BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Kabupaten Simalungun - Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun terletak di antara 02’36,03’1 lintang utara dan

  98’32-99’35 bujur timur Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan tanah jawa dengan luas 49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan dolog pardamean dengan luas 9.045 ha.

  Sesuai amanah PP No. 70 Tahun 1999 tentang Perpindahan Ibukota Daerah Kabupaten Simalungun dari Wilayah Daerah Kota Pematangsiantar ke Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun maka pada tanggal 23 Juni 2008 pada masa pemerintahan Bupati Simalungun Periode 2005-2010 yakni Zulkarnain Damanik pusat pemerintahan Kabupaten Simalungun dipindahkan dari Pematang Siantar ke Pematang Raya, Ibukota Kabupaten ini juga resmi di pindahkan ke Pematang Raya, Pematang Siantar yang sebelumnya merupakan ibukota Simalungun kemudian menjadi daerah otonom dan mempunyai pemerintah kota tersendiri.

  Secara batas wilayah Kabupaten Simalungun berbatasan dengan 7 Kabupaten /Kota yang berada di kawasan danau Toba, secara lebih rinci Kabupaten Simalungun berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kab. Deli Serdang dan Kab. Serdang Bedagai Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara Sebelah Selatan : Kabupaten Tobasa Sebelah Barat : Kabupaten Karo

  Sektor pertanian dan hasil perkebunan menjadi komoditi utama yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Penggunaan lahan secara keseluruhan didominasi untuk sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini sesuai dengan data yang dirilis dalam artikel “Profil Kabupaten Simalungun Tahun 2012” yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun mengenai luas keseluruhan lahan yang dimanfaatkan untuk sektor pertanian dan perkebunan yaitu sebesar

  

  346.195 Ha atau 78,92 % dari total wilayah Kabupaten Simalungun . Selama tahun 2012, Kabupaten Simalungun menghasilkan antara lain 440.992 ton 383.813 ton yang menjadikan Kabupaten Simalungun sebagai penghasil padi, jagung, dan ubi kayu terbesar di Sumatera Utara. Produksi tanaman pangan lainnya yang cukup besar dari kabupaten ini adalah kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar.

25 Artikel “Profil Kabupaten Simalungun 2012.pdf” yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun

  melalui situs resmdiakses pada tanggal 25 Desember 2013 pukul 21.17 WIB

  Luas Wilayah Kabupaten Simalungun adalah 438.660 Ha (4,486,60 Km2) merupakan 6,12 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten

26 Simalungun terdiri dari 31 kecamatan .

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Simalungun

1. Sejarah Singkat

  26

  

31 kecamtan yang ada di Kabupaten Simal

  Penduduk asli kabupaten Simalungun adalah suku simalungun. Meskipun Kabupaten Simalungun adalah tanah leluhur orang Simalungun, namun belakangan ini secara statistic orang Simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di kabupaten Simalungun, setelah orang jawa dan orang yang berasal dari Toba. Orang Simalungun justru diperkirakan lebih banyak tingggal di luar wilayah Simalungun. Sedangkan suku pendatang di simalungun adalah suku jawa dan suku batak toba.

  Sejarah mencatat bahwa sebelum negara indonesia terbentuk di simalungun sudah terdapat pemerintahan feodalisme yakni :

  1.Kerajaan Siantar, yang adalah kelanjutan dari kerajaan Nagur ibukotanya di Pamatang dan raja terakhirnya adalah Raja Sawadin Damanik

  2.Kerajaan Tanoh Djawa, berdiri di perkampungan orang jawa ibukotanya dalah Pamatang Tanoh Djawa dan raja terakhirnya dalah Raja Kaliamsyah Sinaga

  3.Kerajaan Panei letaknya di Kecamatan Panei sekarang ibukotanya di Pematang Panei dan raja terakhir adalah Tuan Bosar Sumalam Purba Dasuha

  4.Kerajaan Dolog Silau beribukota di Pamatang Dolog Silau (dekat saran padang ) dan raja terakhir adalah Tuan Bandar Alam Purba Tambak Kedatangan belanda dengan politik devide et imperanya telah berhasil memecah kerajan kerajaan di Simalungun sehingga terbentuklah 3 kerajaan baru yaitu :

