BAB II HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum Persaingan Usaha
Wiston Churchill pernah menyatakan bahwa pokok dari pidato seorang sosialis yang dihormati adalah dosa apabila seseorang memperoleh keuntungan,
tetapi menurut beliau justru dosa yang sesungguhnya apabila seseoerang mengalami kerugian.
33
Seiring dengan pernyataan Churchill tersebut, pelaku usaha mendirikan dan menjalankan usahanya murni bertujuan untuk memperoleh
keuntungan, dengan menggapai kesempatan-kesempatan atau peluang-peluang yang ada.
34
Peluang-peluang usaha yang tercipta dalam kenyataannya belum membuat seluruh masyrakat mampu dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan
di sektor ekonomi.
35
Untuk itu setiap pengusaha sebaiknya mengetahui dalam sistem perekonomian mana ia sedang bergerak.
36
33
“The substance of the eminent Socialist gentleman’s speech is that makin a profit is a sin, but it is my belief that the real sin is taking a loss” Wiston Churchill, The New International
Webster’s Pocket Questations Dictionary, Trident Press International, United States 2005, hal. 44
34
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 9
35
R. Mujiyanto, Pengantar Hukum Dagang, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan Larangan Praktik Monopoli, Liberty bekerja sama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Jayanabra Yogyakarta, Yogyakarta, 2002, hal. 49
36
M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Liberty, Yogyakarta, 1991, hal. 47
Campur tangan pemerintah atau kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi harus menjadi bahan yang
diperhatikan oleh setiap pemimpin perusahaan. Campur tangan seperti itu tentu berbeda bagi masing-masing sistem perekonomian, mulai dari paham
Universitas Sumatera Utara
merkantilisme, kapitalisme, komunisme maupun sosialisme yang berbeda satu di antaranya.
37
Menurut Sombart, terdapat tiga macam sistem perekonomian yang pernah berlaku di Eropa secara berturut-turut yaitu: pertama, perekonomian
tersendiri; kedua, kerajinana dan pertukangan
38
; ketiga, kapitalisme. Pada sistem perekonomian pertama belum ada tukar menukar, ekonomi pada umumnya
bersifat setempat dan mencukupi diri sendiri. Sedangkan pada sistem ekonomi kedua, tukar menukar atau barter sudah lazim sehingga perkonomian berpusar
pada manorial estate.
39
Setelah itu beralihlah kepada paham Merkantilisme, di mana negara berusaha mendapatkan emas sebanyak mungkin melalui
perdagangan luar negeri.
40
Paham Merkantilisme ini kemudian menuai pertentangan dari mereka yang mementingkan pertanian, yaitu paham Physiocratisme, yang dianjurkan oleh
Quesnay. Ia berpendapat bahwa hanya pertanian yang produktif sedangkan perniagaan dan industri tidak, sebab mereka tidak menghasilkan barang, hanya
mengubah atau mengedarkan hasil-hasil pertanian
41
37
Ibid
38
Kedua sisitem ini disebut juga masa sebelum Kapitalisme atau Pra Kapitalisme
39
Di dalam manorial estate, pelaku utama perekonomian adalah orang-orang yang bekerja di lapangan pertanian dengan pimpinan kaum bangsawan. Susunan masyarakat pada masa itu
sedemikian rupa sehingga seorang bangsawan dapat mengatakan bahwa semua kekuasaan yang ada padanya untuk memimpin masyarakat dalam lingkungannya berdasarkan kehendak Tuhan; di
mana kehidupan yang dialami seseorang menurut pendapat pada masa itu merupakan nasib, yang sudah ditakdirkan Tuhan, lihat M. Manullang, loc.cit.
40
Menurut paham ini, sumber kekayaan adalah perdagangan.
41
Kaum Physiocrat berpendapat bahwa untuk mencapai kemakmuran, manusia membutuhkan bahan-bahan atau barang-barang yang nyata dan ini hanya dapat dihasilkan oleh
pertanian.
Tidak lama kemudian, kedua ajaran tersebut ditinggalkan dan digantikan dengan sistem perekonomian
Universitas Sumatera Utara
Kapitalisme.
