GLOBALISASI DAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012
GLOBALISASI DAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
Syaiful Bahri Dosen PNS Kopertis UMSU bahri.syaiful80@yahoo.com
Abstract: The process of Globalization was already in front of us and can not be negotiable. In this era we are challenged to openly competition accordance with the principles of the market mechanism without significant government influence. Macroeconomic development has been the role model then slowly shifted to the development of spatial that ought to be observed together.
Abstrak: : Globalisasi atau proses penduniaan sudah berada di hadapan kita dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di dalam era seperti ini kita ditantang untuk bekompetisisi secara terbuka sesuai dengan prinsip mekanisme pasar (market mechanism) tanpa pengaruh pemerintah secara berarti.Pembangunan Ekonomimakro (Macroeconomic development) selama ini menjadi panutan kemudian perlahan bergeser menjadi pembangunan spatial (spatial development) yang patut untuk dicermati bersama.
Kata kunci: globalisasi dan pembangunan wilayah
PENDAHULUAN Proses Globalisasi yang berarti
dunia tanpa batas bersumber pada perubahan teknologi yang sangat pesat dan bersifat universal berpengaruh besar dewasa ini terhadap aspektransportation, telecomunication dan travel/tourism. Di aspek transportasi udara , laut dan darat kita melihat dan merasakan sarana yang semakin berskala besar, berkecepatan tinggi, dan bersifat antar-moda. Jelas sekali ini tampak pada angkutan peti kemas (container) jarak jauh yang berskala mega, yang menyatukan hampir semua sistem angkutan, sehingga menimbulkan apa yang saat ini disebut global door to door inter modal through freight system. Sistem yang komprehensif ini di dukung oleh prasarana laut, darat dan udara yang makin canggih, dan yang dikelola semakin lama mengikuti prosedur computerize andjust in time . Sistem ini semakin mendukung munculnya praktek global subcontracting diantara perusahaan dan industry di belahan dunia, sedemikian sehingga menimbulkan apa yang disebut sebagai gejala inter firm and inter industry trade, dan berarti pula peran pemerintah semakin minim dan bahkan dituntut peran swasta yang semakin menunjukkan gejala efisiensi dan skala ekonomi. Hal ini menunjukkan betapa kompetensi (knowledge, skill dan ethics)
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan dunia masa lalu, masa kini dan masa depan.
Di bidang Telecomunicationand Informationterjadi revolusi teknologi yang luar biasa, yaitu pemanfaatan teknologi digital di dalam kombinasi dengan komputer dan software yang semakin canggih, dan teknologi satelit yang semakin praktis. Hasilnya adalah cyberspace yang memungkinkan multimedia communication bahkan beberapa kota dunia telah menobatkan dirinya sebagai ciber city seperti apa yang di claim oleh Malaysia yang membangun kota baru Putra Jaya sebagai pusat pemerintahannya..Sistem komunikasi yang cepat tersebut telah memungkinkan diubahnya dengan cepat data serta informasi menjadi knowledge, yang merupakan pada gilirannya sumber dari pada baik innovation maupun invention. Inilah yang dewasa ini mulai menimbulkan perubahan-perubahan cepat pada segi input, process, output and outcome , baik pada kegiatan produksi barang maupun jasa ; selanjutnya pada kegiatan alokasi serta distribusinya.
Sejalan dengan perubahanperubahan teknologi yang cepat pada bidang Transportasi dan telekomunikasi di atas, tampak pula perubahan teknologi di bidang Travel /Tourism, dimana termasuk
186
pula kegiatan pariwisata. Revolusi di bidang ini perkembangannya dalam kapal terbang jumbo jet dengan pelayanan dan biaya rendah (low cost carrier transport), yang mampu terbang jarak jauh dan biaya terjangkau antar benua dalam kondisi nyaman serta keamanan yang berkualitas tinggi. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi tersebut munculah gejala travelling jarak jauh dan mendunia, yang pada gilirannya telah menjadikan pariwisata sebagai industri yang berkembang cepat. Di darat hal ini mulai ditandingi dengan kereta api super cepat ; di laut dengan kapal mewah cepat berukuran besar. Kesemua perkembangan sistem angkut penumpang di atas telah menyebabkan mobilitas penduduk dunia melonjak cepat.
Revolusi teknologi tersebut telah menyebabkan biaya angkut barang dan penumpang, serta biaya komunikasi dan informasi, yang semakin murah. Keterjangkauan global yang diakibatkannya telah menimbulkan apa yang disebut sebagai borderless world, dimana arus lintas batas dari : (i) barang , (ii) jasa, (iii) penduduk, khususnya tenaga kerja dari berbagai jenjang keterampilan serta keahlian, (iv) uang dan modal dan (v) informasi serta pengetahuan. Situasi borderless world inilah yang menggerakkan proses globalisasi – proses penduniaan, yang sangat memperketat persaingan global pada berbagai barang dan jasa, sektor serta perekonomian tidak hanya pada skala dunia tapi juga skala regional atau nasional bahkan lokal. Kondisi ini akan memberikan tantangan, ancaman bahkan bahaya ; tapi juga membuka semakin banyak kesempatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Makroekonomi Wilayah Sumatera Utara
Pembangunan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
ekonomi kembali melakukan kajian
terhadap faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini
dilatarbelakangi oleh adanya fenomena
dan perkembangan teori
yang
memasukkan faktor eksternalitas berupa
inovasi
(inovation),
teknologi
(technology), kreativitas (creativity),
jejaring (networking) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak
pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2009, pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara mengalami
perlambatan sebesar 0,65 persen dibanding
tahun 2008, menjadi 5,07 persen. Trend
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
searah dengan perkembangan di tingkat
nasional. Pencapaian pertumbuhan ekonomi
ini didukung oleh sektor pertanian yang
memberi sumbangan sebesar 1,15 persen,
disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 1,00 persen, sektor
pengangkutan dan komunikasi 0,70 persen,
sektor jasa-jasa 0,66 persen, sektor industri
pengolahan 0,63 persen, dan sisanya oleh
keempat sektor lainnya. Sedangkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi ini
terjadi pada sektor pertambangan dan
sector bangunan dan konstruksi. Angka
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
kemudian meningkat lagi di tahun 2010
sebesar 6.42 persen dan pada tahun 2011
angka pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara meingkat menjadi 6,63persen dan hal
ini melebihi pertumbuhan di tingkat
nasional 6,5 persen, walaupun demikian
lebih rendah di tahun 2012 sebesar 6.22
persen dibanding nasional sebesar 6.3
persen.
