36
Ketika user menekan tombol More Details, maka user akan berpindah ke
halaman notification dan melihat informasi terkait tentang kebocoran yang dideteksi. Halaman notification dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Tampilan Halaman Notification
4.2. Pengujian Kinerja Sistem
Pengujian kinerja sistem dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem dalam melakukan monitoring
dan mendeteksi letak lokasi kebocoran pada pipa aliran air bawah tanah. Sebuah prototype akan dirancang untuk menguji kinerja sistem dengan menggunakan
pipa pvc berdiameter ½” dan dengan panjang 5 meter. Pipa ini memiliki lubang dengan jarak masing
– masing 0,77 meter, 1,55 meter, 2,08 meter, 2,58 meter dan 3,1 meter dari sensor. Setiap lubang pada pipa ini akan diuji dengan 3 variasi debit yang
berbeda yaitu 5 liter per menit, 10 liter per menit, dan 15 liter per menit. Rancangan prototype
dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Universitas Sumatera Utara
37
Gambar 4.11. Rancangan Prototype
Pada saat pengujian, awalnya air akan mengalir secara normal melalui pipa dan sensor dengan kondisi setiap lubang ditutup. Sebuah lubang akan dibuka dan
arduino akan mendeteksi bahwa telah terjadi kebocoran. Hasil deteksi kebocoran ini akan terlihat pada halaman notification.
Pengujian kinerja sistem pada saat melakukan monitoring debit air, terlihat bahwa grafik bergerak otomatis tidak hanya setiap detik, namun terdapat juga
pergerakan grafik setiap dua detik. Ini diakibatkan adanya delay waktu ketika data dikirim dari PC menuju web server. Adapun hasil kinerja sistem dalam monitoring
debit air dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Hasil Monitoring Debit Air
Universitas Sumatera Utara
38
Pengujian kinerja sistem dalam mendeteksi letak lokasi kebocoran dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap variasi debit air pada setiap lubang. Pengujian pertama
dilakukan untuk lubang kesatu berjarak 0,77 meter dari sensor. Untuk laju debit 5 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 0,85 meter, 0,57 meter dan
0,56 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 3 detik, 2 detik dan 2 detik. Untuk laju debit 10 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik
1,05 meter dan 1,06 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 2 detik dan 2 detik. Untuk laju debit 15 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di
titik 2,3 meter, 1,57 meter dan 1,56 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 3 detik, 2 detik dan 2 detik.
Pengujian pertama menunjukkan bahwa pada laju debit air 5 liter per menit hasil deteksi lokasi kebocoran adalah yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran
yang sebenarnya. Hal ini diakibatkan lama waktu proses penurunan laju debit air yang lebih akurat jika dibandingkan dengan penggunaan debit 10 liter per menit dan 15 liter
per menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Jarak Lubang 0,77 meter Debit 5 liter per menit
Debit 10 liter per menit Debit 15 liter per menit
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
0,85 3
1,05 2
2,3 3
0,57 2
1,06 2
1,57 2
0,57 2
1,05 2
1,57 2
0,57 2
1,06 2
1,56 2
0,56 2
1,06 2
1,57 2
0,57 2
1,05 2
1,57 2
0,57 2
1,05 2
1,57 2
0,57 2
1,06 2
1,57 2
0,57 2
1,05 2
1,56 2
0,57 2
1,05 2
1,57 2
Universitas Sumatera Utara
39
Pengujian kedua dilakukan pada lubang kedua berjarak 1,55 meter dari sensor. Untuk laju debit 5 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 0,82
meter dan 0,83 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu 3 detik. Untuk laju debit 10 liter
per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 1,5 meter, 1,51 meter, 1,52 meter dan 1,53 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air
dari debit normal hingga debit stabil selama waktu 3 detik. Untuk laju debit 15 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 3,75 m dan 3,78 m dari
sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama 5 detik.
