Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor

ABSTRACT
RENDRA KUSUMA. Analysis of Fish Consumption Contribution to
Recommended Dietary Allowances for Pregnant Women in Bogor. Supervised by
SITI MADANIJAH.
This study based on a part of Study on Nutritional Status and Food
Patterns of Pre-Pregnant Women (at child-bearing age), Pregnant and Lactating
Mothers was carried out by SEAFAST Center IPB. The subjects of this study
were 203 pregnant women, at their second trimester of pregnancy in six districts
in Bogor city. The objective of this study was to determine the contribution of fish
consumption toward adequacy of energy and nutrients for pregnant women in
Bogor. Salted fish (type of anchovy) was consumed by the most of the samples.
Overall the contributions of energy, protein, fat, calcium, iron, vitamin A, folic acid
and zink of fish toward total intake were 3.6%, 8.5%, 5.4%, 13.6%, 5.5%, 6.0%,
2.3% and 3.4%, respectively. There was significant (p0.1) difference contribution energy and nutrients of fish toward
Indonesian RDA’s based on socio economic level.
Keywords: Fish consumption, pregnant women, energy and nutrients intake.

RINGKASAN
RENDRA KUSUMA. Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan
Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor. Di bawah bimbingan SITI MADANIJAH.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi

konsumsi ikan terhadap kecukupan serta asupan energi dan zat gizi ibu hamil di
Bogor. Tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik ibu hamil
(tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan, besar keluarga, pekerjaan), (2)
menganalisis pola pangan dan konsumsi ikan ibu hamil, (3) menganalisis asupan
energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng dari
ikan, (4) menganalisis kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan serta
kecukupan energi dan zat gizi.
Penelitian ini menggunakan data dasar Studi tentang Status Gizi dan Pola
Makan pada Wanita Pra-Hamil (Usia Subur), Ibu Hamil, dan Menyusui yang
dilakukan oleh SEAFAST Center IPB. Desain penelitian adalah cross sectional
study. Penelitian dilakukan di Kota Bogor, pengumpulan data dimulai dari bulan
September sampai Desember 2010. Contoh penelitian adalah wanita hamil
trimester kedua (3-6 bulan), berusia antara 20-40 tahun yang berdomisili di Kota
Bogor.
Pola pangan ikan dinilai menggunakan food frequency questionnaire
(FFQ) selama satu minggu, sedangkan konsumsi pangan, utamanya pangan
ikan diperoleh dengan metode recall (2x24 jam). Tahapan pengolahan data
meliputi editing, coding, entry dan analisis data. Data diolah menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan dianalisis menggunakan SPSS version 16,0 for
Windows.

Contoh ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi kuintil-2, kuintil-3, dan
kuintil-4. Contoh dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi,
memperlihatkan umur lebih muda, tingkat pendidikan lebih tinggi, dan besar
keluarga semakin kecil. Sebagian besar contoh merupakan ibu rumah tangga.
Sebagian besar contoh mengonsumsi ikan kering/asin yaitu jenis ikan teri.
Uji independent sample test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0.1) frekuensi konsumsi kelompok ikan berdasarkan kelompok
umur. Uji post-hoc menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p0.1) frekuensi
konsumsi kelompok ikan berdasarkan tingkat pendidikan. Uji post-hoc
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p0.1)
jumlah konsumsi kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi. Uji oneway
anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) asupan energi dan zat
gizi ikan berdasakan tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan besar
keluarga. Uji independent sample test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan (p>0.1) pada asupan energi dan zat gizi ikan berdasarkan kelompok
umur.
Secara umum kontribusi energi , protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin
A, asam folat, dan seng ikan terhadap total asupan berturut-turut 3.6%, 13.7%,
5.4%, 13.6%, 5.5%, 6.0%, 2.3% dan 5.4%. Kontribusi energi, protein, kalsium,
zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng ikan terhadap AKG berturut-turut 2.6%,

10.7%, 9.2%, 3.6%, 2.1%, 0.7%, dan 4.7%. Uji post-hoc menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan (p0.1) kontribusi energi dan zat gizi ikan terhadap AKG berdasarkan tingkat
sosial ekonomi.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan potensi perikanan yang
sangat melimpah. Luas wilayah Indonesia (±70%) adalah laut dengan luas
mencapai 5.8 juta km persegi. Potensi sumberdaya ikan di Indonesia per
tahunnya, meliputi potensi budidaya laut sekitar 46.7 juta ton, potensi perairan
umum 356.000 ton, potensi budidaya tambak sekitar satu juta ton, serta potensi
lestari sumber daya ikan diperkirakan 6.4 juta ton per tahun (DKP 2004).
Sumberdaya laut yang sangat besar tersebut akan sangat disayangkan jika tidak
dimanfaatkan secara optimal. Sektor perikanan akan sangat menentukan
sumberdaya manusia. Masa depan sebuah bangsa akan ditentukan oleh kualitas
sumberdaya manusia yang dimilikinya.
Kualitas sumberdaya manusia akan sangat ditentukan oleh anak-anak
yang dilahirkan. Untuk itu harapannya setiap ibu akan melahirkan anak sehat dan