PDRB Sumatera Utara dari sudut
penggunaannya dapat dilihat bahwa
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
adalah kontribusi dari konsumsi masyarakat
adalah merupakan komponen yang terbesar
yang kemudian diikuti oleh ekspor, impor
dan pembentukan modal. Peningkatan
konsumsi masyarakat terjadi pada
pengeluaran untuk bahan makanan yang
mencapai lebh dari 60 persen sedangkan
untuk non makanan sekitar 40 persen.
187
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Persentase
7 6 5 4 3 2 1 0
2009
2010
Tahun
2011
2012
Pertumbuhan ekonomi Sumut Pertumbuhan ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi regional
Gambar 1. : Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara dalam RPJMD
Tahun 2009-2013 untuk tahun 2011
ditargetkan laju pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara adalah 6,50% dan telah
dapat dicapai diatas target sebesar 6,58%,
2012 sebesar 6,74% dan 2013 sebesar
6,98%, tentunya target ini jauh lebih
optimis dari sasaran yang ingin dicapai
nasional, hal ini akan dapat tercapai terlebih
lagi dengan semakin giatnya Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara memperbaiki
fasilitas infrastruktur seperti Bandara
Kuala
Namu
telah
selesai
pembangunannya.
Perkembangan Sumatera Utara di
wilayah barat, merupakan salah satu
propinsi di Sumatera yang dewasa ini
sedang mengalami proses industrialisasi
yang cukup menonjol. Dapat diperkirakan
pada masa depan proses transformasi
ekonomi akan diikuti proses perubahan
spatial akan semakin meluas dan
menjangkau banyak wilayah. Merebaknya
kerjasama pembangunan spatial lintas batas
di beberapa wilayah akan semakin memacu
proses perubahan tersebut. Di bawah
kerjasama ekonomi ASEAN Indonesia
telah melihat munculnya cross border
spatial cooperation, yaitu IMT – GT
(Indonesia-Malaysia-Thailand Growth
Area). Karena perkembangan semakin
meluas, maka kerjasama tersebut
melibatkan semua pihak terutama kerjasama sektor swasta di ASEAN yang semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Di masa mendatang Sumatera utara akan lebih berkembang sebagai growth centeryang lebih kuat di bandingkan dengan wilayah lainnya karena manfaat dari mesin ekonominya dan growth triangel hasil IMT-GT.
Ekspor Sumatera Utara Kinerja ekspor Sumatera Utara
pada tahun 2011 relatif cukup menggembirakan. Ekspor Sumatera Utara dengan nilai ekspor 11,88 ribu US dolar meningkat dari 9,15 ribu dolar pada tahun 2010 dan mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 10,38 ribu US dolar. Dengan kinerja seperti ini telah mampu mendongkrak surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara. Kondisi eksor Sumatera Utara terutama pertumbuhannya sejalan apa yang terjadi di tingkat nasional ahun 2009 mengalami pertumbuhan negatip kemudian di tahun 2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan positip dan kemudian pertumbuhan negatip di tahun 2012.
188
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
Ribu US$ Ton
10,000,000 8,000,000 6,000,000
2009
2010
2011
Tahun
2012
Volume ekspor Gambar 2. : Volume ekspor
Bila dilihat menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor Sumatera Utara periode 2012 dan 2011 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun 2010. Ekspor Sumatera Utara sampai saat ini masih didominir oleh sektor industri yang kontribusinya sebesar 73,76 persen dari total ekspor Sumut. Komoditi utama yang diekspor adalah lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, kopi, teh dan rempah-rempah, berbagai produk kimia, tembakau, kakao/coklat, ikan dan udang, kayu, barang dari kayu, sabun dan preparat, pembersih dan alumunium. Tanaman Palawija juga menjadi salah satu andalan ekspor. Terdapat 2 (dua) unggulan di provinsi ini untuk sektor pertanian yaitu sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk sub sektor perkebunan terdapat 5 (lima) komoditi unggulan, antara lain kakao, karet, kelapa sawit, kopi dan tebu. Sedangkan dari sub sektor perikanan. Akan tetapi dikarenakan kelesuan ekonomi dunia dan ditambah lagi oleh krisis keuangan di Amerika Serikat berdampak terhadap perekonomian nasional, maka terjadi penurunan terhadap permintaan ekspor barang-barang di Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara mempunyai unggulan untuk perikanan laut dan budidaya. Sebagai pendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki 4 (empat) kawasan
industri yaitu Kawasan Industri Medan,
Medan Star Industrial estate, Binjai dan
Pulahan Seruai Industrial Estate dengan
dukungn sarana perhubungan yang
memadai berupa pelabuhan laut sebanyak
22 (dua puluh dua) pelabuhan dan 7 (tujuh)
Bandar Udara baik nasional maupun
perintis yaitu Bandara Sibisa, Binaka,
Silangit, Pulau Batu, Aek Gondang, Pinang
Sori, dan BandaraKuala Namu sebagai
bandar udara utama.
