EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA
MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Skripsi

Oleh
GALIH WAHYU PRATAMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA
MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Oleh
GALIH WAHYU PRATAMA


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi asam, basa dan garam dalam meningkatkan
keterampilan klasifikasi dan komunikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 170 siswa, tersebar dalam 5 kelas. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, maka diperoleh kelas VII3
dan VII4 sebagai kelas kontrol dan eksperimen. Penelitian ini menggunakan
metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control
Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan
dengan adanya perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dengan
kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain
keterampilan klasifikasi dan komunikasi kelas eksperimen yaitu 0,52 dan 0,65
sedangkan kelas kontrol yaitu 0,42 dan 0,43. Berdasarkan uji hipotesis (uji t),
diketahui bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam, basa dan
garam efektif dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi.

Kata kunci: keterampilan klasifikasi, keterampilan komunikasi, inkuiri
terbimbing


EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA
MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Oleh
GALIH WAHYU PRATAMA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Desa Sambikarto Kabupaten Lampung Timur Lampung pada
tanggal 13 Februari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Budi Wahyudi dan Ibu Khotimah.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di sekolah di SD Negeri 3
Sumbergede Kabupaten Lampung Timur diselesaikan tahun 2002, dan pada tahun
tersebut diterima di SMP Negeri 1 Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang
diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 masuk SMA Negeri 1 Metro Kota
Metro yang diselesaikan tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima di
Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia.

Pada tahun 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Brajasakti
Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur dan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMP N 1 Way Jepara.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah

S.W.T., Shalawat beserta salam semoga tercurah pada suri
tauladan kita Rasulullah Muhammad S.A.W., dengan penuh
rasa syukur ku persembahkan tulisan ini kepada :
۩ Bapak Ibuku yang dengan sepenuh hati mendukung dan
selalu bersabar untuk terselesaikannya pendidikan yang
memakan waktu yang begitu lama ini, terima kasih atas
semuanya.
۩ Adik-adik ku yang selalu membawa kerinduan dan
semangat untuk terus berjuang.
۩ Almamaterku tercinta.

MOTO

Jangan biarkan penyesalan masa lalumu lebih berkuasa daripada impian masa
depanmu
(Mario Teguh)
Sejujurnya semua orang menyukai kebaikan, namun sedikit dari kebanyakan
orang yang benar-benar melakukannya.
(Galih Wahyu Pratama)
Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)
“Bismillahirrahmaanirrahiim”

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, hingga dapat diselesaikan

b j

“Efektivitas Model

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Asam Basa dan Garam dalam
Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Komunikasi”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia;

4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan,
ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa untuk memberikan motivasi,
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

5.


Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II atas kesediaan, ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa
untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

iii

6.

Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Dosen Penguji atas kesediaan,
ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa untuk memberikan motivasi,
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

7.

Ibu Sri Suhartini, S.Pd, selaku kepala SMP Negeri 1 Sekampung Lampung
Timur, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

8.


Ibu Kasmiyati, S. Pd. selaku guru mitra, seluruh Guru, Staf dan siswa SMP
Negeri 1 Sekampung Lampung Timur.

9.

Kak Asep, Kak Arya, Wiwit Gunawi, Ari Kurnia Efendi dan Ahmad Tohir,
yang banyak memberikan bantuan serta dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini;

10. Teman-temanku di Kimia Mandiri 08, terutama Gede, Andri, Rendi, Johan,
Deni, Olan, Diana, Fina, serta kakak tingkat dan adik tingkatku di P. Kimia
atas doa, semangat yang diberikan, dan terima kasih atas kebersamaan kalian;

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Desember 2015
Penulis,

Galih Wahyu Pratama


iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL...........................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

I.

II.

vi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................

1


B. Rumusan Masalah...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian..............................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konstruktivisme..................................................................................

7


B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...........................................

11

………………………………………….

16

D. Kerangka pemikiran………………………………………………...

19

E. Anggapan Dasar.................................................................................

21

F. Hipotesis…………………………………………………………….

22

C. Kete

III.

Halaman
v

METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................

23

……...........................................................................

