Kerangka Pemikiran PENDEKATAN TEORITIS

39 digunakan untuk menjamin kelangsungan sistem produksi yang dapat memenuhi kebutuhan komunitas dengan mempertimbangkan indikator kesehatan dan keberlanjutan sistem ekologi setempat. Keberlanjutan tersebut merupakan salah satu prinsip penting dalam pembangunan yang memihak rakyat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pembangunan pertanian industrial merupakan sebuah implementasi dari adanya modernisasi pertanian. Banyak ahli mengemukakan bahwa pertanian modern melalui kebijakan revolusi hijau tersebut menyebabkan berbagai dampak negatif termasuk terjadinya perubahan dalam bentuk-bentuk kelembagaan pertanian khususnya pada budidaya padi sawah. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negatif yang muncul tersebut berkembanglah isu pertanian berkelanjutan yang salah satu bentuknya adalah sistem pertanian organik. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat sehubungan dengan sistem pertanian organik, diperlukan suatu mekanisme pengaturan yakni dengan adanya peran dan fungsi kelembagaan pertanian. Kelembagaan pertanian organik yang dimaksud menyangkut seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang telah mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus mereka lakukan. Hak-hak tersebut mengatur hubungan antar individu dan atau kelompok yang terlibat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya tertentu. Kelembagaan tersebut ditopang oleh gabungan dari elemen regulative, normative, dan cultural-cognitive bersamaan dengan gabungan aktivitas dan sumber daya hingga menyajikan stabilitas dan makna untuk kehidupan sosial. Pilar regulatif mengatur perilaku anggotanya dengan menitikberatkan adanya kepatuhan terhadap proses-proses regulatif yang eksplisit yakni seting peraturan rule-setting, pemantauan monitoring, dan aktivitas pemberian sanksi sanctioning activities. Pilar normatif menitikberatkan pada adanya rumusan atau resep, evaluasi, dan kewajiban sosial dalam kehidupan sosial. Adapun pilar cultural-cognitif menitikberatkan adanya proses berbagi konsepsi yang 40 mengkonstitusi keaslian dari realitas sosial dan kerangkanya, melalui pembentukan makna. Keberlanjutan kelembagaan yang dimaksud diindikasikan dengan adanya ketahanan sistem sosial masyarakat setempat. Terdapat dua elemen yang menjadi alat untuk mencapai kondisi tersebut yaitu adanya pengorganisasian sosial dan teknik sosial. Pengorganisasian sosial menempatkan masing-masing pelaku menurut statusnya untuk memainkan peranan sosial dengan mekanisme penguatan kepatuhan yang dibangun oleh seluruh anggota. Adapun teknik sosial merupakan teknik untuk mempercepat proses pengorganisasian sosial yang berada pada selang dari membangun kesadaran publik hingga berinvestasi dalam membangun modal sosial, dari konsultasi-konsultasi sederhana hingga membangun pengelolaan partisipatif, dari sistem insentif hingga kontrol kelembagaan, dari tradisi hingga merubah praktik lama dan memperkenalkan inovasi baru, dari pemberdayaan hingga membentuk kohesi sosial, dari perilaku individu yang bermotif ekonomi hingga membangun kekuatan solidaritas, kepercayaan, pengorganisasian diri dan penerimaan nilai-nilai kelompok. Bekerjanya elemen pengorganisasian sosial dan teknik sosial dalam membangun keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor eksternal yang dimaksud adalah meliputi 1 tata kelola yang baik dalam sistem pemerintah, 2 jejaring kerjasama antar kelembagaan, dan 3 ketersediaan sarana dan prasarana umum. Adanya tata kelola yang baik dalam sistem pemerintah menjadi kekuatan-kekuatan yang secara bijaksana dan arif mampu mendukung dan memfasilitasi berjalannya mekanisme kelembagaan- kelembagaan yang terbentuk dalam masyarakat. Di samping itu, keberlanjutan kelembagaan juga memerlukan jejaring kerjasama antar kelembagaan yang sinergis untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan bersama. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketersediaan sarana dan prasarana umum yang mendukung dan memberi kemudahan antar pelaku untuk berinteraksi dan menjalankan aktivitas dengan lebih dinamis. Adapun faktor-faktor internal mencakup 1 kepemimpinan, 2 aturan tertulis, 3 aturan tidak tertulis, 4 proses pendirian kelembagaan, dan 5 41 partisipasi komunitas. Peran dan fungsi kepemimpinan menjadi faktor penting dalam pengorganisasian sosial dan meningkatkan efektivitas teknik sosial yang dijalankan. Aturan tertulis dan aturan tidak tertulis menjadi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan oleh karena menjadi dasar kepatuhan anggota yang mengandung sanksi sosial sekaligus menjadi kontrol sosial dan pengatur diantara para pelaku. Terkait dengan proses pendirian kelembagaan, pada umumnya kelembagaan-kelembagaan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan para pelaku yang terlibat sehingga muncul mekanisme atau tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya tata aturan atau norma yang telah dibangun bersama. Selain itu, semua bentuk kelembagaan melibatkan partisipasi komunitas sebagai aktor kunci dalam menjalankan mekanisme kelembagaan. Modernisasi Pertanian Dampak : 1. Perubahan kelembagaan untuk pengaturan input 2. Perubahan kelembagaan penguasaan lahan 3. Perubahan kelembagaan panen 4. Perubahan kelembagaan hubungan kerja Sistem Pertanian Organik Gambar 4. Kerangka Pemikiran Kelembagaan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik - Pilar Regulative - Pilar Normative - Pilar cultural- cognitive Bentuk Kelembagaan Pertanian Organik Aktivitas dan Pelaku Keberlanjutan Kelembagaan Faktor internal : 1. Kepemimpinan 2. Aturan tertulis 3. Aturan tidak tertulis 4. Proses pendirian kelembagaan 5. Partisipasi komunitas Faktor eksternal : 1. Tata kelola yang baik dalam sistem pemerintahan 2. Jejaring kerjasama antar kelembagaan 3. Ketersediaan sarana dan prasarana umum Pertanian Berkelanjutan 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif yakni pada komunitas petani padi sawah di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa komunitas tersebut secara bertahap sudah mulai menerapkan sistem pertanian organik dalam menanam padi sejak tahun 2002. Seiring dengan itu, proses ini terus berjalan hingga pada tahun 2004 Lembaga Pertanian Sehat LPS Yayasan Dompet Dhuafa Republika mendukung pengembangan pertanian organik khususnya produksi padi sehat melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat 1 dan memberi jaminan pasar beras sehat tersebut. Kerjasama yang dibangun antara kelompok tani, koperasi, dan LPS ini mampu menciptakan sebuah produk unggulan. Produk unggulan komunitas petani setempat adalah beras SAE Sehat, Aman, Enak. Program tersebut berkembang hingga saat ini beras sehat dari Kampung Ciburuy ini sudah memiliki jaringan distribusi yang relatif tetap. Keberhasilan program tersebut juga tidak terlepas dari adanya peran Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari”. Secara konsisten, komunitas ini terus secara bertahap mengembangkan praktek budidaya padi dengan mengacu pada standar organik 2 . Pada tahun 2006, Desa Ciburuy ini menjadi salah satu lokasi penerapan program pengembangan pertanian organik untuk komoditi padi yang pertama kali disosialisasikan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, lokasi ini seringkali menjadi salah satu rujukan utama tempat penelitian dan pelatihan pertanian organik di Kabupaten Bogor ini. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian yang dimaksud mencakup studi penjajagan dan kajian intensif di lapangan. Pilihan waktu tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan waktu 1 Program LPS dengan memberikan bantuan biaya sewa lahan kepada kelompok tani yang anggotanya tergolong mustahik penerima zakat. Anggota kelompok ini juga menjadi anggota koperasi kelompok tani “Lisung Kiwari”. Adapun kewajiban setiap anggota kelompok adalah pada setiap kali panen dari lahan yang sudah disewa tersebut, dari 1 kuintal beras harus ditabungkan ke koperasi sebanyak 4 kg untuk biaya panen tahun berikutnya. 2 bebas residu pestisida