cerdas sehingga akan mampu memajukan bangsanya. Kualitas bayi yang
dilahirkan tentunya akan sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi ibu selama
kehamilan. Beberapa contoh zat gizi yang dibutuhkan saat kehamilan adalah
vitamin A, zat besi, dan iodium. Menurut Picciano dan McDonald (2004), Vitamin
A saat kehamilan dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan janin. Adapun
kekurangan zat besi selama hamil dihubungkan dengan kematian ibu dan berat
bayi lahir rendah (BBLR). Iodium dibutuhkan selama kehamilan untuk sintesis
hormon tiroid, yang penting untuk pematangan sistem syaraf pusat, terutama
untuk proses mielinasi. Kekurangan iodium dapat menyebabkan kretinisme,
keterbelakangan mental dan gangguan fungsi motorik. Menurut Allen & Unwin
(1997), pertumbuhan bayi yang normal di tahun pertama kelahiran ditentukan
oleh kecukupan zat gizi pada waktu bayi masih dalam kandungan. Oleh karena
itu dibutuhkan asupan gizi yang cukup dan tepat pada saat kehamilan. Ikan
merupakan sumber protein dan zat gizi lain yang dibutuhkan janin selama masa
kehamilan.
Data BPS (2002) menunjukkan rata-rata konsumsi protein ikan per kapita
per hari penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan kota
hanya 7.2 g dari 54.42 g, atau hanya 13% dari total konsumsi protein rata-rata
per hari. Tidak hanya protein, bahkan data Depkes (2010), menyebutkan
sebanyak 44.2% ibu hamil di Indonesia masih mengonsumsi makanan di bawah

kebutuhan minimal yang dianjurkan. Begitupun Suryanto (2002), menyatakan

2

sebagian besar ibu-ibu di Bogor frekuensi makannya hanya dua kali sehari. Hal
ini menyebabkan konsumsi energi, lemak, kalsium, vitamin B1 dan vitamin C
masih di bawah nilai kecukupan yang dianjurkan. Selain energi yang cukup maka
kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang bayi sedangkan vitamin C
dibutuhkan tubuh untuk membantu penyerapan zat besi. Jika kekurangan zat
besi

terjadi

pada

ibu

hamil

maka


dikhawatirkan

akan

menyebabkan

meningkatnya kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) ataupun terjadinya
pendarahan yang parah setelah melahirkan. Hal tersebut diduga akan
meningkatkan angka kematian ibu maupun bayi.
Ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, kalsium, fosfor, besi
dan seng yang tinggi, disamping mengandung iodium dengan konsentrasi tinggi
dan asam lemak omega-3 (Choo & Williams 2003, diacu dalam Waysima 2011).
Menurut Flood et al (2010) konsumsi ikan dapat meningkatkan asupan lemak
omega-3.

Hibbeln

(2002)


menyatakan,

ikan

juga

mengandung

DHA

(docosahexanoic acid) yang akan mendukung pertumbuhan syaraf optimal janin
selama asupan tercukupi pada saat kehamilan. Jika konsumsi ikan tinggi pada
ibu hamil maka diharapkan akan melahirkan anak yang sehat dan cerdas.
Budaya konsumsi ikan yang tinggi pada masyarakat Jepang telah membuktikan
kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-anak di jepang (Khomsan 2002).
Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004), menetapkan kecukupan
konsumsi protein per kapita per hari adalah 52 g protein dan yang berasal dari
ikan untuk rata-rata penduduk Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi
standar gizi yaitu 9 g protein per hari. Berdasarkan uraian di atas mengenai
potensi perikanan Indonesia, pentingnya pemenuhan gizi dari ikan saat hamil

dan masih terbatasnya penelitian tentang topik ini maka peneliti tertarik untuk
meneliti kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi pada ibu hamil.
Rumusan Masalah
Potensi perikanan Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal,
angka kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) dan anemia gizi besi pada ibu
hamil yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2004 prevalensi anemia gizi besi
pada ibu hamil mencapai 40% (Depkes 2004). Rata-rata asupan protein ikan per
kapita per hari penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan
kota sebesar 7.2 g (BPS 2002) juga masih di bawah anjuran 9 g protein ikan.

3

Oleh karena itu diperlukan data aktual tentang asupan protein khususnya protein
yang berasal dari ikan pada ibu hamil di Bogor.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui kontribusi konsumsi
ikan terhadap kecukupan serta asupan energi dan zat gizi ibu hamil di Bogor.
Tujuan Khusus

(1) mengidentifikasi karakteristik ibu hamil (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat
pendidikan, besar keluarga, pekerjaan).
(2) menganalisis pola pangan dan konsumsi ikan ibu hamil.
(3) menganalisis asupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A,
asam folat, dan seng dari ikan.
(4) menganalisis kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan serta kecukupan
energi dan zat gizi.
Hipotesis
(1) Terdapat perbedaan frekuensi konsumsi ikan berdasarkan karakteristik
contoh (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan dan besar
keluarga).
(2) Terdapat perbedaan jumlah konsumsi ikan berdasarkan tingkat sosial
ekonomi.
(3) Terdapat perbedaan asupan energi dan zat gizi ikan berdasarkan
karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan besar keluarga).
(4) Semakin meningkat tingkat sosial ekonomi maka kontribusi konsumsi ikan
terhadap asupan maupun kecukupan semakin tinggi.
Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran terhadap
ibu hamil akan pentingnya pemenuhan zat gizi utamanya zat gizi yang berasal