23

C. Desain dan Metode Penelitian...........................................................

24

D. Variabel Penelitian............................................................................

24

…………………………………

25

……………………………....

26

……………………………………………….

28

B. Data

E. Instrumen dan Vali
F. Prosedur dan Pelaksanaan
G. Teknik Ana

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pene
B.

b

C. K
V.

D

…………………………………………………….

34

………………………………………………………..

39

…………………………………………………

47

KESIMPULAN DAN SARAN
…………………………………………………………

49

……………………………………………………………….

49

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

50

A. Kesi
B. Sa

LAMPIRAN
1. Silabus Kelas Eksperimen..............................................................

53

2. RPP Kelas Eksperimen ...................................................................

59

3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ........................................

72

4. Kisi-kisi Soal Pretes/
5. Soal Pretes/

…..........................................................

…………………………………………………

6. Rubrik Penskoran Pretes/ Postes....................................................

94
101
104

……………………………...

111

8. Data Rata-rata Nilai pretes, postes dan n-Gain……………………

113

9. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian.........................................

114

……………………………………

122

7. Data Nilai pretes, postes dan n-G

10. Lembar Penilaian Afektif Sis
11. Rubrik Penilaian Afektif Si

…………………………………...

128

……………………………...

130

………………………………….

132

12. Lembar Penilaian Psikomotor Sis
13. L

b

Ob

v

K

j G

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman
b …………………………………...

15

2. Indikator keterampilan proses sains dasar................................................

17

3. Desain penelitian......................................................................................

24

4. Data normalitas n-Gain keterampilan klasifikasi………………………

37

5. Data normalitas n-Gain keterampilan komunikasi……………………..

37

1. Tahap pembelajaran

b

…………………….

38

…………………...

38

8. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi………….

38

9. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi………...

39

10. Data nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan klasifikasi siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ……………………………………….

111

11. Data nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan komunikasi di kelas
kontrol dan kelas eksperimen …………………………………………..

112

12. Data rata-rata nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan klasifikasi
dan komunikasi di kelas kontrol dan
………………….

113

13. Daftar distribusi frekuensi keterampilan klasifikasi kelas eksperimen......

114

14. Daftar distribusi frekuensi keterampilan klasifikasikelas kontrol..............

116

15. Daftar distribusi frekuensi keterampilan komunikasi kelas ekperimen…..

119

16. Daftar distribusi frekuensi keterampilan komunikasikelas kontrol............

120

6. Data homogenitas n-Gain keter

f

7. Data homogenitas n-Gain keterampilan komunik

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Prosedur penelitian ..................................................................................... 28
2. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan klasifikasi siswa di kelas
kontrol dan kelas eksperimen.....................................................................

34

3. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan komunikasi di kelas kontrol
dan kelas eksperimen .................................................................................

35

4. Rata-rata n-Gain pada penilaian keterampilan klasifikasi dan komunikasi
siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen .............................................

36

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala
alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dengan menggunakan sikap
ilmiah. IPA pada hakekatnya terdiri atas produk, proses dan sikap. IPA sebagai
produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang telah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses berarti
bahwa sains merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan, dengan
cara melakukan kerja atau sesuatu yang harus diteliti. IPA sebagai sikap memiliki
arti bahwa sains dapat melatih dan menanamkan sikap jujur, dapat berkerja sama,
teliti dan tekun (Tim Penyusun, 2006).

Ilmu kimia sebagai salah satu ilmu dalam rumpun IPA juga memiliki karakteristik
sains yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Konten ilmu kimia yang
berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian
proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus
memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati,
2011). Karakteristik kimia sebagai proses artinya dalam pembelajaran harus

2

meliputi proses mengamati, menafsirkan pengamatan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasikan, dan mengkomunikasikan penelitian. Kimia sebagai produk artinya kimia sebagai produk
sains yang merupakan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang telah diterima
kebenarannya. Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena.