Nilai ekspor dan PDRB Sumatera
Utara mengalami penurunan pada tahun
2009.Hal ini merupakan dampak krisis
global yang terjadi pada tahun 2008. Meski
nilai ekspor turun cukup besar tapi masih
menggembirakan
karena
neraca
perdagangan Sumatera Utara tetap surplus
dimana impor hanya US $ 2,67 miliar dan
persentase ekspor terhadap PDRB
mengalami peningkatan dari tahun 2008
menjadi sebesar 30,31persen. Komoditas
yang mengalami penurunan ekspor adalah
karet dan barang dari karet, anjlok 38,42
persen dibanding tahun 2008 sebesar 1,921
miliar US $. Walaupun terjadi penurunan
baik volume maupun nilai ekspor Sumatera
Utara, namun kontribusi ekspor terhadap
PDRB Sumatera Utara terus mengalami
kenaikan dari Tahun 2008 dari 29,83 persen
menjadi 30,31 persen pada Tahun 2009 dan
31,85 persen pada tahun 2010.
20,000,000 10,000,000
0
2009
2010
2011
Tahun
Nilai ekspor Gambar 3. : Nilai ekspor
2012
189
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan tumbuh kuat memenuhi permintaan di negara-negara partner dagang, khususnya untuk komoditi unggulan Sumatera Utara seperti kelapa sawit dan karet dimana direncanakan akan dilakukan peningkatan nilai tambah dengan telah terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangkei sebagaimana amanat Peraturan pemerintah No. 29 tahun 2012.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei merupakan suatu bentuk pemusatan aktivitas ekonomi yang cenerung berlokasi pada suatu lokasi yang akan memberikan dampak ekonomi yang besar dan sekaligus memberikan dampak kepada wilayah sekitar (hinterland). KEK Sei Mangkei yang merupakan implementasi dari proyek MP3EI sebagai program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia, maka aktivitas ini akan memberikan dampak ganda (regional impact) tidak hanya terhadap ekonomi wilayah dimana proyek tersebut dijalankan akan tetapi juga berdampak terhadap makro ekonomi wilayah Sumatera Utara bahkan terhadap ekonomi Indonesia secara utuh dan menyeluruh.
Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi di atas makin menimbulkan keharusan bagi tiap ekonomi, sektor dan perusahaan untuk meningkatkan proses industrialisasi. Kegiatan ekonomi dengan proses industrilisasi mampu mempercepat diversifikasi barang dan jasa dalam kuantitas yang besar dan ketersediaannya. Proses industrialisasi dapat menggerakkan kegiatan di berbagai sektor ekonomi termasuk jasa dan pada akhirnya menuntut ketersediaan prasarana dan sarana yang semakin meningkat kualitas serta sklalanya.
Perubahan Kelembagaan Ke depan : di bawah pelaksanaan
dan pemunculan AFTA sejak tahun 2003, APEC 2010/2020 dan WTO/GATT, bahwa proses industrialisasi, komersialisasi perekonomian yang disertai proses spatial developmentsecara bersama-sama akan menciptakan konfigurasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) yang semakin berubah cepat di masa yang akan datang. Hal ini akan menciptakan
190
lingkungan usaha yang bersifat bergejolak, yang disertai peningkatan jumlah, jenis serta kualitas persaingan dan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan, kelompok industri, sektor-sektor, wilayah-wilayah dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Hal ini akan berlaku baik bagi dimensi barang maupun jasa pada setiap perekonomian. Perubahan konfigurasi SWOT ini akan menimbulkan keharusan pada setiap lembaga termasuk yang bergerak di bidang ekonomi untuk melakukan langkah-langkah penyesuaian ; yang sebagiannya akan menjurus kepada perubahan mendasar. Bersamaan dengan pengurangan tingginya tembok tarif dan non tarif di bidang perdagangan, ketentuan ini akan mengakibatkan munculnya persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan-perusahaan asing dan domestik sampai pada tingkatan terndah.
Transformasi Demografis Berdasarkan beberapa indikator
sosial menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) semakin meningkat, bersamaan dengan ukuran keluarga yang semakin kecil. Tingkat Melek Huruf Kelompok Usia Dewasa (Adult Literacy Rate) telah pula meningkat cepat dan Harapan Hidup Waktu Lahir (Life Expectancy) semakin naik baik pria maupun wanita. Kejadian ini pula menunjukkan adanya kenaikan pada pendatan per kapita yang dibarengi oleh semakin berkurangnya jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan absolut. Pada akhirnya proses transformasi demografi tersebut telah menimbulkan gejala consumer boom, baik di kota maupun di pedesaan. Hal ini terlihat pada peningkatan pada permintaan bagi sandang , pangan perumahan, pendidikan, kesehatan, liburan, bahkan kehidupan kerohanian.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi selama periode tersebut dan status pembangunan manusia tentu saja meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari status menengah bawah menjadi menengah atas. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kondisi kesejahteraan masyarakat pada tahun tersebut bisa dikatakan cukup baik.