42
Di bidang perekonomian, gerakan tersebut terjelma dengan adanya kebebasan perseorangan di setiap sektor ekonomi, bukan hanya sektor ekspor
seperti pada sistem mekanitilisme. Campur tangan pemerintah pada bidang perekonomian tidak perlu sebab dengan demikian akan tercipta kemakmuran yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat, di mana dikenal dengan suatu semboyan laissez faire, laisser aller, le monde va de lui meme.
Ajaran pokok dari gerakan besar, individualis-rasionalis di berbagai bidang seperti keagamaan, politik, ilmu pengetahuan dan ekonomi, itu
adalah kebebasan perseorangan yang terkenal dengan semboyan “Liberte, Egalite, Freternite” pada zaman revolusi Prancis.
43
Adapun sistem lain yang telah berkembang ialah sistem ekonomi Komunisme atau ekonomi Pemerintah yang bersifat totaliter dengan putusan-
putusan ekonomi dibuat oleh pusat, dimana sistem ini sangat berbeda dengan sistem Kapitalis atau ekonomi pasar tersebut di atas. Negara menetapkan di mana
seseorang harus bekerja, pekerjaan apa yang harus dipilih, apa yang harus dimakan, apa yang harus dihasilkan, berapa tinggi harga yang harus ditetapkan,
bagaimana cara menanamkan modal simpanan dan lainnya.
44
42
Kapitalisme pada mulanya berkembang di Inggris pertengahan abad ke-18. Tepatnya pada masa Adam Smith mengeluarkan bukunya “The Wealth of Nation” pada tahun 1776. Yang
kemudian paham ini dibawa dan dikembangkan di daerah Barat Laut Eropa dan Amerika Utara, lihat M. Manullang, loc.cit.
43
Ibid, hal 76
44
Ibid, hal 78
Karena akibat- akibat yang dinilai merugikan dari sistem Komunisme dan Kapitalis tersebut,
maka paham Sosialisme dalam perekonomian mendapat perhatian orang. Sosialis
Universitas Sumatera Utara
dan Komunisme merupakan dua paham yang berbeda meskipun ada orany yang berpendapat bahwa itu merupakan dua hal yang semacamsejenis. Perbedaannya
dapat dilihat dari tujuan sistem ekonomi Sosialisme adalah ekonomi kesejahteraan sedangkan dalam sistem ekonomi Komunisme adalah ekonomi perintah. Dalam
ekonomi Sosialisme, lebih banyak bersifat anjuran daripada bersifat perintah.
45
Di Indonesia sendiri, Pasal 33 UUD tahun 1945 yang merupakan dasar acuan
normatif menyusun kebijakan perekonomian nasional yang menjelaskan bahwa tujuan pembangunan ekonomi ialah berdasarkan demokrasi yang bersifat
kerakyatan dengan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia melalui pendekatan kesejahteraan dan mekanisme pasar.
46
a. Ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli.
Persaingan atau competition dalam bahasa Inggris oleh Webster didefinisikan sebagai “… a struggle or contest between two or more persons for
the same objects”. Dengan memperhatikan terminology tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsur-unsur sebagai
berikut.
b. Ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.
Persaingan sering dikonotasikan negatif karena dianggap mementingkan kepentingan sendiri. Walaupun pada kenyataannya seorang manusia, apakah pada
kapasitasnya sebagai individual maupun anggota suatu organisasi, secara ekonomi
45
Ibid, hal 80
46
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, selanjutnya disebut sebagai Ningrum Natasya II, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hal 1
Universitas Sumatera Utara
tetap akan berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Alfred Marshal, seorang ekonom terkemuka sampai mengusulkan agar istilah persaingan
digantikan dengan istilah “economic freedom” kebebasan ekonomi dalam menggambarkan atau mendukung tujuan positif dari proses persaingan. Oleh
karena sebab itu pengertian kompetisi atau persaingan usaha dalam pengertian yang positif dan independent sebagai jawaban terhadap upaya mencapai
equilibrium.
47
1. Persaingan menunjukkan banyaknya pelaku usaha yang menawarkan
memasok barang atau jasa tertentu ke pasar yang bersangkutan. Banyak sedikitnya pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa ini
menunjukkan struktur pasar market structure dari barang atau jasa tersebut.