Sesuai dengan hakekat ilmu kimia, pembelajaran kimia di sekolah juga harus
melibatkan siswa dalam proses penemuan konsep. Pada proses pembelajaran
siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuannya diantaranya kemampuan mengamati dan menafsirkan pengamatan terhadap
fenomena alam, mencari, mengumpulkan, mengidentifikasi dan memilih informasi yang tepat, meramalkan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian,mengelompokan, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator-indikator
keterampilan proses sains (KPS) (Hartono, 2007).

Dalam pembelajaran kimia, sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dan
diaplikasikan dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya yaitu asam-basa, banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dihubungkan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan senyawa basa
dalam produk sabun dan deterjen, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah

3

pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Sehingga dalam proses pembelajaran
kimia siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal namun juga diharapkan mampu
memahami konsep-konsep serta mampu memecahkan masalah kimia dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan
dalam menghubungkan materi yang mereka dapatkan di sekolah dengan apa yang
terjadi di lingkungan sekitar, dan merasakan manfaat dari pembelajaran kimia.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru IPA dan siswa di
kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung Lampung Timur didapatkan fakta bahwa
proses pembelajaran IPA masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah
dan kegiatan lebih berpusat pada guru, sehingga KPS siswa kurang dilatih yang
mengakibatkan KPS siswa menjadi rendah. Siswa juga cenderung tidak dapat
menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan miliknya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melatih dan meningkatkan KPS siswa sehingga dapat
berperan aktif dalam proses penemuan konsep yaitu model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo
(Trianto, 2010) dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau
masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa
mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan

4

percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan model inkuiri terbimbing dan KPS
diantaranya yang dilakukan oleh Effendi (2012), dalam penelitiannya di salah satu
SMA Negeri di Lampung mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan pencapaian kompetensi pada materi pokok asam basa, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang
signifikan untuk keterampilan komunikasi dan pencapaian kompetensi siswa.

Peneliti yang lain Afriyanti (2013), dalam penelitiannya di salah satu SMA di
Bandar Lampung mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan pencapaian kompetensi
pada materi pokok asam basa, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan untuk keterampilan klasifikasi dan komunikasi pada siswa. Dengan
demikian, dimungkinkan pembelajaran inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam, Basa
dan Garam Dalam Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Keterampilan
K

”.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Bagaimana efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam, basa,
dan garam dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
asam, basa dan garam dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan
komunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkatkan keterampilan
klasifikasi dan komunikasi siswa dalam materi asam, basa dan garam.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru kimia dalam menerapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan klasifikasi
dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam.
3. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu
alternatif untuk mengembangkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut.
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif jika keterampilan
klasifikasi dan komunikasi menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

2.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut Gulo
(Trianto, 2010) dengan langkah-langkah yaitu, mengajukan permasalahan,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik
kesimpulan.

3.

Indikator keterampilan klasifikasi mencakup beberapa kegiatan seperti
mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan.

4.

Indikator keterampilan komunikasi meliputi keterampilan membaca grafik,
tabel atau diagram, dari hasil percobaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita
sendiri. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar Winahyu (2001)
konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah
hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi
pengetahuan, maka diperlukan:
1.

2.

3.

Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa
dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik
sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat
kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan
mengkonstruksi pengetahuannya.
Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience).


c
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

8

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa.
Mengajar adalah membantu siswa belajar.
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir.
Kurikulum menekankan partisipasi siswa.
Guru adalah fasilitator.

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari
kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi
kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Menurut Piaget (Dahar 1989), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak
merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.
Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang
lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu
yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental
atau pola tingkah laku.

b





9

Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian
Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan
fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan
menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon
yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan
untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis
menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Lebih lanjut, Piaget (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses
kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/ pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi
merupakan salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru.

10

Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang
telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur
yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya.

Vygotsky (Budiningsih,2005) berpendapat bahwa pembelajaran ditekankan pada
hakikat pembelajaran sosiakultural. Tujuannya adalah menekankan interaksi
antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi
sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Pembelajaran terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas
tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam
zona of proximal development mereka. Zona of proximal development adalah

11

daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai
kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan
potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berpikir akan menyebabkan
terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. Berdasarkan teori
Vygotsky diatas, maka akan diperoleh keuntungan yaitu :
1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan
yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau
potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan
intramentalnya.
4. Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan
prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi
lebih merupakan konstruksi.
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan
masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

12

Dalam perkembangannya, pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar penemuan Jerome Bruner (discovery learning), dan konstruktivime. Menurut Bruner
(Dahar,1989) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek
pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri terbimbing adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya
dan mencari tahu (Retno, 2010).

Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan
unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat
generalisasi, menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu
model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat
oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat

13

atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir
tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan
mengelola kelas yang bagus.

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai ketika
pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk
mengkomunikasikan.
2. Mengkomunikasikan
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah membuat
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang
menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan

14

keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan
pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin
tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al dalam
C

: “ The general goal of inquiry training is to help students develop

the intellectual discip-line and skills necessary to raise questions and search out
answers stemming from their curiosity”

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat
langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh
siswa tersebut.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap
ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip
ilmiah seperti
1. Jujur terhadap data,
2. Rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. Ulet dan tidak cepat putus asa,
5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya
dukungan hasil observasi empiris, dan
6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan
oleh Gulo (Trianto, 2010).

15

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No.
1.

2.

Fase
Mengajukan
pertanyaan
atau permasalahan
Membuat
hipotesis

Kegiatan Guru
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah. Guru
membagi siswa dalam kelompok
Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau datadata melalui percobaan maupun
telaah literature

3.

Mengumpulkan data

4.

Menganalisis
data

Guru memberi kesempatan pada
tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul

5.

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan

Kegiatan Siswa
Siswa mengidentifikasi
masalah dan siswa
duduk dalam kelompoknya
Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah
literatur untuk mendapatkan data-data atau
informasi
Siswa mengumpulkan
dan menganalisi data
serta menyampaikan
hasil pengolahan data
yang terkumpul
Siswa membuat kesimpulan

Model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan
model-model pembelajaran lain. Keunggulan inkuiri terbimbing menurut
Roestiyah (1998) yaitu :
1. D
b
b
”Self-Concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

16

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami
sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni
IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS.
Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil
akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar.
Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan
mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah
semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS
penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan
pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan
atau informasi yang telah dimiliki siswa.

Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut, sedangkan menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan
bahwa KPS merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik

17

kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan
(falsifikasi)". Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode
ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.
KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode
ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan
baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa, tetapi
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa. Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999)
keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill) meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, berkomunikasi dan menarik kesimpulan. Menurut Mahmudin
(2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah
dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Keterampilan

proses dasar ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan
dasar
Observasi

Indikator
Mampu menggunakan semua indera (penglihatan,
pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk
mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda

18

Tabel 2 (lanjutan)
1

2
dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi

Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciriciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran

Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran
suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang,
luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu
mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain.

Berkomunikasi

Memberikan/menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun
dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan, membaca tabel,
mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu
peristiwa.

Inferensi

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu
benda atau fenomena setelah mengumpulkan,
menginterpretasi data dan inormasi.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan seharihari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial
maupun saat terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat
penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan keteram-pilan
proses yang lebih rumit dan kompleks.

19

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang
diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam
memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran
sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun
secara utuh.

Salah satu KPS adalah keterampilan klasifikasi, klasifikasi adalah ramalan tentang
kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Klasifikasi didasarkan
pada observasi yang cermat, klasifikasi dilakukan dengan meramalkan apa yang
akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan. Adapun
menurut Dimyati dan Moedjiono (2002), Memklasifikasi dapat diartikan sebagai
mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada
waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu,
atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

D. Kerangka Pemikiran
Model inkuiri terbimbing adalah model inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Disamping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar
kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa. Pada model ini siswa
akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui

20

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah
dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu merumuskan masalah, siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan fenomena
sehari-hari, contohnya tidak semua asam dan basa ini dapat dengan mudah diketahui dengan hanya merasakan dan mencicipinya. Lalu bagaimana cara mengidentifikasi sifat asam atau basa dari suatu larutan tanpa harus merasakannya?
kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut
berdasarkan pengetahuan awal mereka dengan bimbingan guru.