Tabel 1 : Perkembangan IPM Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008–
2013
No Tahun
IPM
1. 2009 73,80
2. 2012 74.19
3. 2013 75.13
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara,
Tahun 2013
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)adalah gambaran integral tingkat
pencapaian pembangunan manusia di suatu
daerah sebagai dampak dari kegiatan
pembangunan
yang
dilakukan.Perkembangan IPM memberikan
indikasi peningkatan atau penurunan
kinerja
pembangunan
manusia
daerah.Peningkatan IPM Sumatera Utara
mengindikasikan
bahwa
tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
Sumatera Utara cenderung semakin
membaik sejalan dengan peningkatan
kinerja penyelenggaraan pemerintahan
Sumatera Utara. Perkembangan ini ditandai
dengan bertambahnya usia harapan hidup,
rata-rata lama sekolah dan meningkatnya
konsumsi (daya beli) per kapita masyarakat
Sumatera Utara selama periode tersebut.
Tabel 2 : Indikator Masyarakat Utara
No. Indikator 2010
1. IPM
74,19
Kesejahteraan Sumatera
2011 79,5
Progres 2012
(Triwulan II)
79.5
2.
Pendapatan kapita
per 21,23
4. Rata-rata sekolah
lama 8.85
5. Angka harapan
hidup
69.20
6. Tingkat
Penyerapan
110
Tenaga Kerja
Sumber : BPS
22,43 8,70
72,20 104
23.15 9,02
72,46 na
KESIMPULAN Atas dasar analisis SWOT terhadap
kondisi dan aktivitas wilayah tersebut di atas, maka Sumatera Utara dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Kekuatan
Sektor industri merupakan salah satu leading sectors di daerah ini
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
Pusat perdagangan nasional dan
internasional Indonesia bagian
barat
Daerah yang menjadi sentra bagi
ekspor non migas di Indonesia
bagian barat
Memiliki pelabuhan udara dan laut
yang bertaraf internasional
Letak geografinya berdekatan
dengan sentra industri dan
perdagangan internasional
Pemerintah daerah telah melakukan
kerjasama dengan beberapa negara
terutama ASEAN, IMT GT dan
kota kembar
Tersedianya kawasan industri.
2. Kelemahan
Pendidikan yang masih relatif
rendah dibandingkan dengan
kebutuhan tenaga kerja di sektor
moderen
Infrastruktur yang belum merata,
sehingga pusat-pusat industri
terkonsentrasi pada beberapa
wilayah saja.
Biaya
ekonomi
tinggi
menyebabkan inefisiensi dalam
perekonomian
Terbatasnya pengusaha yang sudah
memperoleh sertifikat ISO
Investasi yang berkembang
cenderung untuk tidak export
oriented
Terbatasnya komoditi unggulan
yang benar-benar diunggulkan
untuk pasar dalam maupun luar
negeri
Iklim usaha yang kondusif masih
sangat diperlukan untuk mendorong
kegiatan investasi
3. Peluang
Kerjasama IMT-GT dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan
arus perdagangan dan investasi dari
kawasan pertumbuhan tersebut.
Ketersediaan
lahan
dan
infrastruktur
memungkinkan
Singapura dan Malaysia
memanfaatkan Sumatera Utara
sebagai daerah industry relocation
4. Ancaman
Meningkatnya impor dan
menurunnya pangsa pasar di negara
mitra dagang utama
191
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Merupakan
daerah
yang
memungkinkan menjadi serbuan
barang konsumsi dari luar
SARAN Agar strategi pembangunan
wilayah dapat berjalan secara dinamis dan berkelanjutan (sustainable), maka harus diperhatikan lingkungan daerah baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi potensi wilayah, keuangan wilayah, komoditas unggulan, aglomerasi industri, pusat pertumbuhan sedangkan aspek eksternal meliputi pengaruh wilayah batas (regional spillover) , kerjasama interregional, perdagangan interregional, pendapatan perkapita luar daerah dan lainlain. Perubahan global yang penting untuk dicermati adalah perubahan teknologi, inovasi, jejaring, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, pergesaran sosial budaya dan perubahan pasar serta membangun regional branded dan iconicon baru untuk memasarkan daerah sekaligus sebagai daya tarik wilayah bagi para investor.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional, 1996/2003, World
Trade Organization Sebagai
Lembaga Pelaksana dalam
Mewujudkan
Liberalisasi
Perdagangan.
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Perkembangan Program CEPT –
AFTA.
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Dinamika Hubungan Perdagangan
Bilateral
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik
APEC
Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and
Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger
Publisher, New York.
Blair, John P., 1995, Local Economic
Development: Analysis and
Practice, Sage Publication. USA.
Faludi, Andreas, 1978, A Reader in
Planning Theory, Pergamon
Press, Oxford, New York,
Toronto, Paris, Frankfurt.
Fujita, Masahita, 2002, Economics of
Agglomeration: Cities, Industrial
Location and Regional Growth,
Cambridge University Press,
United Kingdom.
Gore, Charles, 1984, Region in Question :
Space, Development Theory and
Regional Policy,Published in USA
by Methuen& Co, Ltd 11 New
Fetter Lane, London.
Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie,
1995, Regional Development :
Theories and Their Application,
New Brunswick, N.J, Transaction
Publischers, USA
Isard, Walter, 1960, Methods of Regional
Analysis, MIT Press, United State
of Amerika.
Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004,
Pembangunan Wilayah :
Perspektif Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek
Pembangunan Regional, ISEI
Bandung, Jawa Barat
__________, 2006, Teori Lokasi,USU
Press, Medan
192
GLOBALISASI DAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
Syaiful Bahri Dosen PNS Kopertis UMSU bahri.syaiful80@yahoo.com
Abstract: The process of Globalization was already in front of us and can not be negotiable. In this era we are challenged to openly competition accordance with the principles of the market mechanism without significant government influence. Macroeconomic development has been the role model then slowly shifted to the development of spatial that ought to be observed together.
Abstrak: : Globalisasi atau proses penduniaan sudah berada di hadapan kita dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di dalam era seperti ini kita ditantang untuk bekompetisisi secara terbuka sesuai dengan prinsip mekanisme pasar (market mechanism) tanpa pengaruh pemerintah secara berarti.Pembangunan Ekonomimakro (Macroeconomic development) selama ini menjadi panutan kemudian perlahan bergeser menjadi pembangunan spatial (spatial development) yang patut untuk dicermati bersama.
Kata kunci: globalisasi dan pembangunan wilayah
PENDAHULUAN Proses Globalisasi yang berarti
dunia tanpa batas bersumber pada perubahan teknologi yang sangat pesat dan bersifat universal berpengaruh besar dewasa ini terhadap aspektransportation, telecomunication dan travel/tourism. Di aspek transportasi udara , laut dan darat kita melihat dan merasakan sarana yang semakin berskala besar, berkecepatan tinggi, dan bersifat antar-moda. Jelas sekali ini tampak pada angkutan peti kemas (container) jarak jauh yang berskala mega, yang menyatukan hampir semua sistem angkutan, sehingga menimbulkan apa yang saat ini disebut global door to door inter modal through freight system. Sistem yang komprehensif ini di dukung oleh prasarana laut, darat dan udara yang makin canggih, dan yang dikelola semakin lama mengikuti prosedur computerize andjust in time . Sistem ini semakin mendukung munculnya praktek global subcontracting diantara perusahaan dan industry di belahan dunia, sedemikian sehingga menimbulkan apa yang disebut sebagai gejala inter firm and inter industry trade, dan berarti pula peran pemerintah semakin minim dan bahkan dituntut peran swasta yang semakin menunjukkan gejala efisiensi dan skala ekonomi. Hal ini menunjukkan betapa kompetensi (knowledge, skill dan ethics)
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan dunia masa lalu, masa kini dan masa depan.
Di bidang Telecomunicationand Informationterjadi revolusi teknologi yang luar biasa, yaitu pemanfaatan teknologi digital di dalam kombinasi dengan komputer dan software yang semakin canggih, dan teknologi satelit yang semakin praktis. Hasilnya adalah cyberspace yang memungkinkan multimedia communication bahkan beberapa kota dunia telah menobatkan dirinya sebagai ciber city seperti apa yang di claim oleh Malaysia yang membangun kota baru Putra Jaya sebagai pusat pemerintahannya..Sistem komunikasi yang cepat tersebut telah memungkinkan diubahnya dengan cepat data serta informasi menjadi knowledge, yang merupakan pada gilirannya sumber dari pada baik innovation maupun invention. Inilah yang dewasa ini mulai menimbulkan perubahan-perubahan cepat pada segi input, process, output and outcome , baik pada kegiatan produksi barang maupun jasa ; selanjutnya pada kegiatan alokasi serta distribusinya.
Sejalan dengan perubahanperubahan teknologi yang cepat pada bidang Transportasi dan telekomunikasi di atas, tampak pula perubahan teknologi di bidang Travel /Tourism, dimana termasuk
186
pula kegiatan pariwisata. Revolusi di bidang ini perkembangannya dalam kapal terbang jumbo jet dengan pelayanan dan biaya rendah (low cost carrier transport), yang mampu terbang jarak jauh dan biaya terjangkau antar benua dalam kondisi nyaman serta keamanan yang berkualitas tinggi. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi tersebut munculah gejala travelling jarak jauh dan mendunia, yang pada gilirannya telah menjadikan pariwisata sebagai industri yang berkembang cepat. Di darat hal ini mulai ditandingi dengan kereta api super cepat ; di laut dengan kapal mewah cepat berukuran besar. Kesemua perkembangan sistem angkut penumpang di atas telah menyebabkan mobilitas penduduk dunia melonjak cepat.
Revolusi teknologi tersebut telah menyebabkan biaya angkut barang dan penumpang, serta biaya komunikasi dan informasi, yang semakin murah. Keterjangkauan global yang diakibatkannya telah menimbulkan apa yang disebut sebagai borderless world, dimana arus lintas batas dari : (i) barang , (ii) jasa, (iii) penduduk, khususnya tenaga kerja dari berbagai jenjang keterampilan serta keahlian, (iv) uang dan modal dan (v) informasi serta pengetahuan. Situasi borderless world inilah yang menggerakkan proses globalisasi – proses penduniaan, yang sangat memperketat persaingan global pada berbagai barang dan jasa, sektor serta perekonomian tidak hanya pada skala dunia tapi juga skala regional atau nasional bahkan lokal. Kondisi ini akan memberikan tantangan, ancaman bahkan bahaya ; tapi juga membuka semakin banyak kesempatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Makroekonomi Wilayah Sumatera Utara
Pembangunan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
ekonomi kembali melakukan kajian
terhadap faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini
dilatarbelakangi oleh adanya fenomena
dan perkembangan teori
yang
memasukkan faktor eksternalitas berupa
inovasi
(inovation),
teknologi
(technology), kreativitas (creativity),
jejaring (networking) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak
pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2009, pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara mengalami
perlambatan sebesar 0,65 persen dibanding
tahun 2008, menjadi 5,07 persen. Trend
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
searah dengan perkembangan di tingkat
nasional. Pencapaian pertumbuhan ekonomi
ini didukung oleh sektor pertanian yang
memberi sumbangan sebesar 1,15 persen,
disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 1,00 persen, sektor
pengangkutan dan komunikasi 0,70 persen,
sektor jasa-jasa 0,66 persen, sektor industri
pengolahan 0,63 persen, dan sisanya oleh
keempat sektor lainnya. Sedangkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi ini
terjadi pada sektor pertambangan dan
sector bangunan dan konstruksi. Angka
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
kemudian meningkat lagi di tahun 2010
sebesar 6.42 persen dan pada tahun 2011
angka pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara meingkat menjadi 6,63persen dan hal
ini melebihi pertumbuhan di tingkat
nasional 6,5 persen, walaupun demikian
lebih rendah di tahun 2012 sebesar 6.22
persen dibanding nasional sebesar 6.3
persen.