Pengujian kedua menunjukkan bahwa pada laju debit air 10 liter per menit hasil deteksi lokasi kebocoran adalah yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran
yang sebenarnya. Hal ini diakibatkan lama waktu proses penurunan laju debit air yang lebih akurat jika dibandingkan dengan penggunaan debit 5 liter per menit dan 15 liter
per menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Jarak Lubang 1,55 meter Debit 5 liter per menit
Debit 10 liter per menit Debit 15 liter per menit
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
0,82 3
1,5 3
3,78 5
0,82 3
1,51 3
3,75 5
0,83 3
1,52 3
3,75 5
0,82 3
1,52 3
3,75 5
0,82 3
1,53 3
3,75 5
0,82 3
1,53 3
3,75 5
0,82 3
1,53 3
3,78 5
0,82 3
1,52 3
3,78 5
0,83 3
1,52 3
3,75 5
0,82 3
1,52 3
3,75 5
Pengujian ketiga dilakukan pada lubang ketiga berjarak 2,08 meter dari sensor. Untuk laju debit 5 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 0,84
Universitas Sumatera Utara
40
meter dan 1,14 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 3 detik dan 4 detik. Untuk laju debit 10 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di
titik 1,06 meter dan 2,1 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 2 detik dan 4 detik. Untuk laju debit 15 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi
kebocoran di titik 1,6 meter dan 2,4 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 2 detik dan 3 detik.
Pengujian ketiga menunjukkan bahwa pada laju debit air 10 liter per menit hasil deteksi lokasi kebocoran adalah yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran
yang sebenarnya. Hal ini diakibatkan lama waktu proses penurunan laju debit air yang lebih akurat jika dibandingkan dengan penggunaan debit 5 liter per menit dan 15 liter
per menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Jarak Lubang 2,08 meter Debit 5 liter per menit
Debit 10 liter per menit Debit 15 liter per menit Hasil
Deteksi m Waktu
s Hasil
Deteksi m Waktu
s Hasil
Deteksi m Waktu
s
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
1,06 2
2,4 3
1,14 4
1,06 2
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
0,84 3
2,1 4
1,6 2
Pengujian keempat dilakukan pada lubang keempat berjarak 2,58 meter dari sensor. Untuk laju debit 5 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di
titik 0,55 meter, 0,85 meter dan 2,2 meter dari sensor dengan lama waktu proses
Universitas Sumatera Utara
41
penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing –
masing 2 detik, 3 detik dan 8 detik. Untuk laju debit 10 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 1,06 meter dan 2,6 meter dari sensor dengan lama
waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 2 detik dan 5 detik. Untuk laju debit 15 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 0,78 meter, 2,3 meter dan 2,35 meter
dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing - masing 1 detik, 3 detik dan 3 detik.
Pengujian keempat menunjukkan bahwa pada laju debit air 15 liter per menit hasil deteksi lokasi kebocoran adalah yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran
yang sebenarnya. Hal ini diakibatkan lama waktu proses penurunan laju debit air yang lebih akurat jika dibandingkan dengan penggunaan debit 5 liter per menit dan 10 liter
per menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Jarak Lubang 2,58 meter Debit 5 liter per menit
Debit 10 liter per menit Debit 15 liter per menit
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
Hasil Deteksi m
Waktu s
2,2 8
2,6 5
2,3 3
2,2 8
1,06 2
2,3 3
0,55 2
2,6 5
2,3 3
0,85 3
1,06 2
2,35 3
0,55 2
1,06 2
2,3 3
0,55 2
1,06 2
2,3 3
0,85 3
1,06 2
0,78 1
0,55 2
2,6 5
2,3 3
0,55 2
2,6 5
2,3 3
0,55 2