  1.Kerajaan Raya pada awalnya adalah partuanon dibawah Kerajaan Dolog Silau ibukotanya di Pematang Raya dan raja terakhir adalah Tuan Djaulan Kadoek Saragih

  2.Kerajaan Purba pada awalnya adalah partuanon di bawah Kerajaan Dolog Silau ibukotanya di Pematang Purba rumah bolonnya masih ada sampai sekarang dan butuh perhatian dari pemkab Simalungun dan raja terakhirnya adalah Tuan Mogang Purba Pakpak

  3.Kerajaan Silima Kuta pada awalnya merupakan partuanon di bawah kerajaan Dolog Silau dan raja terakhir adalah Tuan Padi Raja Girsang Setelah terpecah menjadi 7 kerajaan ,maka dengan mudah belanda akhirnya memaksa para raja untuk menandatangani Korte Verklaring dan resmilah wilayah Kerajaan Nagur dijajah oleh Belanda.

  Nama Simalungun resmi di pergunakan sejak 1906 dalam lembaran negara Hindia Belanda, Secara etimologis Simalungun berasal dari kata Sima dan lungun.Sima berarti peninggalan dan lungun artinya sepi nama simalungun di sebut oleh orang yang berada di luar wilayah kerajaan nagur untuk menyebut bekas Kerajaaan Nagur yang sepi dan sekaligus di rindukan.

  Kolonialisme belanda dengan gaya kapitalis mereka telah merusak tatanan adat dan nilai di Simalungun setelah berhasil menjajah Simalungun Belanda mengubah Simalungun menjadi daerah pekebunan untuk pangsa pasar di eropa dan kebijakan pertama sekali adalah dibukanya perkebunan teh di Naga Huta pada tahun 1910 dan disusul oleh perluasan perkebunan lainnya Orang Simalungun tidak bisa di harapkan menjadi pekerja di perkebunan sebab karakter mereka yang terbentuk adalah santai dan bukan pekerja keras selain itu budaya membayar upeti kepada raja membuat karakternya tidak terlalu ingin bekerja keras. Hal karakter ini membuat Belanda mendatangkan para pekerja dari jawa sebab orangnya tekun bisa diatur dan tidak banyak berontak dan akhirnya mereka lah yang menjadi pekerja di perkebunan, kemudian kendala kembali muncul terkait bahan pangan dari migran jawa ini sehingga orang belanda kembali mendatangakan orang orang yang bisa menjadi penyedia makan bagi migran jawa, kresidenan tapanuli yang menguasi wilayah toba akhirnya menjatuhakan pilihan kepada batak toba yang mendiami sekeliling danau toba.kelompok sub suku ini merupakan kelompok terbesar orang batak dan dianggap yang termaju terutama dalam bidang pertanian sawah dan pendidikan dibanding kelompok yang lain dan tanah yang tepat untuk dijadikan persawahan adalah wailayah Kerajaaan Siantar,Panei dan Tanah Djawa sehingga tidak mengherankan jika jumlah penduduk di daerah tersebut adalah mayoritas batak toba perpindahan ini terjadi pada tahun 1910-an akibat tinginya migrasi tersebut akhirnya menjadi faktor yang membuat jumlah etnis Simalungun menjadi minoritas di tanah leluhurnya sendiri.

B. Kecamatan Raya

  Kecamatan Raya merupakan daerah yang menjadi Kota pendidikan di Kabupaten Simalungun. Selain kota pendidikan daerah daerah yang menjadi desa di kecamtan ini merupakan penghasil hasil pertanian yang cukup produktif yakni jahe dan kopi sebagai komoditi andalan. Secara statistik lebih dari 60 persen lahan di kecamtan Raya merupakan lahan pertanian non sawah. Kecamatan ini memiliki luas 328,50 Km2, Ibukota Kabupaten Simalungun teletak di kecamatan ini dengan letak geografis sebagai berikut :

  • Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya Kahean dan Kecamatan Silou Kahean,
  • Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean,
  • Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Silou, - Timur berbatasan dengan Kecamatan Panombeian Panei. Desa-desa Kecamatan Raya berada pada ketinggian 251-1400 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan topografinya daerah ini berada di wilayah perbukitan, dimana sekitar 53,80 % dari keseluruhan wilayah berada pada ketinggian 751-1000 m di atas permukaan laut. Menurut kemiringan/ kelerengan tanah, wilayah kecamatan Raya terletak pada lahan yang terjal, dengan sekitar 57,72 % lahan berada pada kemiringan di atas 15%.