PDRB Sumatera Utara dari sudut
penggunaannya dapat dilihat bahwa
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
adalah kontribusi dari konsumsi masyarakat
adalah merupakan komponen yang terbesar
yang kemudian diikuti oleh ekspor, impor
dan pembentukan modal. Peningkatan
konsumsi masyarakat terjadi pada
pengeluaran untuk bahan makanan yang
mencapai lebh dari 60 persen sedangkan
untuk non makanan sekitar 40 persen.
187
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Persentase
7 6 5 4 3 2 1 0
2009
2010
Tahun
2011
2012
Pertumbuhan ekonomi Sumut Pertumbuhan ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi regional
Gambar 1. : Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara dalam RPJMD
Tahun 2009-2013 untuk tahun 2011
ditargetkan laju pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara adalah 6,50% dan telah
dapat dicapai diatas target sebesar 6,58%,
2012 sebesar 6,74% dan 2013 sebesar
6,98%, tentunya target ini jauh lebih
optimis dari sasaran yang ingin dicapai
nasional, hal ini akan dapat tercapai terlebih
lagi dengan semakin giatnya Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara memperbaiki
fasilitas infrastruktur seperti Bandara
Kuala
Namu
telah
selesai
pembangunannya.
Perkembangan Sumatera Utara di
wilayah barat, merupakan salah satu
propinsi di Sumatera yang dewasa ini
sedang mengalami proses industrialisasi
yang cukup menonjol. Dapat diperkirakan
pada masa depan proses transformasi
ekonomi akan diikuti proses perubahan
spatial akan semakin meluas dan
menjangkau banyak wilayah. Merebaknya
kerjasama pembangunan spatial lintas batas
di beberapa wilayah akan semakin memacu
proses perubahan tersebut. Di bawah
kerjasama ekonomi ASEAN Indonesia
telah melihat munculnya cross border
spatial cooperation, yaitu IMT – GT
(Indonesia-Malaysia-Thailand Growth
Area). Karena perkembangan semakin
meluas, maka kerjasama tersebut
melibatkan semua pihak terutama kerjasama sektor swasta di ASEAN yang semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Di masa mendatang Sumatera utara akan lebih berkembang sebagai growth centeryang lebih kuat di bandingkan dengan wilayah lainnya karena manfaat dari mesin ekonominya dan growth triangel hasil IMT-GT.
Ekspor Sumatera Utara Kinerja ekspor Sumatera Utara
pada tahun 2011 relatif cukup menggembirakan. Ekspor Sumatera Utara dengan nilai ekspor 11,88 ribu US dolar meningkat dari 9,15 ribu dolar pada tahun 2010 dan mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 10,38 ribu US dolar. Dengan kinerja seperti ini telah mampu mendongkrak surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara. Kondisi eksor Sumatera Utara terutama pertumbuhannya sejalan apa yang terjadi di tingkat nasional ahun 2009 mengalami pertumbuhan negatip kemudian di tahun 2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan positip dan kemudian pertumbuhan negatip di tahun 2012.
188
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
Ribu US$ Ton
10,000,000 8,000,000 6,000,000
2009
2010
2011
Tahun
2012
Volume ekspor Gambar 2. : Volume ekspor
Bila dilihat menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor Sumatera Utara periode 2012 dan 2011 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun 2010. Ekspor Sumatera Utara sampai saat ini masih didominir oleh sektor industri yang kontribusinya sebesar 73,76 persen dari total ekspor Sumut. Komoditi utama yang diekspor adalah lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, kopi, teh dan rempah-rempah, berbagai produk kimia, tembakau, kakao/coklat, ikan dan udang, kayu, barang dari kayu, sabun dan preparat, pembersih dan alumunium. Tanaman Palawija juga menjadi salah satu andalan ekspor. Terdapat 2 (dua) unggulan di provinsi ini untuk sektor pertanian yaitu sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk sub sektor perkebunan terdapat 5 (lima) komoditi unggulan, antara lain kakao, karet, kelapa sawit, kopi dan tebu. Sedangkan dari sub sektor perikanan. Akan tetapi dikarenakan kelesuan ekonomi dunia dan ditambah lagi oleh krisis keuangan di Amerika Serikat berdampak terhadap perekonomian nasional, maka terjadi penurunan terhadap permintaan ekspor barang-barang di Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara mempunyai unggulan untuk perikanan laut dan budidaya. Sebagai pendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki 4 (empat) kawasan
industri yaitu Kawasan Industri Medan,
Medan Star Industrial estate, Binjai dan
Pulahan Seruai Industrial Estate dengan
dukungn sarana perhubungan yang
memadai berupa pelabuhan laut sebanyak
22 (dua puluh dua) pelabuhan dan 7 (tujuh)
Bandar Udara baik nasional maupun
perintis yaitu Bandara Sibisa, Binaka,
Silangit, Pulau Batu, Aek Gondang, Pinang
Sori, dan BandaraKuala Namu sebagai
bandar udara utama.