Tahap kedua yaitu siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis sesuai dengan
pengetahuan mereka sendiri dan diuji kebenarannya. Pada tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi terhadap akibat
dari peristiwa sains tersebut secara kelompok dan memberikan alasan terhadap
hipotesis mereka. Pada tahap ini siswa dapat membentuk keterampilan
komunikasi,

Tahap ketiga yaitu siswa mengumpulkan data, pada tahap ini guru membimbing
siswa mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau
telaah literatur, sehingga siswa diharapkan mampu mengumpulkan data
semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan.

21

Tahap keempat siswa menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing siswa
menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur,
siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat pada LKS, pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya
berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga siswa diharapkan dapat membentuk
keterampilan klasifikasi.

Tahap kelima membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa
membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah
diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya
mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan,
sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.
Dengan berpikir apabila model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada
materi asam, basa dan garam akan meningkatkan keterampilan klasifikasi dan
komunikasi yang lebih tinggi daripada keterampilan klasifikasi dan komunikasi
yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas VII 3 semester genap SMP N 1 Sekampung tahun pelajaran
2013-2014 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar
yang sama dalam hal keterampilan klasifikasi dan komunikasi.

22

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan klasifikasi
dan keterampilan mengkomunikasikan kelas VII semester ganjil SMP Negeri
1 Sekampung tahun pelajaran 2013/2014 diabaikan.

E. Hipotesis
Hipotesis umum penelitian ini sebagai berikut:
Pembelajaran model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
klasifikasi dan komunikasi pada materi pokok asam, basa dan garam.

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 1 Sekampung
Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 170 siswa dan
tersebar dalam lima kelas yaitu VII 1, VII 2 VII 3, VII 4, dan VII 5. Dari populasi
tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai
kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling
(pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru
bidang studi kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan
pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas VII 3 dan VII 4
sebagai sampel penelitian. Selanjutnya ditetapkan kelas VII 4 sebagai kelas
eksperimen yang mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing dan VII 3 sebagai
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa
data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes setelah
pembelajaran diterapkan (postes) siswa, data aktivitas siswa dan data kinerja

24

guru. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol.

C. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan
menggunakan desain penelitian Non equivalent Control Group Design menurut
Cohen (2007). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang ditunjukkan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas

Pretes

Perlakuan

Postes

Kelas kontrol

O1

-

O2

Kelas eksperimen

O1

X

O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).
Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran
konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postest (O2).

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas adalah model

25

pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional,
sedangkan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah keterampilan klasifikasi
dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam kelas VII SMP Negeri 1
Sekampung, Lampung Timur.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data menurut Arikunto (1997).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2.

LKS materi asam basa dengan model inkuiri terbimbing, sebanyak 3 LKS

3.

Soal pretes dan postes untuk membangun keterampilan klasifikasi dan
komunikasi. Soal pretes dan postes sama. Soal pretes-postes dalam
penelitian ini terdiri dari 4 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator
keterampilan klasifikasi yaitu pada soal uraian 1a, 2a, 4 dan indikator
keterampilan komunikasi yaitu pada soal uraian 1 b, 2b, 3

4. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen,
maka instrumen yang digunakan harus valid dan bersifat reliabel, dapat membedakan kelompok atas dan bawah serta memiliki taraf kesukaran yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel

26

yang diteliti secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen
yang akan digunakan. Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam
cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).
Adapun pengujian validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara
judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama
kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir
pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat
dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan
data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Karena berbagai hal dan
keterbatasan peneliti dan tim ahli, maka pengujian dilakukan oleh dosen
pembimbing.

F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap pra penelitian
Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala SMP N 1 Sekampung, Lampung Timur untuk
melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
siswa, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di
sekolah yang dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penelitian.

27

c. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas VII untuk mendapatkan
informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.
2. Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yaitu silabus, RPP, LKS, soal pretes dan
postes.
c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur penelitian adalah:
(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi asam, basa dan garam
sesuai pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas,
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran
konvensional diterapkan dikelas kontrol.
(3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
(4) Analisis dan pelaporan hasil penelitian.

28