Dalam konsepsi persaingan usaha, dengan asumsi bahwa faktor yang mempengaruhi harga adalah permintaan dan penawaran, dengan kondisi lain
berada dalam cateris paribus, persaingan usaha akan dengan sendirinya menghasilkan barang atau jasa yang memiliki daya saing yang baik, melalui
mekanisme produksi yang efesien dan efektif, dengan mempergunakan seminimum mungkin faktor-faktor produksi yang ada. Dalam sistem ekonomi
pasar yang demikian, persaingan memiliki beberapa pengertian :
47
Ibid, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
2. Persaingan merupakan suatu proses dimana masing-masing perusahaan
berupaya memperoleh pemberli pelanggan bagi produk yang dijualnya, antra lain dapat dilakukan dengan :
48
a. Menekan harga price competition;
b. Persaingan bukan harga non-price competition, misalnya yang
dilakukan melalui diferensiasi produk, pengembangan hak atas kekayaan intelektual, promosi, pelayanan purna jual, dan lain-lain;
c. Berusaha secara lebih efisien low cost-production;
Secara garis besar, persaingan bisa membawa aspek positif apabila dilihat dari dua persfektif yaitu ekonomi dan non ekonomi.
49
a. Persfektif non ekonomi
Selama ini memang orang lebih banyak mengajukan argumentasi ekonomi efesiensi untuk menyetujui keberadaan persaingan. Namun, dilihat dari
persfektif non ekonomi akan didapati pula bahwa kondisi persaingan ternyata juga membawa aspek positif. Dari sisi politik, Arie Siswanto mengutip pendapat
Scherer yang mencatat bahwa setidaknya ada tiga argumen yang mendukung persaingan dalam dunia usaha. Pertama, dalam kondisi penjual maupun pembeli
terstruktur secara atomistik masing-masing berdiri sebagai unit-unit terkecil dan independen yang ada dalam persaingan, kekuasaan ekonomi atau yang didukung
48
Gunawan Widjaja, Merger dalam Persfektif Monopoli, Jakarta , PT. Raja Grafindo Perkasa, 1999, hal 10.
49
Arie Siswanto, Op.cit, hal 14-17
Universitas Sumatera Utara
oleh faktor ekonomi economic or economic-supported power menjadi tersebar dan terdesentralisasi.
Dengan demikian pembagian sumber daya alam dan pemerataan pendapat akan terjadi secara mekanik, terlepas sama sekali dari campur tangan kekuasaan
pemerintah maupun pihak swasta yang memegang kekuasaan. Kedua, berkaitan erat dengan hal diatas, sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi secara impersonal, bukan melalui personal pengusaha maupun birokrat. Dalam keadaan seperti ini, kekecewaan
politis masyarakat yang usahanya terganjal keputusan penguasa tidak akan terjadi. Dalam kalimat yang lebih sederhana dalam kondisi persaingan, jika seseorang
warga masyarakat terpuruk dalam bidang usahanya, ia tidak akan terlalu merasa sakit karena ia jatuh bukan karena kekuasaan orang tertentu tetapi karena suatu
proses yang mekanistik permintaan-penawaran. Ketiga, kondisi persaingan juga berkaitan erat dengan kebebasan manusia untuk mendapatkan kesempatan yang
sama di dalam berusaha. Dalam kondisi persaingan, pada dasarnya setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam berusaha. Dalam kondisi persaingan,
pada dasarnya setiap orang akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha dan demikian hak setiap manusia untuk mengembangkan diri the right
to self development menjadi terjamin. b.
Perspektif ekonomi Dari sudut pandang ekonomi, argumentasi sentral untuk mendukung
persaingan berkisar di seputar masalah efesiensi. Argumentasi efesiensi ini
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya merupakan idealisasi teoritis dari mazhab ekonomi klasik tentang struktur yang terbaik. Mengikuti sumber daya ekonomi akan bisa dialokasikan
dan didistribusikan secara paling baik, apabila para pelaku ekonomi dibebaskan untuk melakukan aktivitas mereka dalam kondisi bersaing dan bebas menentukan
pilihan mereka. Pada umumnya persepsi tentang persaingan juga selalu dikaitkan dengan
kultur barat dengan sistem ekonomi kapitalisnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
50
1. Diakuinya sistem kepemilikan individual, dimana seseorang
diperbolehkan untuk membeli atau memiliki alat produksi dan berhak mendapat keuntungan dari dirinya. Hal ini berbeda dengan sistem sistem
ekonomi komunis atau sosialis dimana pemerintahlah yang berhak memiliki modal dan menentukan apa yang diproduksi, menerima dan
membagi penghasilan. 2.
