Penentuan Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Palm Kernel Oil (PKO) Di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung – Batu Bara
PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN
KUALA TANJUNG – BATU BARA
KARYA ILMIAH
DICKY KUSDIANDI 092401043
PROGRAM DIPLOMA-III KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN
KUALA TANJUNG – BATU BARA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya
DICKY KUSDIANDI 092401043
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(3)
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK
BEBAS (ALB) PADA PALM KERNEL OIL
(PKO)DIPT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG – BATU BARA
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : DICKY KUSDIANDI
Nomor Induk Mahasiswa : 092401043 Program studi : D3 KIMIA Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATER UTARA Disetujui di
Medan, Juni 2012 Diketahui
Program Studi D III Kimia Industri
Ketua. Dosen Pembimbing,
Dra.EMMA ZAIDAR Nst,M.Si Dra.HERLINCE SIHOTANG M.Si NIP.19551218198712001 NIP :195503251986012002
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua.
Dr.RUMONDANG BULAN, MS NIP.195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN
KUALA TANJUNG – BATU BARA KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebut sumbernya.
Medan, Juni 2012
DICKY KUSDIANDI 092401043
(5)
PENGHARGAAN Bismillahirohmanirrahim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, atas berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada program Diploma III Kimia FMIPA – USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakn Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN dengan judul “PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) PADA PALM KERNEL OIL (PKO).
Karya ilmiah ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang tercinta dan yang tersayang Ayahku El Supena di surga dan mamaku Suriani Sofiasi di rumah dan kakaku Mutiara Dahnia, keluargaku Ir.Paulina, Ir. YohaniI, Elfida, Alfian Anwar, Fahri, Nenenku Tengku Asiah dan keluarga besar di Sumedang.
2. I
memberikan panduan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku ketua Departemen Kimia FMipa USU 4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia F
Mipa USU
5. Seluruh dosen – dosen Kimia F Mipa USU yang telah member ilmu pelajaran. 6. Bapak Janerson Damanik selaku Manager PK Plant di PT. Multimas Nabati
Asahan
7. Seluruh karyawan pabrik kelapa sawit di PT. Multimas Nabati Asahan yang banyak membantu selama praktek kerja lapangan.
8. Teman – teman seperjuangan selama kuliah maupun menjalani Praktek Kerja Lapangan Darna, Didi, Fadli, Harry, Ali, Mahadi, Ariansyah, Said, Yusup, Joel, Mitra, Lisa, Arep dan termasuk anda yang membaca tulisan ini tidak bias di sebuti satu – satu.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan tulisan ini.
(6)
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar air dan analisa kadar asam lemak bebas (ALB) pada palm kernel oil (PKO) Di PT.Multimas Nabati Asahan. Analisa kadar air dengan metode penguapan dan analisa asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi dengan NaOH. Dari hasil analisa diperoleh berturut – turut adalah kadar air 0,22 – 0,29 %, dan kadar ALB adalah 1,34 – 2,37%. Data ini memenuhi standard mutu eksport yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu kadar air 0,5% dan kadar ALB adalah 5 %.