Nilai ekspor dan PDRB Sumatera
Utara mengalami penurunan pada tahun
2009.Hal ini merupakan dampak krisis
global yang terjadi pada tahun 2008. Meski
nilai ekspor turun cukup besar tapi masih
menggembirakan
karena
neraca
perdagangan Sumatera Utara tetap surplus
dimana impor hanya US $ 2,67 miliar dan
persentase ekspor terhadap PDRB
mengalami peningkatan dari tahun 2008
menjadi sebesar 30,31persen. Komoditas
yang mengalami penurunan ekspor adalah
karet dan barang dari karet, anjlok 38,42
persen dibanding tahun 2008 sebesar 1,921
miliar US $. Walaupun terjadi penurunan
baik volume maupun nilai ekspor Sumatera
Utara, namun kontribusi ekspor terhadap
PDRB Sumatera Utara terus mengalami
kenaikan dari Tahun 2008 dari 29,83 persen
menjadi 30,31 persen pada Tahun 2009 dan
31,85 persen pada tahun 2010.
20,000,000 10,000,000
0
2009
2010
2011
Tahun
Nilai ekspor Gambar 3. : Nilai ekspor
2012
189
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan tumbuh kuat memenuhi permintaan di negara-negara partner dagang, khususnya untuk komoditi unggulan Sumatera Utara seperti kelapa sawit dan karet dimana direncanakan akan dilakukan peningkatan nilai tambah dengan telah terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangkei sebagaimana amanat Peraturan pemerintah No. 29 tahun 2012.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei merupakan suatu bentuk pemusatan aktivitas ekonomi yang cenerung berlokasi pada suatu lokasi yang akan memberikan dampak ekonomi yang besar dan sekaligus memberikan dampak kepada wilayah sekitar (hinterland). KEK Sei Mangkei yang merupakan implementasi dari proyek MP3EI sebagai program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia, maka aktivitas ini akan memberikan dampak ganda (regional impact) tidak hanya terhadap ekonomi wilayah dimana proyek tersebut dijalankan akan tetapi juga berdampak terhadap makro ekonomi wilayah Sumatera Utara bahkan terhadap ekonomi Indonesia secara utuh dan menyeluruh.
Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi di atas makin menimbulkan keharusan bagi tiap ekonomi, sektor dan perusahaan untuk meningkatkan proses industrialisasi. Kegiatan ekonomi dengan proses industrilisasi mampu mempercepat diversifikasi barang dan jasa dalam kuantitas yang besar dan ketersediaannya. Proses industrialisasi dapat menggerakkan kegiatan di berbagai sektor ekonomi termasuk jasa dan pada akhirnya menuntut ketersediaan prasarana dan sarana yang semakin meningkat kualitas serta sklalanya.
Perubahan Kelembagaan Ke depan : di bawah pelaksanaan
dan pemunculan AFTA sejak tahun 2003, APEC 2010/2020 dan WTO/GATT, bahwa proses industrialisasi, komersialisasi perekonomian yang disertai proses spatial developmentsecara bersama-sama akan menciptakan konfigurasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) yang semakin berubah cepat di masa yang akan datang. Hal ini akan menciptakan
190
lingkungan usaha yang bersifat bergejolak, yang disertai peningkatan jumlah, jenis serta kualitas persaingan dan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan, kelompok industri, sektor-sektor, wilayah-wilayah dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Hal ini akan berlaku baik bagi dimensi barang maupun jasa pada setiap perekonomian. Perubahan konfigurasi SWOT ini akan menimbulkan keharusan pada setiap lembaga termasuk yang bergerak di bidang ekonomi untuk melakukan langkah-langkah penyesuaian ; yang sebagiannya akan menjurus kepada perubahan mendasar. Bersamaan dengan pengurangan tingginya tembok tarif dan non tarif di bidang perdagangan, ketentuan ini akan mengakibatkan munculnya persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan-perusahaan asing dan domestik sampai pada tingkatan terndah.
Transformasi Demografis Berdasarkan beberapa indikator
sosial menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) semakin meningkat, bersamaan dengan ukuran keluarga yang semakin kecil. Tingkat Melek Huruf Kelompok Usia Dewasa (Adult Literacy Rate) telah pula meningkat cepat dan Harapan Hidup Waktu Lahir (Life Expectancy) semakin naik baik pria maupun wanita. Kejadian ini pula menunjukkan adanya kenaikan pada pendatan per kapita yang dibarengi oleh semakin berkurangnya jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan absolut. Pada akhirnya proses transformasi demografi tersebut telah menimbulkan gejala consumer boom, baik di kota maupun di pedesaan. Hal ini terlihat pada peningkatan pada permintaan bagi sandang , pangan perumahan, pendidikan, kesehatan, liburan, bahkan kehidupan kerohanian.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi selama periode tersebut dan status pembangunan manusia tentu saja meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari status menengah bawah menjadi menengah atas. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kondisi kesejahteraan masyarakat pada tahun tersebut bisa dikatakan cukup baik.