  Kecamatan Raya mencakup 17 nagori/desa yaitu: Nagori Dolog Huluan, Raya Usang, Raya Bayu, Dalig Raya, Merek Raya, Bahapal Raya, Sondi Raya, Bah Bolon, Raya Huluan, Siporkas, Silou Huluan, Silou Buttu, Bonguron Kariahan, Sihubu Raya, Raya Bosi, Simbou Baru, Bintang Mariah dan 1 kelurahan, yaitu Kelurahan Pematang Raya.

  TABEL 2.1

LUAS WILAYAH DESA/KELURAHAN DI KECAMATAN RAYA

  NO NAGORI/KELURAHAN LUAS WILAYAH

  1 DOLOK HULUAN 15,20

  2 RAYA USANG

  17.80

  3 RAYA BAYU

  26

  4 DALIG RAYA 12,20

  5 PEMATANG RAYA

  38

  6 MEREK RAYA 16,60

  7 BAHAPAL RAYA

  24

  8 SONDI RAYA 28,80

  9 BAH BOLON 9,80

  10 RAYA HULUAN 10,20

  11 SIPORKAS 17,60

  12 SILAU HULUAN 14,80

  13 SILAU BUTTU 18,10

  14 BUNGORUN KARIAHAN 14,40

  15 SIHOBU RAYA 17,20

  16 RAYA BOSI 13,20

  17 SIMBOU BARU

  22

  18 BINTANG MARIAH

  13 RAYA 328,50

  Sumber : BPS Kabupaten Simalungun Berikut ini merupakan Visi dan Misi Kantor Kecamatan Raya: Visi: Terwujudnya aparatur pemerintahan yang profesional, produktif, survive dan memiliki semangat juang yang tinggi dalam memberikan pelayanan masyarakat, meningkatkan kinerja kecamatan dan memajukan Kecamatan Raya.

  Misi:

  • Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintahan kecamatan dalam membina, mengembangkan, institusi pengelola pendidikan, pertanian, peternakan, jasa dan industri
  • Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kehidupan beragama.
  • Memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan sarana dan prasarana infrastruktur di lingkungan perkotaan dan pedesaan.
  • Menegakan hukum, keamanan dan ketertiban.
  • Memelihara kelestarian sumber daya alam dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
  • Mengembangkan kapasitas dan kemampuan lembaga pelayanan masyarakat
  • Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif, meningkatkan daya tahan perekonomian masyarakat menghadapi dampak krisis ekonomi dan mengembangkan daya saing yang berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif.

C. Desa dan Pemerintahan Desa

  Desa merupakan arena politik paling dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat Desa). Di satu sisi, para perangkat Desa menjadi bagian daari birokrasi negara yang mempunyai daftar tugas kenegaraan, yakni menjalankan birokratisasi di level Desa, melaksanakan program-program pembangunan, memberikan pelayanan administratif kepada masyarakat. Tugas penting pemerintah Desa adalah memberi pelayanan administratif (surat- menyurat) kepada warga.

  Di sisi lain, karena dekatnya arena, secara normatif masyarakat akar- rumput sebenarnya bisa menyentuh langsung serta berpartisipasi dalam proses pemerintahan dan pembangunan di tingkat Desa. Dalam praktiknya antara warga dan penyelenggaran pemerintah desa mempunyai hubungan kedekatan secara personal yang mungkin diikat dengan tali kekerabatan maupun ketetanggaan, sehingga kedua unsur itu saling menyentuh secara personal dalam wilayah yang lebih privat ketimbang publik.

  Pergantian kekuasaan pemerintahan Orde Baru oleh pemerintahan reformasi secara langsung berimplikasi pada perubahan kehidupan demokrasi di desa. Perubahan kehidupan berdemokrasi ini tampak dari semangat adaptasi atas demokrasi yang cukup besar mulai tahun 1999. Bisa disimak kehadiran Badan Perwakilan Desa dan kemudian menjadi Badan Permusyawaratan Desa yang bertindak sebagai badan legislatif baru di desa, menggantikan peran Lembaga Musyawarah Desa (LMD.