(7)
DETERMINATION OF WATER CONTENT AND FREE FATTY ACIDS (ALB) IN PALM KERNEL OIL (PKO) IN PT MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA
TANJUNG – BATU BARA
ABSTRACT
Analysis has been carried out analysis of water content and free fatty acid levels (FFA) in palm kernel oil (PKO) in PT.Multimas Nabati Asahan. Analysis by the method of
evaporation of water content and free fatty acid analysis performed by the method of titration with NaOH. Analysis of the results obtained respectively - are also the water content from 0.22 to 0.29%, and FFA levels were 1.34 to 2.37%. These data meet export quality standards set by ISO is 0.5% moisture content and FFA content is 5%.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 2
1.3Tujuan 3
1.4Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Tanaman Kelapa Sawit 4
2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit 5
2.1.3 Fraksi TBS dan Mutu Panen 7
2.2 Minyak Kelapa Sawit 9
2.2.1 Standar Mutu 9
2.2.2 Asam Lemak 10
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit 11
2.3.1 Asam Lemak Bebas 11
(9)
2.3.3 Kadar Kotoran 16
2.3.4 Kadar Logam 17
2.4 Beberapa Parameter Penentuan Analisa Minyak Kelapa Sawit 17
BAB 3 METODE PERCOBAAN 20
3.1 Alat 20
3.2 Bahan 20
3.3 Prosedur Kerja 21
3.1 Analisa kandungan Kadar Air 21
3.2 Analisa Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Hasil 22
4.2 Perhitungan 23
4.2.1 Penentuan Kadar air 23
4.2.2 Penentuan kadar Asam Lemak Bebas 24
4.3 Pembahasan 25
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26
5.1 Kesimpulan 26
5.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar air dan analisa kadar asam lemak bebas (ALB) pada palm kernel oil (PKO) Di PT.Multimas Nabati Asahan. Analisa kadar air dengan metode penguapan dan analisa asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi dengan NaOH. Dari hasil analisa diperoleh berturut – turut adalah kadar air 0,22 – 0,29 %, dan kadar ALB adalah 1,34 – 2,37%. Data ini memenuhi standard mutu eksport yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu kadar air 0,5% dan kadar ALB adalah 5 %.
(11)
DETERMINATION OF WATER CONTENT AND FREE FATTY ACIDS (ALB) IN PALM KERNEL OIL (PKO) IN PT MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA
TANJUNG – BATU BARA
ABSTRACT
Analysis has been carried out analysis of water content and free fatty acid levels (FFA) in palm kernel oil (PKO) in PT.Multimas Nabati Asahan. Analysis by the method of
evaporation of water content and free fatty acid analysis performed by the method of titration with NaOH. Analysis of the results obtained respectively - are also the water content from 0.22 to 0.29%, and FFA levels were 1.34 to 2.37%. These data meet export quality standards set by ISO is 0.5% moisture content and FFA content is 5%.
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Tanaman kelapa sawit (elaeis quinensis jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palm yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, psefera dan tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu dura memiliki tempurung yang tebal, jenis psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil persilanagan antara dura dan psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar. Hasil tanaman ini sangat berguna untuk kebutuhan kita dalam sehari-hari.hasil yang diperoleh dari tanaman kelapa sawit dapat digunaklan bahan baku pembuatan minyak goreng, nira, mentega dan lilin. (Ponten, 1996).
Minyak inti kelapa sawit atau yang biasa di sebut dengan Palm Kernel Oil (PKO) di hasilkan dari inti sawit atau bungkil sawit. Minyak ini dapat diperoleh dengan cara pemisahan, pemecahan, pengeringan, penyimpanan. Minyak inti sawit (PKO) memiliki komponen – komponen yang terkandung didalamnya diantaranya adalah asam lemak, kotoran dan air. Komponen ini dapat mempengaruhi dari mutu minyak. Hasil olahan minyak inti sawit ini dikonsumsi sebagai minyak goreng yang digunakan setiap hari. Minyak inti sawit biasanya diolah menjadi minyak goreng putih (minyak curah). Adapun yang menentukan standar mutu untuk minyak ini antara lain asam lemak bebas, kadar air, pengotor, warna dan bilangan peroksida.
(13)
Meningkatnya kadar asam lemak bebas dapat menurunkan kualitas minyak dan hal ini disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa minyak, pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu dan keterlambatan pengangkutan, sehingga mutu minyak inti kelapa sawit yang tinggi akan mempengaruhi kualitas dari minyak, dan kadar asam lemak bebas yang tinggi tidak diinginkan dalam minyak karena dapat merusak mutu minyak dan berpengaruh dalam proses penyimpanannya. Selain asam lemak bebas, kadar air juga dapat mempengaruhi standar mutu dari minyak inti kelapa sawit. Apabila kandungan airnya terlalu tinggi maka kualitas minyak akan menurun sehingga proses penyimpanannya tidak tahan lama akibat adanya proses hidrolisa oleh minyak inti sawit. (Fauzi, 2002).