1,06 2
2,3 3
Pengujian kelima dilakukan pada lubang kelima berjarak 3,1 meter dari sensor. Untuk laju debit 5 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 0,84
meter, 0,85 meter dan 1,1 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama waktu masing
– masing 3 detik,
Universitas Sumatera Utara
42
3 detik dan 4 detik. Untuk laju debit 10 liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 2,1 meter, 2,6 meter, 3,16 meter, 3,18 meter dan 3,2 meter dari
sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal hingga debit stabil selama 4 detik, 5 detik, 6 detik, 6 detik dan 6 detik. Untuk laju debit 15
liter per menit diperoleh hasil deteksi lokasi kebocoran di titik 1,55 meter dan 1,58 meter dari sensor dengan lama waktu proses penurunan laju debit air dari debit normal
hingga debit stabil selama 2 detik. Pengujian kelima menunjukkan bahwa pada laju debit air 10 liter per menit
hasil deteksi lokasi kebocoran adalah yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran yang sebenarnya. Hal ini diakibatkan lama waktu proses penurunan laju debit air yang
lebih akurat jika dibandingkan dengan penggunaan debit 5 liter per menit dan 15 liter per menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Jarak Lubang 3,1 meter Debit 5 liter per menit
Debit 10 liter per menit Debit 15 liter per menit Hasil
Deteksi m Waktu
s Hasil
Deteksi m Waktu
s Hasil
Deteksi m Waktu
s
0,84 3
2,1 4
1,55 2
0,85 3
2,6 5
1,58 2
1,1 4
2,6 5
1,58 2
0,85 3
2,6 5
1,55 2
0,85 3
2,6 5
1,55 2
0,85 3
3,2 6
1,55 2
0,84 3
3,16 6
1,55 2
0,85 3
3,18 6
1,55 2
0,85 3
2,6 5
1,58 2
0,85 3
2,6 5
1,55 2
Setiap data hasil pengujian jika diubah kedalam bentuk grafik 3D dapat dilihat perbandingan grafik data hasil pengujian dari setiap lubang. Grafik pada lubang 0,77
meter, 1,55 meter, dan 2,08 meter lebih stabil jika dibandingkan dengan grafik pada lubang 2,58 meter dan 3,1 meter. Stabil dalam hal ini adalah hasil pendeteksian lokasi
Universitas Sumatera Utara
43
kebocoran yang dilakukan sistem tidak berubah – ubah dalam setiap pengujian. Grafik
3D data hasil pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 4.13.
a b
c d
e
Gambar 4.13. Grafik 3D Hasil Pengujian a Jarak Lubang 0,77 meter ; b Jarak Lubang 1,55 meter ;
c Jarak Lubang 2,08 meter ; d Jarak Lubang 2,58 meter ; e Jarak Lubang 3,10 meter
Universitas Sumatera Utara
44
Setiap data hasil pendeteksian lokasi kebocoran akan dihitung berapa besar rata
– rata selisihnya dengan lokasi kebocoran yang sebenarnya. Berdasarkan rata – rata ini diketahui bahwa pada jarak 1,55 meter, 2,08 meter dan 3,10 meter, rata
– rata selisih hasil deteksi terkecil dimiliki laju debit air 10 liter per menit. Pada jarak 0,77
meter, rata – rata selisih hasil deteksi terkecil dimiliki laju debit air 5 liter per menit
dan pada jarak 2,58 meter, rata – rata selisih hasil deteksi terkecil dimiliki laju debit
air 15 liter per menit. Adapaun rata – rata hasil deteksi dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rata – Rata Selisih Hasil Deteksi
Jarak Sebenarnya m
Debit lmin
Selisih Hasil Deteksi m
0,77 5
10 15
0,19 0,284
0,871 1,55
5 10
15 0,728
0,025 2.209
2,08 5
10 15
1,18 0,22
0,464 2,58
5 10
15 1,64
0,92 0,432
3,10 5
10 15
2,227 0,514
1,541
Berdasarkan perbandingan grafik pada gambar 4.13 dan rata – rata selisih hasil
deteksi pada tabel 4.6 dapat diketahui jika sistem mampu bekerja stabil untuk menentukan letak lokasi kebocoran dengan jarak maksimal 2 meter dan dengan laju
debit air 10 liter per menit sistem dapat menentukan lokasi kebocoran dengan hasil deteksi lokasi kebocoran yang paling mendekati dengan lokasi kebocoran yang
sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN