2.3.2 Strategi Program Penanggulangan TB Paru
Sasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan dari 2015 sampai dengan tahun 2019 yaitu
menurunkan prevalensi TB menjadi 272 per 100.000 penduduk Kemenkes, 2015. Sasaran keluaran adalah: 1 meningkatkan presentase keberhasilan
pengobatan kasus baru TB paru BTA positif mencapai 88; 2 meningkatkan presentase angka penemuan kasus mencapai 70; 3 meningkatkan presentase
angka kesembuhan mencapai 85 Kemenkes, 2011.
2.3.3 Kebijakan Program Penangulangan TB Paru
Kebijakan penanggulangan TB Paru mencakup: 1
Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan Kabupatenkota sebagai titik berat
manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya dana, tenaga, sarana
dan prasarana. 2
Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan memperhatikan strategi Global Stop TB Partnership upaya untuk
mempercepat penurunan angka kematian dan kesakitan akibat TB paru sesuai dengan target MDGs.
3 Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah
terhadap program pengendalian TB.
4 Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan.
5 Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh
seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasyankes, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah BalaiKlinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta
DPS dan fasilitas kesehatan lainnya. 6
Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB Gedurnas TB.
7 Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan
ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan. 8
Obat Anti Tuberkulosis OAT untuk pengendalian TB diberikan secara Cuma-Cuma dan dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi
menjamin ketersediaannya. 9
Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
10 Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok
rentan lainnya terhadap TB. 11
Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. 12
Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs Kemenkes, 2011.