Dan ada juga kerusakan lemak dan minyak karena adanya aksi enzim di dalam jaringan, biasanya mengandung enzim yang dapat menghidrolisa minyak dan lemak (trigliserida) sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Enzi mini pada umumnya berada dalm bentuk zymogen in aktif.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin menganalisa: Penentuan Kadar Air dan Asam Lemak Bebas (ALB) pada Palm Kernel Oil (PKO) di PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung – Batu Bara.
1.2Permasalahan
1. Berapakah kadar air dan asam lemak bebas pada Palm Kernel Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung – Batu Bara
(14)
2. Apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standart mutu yang ditetapkan oleh pihak Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam PKO dari PT. Multimas Nabati Asahan.
2. Apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan sebagai ilmu yang bermanfaat buat penulis.
2. Dengan mengetahui kadar air dan asalm lemak bebeas yang terkandung dalam palm kernel oil (PKO), pihak perusahaab dapat mengambil langkah - langkah untuk menaikkan kualiatas dan mutu dari PKO itu sendiri.
3. Untuk mengetahui cara dan metode yang baik dalam proses pengolahan sehingga dapat menghasilkan PKO dengan kualitas yang baik.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrian hallet, seorang belgia yang belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikutin oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatra (Deli) dab Aceh. Luas areal perkebunannya berkisar 5.123 Ha. Indonesia mulai mengekspor minyak kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke Negara- Negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diiukuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Memasuki pemerintah orde baru, perkembangan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan msayarakat, dan sebagai sector penghasilan devisa Negara. Pemerintah terus mendorong
(16)
pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luasa lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyatnya. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaanya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan perkebunan semangkin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutyan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. (Hartono, 2007).
2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia ada banyak jenisnya. Varietas tanaman tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe yakni:
1. Dura
Tempurung (cangkang) pada buah sekitar 25-45 % sangat tebal antara 2-8 mm, dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis sekitar 20-65% dan kandungan minyak pada buah rendah.
2. Psifera
Jenis Psifera memiliki tempurung yang tipis, biji yang kecil, daging buah yang tebal, tidak mempunyai cangkang, intinya kecil namun kandungan minyak dalam buah tinggi.
(17)
Tanaman ini tidak bisa digunakan untuk penggunaan komersil tapi jenis ini sering disebut sebagai tanaman betina yang steril. Melalui persilangan antara jenis dura dan psifera dihasilkan jenis ketiga yaitu jenis Tenera.
3. Tenera
Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon ibu dengan Psifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis dan inti yang besar dan kandungan minyak dalam buah tinggi. Ukuran daging buah sekitar 60 - 90%, ketebalan cangkang antara 0.5 - 4 mm. (Risza S, 1993)
Perbandingan penampang dari ketiga jenis kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Perbandingan penampang bagian dari Dura, Tenera, Psifera yang menunjukkan bagian dari ukuran serat, cangkang dan inti. (Fairhurst, T, Hardter, 2003)
(18)
Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal.
Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.
2.1.3 Fraksi TBS dan Mutu Panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak akan di peroleh sangat ditentukan oleh faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB)minyak sawit yang dihasilakan. Apabila pemainan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemaenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang dihasilakn juga rendah. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang
(19)
dipanen. Fraksi fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas mutu minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS tersebut, derajat kematangannya yang baik adalah jika tandan tandan yang dipanen ber4ada pada fraksi 1, 2, dan 3 seperti table di bawah ini:
Tabel 2.1.3 Beberapa tingkatan fraksi TBS
Fraksi Jumlah Berondongan Tingkat Kematangan 00 0 1 2 3 4 5
Tidak ada,buah berwarna hitam 1 – 12,5% buah luar membrondol 12,5 – 25% buah luar membrondol
25 – 50% buah luar membrondol 50 – 755 buah luar membrondol 75 – 100% buah luar membrondol Buah dalam membrondol, ada buah yang
busuk Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II
(20)
2.2 Minyak Kelapa Sawit 2.2.1 Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan standar mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan dya pemucatan. Faktor – faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, plastisitas dan, sifat transparan, kandumngan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor – faktor ini perlu dianalisa untuk mengetahui mutu minyak inti kelapaa sawit.
Tabel 2.2.1 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit Karakterisitk Minyak sawit Minyak inti sawit Keterangan
Asam lemak bebas Kadar kotoran Kadar zat penguap Bilangan peroksida Bilangan iodine Kadar logam(Fe, Cu) Lovibond Kadar minyak Kontaminasi Kadar pecah 5 % 0,5 % 0,5 % 6 meq
44 – 58 mg/gr 10 ppm
1 – 4 - - - 3,5% 0,02% 0,2% 2,2% 10,5-18,5 mg/gr - - 47 % 6 % 15% Maksimal Maksimal Maksimal Maksimal - - - Minimal Maksimal Maksimal (Ketaren, 1986)
(21)
2.2.2 ASAM LEMAK
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum : O
║ R – C - OH
Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh ialah rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. Beberapa asam lemak yang umumnya terdapat sebagai ester dalam tumbuhan atau hewan, tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.2.2 Beberapa Asam Lemak Yang Umum
Nama Rumus Titik lebur (°C)
Asam lemak jenuh Asam butirat Asam kaproat Asam palmitat Asam stearat
Asam lemak tidak jenuh Asam oleat
Asam linoleat Asam linolenat
C3H7COOH
C5H11COOH
C15H31COOH
C17H35COOH
C17H35COOH
C17H31COOH
C17H29COOH
-7,9 -1,5 sampai -2,0 64 69,4
14 -11
(22)
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mempunyai ikatan tunggal atom karbon C , dimana masing masing atom C akan berikatan dengan atom H. Jumlah atom C asam lemak berhubungan erat dengan titik didihnya dan titik cair suatu lemak. Semakin banyak jumlah atom C atau semakin panjang rantai atom asam lemak, titih didih dan titik cair lemak semakin tinggi.
Asam lemak tidak jenuh tata namanya diberikan dengan penggunaan akhiran enoat untuk asam lemak dengan satu ikatan rangkap contohnya oleat, akhiran dienoat untuk asam lemak dengan dua ikatan rangkap contohnya linoleat, akhiran trienoat untuk asam lemak dengan tiga ikatan rangkap contohnya linolenat. (Ponten, 1998)
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan pascapanen atau kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.
2.3.1 Kadar air
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang :erdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah
(23)
yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.
Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (0.15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, di mana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak (ketengikan), akibatnya mutu minyak menjadi turun.
Jika kadar air dalam minyak sawit (0.15%) maka akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut. Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menhambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak. (Gunawan E, 2004)
2.3.2 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak seperti reaksi di bawah ini:
(24)
CH2 - O - C - R
O
O
CH- O - C - R
CH2 - O - C - R
O
CH - OH + R - C - OH
-CH2 - OH
CH2 - OH
O
trigliserida
Minyak sawit Gliserol ALB
asam lemak bebas merupakan indikator mutu minyak, apabila kadar ALB nya tinggi maka mutu minyak akan rendah, demikian apabila kadar ALB nya rendah maka mutu minyak akan tinggi. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan, tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan di panen sampai tandan diolah di pabrik. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. (Tim,Penulis 1997)
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(25)
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
- pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
- keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah - penumpukan buah yang terlalu lama
- proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik. (Tim Penulis PS, 1997)
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Agar ALB minimum, transportasi buah panen harus dilakukan sesegera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukukp matang yang dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3 %. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.
Pemetikan buah sawit di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah,
(26)
pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.
Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung ke dalam keranjang buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefesienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, penumpukkan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pegumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan perlu tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90°C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Darnoko D.S, 2003)
(27)
2.3.3 Kadar Kotoran
Kotoran yang berlebihan mengakibatkan mikroba dalam proses metabolisme (jamur, ragi, dan bakteri) membutuhkan air, senyawa nitrogen, dan garam mineral. Kerusakan minyak oleh mikroba biasanya terjadi pada lemak yang masih berada dalam jaringan dan dalam bahan pangan berlemak. Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat dikatakan steril.
Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba nonphatologi. Umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan warna (discoloration). Bahan pangan berlemak dengan kadar gula yang tinggi lebih mudah ditumbuhi ragi dibandingkan dengan bakteri. Ragi tersebut juga dapat tumbuh dalam larutan garam, asam, dan pada bahan berkadar air rendah. (Ponten, 1998)
2.4. Beberapa Parameter Penentuan Analisa Minyak Kelapa Sawit
Beberapa cara penghitungan dalam menganalisa minyak kelapa sawit sebagai berikut:
1. Penentuan Kadar Air
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena prose salami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(28)
Kadar air =
2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas(ALB)
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam – asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indicator mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan larutan NaOH dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar ALB =
3. Penentuan Bilangan Iod
Bilangan Iod adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak jenuh yang dinyatakan dalam milligram Iodium yang diserap per gram minyak atau lemak. Prinsip bilangan Iod dapat ditentukan dengan cara titrasi yang berdasarkan pada titrasi ion Iodida bebas dengan sodium thiosulfat.
Bilangan Iod=
Keterangan:
N : normalitas larutan standar Na2S2O3 0,1 N
V1 : ml Na2S2O3 pada blanko
(29)
W : Berat contoh (gram)
4. Penentuan Kadar Kotoran
Kotoran yang terdapat dalam minyak adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-Heksan, kadar kotoran yang terdapat dalam minyak atau lemak dapat ditentukan dengan menimbang residu kering.
(30)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan Merek
- Bola Penghisap - Botol Aquadest
- Buret 50 ml Pyrex
- Gelas Beaker 50 ml, 100 ml, 250 ml Iwaki - Labu Takar 50 ml, 250 ml, 1000 ml Pyrex
- Oven
- Pipet Tetes
- Pipet volum 5 ml, 20 ml, 25 ml Pyrex - Penjepit Tabung
- Statif dan klem - Spatula
- Erlenmeyer Pyrex
- Neraca Analitik Mettler
- Gelas ukur Pyrex
3.2 Bahan
- Sampel PKO - Aquadset
(31)
- Alkohol 96% Bratachem - n –heksan Bratachem
- NaoH Bratachem
- Indikator Phenolptalein 1% Bratachem
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Analisa Kandungan Kadar Air
a. Ditimbang sebanyak ± 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110 – 115 ˚C selama 3 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator selama ± ½ jam, setelah didinginkan, Sampel ditimbang dan dicatat beratnya
Dihitung kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Kadar Air = x 100%
Dengan cara yang sama dilakukan prosedur terhadap sampel yang lain. 3.3.2. Analisa Kandungan Asam Lemak Bebas
a. Sampel diaduk kemudian ditimbang sebanyak ± 3,50 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya, kemudian ditambahkan 50 ml alkohol dan 3 tetes indicator phenolptalein 1 %
b. Sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk larutan merah muda (merah rose), dan dicatat volume NaOH yang dipakai.
Dihitung kadar asam lemak bebas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(32)
% ALB = x100%
(33)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Data dari hasil kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air dari PKO pada tanggal 07, 08, 09 Februari 2012 yang diperoleh dari PT.Multimas Nabatai Asahan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air pada Palm Kernel Oil (PKO) di PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN.