  Praktek demokrasi desa di bawah UU nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa memberikan landasan yang kuat bagi tegak kokohnya kekuasaan sentralistik Orde Baru bagi pengaturan pemerintahan di tingkat desa.

  Karakter evolusi kehidupan demokrasi kebanyakan masih bersifat seragam, tidak banyak pilihan dalam pelaksanaan demokrasi desa. Begitu pula istilah, struktur dan mekanisme pemerintahan desa telah dibakukan. Namun, ketika kekuasan otoritarian Orde Baru berakhir, maka bermunculanlah semangat anti sentralisme

  Reformasi dengan mahasiswa sebagi pelaku nya telah memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi bangsa ini, tuntutan reformasi menuntut perubahan mendasar dari sitem demokrasi Negara ini, proses penyelenggaraan pemerintahan daerah menjadi salah satu sasarannya . Untuk memenuhi tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiwa pemeritahan Habibie mengeluarkan undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dalam undang undang ini terdapat pengaturan tentang desa yaitu bab XI pasal 93 sampai dengan

  pasal 111. Seiring bergantinya pengusa undang undang tentang pemerintahan daerah kemudian di revisi kembali melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 serta diubah kembali menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah.

  Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 72 Tahun 2005, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :

  A. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

  B. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

  diserahkan pengaturannya kepada desa;

  C. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau

  pemerintah kabupaten/kota;

  

D. Urusan pemerintahan lainya yang oleh peraturan perundang undangan

diserahkan kepada desa.

  Dalam rangka memperkuat desa pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 30 tahun 2006 tentang tata cara penyerahan urusan pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa dalam peraturan ini dijelaskan bahwa urusan pemerintah kabupaten kota yang dapat diserahkan kepada desa antara lain : 1.

  Bidang pertanian dan ketahanan pangan 2. Bidang pertambangan dan energi serta sumber daya mineral 3. Bidang kehutanan dan perkebunan 4. Bidang perindustrian dan perdangan 5. Bidang koperasi dan usaha kecil menengah 6. Bidang penanaman modal 7. Bidang tenaga kerja dan transmigrasi 8. Bidang kesehatan 9. Bidang pendidikan dan kebudayaan 10.

  Bidang sosial 11. Bidang penaataan ruang

  12. Bidang pemukiman/perumahan 13.

  Bidang pekerjaan umum 14. Bidang perhubungan 15. Bidang lingkungan hidup 16. Bidang politik dalam negeri dan administrasi publik 17. Bidang otonomi desa 18. Bidang perimbangan keuangan 19. Bidang tugas pembantuan 20. Bidang pariwisata 21. Bidang pertanahan 22. Bidang kependudukan dan catatan sipil 23. Bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat dan pemerintahan umum

  24. Bidang perencanaan 25.

  Bidang penerangan informasi dan komunikasi 26. Bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 27. Bidnag keluarga berencana dan keluarga sejahtera 28. Bidang pemuda dan olahraga 29. Bidang pemberdayaan masyarakat desa 30. Bidang arsip dan perpustakaan

  

27 Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan Dan Penyelengaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga. hal 72

  Hal hal diatas bisa menjadi kompetensi kabupaten/kota yang dapat diesrahkan pengaturan dan pengurusannya kepada desa melalui peraturan daerah kabupaten/ kota.

D. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

  Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal

  Penyelenggaran pemerintah desa dilakukan oleh pemerintah desa dan badan permusyarawatan desa (BPD). Pemerintah desa adalah organisasi pemerintah desa yang terdiri atas a.

  Unsur pimpinan, yaitu kepala desa Kepala desa adalah adalah pemimpin sebuah kesatuan wilayah terkecil di diepala Desa merupakan pimpinan dari pemerintahMasa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Semenjak diberlakukannya UU no 32 tahun 2004 memberikan otonomi kepada desa, namun otonomi yang diberlakukan kepada desa bukan berasal dan sebagai dampak dari peraturan perundang undangan, namun berasal dari asal usul dan adat istiadat desa sendiri yang dikembangakan dan dipelihara oleh penduduk desa.

  Hal ini lah yang membuat nama desa atau wilayah kesatuan terkecil berbeda beda di beberapa tempat demikian juga nama kepala desa nya.