Tabel 1 : Perkembangan IPM Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008–
2013
No Tahun
IPM
1. 2009 73,80
2. 2012 74.19
3. 2013 75.13
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara,
Tahun 2013
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)adalah gambaran integral tingkat
pencapaian pembangunan manusia di suatu
daerah sebagai dampak dari kegiatan
pembangunan
yang
dilakukan.Perkembangan IPM memberikan
indikasi peningkatan atau penurunan
kinerja
pembangunan
manusia
daerah.Peningkatan IPM Sumatera Utara
mengindikasikan
bahwa
tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
Sumatera Utara cenderung semakin
membaik sejalan dengan peningkatan
kinerja penyelenggaraan pemerintahan
Sumatera Utara. Perkembangan ini ditandai
dengan bertambahnya usia harapan hidup,
rata-rata lama sekolah dan meningkatnya
konsumsi (daya beli) per kapita masyarakat
Sumatera Utara selama periode tersebut.
Tabel 2 : Indikator Masyarakat Utara
No. Indikator 2010
1. IPM
74,19
Kesejahteraan Sumatera
2011 79,5
Progres 2012
(Triwulan II)
79.5
2.
Pendapatan kapita
per 21,23
4. Rata-rata sekolah
lama 8.85
5. Angka harapan
hidup
69.20
6. Tingkat
Penyerapan
110
Tenaga Kerja
Sumber : BPS
22,43 8,70
72,20 104
23.15 9,02
72,46 na
KESIMPULAN Atas dasar analisis SWOT terhadap
kondisi dan aktivitas wilayah tersebut di atas, maka Sumatera Utara dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Kekuatan
Sektor industri merupakan salah satu leading sectors di daerah ini
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
Pusat perdagangan nasional dan
internasional Indonesia bagian
barat
Daerah yang menjadi sentra bagi
ekspor non migas di Indonesia
bagian barat
Memiliki pelabuhan udara dan laut
yang bertaraf internasional
Letak geografinya berdekatan
dengan sentra industri dan
perdagangan internasional
Pemerintah daerah telah melakukan
kerjasama dengan beberapa negara
terutama ASEAN, IMT GT dan
kota kembar
Tersedianya kawasan industri.
2. Kelemahan
Pendidikan yang masih relatif
rendah dibandingkan dengan
kebutuhan tenaga kerja di sektor
moderen
Infrastruktur yang belum merata,
sehingga pusat-pusat industri
terkonsentrasi pada beberapa
wilayah saja.
Biaya
ekonomi
tinggi
menyebabkan inefisiensi dalam
perekonomian
Terbatasnya pengusaha yang sudah
memperoleh sertifikat ISO
Investasi yang berkembang
cenderung untuk tidak export
oriented
Terbatasnya komoditi unggulan
yang benar-benar diunggulkan
untuk pasar dalam maupun luar
negeri
Iklim usaha yang kondusif masih
sangat diperlukan untuk mendorong
kegiatan investasi
3. Peluang
Kerjasama IMT-GT dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan
arus perdagangan dan investasi dari
kawasan pertumbuhan tersebut.
Ketersediaan
lahan
dan
infrastruktur
memungkinkan
Singapura dan Malaysia
memanfaatkan Sumatera Utara
sebagai daerah industry relocation
4. Ancaman
Meningkatnya impor dan
menurunnya pangsa pasar di negara
mitra dagang utama
191
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Merupakan
daerah
yang
memungkinkan menjadi serbuan
barang konsumsi dari luar
SARAN Agar strategi pembangunan
wilayah dapat berjalan secara dinamis dan berkelanjutan (sustainable), maka harus diperhatikan lingkungan daerah baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi potensi wilayah, keuangan wilayah, komoditas unggulan, aglomerasi industri, pusat pertumbuhan sedangkan aspek eksternal meliputi pengaruh wilayah batas (regional spillover) , kerjasama interregional, perdagangan interregional, pendapatan perkapita luar daerah dan lainlain. Perubahan global yang penting untuk dicermati adalah perubahan teknologi, inovasi, jejaring, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, pergesaran sosial budaya dan perubahan pasar serta membangun regional branded dan iconicon baru untuk memasarkan daerah sekaligus sebagai daya tarik wilayah bagi para investor.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional, 1996/2003, World
Trade Organization Sebagai
Lembaga Pelaksana dalam
Mewujudkan
Liberalisasi
Perdagangan.
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Perkembangan Program CEPT –
AFTA.
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Dinamika Hubungan Perdagangan
Bilateral
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan, Dirjen Perdagangan
Internasional,
1996/2003,
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik
APEC
Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and
Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger
Publisher, New York.
Blair, John P., 1995, Local Economic
Development: Analysis and
Practice, Sage Publication. USA.
Faludi, Andreas, 1978, A Reader in
Planning Theory, Pergamon
Press, Oxford, New York,
Toronto, Paris, Frankfurt.
Fujita, Masahita, 2002, Economics of
Agglomeration: Cities, Industrial
Location and Regional Growth,
Cambridge University Press,
United Kingdom.
Gore, Charles, 1984, Region in Question :
Space, Development Theory and
Regional Policy,Published in USA
by Methuen& Co, Ltd 11 New
Fetter Lane, London.
Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie,
1995, Regional Development :
Theories and Their Application,
New Brunswick, N.J, Transaction
Publischers, USA
Isard, Walter, 1960, Methods of Regional
Analysis, MIT Press, United State
of Amerika.
Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004,
Pembangunan Wilayah :
Perspektif Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek
Pembangunan Regional, ISEI
Bandung, Jawa Barat
__________, 2006, Teori Lokasi,USU
Press, Medan
192