NO Tanggal JAM ASAM LEMAK BEBAS (%)
KADAR AIR (%) 1 07 Februari 2012 07:00
17:00 01:00 2,12 2,20 2,11 0,30 0,31 0,28
Rata – Rata 2,14 0,29
2 08 Februari 2012 07:00 17:00 01:00 1,40 1,43 1,47 0,25 0,21 0,22
Rata - Rata 1,43 0,22
3 09 Februari 2012 07:00 17:00 01:00 2,32 2,39 2,41 0,31 0,27 0,21
(34)
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Kadar air
Perhitungan kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% kadar air = x 100%
Contoh: Penentuan kadar air pada tanggal 08 Februari 2012 Dik :
Berat contoh sesudah di oven = 5,0581 gram
Berat Contoh = 5,0708 gram
Maka :
% kadar air = x100%
%kadar air = x100% = 0.97 %
(35)
4.2.2 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
Perhitungan % asam lemak bebeas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%ALB = x 100%
Keterangan :
Berat molekul laurat = 200 V NaOH = Volume titrasi (ml) N NaOH = Normalitas NaOH BM as = Berat molekul asam lemak
Contoh: Penentuan kadar Asam Lemak Bebas pada tanggal 08 Februari 2012 Dik :
Berat molekul laurat = 200 g/mol V NaOH = 2,5 ml
N NaOH = 0,1016 N Berat Sampel = 3,5500 gram Maka :
%ALB = x 100%
= 1,43 %
(36)
4.3 Pembahasan
Penentuan kadar air rata-rata yang diperoleh pada tanggal 07, 08, 09 Februari 2012 adalah 0,22 – 0,29%, sedangkan standar mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia Indonesia (SNI) adalah 0,5%
Penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) rata-rata pada tanggal 07, 08, 09 Februari 2012 adalah 1,43 – 2,37%, sedangkan standar mutu kadar ALB dari PKO yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 5 %.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka kadar asam lemak bebas yang terkandung di dalam PKO memenuhi standar mutu perdagangan yang ditetapkan oleh standart nasional Indonesia (SNI) adalah 5%, dan untuk kadar air juga masih memenuhi standar mutu perdagangan yang ditetapkan oleh standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 0,5%. Hal ini menunjukan bahwa waktu penyimpanan dapat mempengaruhi perubahan kadar asam lemak bebas pada minyak. Selain itu juga disebabkan oleh tempat penimbunannya yang lembab, panas, kadar air inti sawit terlalu tinggi, pemanenan buah yang tidak tepat pada waktunya, keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, penumpukan buah yang terlalu lama, dan adanya proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik.
Reaksi hidrolisa dapat dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin tinggi kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit tersebut.
Kadar asam lemak bebas dan kadar air dapat mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Secara alami air memang terdapat dalam minyak
(37)
sawit. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan karena proses penyimpanan yang terlalu lama dan juga pemanenan buah sawit yang tidak tepat pada waktunya. Peningkatan kadar kotoran dalam minyak sawit dapat disebabkan oleh kerusakan pada buah kelapa sawit, yaitu jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan, tergores atau memar karena benturan.
Kenaikan kadar air dan kotoran sangat berkaitan dengan ALB yang terkandung dalam minyak sawit tersebut. Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada minyak sawit yaitu ketengikan sehingga mutu dari minyak sawit semakin menurun. Untuk itu, pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanana, transportasi dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standar prosedur penyimpanan, transportasi, dan penimbunan minyak kelapa sawit yang mengikat semua pihak yang terlibat dalam perdagangan minyak sawit.
Dari data yang diperoleh selama melakukan analisa, bahwa pabrik sudah melaksanakan prosedur kerja dengan baik, teliti, tepat dan sesuai dengan Standat Operational (SOP) dan Standar Nasional Indonesia yang telah ditentukan.
(38)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Kadar air dan kadar ALB yang dihasilkan dari analisa yang diperoleh berturut – turut adalah 0,22 – 0,29% untuk kadar air dan 1,43 – 2,37 % untuk kadar ALB.
- Kadar air dan ALB yang dihasilkan memenuhi standar mutu perdagangan yang telah ditetapkan oleh standar nasional Indonesia (SNI) yaitu kadar air 0,45% dan kadar ALB 5%.
5.2. Saran
Sebaiknya pabrik melakukan pengolahan setiap hari, karena jika pabrik terlalu sering tidak melakukan produksi, dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) karena terjadi penimbunan yang cukup lama di tangki timbun sehingga menyebabkan mutu CPKO yang akan dipasarkan menjadi tidak baik.
(39)
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko D. S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Fairhust T. H. 2003. Oil Palm: Management for Large and Suitable Yield. Germany: International Potash Institute.
Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.
Mangoensoekardjo. S. 2003. Manajemen Aagrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM-Press
Peodjiadi,A.2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi.Jakarta : UI – Press.