dari ikan selama masa kehamilan. Dapat juga digunakan sebagai data acuan
dalam pengambilan kebijakan instansi terkait. Hasil penelitian ini juga bisa
digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian dengan topik
serupa.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin
Awal terjadinya kehamilan yang dialami seorang wanita diawali dengan
adanya konsepsi. Pada tahap ini faktor gizi sangat berperan penting untuk
menunjang kehidupan baru setelah terjadinya konsepsi. Plasenta (uri), kantong
amnion, dan tali pusar dibentuk pada awal kehamilan di dalam rahim ibu (uterus).
Jaringan berpori halus merupakan penyusun dari plasenta, pembuluh darah ibu
dan janin secara berdapingan terdapat dalam plasenta.
Janin memperoleh pasokan oksigen dan zat-zat gizi melalui aliran darah
yang berasal dari ibu. Darah juga mengeluarkan karbondioksida dan sisa
metabolisme janin dengan demikian fungsi plasenta meliputi fungsi pernafasan,
absorbsi dan ekskresi. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif secara
metabolik apabila tersedia cukup energi dan zat-zat gizi. Seperti halnya kelenjar,

plasenta juga mengeluarkan berbagai hormon yang diperlukan selama kehamilan
dan payudara guna mempersiapkan ASI (air susu ibu). Oleh karena itu plasenta
yang sehat sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang baik bagi janin.
Selain plasenta, terdapat sebuah kantong yang berisi cairan tempat
berkembangnya janin yang disebut amnion. Tali pusat yang mengandung
pembuluh darah yang menghubungkan janin dengan plasenta terdapat disini.
Walaupun setelah janin lahir, plasenta, amnion dan tali pusat dibuang ketiga
organ tersebut memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan
janin selama kehamilan.
Tahap tumbuh kembang janin dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
implantasi, embrio dan janin. Setelah sel telur dibuahi yang disebut zigot, maka
sel akan membelah diri. Setelah dua minggu maka sel akan akan menuju uterus
melalui tuba fallopi kemudian menanamkan diri di dinding uterus, yang
dinamakan tahap implantasi. Plasenta, amnion, dan tali pusat mulai dibentuk
pada tahap ini.
Sesudah dua minggu maka zigot akan berubah menjadi embrio. Kurang
lebih setiap 24 jam, awalnya sel embrio bertambah menjadi dua kali lipat. Selama
sepuluh minggu terakhir masa kehamilan kecepatan ini akan berkurang dua kali
lipat. Fase embrio ditandai dengan deferensiasi sel, yaitu perubahan struktur sel
sesuai dengan fungsi masing-masing sel nantinya. Tahap ini merupakan saatsaat yang rawan, perkembangan janin akan tergaganggu apabila terdapat inveksi

5

virus dan penggunaan obat-obatan tertentu. Minggu kedelapan kehamilan sudah
terbentuk sistem saraf, jantung yang sudah berdenyut dan organ lainnya.
Tahap terakhir dalam tumbuh kembang janin adalah tahap janin. Tujuh
bulan kehamilan merupakan tahap janin, saat ini tiap organ janin sudah tumbuh
menjadi sempurna. Setiap organ dan jaringan sangat peka terhadap kekurangan
zat gizi maupun racun pada periode kritis yang berbeda. Apabila zat gizi kurang
sehingga pembelahan dan jumlah sel tidak terpenuhi pada fase kritis tersebut
maka perbaikan sel tidak dapat dilakukan dikemudian hari. Oleh karena itu,
azupan zat gizi ibu harus tercukupi selama kehamilan.
Kehamilan dapat pula dibagi menjadi tiga periode kehamilan, yaitu
trimester I (0-12 minggu), trimester II (12-28 minggu) dan trimester III (28-40
minggu). Trimester I dimulai saat sel sperma membuahi sel telur kemudian
menjadi zigot. Pada trimester ini selain membelah (hiperplasia) sel juga
mengalami pertambahan ukuran sel (hipertrofi). Di akhir trimester ini sebagian
organ sudah terbentuk dan janin sudah terasa bergerak. Kekurangan zat gizi,
penyalahgunaan obat-obatan dan tekanan yang diterima ibu pada trimester ini
dapat berpengaruh negatif terhadap janin selamanya. Walaupun di fase ini ibu
kurang memiliki nafsu makan atau merasa mual, makanan cukup gizi harus tetap
diupayakan. Oleh karena itu makanan yang padat gizi sangat penting untuk
diberikan.
Di awal trimester II, tangan, kaki, jari dan telinga janin sudah terbentuk.
Pada trimester ini janin mempersiapkan terbentuknya gigi. Racun masih dapat
mempengaruhi janin melalui ibu tapi tidak separah pada trimester I. Janin sudah
mulai menyerupai bayi dan bergerak yang dapat dirasakan oleh ibu.
Tahap terakhir kehamilan adalah trimester III, pada saat ini merupakan
tahap kritis untuk pertumbuhan janin. Panjang janin menjadi dua kali panjang
semula, sedangkan beratnya bertambah sebanyak kurang dari lima kali berat
semula. Bagian lunak pada ubun-ubun menunjukkan tempat tulang tengkorak
akan menutup. Tulang tengkorak akan menutup sepenuhnya pada bayi usia 1618 bulan (Almatsier et al. 2011).
Konsumsi dan Kebutuhan Gizi saat Hamil
Sediaoetama

(1996)

menyatakan,

konsumsi

pangan

merupakan

banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang
dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya

6

untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat
gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan
emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara
hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Menurut Solihin (1993), pada saat kehamilan, janin pada tingkat sel,
organ dan tubuh mengalami tahapan tumbuh kembang. Terdapat saat-saat
rawan gizi bagi janin oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan zat gizi
merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai
dengan potensi genetik.
Varney et al. (2004) menyatakan, ibu hamil membutuhkan asupan energi
dan zat gizi khusus seperti zat besi, asam folat, dan vitamin C. Kebutuhan energi
dan protein tidak bisa dipisahkan, artinya jika kebutuhan energi tidak tercukupi
maka akan terjadi kemungkitan pemecahan protein untuk dirubah menjadi
energi. Padahal protein merupakan salah satu pembentuk organ dan otot janin.
Selanjutnya jika energi dan protein tidak mencukupi maka lemak yang akan
dipecah untuk memenuhi energi metabolik ibu. Hal ini akan menyebabkan
kerusakan syaraf pada janin. Tambahan asam folat dari suplementasi sebesar
200-400 µg atau total 0.4-0.8 mg setiap hari akan mengurangi terjadinya risiko
kejadian anemia megaloblastik dan kejadian neural tube defect. Vitamin C juga
sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Energi
Picciano dan McDonald (2004) menyebutkan, bahwa ketika hamil, ibu
membutuhkan tambahan energi untuk simpanan lemak ibu maupun untuk
tambahan energi untuk metabolisme basal guna menjaga jaringan baru.
Hardinsyah dan Tambunan (2004) dalam WNPG VIII, menetapkan tambahan
energi untuk wanita hamil berdasarkan trimesternya sebesar 180 kkal untuk
trimester I dan 300 kkal untuk trimester II dan III.
Karbohidrat
Glukosa yang dihasilkan oleh karbohidrat dibutuhkan oleh otak janin,
banyak organ tubuh bergantung kepada karbohidrat. Untuk memastikan otak
janin dalam keadaan baik dan kebutuhan ibu tercukupi maka glukosa harus
tersedia secara adequate. Konsumsi karbohidrat (sebagai pati atau gula) yang
dianjurkan untuk ibu hamil sebesar 175 g/hari (Picciano & McDonald 2004).

7

Protein
Picciano dan McDonald (2004) menyatakan bahwa kebutuhan protein ibu
selama hamil disimpan dalam jaringan janin, plasenta dan ibu selama trimester II
dan III. Hardinsyah dan Tambunan (2004) dalam WNPG VIII, menetapkan
penambahan protein pada ibu hamil sebesar 17 g/hari.
Lemak
Picciano dan McDonald. (2004) merekomendasikan asupan lemak
selama

hamil

yang

digunakan

untuk

penerimaan

distribusi

berbagai

makronutrien, sebesar 20-30% dari energi total. Asam lemak linoleat (n-6 PUFA)
dan asam lemak linolenat (n-3 PUFA) merupakan prekursor untuk asam
arakidonat (AA; 20:04 n-6) dan asam decosahexaenoic (DHA; 22:06 n-3). AA
dan DHA sangat penting untuk percepatan pembangunan sistem syaraf pusat
(SSP), yang terjadi pada janin selama trimester terakhir dan pada bulan-bulan
awal setelah janin dilahirkan.
Vitamin
Vitamin A dibutuhkan saat kehamilan untuk perkembangan embrio dan
janin. Penelitian dengan hewan percobaan menyatakan bahwa kekurangan
vitamin A dapat menyebabkan kelainan pada jantung, sistem syaraf pusat,
peredaran darah, pernapasan, dan sistem urogenital serta dalam perkembangan
tengkorak, kerangka dan anggota badan. Pada ibu hamil dibutuhkan sekitar 770
Ag retinol aktivitas setara (RAE)/hari vitamin A.
Vitamin D dibutuhkan ibu selama hamil dan merupakan satu-satunya
sumber vitamin D bagi janin yang disalurkan melalui plasenta. Apabila janin
kekurangan vitamin D maka akan menyebabkan pertumbuhan tertunda dan
menyebabkan hipokalsemia.
Angka kecukupan vitamin E untuk ibu hamil tidak berbeda jauh dengan
angka kecukupan pada wanita tidak hamil, begitu pula vitamin K. tidak ada
kekurangan klinis pada vitamin ini dilaporkan dan kebutuhan untuk tambahan
janin belum diketahui.
Asam folat diperlukan selama hamil karena bertindak sebagai kofaktor
untuk reaksi penting dalam sel, diperlukan dalam untuk sintesis asam nukleat
DNA. Selain asam folat vitamin B-kompleks lain yang dibutuhkan adalah vitamin
B6, B1, B2, B3, asam pantotenat dan biotin. Vitamin C diketahui untuk mencegah
penyakit kudis pada bayi sehingga pada saat kehamilan perlu penambahan

8

jumlah asupannya. Untuk ibu hamil berdasarkan RDA telah ditetapkan sebesar
85 mg/hari.
Mineral
Kalsium dibutuhkan oleh ibu hamil untuk kebutuhan kalsium tulang janin
maupun untuk kebutuhan kalsium ibu. Kebutuhan zat besi selama hamil berbeda
tiap trimesternya pada trimester pertama sebesar 1.2 mg/hari, trimester kedua
4.7 mg/hari dan pada trimester terakhir meningkat menjadi 5.6 mg/hari. Rata-rata
jumlah besi diperlukan selama kehamilan 1190 mg, untuk janin sebesar 270 mg,
plasenta 90 mg, perluasan sel darah merah 450 mg dan utuk kebutuhan basal
230 mg, selain itu akan hilang sekitar 150 mg saat melahirkan. Selain kalsium
dan zat besi ibu hamil juga membutuhkan tambahan asupan, iodium dan seng.
Konsumsi dan Kandungan Gizi Ikan
Junianto (2003) menyatakan bahwa ikan merupakan sumber protein yang
baik dan murah. Protein ikan meyediakan kurang lebih 2/3 dari kebutuhan protein
hewani yang diperlukan oleh manusia. Mineral yang yang terkandung dalam
daging ikan hanya sedikit.
Konsumsi ikan umumnya dibedakan menjadi dua oleh masyarakat
Indonesia yaitu ikan laut dan ikan air tawar. Contoh dari ikan laut adalah ikan