  Untuk daerah Kabupaten simalungun nama desa diberi identitas dengan Nagori dan kepala desa menjadi Pangulu Nagori.

  b.

  Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas 1.

  Sekretariat desa yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh sekretaris desa

  2. Unsur pelaksana teknis yaitu unsur pembantu kepala desa yang melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan pengairan, keagamaan dan lain lain 3. Unsur kewilayahan yaitu pembantu kepala desa di wilayah

  

  kerjanya sepertiu kepala dusun Tugas kepala desa yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas, kepala desa

  

  mempunyai wewenang yaitu a.

  Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa; b. 28 Menyusun rancangan APB Desa; 29 Ibid hal 73 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah

  c.

  Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan BPD; d. Merencanakan pembangunan desa; e. Memfasilitas kehidupan masyarakat desa; f. Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan perekonomian desa; g.

  Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h. Mengembangkan teknologi tepat guna; i. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

  Dalam melaksanakan tugas dan wewewnagnya kepala desa mempunyai kewajiban a.

  Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. Melaksanakan kehidupan demokrasi e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme f.

  Menjalalin hubungan kerja dengan seluruh mitrea kerja pemerintahyan desa g.

  Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang undangan h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik i. Melakasanakan dan mepertanggungjawabkan pengelolaan keunagan desa j.

  Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa k.

  Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa m.

  Membina, mengayomi dan melestarikan nilai nilai sosial budaya dan adat istiadat n.

  Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa dan o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

  Badan Permusyaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa jadi dalam menyelenggarakan pemerintahan desa terdapat dua lembaga pemerintah desa dan BPD. Pemerintah berfungsi menyelenggrakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa,. Sedangkan fungsi dari BPD adalah menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi representasi

   1.

  Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat; .

  Keanggotaan BPD ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 210, yang berbunyi:

2. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD; 3.

  Masa jabatan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) masa jabatan berikutnya; 4. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah

  (PP). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 29, menyebutkan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan

  Desa dan mempunyai kewajiban sebagai berikut

   1.

  Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar 1945 dan mantaati segala peraturan perundang- undangan; : 2.

  Melakanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa;

  30 Sadu Wasistono & MS. M.Irawan Tahir.2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung : CV Fokus Media.hal.35 31 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah

  3. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia;

  4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

  5. Memproses pemilihan kepala desa; 6.

  Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

  7. Menghormati nilai- nilai sosial budaya dan adat istiadat setempat; 8.

  Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan masyarakat.

  Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 35, menyatakan bahwa BPD mempunyai wewenang sebagai berikut:

  1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; 2.

  Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;

  3. Mengusulkan pengangkatan kepala desa dan pemberhentian kepala desa; 4.

  Membentuk panitia pemilihan kepala desa; 5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

  6. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

  Anggota BPD juga mempunyai hak sebagai berikut: 1. Mengajukan rancangan peraturan desa;

2. Mengajukan pertanyaan; 3.

  Menyampaikan usul dan pendapat; 4. Memilih dan dipilih; 5. Memperoleh tunjangan;

  Dalam membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa tentang sumber keuangan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bantuan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah serta sumber penerimaan ketiga dan pinjaman desa. Sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) meliputi : hasil usaha desa, kekayaan desa, swadaya dan partisipasi serta gotong royong dan pendapatan lain yang sah. Sumber pendapatan desa sebagaimana tersebut diatur dan dikelola dalam Anggaran dan Pendapatan Desa (APBDes) yang setiap tahunnya ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan BPD yang kemudian dituangkan dalam peraturan desa.

  Kedudukan BPD dalam bidang pembangunan masyarakat desa yakni sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan Desa. BPD memiliki tugas untuk memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa. berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi BPD dalam rangka demokratisasi desa sebagai berikut : a.

  Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat-istiadat yang hiudp dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan; b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama dengan Pemerintahan Desa; c.

  Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APDes,serta Keputusan Desa; d. Menampung aspirasi masyarakat desa, yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat desa kepada aparatur Pemerintahan Desa.

  Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyarawah dan mufakat.

  Anggota BPD terdiri atas ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan angota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, palimg sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa, untuk pimpinan BPD terdiri atas satu orang ketua satu orang wakil ketua dan satu orang sekretaris, pimpinan BPD dipilih langsung dan dari anggota BPD dalam suatu rapat khusus.