Ponten,M.Naibaho.1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Risza S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
(1)
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Kadar air
Perhitungan kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% kadar air = x 100%
Contoh: Penentuan kadar air pada tanggal 08 Februari 2012 Dik :
Berat contoh sesudah di oven = 5,0581 gram Berat Contoh = 5,0708 gram Maka :
% kadar air = x100%
%kadar air = x100%
= 0.97 %
(2)
4.2.2 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
Perhitungan % asam lemak bebeas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%ALB = x 100%
Keterangan :
Berat molekul laurat = 200 V NaOH = Volume titrasi (ml) N NaOH = Normalitas NaOH BM as = Berat molekul asam lemak
Contoh: Penentuan kadar Asam Lemak Bebas pada tanggal 08 Februari 2012 Dik :
Berat molekul laurat = 200 g/mol
V NaOH = 2,5 ml
N NaOH = 0,1016 N Berat Sampel = 3,5500 gram
Maka :
%ALB = x 100%
= 1,43 %
(3)
4.3 Pembahasan
Penentuan kadar air rata-rata yang diperoleh pada tanggal 07, 08, 09 Februari 2012 adalah 0,22 – 0,29%, sedangkan standar mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia Indonesia (SNI) adalah 0,5%
Penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) rata-rata pada tanggal 07, 08, 09 Februari 2012 adalah 1,43 – 2,37%, sedangkan standar mutu kadar ALB dari PKO yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 5 %.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka kadar asam lemak bebas yang terkandung di dalam PKO memenuhi standar mutu perdagangan yang ditetapkan oleh standart nasional Indonesia (SNI) adalah 5%, dan untuk kadar air juga masih memenuhi standar mutu perdagangan yang ditetapkan oleh standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 0,5%. Hal ini menunjukan bahwa waktu penyimpanan dapat mempengaruhi perubahan kadar asam lemak bebas pada minyak. Selain itu juga disebabkan oleh tempat penimbunannya yang lembab, panas, kadar air inti sawit terlalu tinggi, pemanenan buah yang tidak tepat pada waktunya, keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, penumpukan buah yang terlalu lama, dan adanya proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik.
Reaksi hidrolisa dapat dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin tinggi kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit tersebut.
Kadar asam lemak bebas dan kadar air dapat mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Secara alami air memang terdapat dalam minyak
(4)
sawit. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan karena proses penyimpanan yang terlalu lama dan juga pemanenan buah sawit yang tidak tepat pada waktunya. Peningkatan kadar kotoran dalam minyak sawit dapat disebabkan oleh kerusakan pada buah kelapa sawit, yaitu jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan, tergores atau memar karena benturan.
Kenaikan kadar air dan kotoran sangat berkaitan dengan ALB yang terkandung dalam minyak sawit tersebut. Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada minyak sawit yaitu ketengikan sehingga mutu dari minyak sawit semakin menurun. Untuk itu, pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanana, transportasi dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standar prosedur penyimpanan, transportasi, dan penimbunan minyak kelapa sawit yang mengikat semua pihak yang terlibat dalam perdagangan minyak sawit.
Dari data yang diperoleh selama melakukan analisa, bahwa pabrik sudah melaksanakan prosedur kerja dengan baik, teliti, tepat dan sesuai dengan Standat Operational (SOP) dan Standar Nasional Indonesia yang telah ditentukan.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Kadar air dan kadar ALB yang dihasilkan dari analisa yang diperoleh berturut – turut adalah 0,22 – 0,29% untuk kadar air dan 1,43 – 2,37 % untuk kadar ALB.
- Kadar air dan ALB yang dihasilkan memenuhi standar mutu perdagangan yang telah ditetapkan oleh standar nasional Indonesia (SNI) yaitu kadar air 0,45% dan kadar ALB 5%.
5.2. Saran
Sebaiknya pabrik melakukan pengolahan setiap hari, karena jika pabrik terlalu sering tidak melakukan produksi, dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) karena terjadi penimbunan yang cukup lama di tangki timbun sehingga menyebabkan mutu CPKO yang akan dipasarkan menjadi tidak baik.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko D. S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Fairhust T. H. 2003. Oil Palm: Management for Large and Suitable Yield. Germany: International Potash Institute.
Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.
Mangoensoekardjo. S. 2003. Manajemen Aagrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM-Press
Peodjiadi,A.2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi.Jakarta : UI – Press.
Ponten,M.Naibaho.1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Risza S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.