bandeng, ikan tuna, ikan kakap, ikan tenggiri, ikan mackerel, ikan salmon,
ikang haring, ikan caviar, ikan cod dan sebagainya. Ikan laut mengandung
protein (asam amino esensial yang lengkap), vitamin A, B12, D, E, fosfor,
kalsium, natrium, selenium, seng, dan iodium. Ikan mas, ikan gurame, ikan
mujair, ikan tawes, ikan sepat, ikan patin, ikan nila, merupakan beberapa contoh
ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar
mengandung protein, asam lemak tidak jenuh omega-3, vitamin dan mineral.
Kandungan vitamin pada ikan air tawar meliputi vitamin A, B1, B12, dan D.
Adapun kandungan mineral pada ikan air tawar adalah besi, fosfor, kalsium, dan
natrium yang kadarnya rendah. Ikan dapat dikonsumsi langsung (ikan segar)
maupun diolah terlebih dahulu (kering, asin, kalengan dan lain-lain) (Soehardi
2004).
Rata-rata konsumsi ikan penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 30.48
kg ikan per kapita tahun (KKP 2011) atau 83.5 g ikan per kapita per hari. Data
BPS (2002) menunjukkan rata-rata konsumsi protein ikan per kapita per hari
penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan kota hanya 7.2 g
dari 54.42 g, atau hanya 13% dari total konsumsi protein rata-rata per hari. Pada

9

tahun 2010 rata-rata konsumsi protein ikan per kapita per hari mengalami
peningkatan menjadi 7.63 g (BPS 2010).
Hibbeln et al. (2007) menyatakan bahwa perkembangan otak janin
tergantung nutrisi spesifik yang hanya berasal dari makanan seperti DHA dan
asam lemak essensial omega-3, dimana makanan dari laut merupakan sumber
utamanya. Menurut Medical and Nutrition Experts from Mayo Clinic, University of
California Los Angeles, and Dole Food Company (2002), ikan laut merupakan
sumber protein kualitas tinggi dengan kandungan kalori yang rendah. Ikan seperti
salmon, tuna dan maccarel kaya akan minyak ikan, umumnya pada jumlah 300g
memiliki kandungan kalori di bawah 225 kkal yang setara dengan kandungan
kalori daging tampa lemak. Kandungan lemak ikan lebih banyak lemak tak jenuh
rantai

panjang

(polyunsaturated)

dan

lemak

tak

jenuh

rantai

tunggal

(monounsaturated) daripada lemak jenuh (saturated). Ikan laut juga mengandung
beberapa vitamin dan mineral penting, terutama beberapa vitamin B, zat besi,
iodium, kalium, magnesium, dan fosfor.
Peran Gizi Ikan Selama Kehamilan
Medical and Nutrition Experts from Mayo Clinic, University of California
Los Angeles, and Dole Food Company (2002) menyatakan kandungan asam
lemak omega-3 pada ikan dapat mengurangi efek pembekuan darah,
menurunkan kadar kolesterol darah dan meminimalkan kejadian penyakit
jantung. Berikut ditampilkan beberapa fungsi zat gizi pada Tabel 1.
Tabel 1 Fungsi berbagai zat gizi mikro bagi manusia
Zat gizi

Fungsi

Vitamin A

Diperlukan untuk pertumbuhan & perkembangan
jaringan- jaringan epithelium, syaraf & tulang

Vitamin D

Pengatur utama metabolisme mineral (kalsium & fosfor)
tulang

Fosfor

Unsur pokok tulang dan gigi

Besi

Heme enzymes (hemoglobin dll)

Iodium

Berpengaruh dalam transportasi & metabolisme hormon
thyroid

Kalsium

Penyusun tulang dan gigi, pengatur syaraf dan fungsi
otot

EPA

Penting untuk keutuhan jaringan mitokondrial, berperan
dalam pembentukan prostaglandin & leukotriene

DHA
Zat gizi penting bagi otak dan retina
Sumber : Choo dan Williams (2003) diacu dalam Waysima (2011)

10

Picciano dan McDonald (2004) menyatakan, Vitamin A saat kehamilan
dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan janin. Adapun kekurangan zat besi
selama hamil dikaitkan dengan kematian ibu dan berat bayi lahir rendah. Iodium
dibutuhkan selama kehamilan untuk sintesis hormon tiroid, yang penting untuk
pematangan sistem syaraf pusat, terutama untuk proses mielinasi. Kekurangan
iodium dapat menyebabkan kretinisme, keterbelakangan mental dan gangguan
fungsi motorik. Seng dibutuhkan oleh ibu hamil karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Asam folat diperlukan selama hamil karena bertindak sebagai kofaktor
untuk reaksi penting dalam sel, diperlukan dalam sintesis asam nukleat DNA.
Truswell (2003) menyatakan bahwa asam folat merupakan zat gizi penting untuk
replikasi DNA dalam pembelahan sel. Kekurangan asam folat pada ibu hamil
dihubungkan dengan kejadian Neural Tube Defects (NTD), kelahiran prematur,
BBLR dan hambatan pertumbuhan janin. Akibat dari kekurangan zat gizi saat
kehamilan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Beberapa kelainan akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi
Zat Gizi

Kekurangan

Asam Folat

Neural Tube Defects,
anemia, BBLR,
prematuritas, kematian
prenatal tinggi

Iodium

Kerdil, abortus, IQ rendah,
kelainan congenital

Vitamin B

Kelainan Jantung, Beri-beri

Vitamin A

IUGR, Gangguan
penglihatan, tetratogenik

Vitamin D

Hipokalsemia

Kelebihan

Retardasi mental,
hiperkalsemia

Sumber: Manuaba 2001

Hibbeln et al. (2007), menyebutkan jika asupan makanan laut rendah
selama kehamilan maka akan mengalami defisiensi asam lemak esensial seperti
omega-3, DHA (asam docosahexaenoic) dan EPA (eicosapentaenoic acid) yang
akibatnya bisa menyebabkan gangguan perkembangan syaraf janin. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi sebanyak lebih 340 g selama
seminggu

menunjukkan

adanya

perkembangan

syaraf

anak

yang

menguntungkan dan sebaliknya ibu yang mengonsumsi makanan laut kurang
dari 340 g perkembangan syaraf anaknya kurang optimal. Karena itu

11

pembatasan konsumsi makanan laut dapat menghambat perkembangan syaraf
yang optimal.
Kecukupan Gizi Ibu Hamil
Karyadi & Muhilal (1985) menyatakan, kecukupan gizi yang dianjurkan
(recommended dietary allowances) adalah banyaknya masing-masing zat gizi
yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi
badan, serta keadaan hamil dan menyusui. Berdasarkan Widyakarya Pangan
dan Gizi VIII tahun 2004 berikut ditampilkan angka kecukupan gizi bagi ibu hamil
pada Tabel 3.
Tabel 3 Angka kecukupan gizi ibu hamil
Kebutuhan
Energi (kkal)

Wanita tidak hamil
Usia 19Usia 3029 tahun
49 tahun

Trimester
1

Wanita hamil
Trimester
2

Trimester
3

1900

1800

+180

+300

+300

Protein (g)

50

50

+17

+17

+17

Vitamin A (RE)

500

500

+300

+300

+300

Vitamin D (ug)

5

5

+0

+0

+0

Vitamin E (mg)

15

15

+0

+0

+0

Vitamin K (ug)

55

55

+0

+0

+0

Thiamin (mg)

1

1

+0.3

+0.3

+0.3

Riboflavin (mg)

1.1

1.1

+0.3

+0.3

+0.3

Asam folat (ug)

400

400

+200

+200

+200

Peridoksin (mg)

1.3

1.3

+0.4

+0.4

+0.4

Vitamin B12 (ug)

2.4

2.4

+0.2

+0.2

+0.2

Vitamin C (mg)

75

75

+10

+10

+10

Kalsium (mg)

800

800

+150

+150

+150

Besi (mg)

26

26

+0

+0

+0

Iodium (ug)

150

150

+50

+50

+50

Seng (mg)

9.3

9.8

+1.7

+1.7

+1.7

30

+5

+5

+5

Selenium (ug)
30
Sumber : WNPG 2004

Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya
sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, sehingga angka
kecukupan gizi yang dianjurkan setingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah
dua kali simpangan baku (standar deviasi). Dengan demikian kecukupan yang
dianjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi. Untuk beberapa zat gizi,
misalnya berbagai vitamin dan mineral sudah mencakup pula terciptanya

12

cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat gizi tersebut kurang dari
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu.
Kegunaan angka kecukupan gizi yang dianjurkan antara lain: a) menilai
kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk
atau golongan masyarakat tertentu yang didapat dari hasil survey makanan b)
perencanaan pemberian makanan tambahan balita maupun institusi c)
perencanaan penyedian pangan tingkat regional maupun nasional. Widyakarya
Pangan dan Gizi VIII (2004), menetapkan kecukupan konsumsi protein per kapita
per hari adalah 52 g protein dan yang berasal dari ikan untuk rata-rata penduduk
Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi standar gizi yaitu 9 g protein per
hari.

13

KERANGKA PEMIKIRAN
Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas
anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan
akan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang
optimal sesuai dengan potensi genetik. Karena itu pemenuhan makanan saat
kehamilan harus diperhatikan. Bukan hanya cukup secara kuantitas tapi juga
secara kualitas. Pemenuhan akan zat gizi spesifik yang diperlukan ibu hamil
maupun janin harus tercukupi. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan
mempengaruhi kualitas kehamilan maupun bayi yang dilahirkan.
Kondisi sosial budaya, kepercayaan dan lingkungan akan berpengaruh
terhadap pola pangan (food pattern) yang akhirnya akan berpengaruh terhadap
pola pangan ikan dalam keluarga ibu hamil. Begitupun karakteristik ibu hamil
akan berpengaruh terhadap pola pangan dan juga konsumsi pangan ibu hamil.
Karakteristik tersebut meliputi keadaan sosial ekonomi, umur, pendidikan, dan
besar keluarga. Pendidikan ibu hamil diduga akan mempengaruhi konsumsi
pangan termasuk konsumsi ikan. Tingkat sosial ekonomi keluarga akan sangat
menentukan jumlah pembelian pangan dan kemudian akan menentukan jumlah
konsumsi pangan keluarga termasuk konsumsi ikan. Umur diduga dapat
mempengaruhi pembelian terhadap suatu pangan termasuk ikan. Jumlah
anggota keluarga akan sangat menetukan distribusi ketersedian pangan dalam
rumah tangga.
Choo & Williams (2003) dalam Waysima (2011) menyebutkan bahwa
ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan
seng. Zat gizi tersebut dibutuhkan oleh ibu saat kehamilan. Konsumsi pangan
ikan maupun selain ikan akan mempengaruhi asupan energi dan zat gizi ibu
hamil. Asupan energi dan zat gizi dari ikan akan berkontribusi terhadap asupan
dan angka kecukupan zat gizi ibu hamil. Adapun yang mempengaruhi angka
kecukupan gizi adalah kecukupan gizi yang dipengaruhi oleh umur, berat badan,
tinggi badan, dan keadaan fisiologis (hamil). Secara keseluruhan, hubungan
antar variabel disajikan pada Gambar 1.

14

Lingkungan,
Sosial Budaya
dan Kepercayaan

Karakteristik:
 Sosial ekonomi
 Umur
 Tingkat
pendidikan
 Jumlah anggota
keluarga







Pola Pangan (food
pattern) ibu hamil:
Jenis pangan
Frekuensi makan
Jumlah
Makanan pantangan
Makanan yang
dianjurkan

Konsumsi
Pangan:
 Jenis pangan
 jumlah

Konsumsi Ikan:
 Frekuensi
 Jenis ikan
 Jumlah

Kecukupan Gizi Ibu
Hamil:
 Umur
 Berat badan
 Tinggi badan
 Keadaan hamil

Energi dan Zat Gizi
dari Ikan:
 Energi
 Protein
 Lemak
 Vitamin dan mineral

Energi dan Zat Gizi
makanan selain Ikan:
 Energi
 Protein
 Lemak
 Vitamin dan mineral

Asupan Gizi Ibu Hamil

Angka Kecukupan Gizi

Tingkat Kecukupan Gizi

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Hubungan yang dianalisis
Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan
terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

15

METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan data dasar dari Studi tentang Status Gizi
dan Pola Makan pada Wanita Pra-Hamil (Usia Subur), Ibu Hamil, dan Menyusui
yang dilakukan oleh SEAFAST Center IPB. Desain penelitian mengacu terhadap
metode penelitian tersebut, yaitu cross sectional study. Penelitian dilakukan di
Kota Bogor, meliputi enam kecamatan yaitu Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor
Selatan, Bogor Tengah, Bogor Timur dan Tanah Sareal. Waktu pengumpulan
data dimulai dari bulan September sampai Desember 2010.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh penelitian adalah wanita hamil trimester kedua (3-6 bulan),
berusia antara 20-40 tahun yang berdomisili di Kota Bogor. Jumlah contoh
ditetapkan dengan memperkirakan rata-rata prevalensi defisiensi zat gizi mikro
anemia. Asumsi prevalensi anemia untuk ibu hamil adalah 50%, dengan α = 5%,
d = 10%. Jumlah contoh dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
n ≥ (1-α)2 × P (1-P)
d2
ket: n = jumlah contoh
P = perkiraan prevalensi anemia
α = batas kepercayaan (95%)
d = presisi yang diinginkan
Jumlah yang diambil sebanyak 203 wanita hamil dari keenam kecamatan
di Kota Bogor.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh meliputi data karakteristik contoh, pola pangan ikan
dan konsumsi pangan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner
terstuktur. Pola pangan ikan dinilai menggunakan food frequency questionnaire
(FFQ) selama satu minggu. Adapun konsumsi pangan diperoleh dengan metode
recall (2x24 jam). Pola pangan ikan contoh meliputi jenis dan frekuensi konsumsi
ikan merupakan perhitungan dari

data FFQ. Secara rinci jenis dan cara

pengumpulan data disajikan pada Tabel 4.

16

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data
No

Variabel

Jenis data

Cara pengumpulan data

1

Sosial ekonomi

Pengeluaran keluarga
(Rp/kap/bln)

Data Susenas 2009

2

Karakteristik
responden dan
keluarga

1. umur

Wawancara dengan
kuesioner

2. tingkat pendidikan
3. jumlah anggota keluarga
4. pekerjaan

3

Food recalls

Konsumsi makanan

Wawancara menggunakan
Food Recall questionnaire
(2x24 jam)

4

Kebiasaan makan

Jenis dan frekuensi
konsumsi makanan

Wawancara menggunakan
FFQ 1 minggu

Pengolahan dan Analisis Data
Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis
data.

Data

diolah

menggunakan

Microsoft

Excel

2010

dan

dianalisis

menggunakan SPSS version 16,0 for Windows.
Karakteristik sosial ekonomi. Pembagian kelompok umur 20-29 tahun
dan 30-40 tahun didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Status
ekonomi ditetapkan kedalam tiga kategori yaitu kuintil-2, kuintil-3, dan kuintil-4
berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan (Susenas 2009). Pendidikan
contoh dikelompokkan menjadi tamat SD/Sederajat, tamat SMP/Sederajat, tamat
SMA/Sederajat, tamat PT. Pekerjaan dikelompokkan menjadi tidak bekerja/IRT,
karyawan swasta, wiraswasta, pedagang, guru, dan pembantu rumah tangga
(PRT). Besar keluarga dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu keluarga kecil
(2-4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (≥8 orang) (BKKBN
1998).
Tingkat

keseringan konsumsi ikan.