E. Peraturan Desa

  Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

  Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 adalah sebagai berikut : 1.

  Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa; 2. Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; 3. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

  Desa (RPJMD); 4. Peraturan desa tentang pengelolaan keuangan desa; 5.

  Peraturan desa tentang pembentukan Badan Milik Usaha Desa, apabila pemerintah desa membentuk BUMD;

6. Peraturan desa tentang Pembentukan Badan Kerjasama; 7.

  Peraturan desa tentang Lembaga Kemasyarakatan.

  Selain peraturan desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas, pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan lainya yang sesuai dengan kondisi sosial budaya stempat, antara lain:

  1. Peraturan desa tentang pembentukan panitia pencalonan dan pemilihan kepala desa;

  2. Peraturan desa tentang penetapan yang berhak menggunakan hak Pilih dalam pemilihan kepala desa;

  3. Peraturan desa tentang penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan kepala desa; 4. Peraturan desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan kepala desa dan perangkat desa;

  5. Peraturan desa tentang penetapan pengelolaan dan pengaturan pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa; 6. Peraturan desa tentang pungutan desa.

F. Nagori Dolok Huluan

  Pemerintahan desa di Kecamatan Raya sama hal nya dengan pemerintahan desa di wilayah lainnya di indonesia yakni memberikan pelayanan publik. Untuk wilayah kabupaten Simalungun sebutan desa dinamakan dengan Nagori, dan untuk kepala desa dinamakan dengan pangulu dan untuk BPD dinamakan dengan Maujana.

1. Letak Nagori Dolok Huluan

  Nagori Dolok huluan merupakan satu nagori dari 17 nagori yang ada di kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, untuk mencapai desa ini dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit dari kota pematang Siantar dengan melewati jalur partuakan dan kira kira 1 jam jika melewati jalur Pematang Raya. Jarak nagori ini ke ibukota kabupaten 18 km dan jalan raya dari nagori ini menuju ibukota sudah cukup baik setelah pemerintahan DR. JR saragih ( bupati Simalungun 2010-2015). Ketinggian wilayah rata rata di atas 862-900 m dpl (diatas permukaan laut) dan rata-rata suhu sekitar 25 ° C dengan kategori daerah Dingin/Sejuk.

  Secara administratif nagori Dolok Huluan memiliki 7 dusun yang terdiri dari Dusun 1 Huta Bagas, Dusun II Huta Darat, Dusun III Silau Marihat, Dusun

  IV Simpang Empat, Dusun V Hosianna, Dusun VI Tambu Marisi dan Dusun VII kampug baru. Masing masing dusun di kepalai oleh seorang kepala dusun yang dalam wilayah administratfi dinamakan dengan Gamot. Adapun yang menjadi Gamot di setiap dusun yakni :

  Dusun 1 Huta Bagas : Sokerius Purba Dusun II Huta Darat: Sudiarman Saragih Dusun III Silau Marihat : Japanten Damanik Dusun IV Simpang Empat : Mangapul Rajagukguk Dusun V Hosianna : Reskot Saragih Dusun VI Tambu Marisi : Warisman Purba Dusun VII kampug baru : Katner Saragih Nagori Dolok Huluan memiliki batas batas wilayah Sebagai acuan seberapa luas wilayah yang mencakup daerah Nagori Dolok Huluan, batas batas wilayah tersebut dibatasi dengan Nagori Nagori yang berada di sekitar Nagori Dolok Huluan yakni sebagai berikut :

  Sebelah Utara : Nagori Raya Usang Sebelah Timur : Nagori Bah Bolon Sebelah Selatan : Nagori Dolok Saribu Sebelah Barat : Nagori Raya Huluan 2.

  Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Nagori Dolok Huluan pada tahun 2014 sebanyak 3242 jiwa dengan komposisi penduduk Laki-laki sebesar 1630 jiwa dan komposisi penduduk perempuan sebesar 1612 jiwa. Jumlah penduduk di nagori ini terbilang cukup besar dibandingkan dengan nagori nagori yang ada di kecamatan Raya, sehingga jumlah penduduk ini harus diperhatikan mengingat merekalah yang menjadi subjek pelayanan dari pemerintah.

  Tabel 2.2

Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

  Tahun 2014 Jumlah Laki-laki (jiwa) 1630 Jumlah Wanita (jiwa) 1612 Total (jiwa) 3242

  Jumlah penduduk di Nagori ini berdasarkan wawancara dengan sekeretaris desa (Ruslen Purba) merupakan data statistik penduduk terakhir, yakni pada tahun 2014. Berdasrkan tabel diatas terlihat komposisi penduduk Nagori Dolok Huluan jumlah penduduk perempuan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

G. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagori Dolok Huluan

  Pemerintahan Nagori dolok Huluan memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

  

Bagan 1

Struktur Pemerintahan Nagori Dolok

Huluan

  Dalam Peraturan Pemerintah Republik Nomor 72 Tahun 2005 pasal 1 yang dimaksud dengan Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Nagori pasal 81 tentang tata Kerja Pemerintahan Nagori dan Tungkat Nagori Dalam menyelenggarakan pemerintahan nagori, kewajiban Maujana nagori yaitu : Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan nagori kepada bupati, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Maujana nagori serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan nagori kepada masyarakat.

H. Badan Permusyawaratan Desa (Maujana Nagori )

  Adapun struktur organisasi Maujana nagori Dolok Huluan yaitu : Bagan 2

  Struktur Maujana Nagori Dolok Huluan I.

  Konfiguras i Politik Nagori Dolok Huluan

  Nagori Dolok Huluan dipimpin oleh Pangulu yaitu Walmaison Purba untuk masa jabatan 2009-2015. Kepala desa sebagai sebagai kepala pemerintahan dan juga merupakan lembaga eksekutif di desa. Badan Permusyawaratan Desa terdapat juga lembaga legislatif desa yang disebut dengan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Nagori, kepala desa disebut dengan Pangulu dan Badan Permusyaratan Desa disebut dengan Maujana Nagori.

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pada pasal 1 menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Kepala desa dipilih secara langsung oleh dan dari penduduk desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

  Kepala desa dipilih dari calon kepala desa tepilih ditetapkan oleh BPD dan disahkan Oleh Bupati. Ketentuan ini menunjukan bahwa pengesahan oleh bupati bersifat administratif saja sedangakan penetapan calon terpilih ditentukan rakyat

  

  desa sendiri melalui BPD Pemilihan pangulu di Nagori Dolok Huluan dilaksanakan secara demokratis dan damai pada tahun 2009 , pemilihan pangulu terbilang cukup seru sebab hanya di ikuti oleh dua calon pangulu yakni Walmaison Purba dan Lamhot Saragih. Pertarungan kedua kandidat semakin seru dengan adanya politik identitas yang sengaja dipraktekkan dari pemilihan kepala desa yakni putra asli daerah dan 32 pendatang di derah tersebut. Dolog Huluan sendiri merupakan tanah leluhur dari

  

Prof. Drs. HAW. Widjaja. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan Utuh. Jakarata : PT Raja Grafindo Persada. hal 29. keturunan marga dari calon pangulu yang terpilih yakni Walmaison Purba selain itu ada juga faktor pembeda yang membuat persaingan antara kedua calon semakin hidup yakni perbedaan usia yang sangat signifikan antara Walmaison Purba dengan Lamhot saragih. Walmaison Purba calon pangulu yang sudah lama berumah tangga dan sudah memiliki 4 orang anak dan Lamhot Saragih yang pada saat tersebut baru saja berumah tangga. Pemilihan suara dan penghitungan suara di adakan pada tangal yang sama . Walmaison Purba berhasil menjadi pangulu Nagori Dolok Huluan dengan memperoleh suara 585 suara unggul 85 suara dari Lamhot Saragih.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

1 55 69

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Nepotisme Kepala Desa Pada Pelayanan Publik (Studi Analisis : Kepala Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun)

5 104 116

Relasi Kekuasaan Antara Kepala Desa Dengan Camat (Studi Kasus : Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan)

4 80 97

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Pemanfaatan Modal Sosial dan Kekuasan Dalam Strategi Pemenangan Kepala Desa (Studi Deskriptif : di Desa Bahapal Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun)

0 2 25

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Tapanuli Selatan - Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli

0 0 20

BAB II Deskripsi Lokasi, Profil Pemerintahan dan Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah - Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah d

0 0 14

BAB I Pendahuluan - Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 0 22

Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 0 7