Kebebasan untuk konsumen untuk memilih dan menolak apa yang ditawarkan, pekerja bebas menentukan bekerja dimanapun dan investor
bebas melakukan investasi dimanapun. Dengan kata lain maka setiap usaha bebas menentukan untuk masuk dan keluar dari pasar, bebas
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan masing- masing.
50
Edwin Mansfield, Principles of Microekonomics, WW Norton Company, New York, 3
rd
editon, 1980, hal 51-55 dalam Ningrum Natsya Sirait I, Op.Cit., hal. 56
Universitas Sumatera Utara
3. Persaingan dimana dalam konteks persaingan yang sempurna terdapat
banyak produser yang memproduksi barang yang hampir sama sehingga mereka harus bersaing baik di tingkat produser maupun dalam tingkat
pemilik modal sekalipun. 4.
Ketergantungan terhadap pasar, dimana pasar yang dikenal dengan free market atau pasar bebas adalah fungsi utamanya.
Di samping itu, dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, persaingan juga membawa implikasi positif berikut:
51
1. Persaingan merupakan sarana melindungi para pelaku ekonomi terhadap
eksploitasi dan penyalahgunaan. Kondisi persaingan menyebabkan kekuatan ekonomi para pelaku ekonomi tidak terpusat pada tangan
tertentu. Dalam kondisi tanpa persaingan, kekuatan ekonomi akan terealisasikan pada beberapa pihak saja. Kekuatan ini pada tahap
berikutnya akan menyebabkan kesenjangan besar dalam posisi tawar- menawar bargaining position, serta pada akhirnya membuka peluang
bagi penyalahgunaan dan eksploitasi kelompok ekonomi tertentu. Sebagai contoh sederhana, persaingan antar penjual dalam industri tertentu akan
membawa dampak protektif terhadap para konsumenpembeli, karena mereka diperebutkan oleh para penjual serta dianggap sebagai sesuatu
yang berharga.
51
Ibid
Universitas Sumatera Utara
2. Persaingan mendorong alokasi dan realokasi sumber-sumber daya
ekonomi sesuai dengan keinginan konsumen. Karena ditentukan oleh permintaan demand, perilaku para penjual dalam kondisi persaingan
akan cenderung mengikuti pergerakan permintaan para pembeli. Dengan demikian, suatu perusahaan akan meninggalkan bidang usaha yang tidak
memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Singkatnya, pembeli akan menentukan produk apa yang dan produk yang bagaimana yang mereka
sukai dan penjual akan bisa mengefisienkan alokasi sumber daya dan proses produksi seraya berharap bahwa produk mereka akan mudah
terserap oleh permintaan pembeli. 3.
Persaingan bisa menjadi kekuatan untuk mendorong penggunaan sumber daya ekonomi dan metode pemamfaatannya secara efisien. Dalam
perusahaan yang bersaing secara bebas, maka mereka akan cenderung menggunakan sumber daya secara efesien. Jika tidak demikian, resiko
yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah munculnya biaya berlebihan excessive cost yang pada gilirannya akan menyingkirkan dia dari pasar.
4. Persaingan bisa merangsang peningkatan mutu produk, pelayanan, proses
produksi dan tekhnologi. Dalam kondisi persaingan, setiap pesaing akan berusaha mengurangi biaya produksi serta memperbesar pangsa pasar
market share. Metode yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan itu diantarnya adalah dengan meningkatkan mutu pelayaan, produk, proses
produksi, serta inovasi tekhnologi. Dari sisi konsumen, keadaan ini akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan keuntungan dalam hal persaingan akan membuat produsen memperlakukan konsumen secara baik.
Selain aspek positif tersebut diatas, persaingan juga diasumsikan sebagai solusi yang baik dalam perekonomian.
52
Adam smith mengemukakan bahwa prinsip dasar utama untuk keunggulan ekonomi pasar adalah kemauan untuk
mengejar keuntungan dan kebahagiaan terbesar bagi setiap individu yang dapat direalisasikan melaui proses persaingan.
53
B. Sejarah Hukum Persaingan Usaha di beberapa Negara