Frekuensi konsumsi ikan

dikategorikan sangat jarang (≤ 2 kali/minggu), jarang (3-4 kali/minggu) dan sering
(≥ 5 kali/minggu).
Asupan energi dan zat gizi. Berdasarkan data recall (2x24 jam)
kemudian dihitung asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, kalsium, zat besi,
vitamin A, asam folat, dan seng). Kandungan gizi ikan dan makanan selain ikan
dihitung menggunakan tabel Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Asupan
zat gizi dari ikan maupun dari makanan selain ikan dihitung dengan
menggunakan rumus:

17

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)
KGij

: Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B g

Bj

: Jenis pangan j (g)

Gij

: Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD pangan j

BDD

: persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD)
Kontribusi asupan energi dan zat gizi dari ikan terhadap asupan energi

dan zat gizi seluruh makanan dihitung menggunakan rumus:
Asupan gizi dari ikan / asupan seluruh makanan ibu hamil x 100%
Kontribusi energi dan zat gizi ikan terhadap angka kecukupan energi
dan zat gizi ibu hamil dihitung menggunakan rumus:
Asupan gizi dari ikan / Angka kecukupan zat gizi ibu hamil x 100%
Untuk mengetahui hubungan antar karakteristik contoh digunakan
korelasi rank spearman. Uji beda frekuensi konsumsi masing-masing kelompok
ikan berdasarkan karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat
pendidikan dan besar keluarga) menggunakan uji independent sample test, uji
oneway anova dan uji lanjut post-hoc. Uji beda jumlah konsumsi ikan
berdasarkan tingkat sosial ekonomi menggunakan uji independent sample test,
uji oneway anova dan uji lanjut post-hoc. Uji beda asupan energi, protein, lemak,
kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, seng dari ikan berdasarkan karakteristik
contoh (tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan besar keluarga)
menggunakan uji independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut posthoc. Begitupun uji beda kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan dan
kecukupan zat gizi berdasarkan tingkat sosial ekonomi menggunakan uji
independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut post-hoc.
Definisi Operasional
Contoh adalah ibu hamil trimester II yang berdomisili di kota Bogor dan bersedia
menjadi subjek penelitian.
Besar keluarga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu
rumah dengan sumber perolehan makanan yang sama.
Pengeluaran/ kapita/ bulan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh setiap
anggota keluarga untuk membeli untuk membeli pangan dalam satu
bulan.

18

Ikan adalah sumber daya ikan dan spesies biota perairan lainnya yang sebagian
besar atau seluruh daur hidupnya berada di air.
Ikan darat segar adalah ikan yang hidupnya di air tawar, seperti sungai dan
danau, atau dibudidayakan ditambak dan dipasarkan dalam keadaan
segar.
Ikan laut segar adalah adalah ikan yang hidupnya di laut dan dipasarkan dalam
keaadaan segar.
Ikan kering/asin adalah ikan laut maupun ikan darat yang telah diawetkan
dengan

cara

menggabungkan

antara

penggaraman

dengan

pengeringan.
Ikan pindang adalah ikan laut maupun ikan darat yang telah diawetkan melalui
proses perebusan dan penggaraman dengan perlakuan teknis tertentu.
Udang/cumi/kerang adalah binatang berkulit keras seperti udang maupun
binatang lunak seperti cumi-cumi dan kerang (Lubis et al. 2005).
Produk olahan ikan adalah ikan yang telah mengalami proses pengolahan
secara modern.
Kebiasaan makan adalah kebiasaan dalam memilih, memperoleh dan
mengonsumsi makanan dan minuman.
Makanan pantangan adalah makanan yang menjadi pantangan atau makanan
yang dilarang serta yang menjadi tabu dalam masyarakat untuk
dikonsumsi.
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam waktu sehari
yang diterjemahkan ke dalam gram.
Konsumsi Ikan adalah jumlah ikan dan olahannya yang dimakan dalam waktu
sehari diterjemahkan ke dalam gram.
Frekuensi konsumsi ikan adalah berapa kali jumlah konsumsi pangan ikan dan
olahannya dalam satu bulan.
Asupan zat gizi adalah jumlah g makanan dan minuman yang dirubah ke dalam
satuan energi, protein, lemak, asam folat, vitamin A, zat besi, kalsium
dan seng.
Kecukupan gizi ibu hamil jumlah masing-masing energi dan zat gizi (dengan
penambahan sejumlah tertentu energi dan zat gizi di tiap trimester
dengan mempertimbangkan umur, berat badan, tinggi badan) yang
sebaiknya dipenuhi ibu hamil agar bisa hidup sehat baik diri maupun
janin yang dikandungnya.

19

Kontribusi Konsumsi Ikan adalah persentase sumbangan energi, protein,
lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, seng dari ikan terhadap
asupan dan kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil.

20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Umur Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah Ibu hamil trimester II yang berdomisili
di kota Bogor. Umur contoh dalam penelitian berkisar antara 20 sampai 40 tahun.
Sebaran contoh lebih banyak pada rentang usia 20-29 tahun sebanyak 116
orang (57.1%) dan sisanya pada rentang 30-40 tahun sebanyak 87 orang
(42.9%). Sebaran contoh berdasarkan umur dan tingkat sosial ekonomi disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan umur
Kuintil-2
Umur
(tahun)
n
%
20-29
30 44.1
30-40
38 55.9
Total
68 100
(r = -0.219; p = 0.002)

kuintil-3
n
%
38 56.7
29 43.3
67 100

Kuintil-4
n
%
48 70.6
20 29.4
68 100

Total
n
%
116
57.1
87
42.9
203
100

Contoh yang berada pada rentang 20-29 tahun meningkat jumlahnya
seiring peningkatan sosial ekonomi. Sementara itu hal sebaliknya terjadi pada
kelompok usia 30-40 tahun. Uji rank spearman menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan (p