUANG

  0,07 0,05 0,04 0,07 0,10

  0,34 WAKTU

  0,06 0,04 0,03 0,02 0,03

  0,18

  Tabel 7. Rasio konsistensi

JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL

  2,74 0,50 5,46

STATUS DOSEN

  

USIA DOSEN 1,41 0,26 5,43

CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189

  

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  197

SKS 0,70 0,13 5,20 RUANG 0,34 0,07 5,03

  0,18 0,03 5,09

WAKTU TOTAL 26,21

  Kemudian dilakukan perhitungan λmax yang diperoleh dengan menjumlahkan hasil rasio konsistensi dan membaginya dengan jumlah kriteria menggunakan persamaan 1 yaitu :

  Σλ

  (1) λmax =

  26,21

  λmax =

  5

  λmax = 5,24 Hitung nilai Consistency Index dengan menggunakan persamaan 2 yaitu :

  λmax − n

  (2) =

  −1

  5,24 − 5 = 5 − 1 = 0,06

  Untuk n = 5, RI (Random Index) = 1,12 (Tabel Franek dan Kresta), maka dapat diperoleh nilai CR (Consistency Ratio) dengan menggunakan persamaan 3 yaitu :

  CI

  (3) =

  0,06 =

  1,12 = 0,05 CR < 0,1 maka bernilai konsisten

  2. Menentukan prioritas sub kriteria terhadap masing-masing kriteria

  a. Menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen Langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan berpasangan untuk menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen yang ditunjukkan pada Tabel

  8. Tabel 8. Menghitung prioritas sub kriteria dan kriteria status dosen

  

STATUS DOSEN TETAP TIDAK TETAP PENSIUN

TETAP 1,00 3,00 5,00

TIDAK TETAP 0,33 1,00 3,00

PENSIUN 0,20 0,33 1,00

  

TOTAL 1,53 4,33 9,00

  Pada tahapan ini dilakukan perhitungan prioritas dengan membagi penjumlahan baris sub kriteria dengan total sub kriteria. Nilai prioritas sub kriteria ditunjukkan pada Tabel

  9. Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen

  (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs)

  198  E- ISSN 2580-1465

  Tabel 9. Matriks sub kriteria status dosen

STATUS DOSEN TETAP TIDAK TETAP PENSIUN JUMLAH PRIORITAS PRIORITAS SUB KRITERIA

  TETAP 0,65 0,69 0,56 1,90 0,63 1,00

TIDAK TETAP

  0,78 0,26 0,41 PENSIUN 0,13 0,08 0,11 0,32 0,11 0,17

  Selajutnya adalah membuat matriks penjumlahan tiap baris untuk mendapatkan nilai dari rasio konsistensi. Perhitungan rasio konsistensi ditunjukkan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

  Tabel 10. Matriks penjumlahan tiap baris sub kriteria status dosen

STATUS DOSEN TETAP TIDAK TETAP PENSIUN JUMLAH TETAP

  0,63 0,78 0,53

  0,22 0,23 0,33

  PENSIUN 0,13 0,09 0,11 0,32

  Tabel 11. Rasio konsistensi sub kriteria status dosen

  

STATUS DOSEN JUMLAH PER BARIS PRIORITAS HASIL

TETAP

  3,07 0,63

  3,07

  3,03 0,26

  3,03

  1,94 TIDAK TETAP 0,21 0,26 0,32 0,79

TIDAK TETAP

   CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189

  0,43

  PENSIUN

  3,01 0,11

  3,01

  0,07

  B 0,10 Lab Bahan 0,08 Siang C

  Lab Konversi 0,12 Siang

  0,19 Siang A 0,15

  0 Sks 0,10 Pagi D 0,33 Lab Fisika 0,28 Pagi E 0,22 Lab Manufaktur

  1 Sks 0,22 Pagi C 0,47 Prak Presiasi Dan FDM

  Hal yang sama dilakukan untuk menghitung prioritas sub kriteria pada kriteria usia dosen, ruang, waktu, dan SKS sehingga hasil dari Prioritas Sub Kriteria pada kriteria Usia Dosen, Ruang, Waktu, dan SKS ditunjukkan Pada Tabel 12.

  2 Sks 0,47 Pagi B 0,69 Teori B 0,66 Pensiun 0,17 <50 0,17

  ≥50 0,41

  3 Sks 1,00 Pagi A 1,00 Teori A 1,00 Tidak Tetap 0,41

  Status Dosen Prioritas Sub Kriteria Usia Dosen Prioritas Sub Kriteria Sks Prioritas Sub Kriteria Waktu Prioritas Sub Kriteria Ruang Prioritas Sub Kriteria Tetap 1,00 Sakit 1,00

  Tabel 13. Hasil perhitungan dengan meode analytic hierarchy process

  Dari hasil akhir perkalian matrik tersebut, maka dapat dilihat hasil peringkat yang ditunjukkan pada Tabel 13.

  3. Analisa hasil perhitungan dengan meode Analytic Hierarchy Process Langkah terakhir adalah mengalikan nilai prioritas sub kriteria dengan nilai prioritas.

  Tabel 12. Prioritas sub kriteria pada kriteria usia dosen, ruang, waktu, dan SKS

  TOTAL 9,11

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  199

  Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs) Mata Kuliah Dosen Status Dosen Usia SKS Ruang Waktu Total Rangking Material Teknik WH

  10 Fenomena Dasar Mesin FUA 5 0,50 0,04 0,03 0,03 0,02 0,63

  3 Termodinamika Teknik Lanjut DH 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66

  7 Peneumatik Dan Hidrolik AR 0,21 0,04 0,06 0,04 0,00 0,36

  27 Statika Struktur FUA 3 0,50 0,04 0,06 0,04 0,03 0,69

  5 Elemen Mesin Dasar MHS 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53

  15 Statistik Teknik HEL 2 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48

  18 Fenomena Dasar Mesin FUA 4

  0,50 0,04 0,03 0,04 0,02 0,64

  11 Englise For Academic Purpose RL 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37

  0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48

  26 Perpindahan Kalor dan Masa Dasar EK 0,21 0,04 0,13 0,04 0,01 0,44

  20 Kalkulus Lanjut HEL 3 0,21 0,11 0,13 0,07 0,00 0,52

  16 Perencanaan Elemen Mesin GUN 2 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66

  9

  Analytical Hierarchy Process digunakan untuk memperoleh bobot relatif dari suatu hirarki. Dalam sistem pengambilan keputusan, metode AHP digunakan untuk pemecahan masalah yang memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. Pada pembobotan untuk pengaturan jadwal dosen, maka diperoleh hasil akhir berupa urutan nama dosen pengampu mata kuliah yang dapat melakukan penjadwalan terlebih dahulu. Hasil urutan perangkingan dengan menggunakan metode AHP dapat dilihat pada Tabel 14.

  Tabel 14. Tabel peringkat hasil perhitungan ahp

  Mata Kuliah Dosen Status Dosen Usia SKS Ruang Waktu Total Rangking

  19 Kewarganegaraan SUT 0,50 0,11 0,06 0,07 0,01 0,75

  17 Mekatronika HP

  0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37

  22 Teknik Tenaga Listrik UAG 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53

  23 Material Teknik WH 2 0,21 0,04 0,03 0,01 0,01 0,30

  29 Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 0,50 0,26 0,06 0,07 0,01 0,91

  1 Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 2 0,50 0,26 0,03 0,01 0,01 0,82

  2 Mesin Konversi Energi II ES

  0,50 0,04 0,03 0,04 0,03 0,66

  8 Mesin Konversi Energi II ES 2 0,50 0,04 0,03 0,01 0,03 0,62

  12 Manajemen Industri OSA 2 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,38

  14 Mekanika Fluida Dasar GUN 0,50 0,04 0,13 0,04 0,01 0,74

  13 Matematika Teknik Lanjut HEL 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,52

  4 Ekonomi Teknik OSA 0,21 0,04 0,06 0,04 0,03 0,39

  21 Ibadah Muamalah Akhlak HER

  0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37

  24 Islam dan Ilmu Pengetahuan QOM 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37

  25 Retorika Dakwah NF

  0,21 0,04 0,01 0,04 0,02 0,33

  28 Fisika Teknik Lanjut FUA 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,67

  6 Fisika Teknik Lanjut FUA 2 0,50 0,04 0,03 0,02 0,01 0,61

3.2 Pembahasan

  200  E- ISSN 2580-1465

  25 Englise For Academic Purpose RL 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37

  19 Perpindahan Kalor dan Masa Dasar EK 0,21 0,04 0,13 0,04 0,01 0,44

  20 Ekonomi Teknik OSA 0,21 0,04 0,06 0,04 0,03 0,39

  21 Manajemen Industri OSA 2 0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,38

  22 Material Teknik WH 0,21 0,04 0,06 0,04 0,01 0,37

  23 Ibadah Muamalah Akhlak HER

  0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37

  24 Islam dan Ilmu Pengetahuan QOM

  0,21 0,04 0,06 0,04 0,02 0,37

  26 Peneumatik Dan Hidrolik AR 0,21 0,04 0,06 0,04 0,00 0,36

  17 Statistik Teknik HEL 2 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48

  27 Retorika Dakwah NF 0,21 0,04 0,01 0,04 0,02 0,33

  28 Material Teknik WH 2 0,21 0,04 0,03 0,01 0,01 0,30

  29

  Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan mengenai penjadwalan perkukliahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Metode AHP dapat digunakan dalam pengurutan dosen berdasarkan dari kriteria penilaian yaitu status dosen, usia, ruang, waktu, dan SKS.

  2. Hasil perhitungan bobot dengan menggunakan AHP dapat dilakukan perangkingan untuk semua kriteria. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya menggunakan metode DS/AHP di dapatkan 17 dosen yang mendapatkan urutan dari 29 dosen.

  3. Semakin banyak alternative yang digunakan, maka semakin banyak pula kriteria yang digunakan untuk mendapatkan hasil perangkingan yang lebih besar.

  4. Sistem pendukung keputusan ini dapat digunakan dalam proses penjadwalan perkuliahan yang sesuai dengan kriteria dosen yang bersangkutan.

  Referensi :

  18 Mekatronika HP 0,21 0,11 0,06 0,07 0,03 0,48

  16 Matematika Teknik Lanjut HEL 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,52

   CYBERNETICS Vol. 2, No. 01, Mei 2018 : 189 Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 0,50 0,26 0,06 0,07 0,01 0,91

  7 Mesin Konversi Energi II ES 0,50 0,04 0,03 0,04 0,03 0,66

  1 Teknik Manufaktur Lanjut ZZ 2

  0,50 0,26 0,03 0,01 0,01 0,82

  2 Kewarganegaraan SUT 0,50 0,11 0,06 0,07 0,01 0,75

  3 Mekanika Fluida Dasar GUN 0,50 0,04 0,13 0,04 0,01 0,74

  4 Statika Struktur FUA 3 0,50 0,04 0,06 0,04 0,03 0,69

  5 Fisika Teknik Lanjut FUA

  0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,67

  6 Termodinamika Teknik Lanjut DH 0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66

  8 Perencanaan Elemen Mesin GUN 2

  0,21 0,11 0,13 0,07 0,00 0,52

  0,50 0,04 0,06 0,04 0,01 0,66

  9 Fenomena Dasar Mesin FUA 4 0,50 0,04 0,03 0,04 0,02 0,64

  10 Fenomena Dasar Mesin FUA 5 0,50 0,04 0,03 0,03 0,02 0,63

  11 Mesin Konversi Energi II ES 2 0,50 0,04 0,03 0,01 0,03 0,62

  12 Fisika Teknik Lanjut FUA 2 0,50 0,04 0,03 0,02 0,01 0,61

  13 Teknik Tenaga Listrik UAG

  0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53

  14 Elemen Mesin Dasar MHS 0,21 0,11 0,13 0,07 0,01 0,53

  15 Kalkulus Lanjut HEL 3

4. Kesimpulan

CYBERNETICS E-ISSN 2580-1465  201

  [1] Adhi, Antono. "Pengambilan keputusan pemilihan handphone terbaik dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)." Jurnal Ilmiah Dinamika Teknik 4.2 (2010). [2] Awasthi, Anjali, and Satyaveer S. Chauhan. "A hybrid approach integrating Affinity

  Diagram, AHP and fuzzy TOPSIS for sustainable city logistics planning." Applied Mathematical Modelling 36.2 (2012): 573-584. [3] Durbach, Ian, Risto Lahdelma, and Pekka Salminen. "The analytic hierarchy process with stochastic judgements." European Journal of Operational Research 238.2 (2014): 552-559. [4]

  Franek, Jiří, and Aleš Kresta. "Judgment scales and consistency measure in AHP." Procedia Economics and Finance 12 (2014): 164-173. [5] Goshal, Sujit Kumar, Sukanta Kumar Naskar, and Dipankar Bose. "AHP in Assessing

  Performance of Diploma Institutes

  • –A Case Study." Journal of Technical Education and Training 3.2 (2012).

  [6] Kusrini, Mukhsin, and M. Kom. "Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan." Yogyakarta: Penerbit Andi (2007). [7] Kousalya, P., et al. "Analytical Hierarchy Process approach

  • –An application of engineering education." Mathematica Aeterna 2.10 (2012): 861-878.

  [8] Marimin , Marimin. "Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk." PT.

  Grasindo, Jakarta (2004).

  [9] Pangestika, Menur Wahyu. "Analisis Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jadwal Untuk Dosen Dengan Metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan." CYBERNETICS 1.02 (2017): 91-104.

  [10] Piliang , Faisal, and Sri Marini. "EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY

  PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN

MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE." JREC (Journal of Electrical and Electronics) 2.2 (2015).

Suasana

  [11] , I.S., Wibowo, M.C., Danang., Ongkowijoyo,S. Multi “Pengaturan Jadwal Kuliah

  Kampus Dengan Metode AHP Berbasis Web Komputer ”. Prosiding Seminar Nasional Ilmu (2013): Hal 91-94.

  [12] Tung, Yi-Ti, et al. "Analytic hierarchy process of academic scholars for promoting energy saving and carbon reduction in Taiwan." Procedia Environmental Sciences 20 (2014): 526- 532. [13] Untoro, Wisnu Yudho. "Penerapan Metode Forward Chaining Pada Penjadwalan Mata Kuliah." Jurnal Matematika dan Komputer Indonesia 1.2 (2009).

  Analytic Hierarchy Process Dalam Pembobotan Untuk Pengaturan Jadwal Dosen (Menur Wahyu Pangestika S.Kom., M.Kom & Alda Cendekia Siregar S.Kom.,M.Cs)