Analisis Perwilayahan Komoditas Kubis/Kol Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PERWILAYAHAN KOMODITAS KUBIS/KOL

DI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

RICKY HENDRA SIAGIAN 080304088

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PERWILAYAHAN KOMODITAS KUBIS/KOL

DI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

RICKY HENDRA SIAGIAN 080304088

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing, Anggota Komisi Pembimbing,

( DR. Ir. Salmiah,MS )

NIP 1957021719860320001 NIP 1970082720081220001

(Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

RICKY HENDRA SIAGIAN (080304088) dengan judul penelitian

ANALISIS PERWILAYAHAN KOMODITAS KUBIS/KOL DI KABUPATEN KARO. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor kegiatan produksi dari kubis/kol yang menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi daerah basis, lokalita dan spesialisasi suatu wilayah.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena kabupaten karo merupakan salah satu daerah penghasil kubis terbesar di Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan metode analisis Location Quotient, metode koefisien lokalita dan metode analisis koefisien pesialisasi.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ada enam kecamatan yang rata-rata LQ lebih besar dari satu dalam lima tahun terakhir yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe, Simpang Empat, Dolat Rakyat dan Naman Teran. Hasil analisis lokalita menunjukan bahwa tidak terjadi pengumpulan pusat produksi dari komoditas kubis/kol, komoditas tersebut cenderung menyebar di banyak wilayah (kecamatan), hal ini karena nilai koefisien lokalita masing-masing kecamatan selama lima tahun bahwa tidak ada satupun wilayah di Kabupaten Karo berkoefisien sama dengan satu, bahkan nilai koefisien cenderung dibawah nol (-0). Hasil analisis spesialisasi komoditas kubis/kol menunjukan bahwa tidak adanya kegiatan berspesialisasi produksi dari komoditas kubis/kol, hal ini dilihat dari rata-rata selama lima tahun bahwa tidak ada satupun wilayah di Kabupaten Karo berkoefisien sama dengan satu, bahkan nilai koefisien cenderung dibawah nol (-0).

Kata kunci : Kubis/kol, Analisis Location Quotient, Analisis Lokalita, Analisis Spesialisasi


(4)

RIWAYAT HIDUP

RICKY HENDRA SIAGIAN (080304088) dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Oktober 1990 sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari keluarga Bapak Ir.Junior Siagian dan Ibu Elly Suhenni Hutapea.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai beerikut:

1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1996-2002 di SD Negeri 112315 Marbau Selatan.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun 2002-2005 di SMP SW. Katolik Tri Sakti 1 Medan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2005-2008 di SMA Negeri 1 Medan. 4. Melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Reguler Mandiri

(SPMPRM) Tahun 2008 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juli 2012, melakukan Praktek Kerja Lapangan di Desa Rawang Panca Arga, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan.

6. Bulan Maret 2013, melaksanakan penelitian skripsi di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan skripsi yang berjudul ANALISIS PERWILAYAHAN KOMODITAS KUBIS/KOL DI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S, sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen sekaligus Ketua komisi pembimbing Penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan kepada Penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.S, sebagai sekretaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu dalam mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

3. Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada Penulis.


(6)

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa.

5. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.

6. Seluruh instansi, petani dan kepala desa yang terkait dengan penelitian Penulis.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun telah ikut membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Dengan rasa hormat yang sedalam-dalamnya Penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada orangtua Bapak Ir. Junior Siagian dan Ibu E. br. Hutapea atas perhatian, kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil, dorongan dan nasehat yang tiada henti-hentinya kepada Penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adinda Aditya David Siagian, Erick Fernandes Siagian, Harry Iqnatius Siagian, Joshua Septian Siagian yang telah memberikan dukungan, doa dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat meningkatkan kualitas skripsi ini. Akhir kata Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

PENDAHULUAN Latar belakang...1

Identifikasi masalah...6

Tujuan penelitian...6

Kegunaan penelitian...7

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka...8

Landasan teori...13

Kerangka pemikiran...16


(8)

METODE PENELITIAN

Metode penentuan lokasi penelitian...20

Metode penentuan komoditas...20

Metode pengumpulan data...21

Metode analisis data...21

Definisi dan batasan operasional...24

Definisi...25

Batasan operasional...25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Gambaran geografi dan iklim...27

Pemerintahan...28

Kependudukan dan ketenagakerjaan...29

Pertanian...31

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis potensi pertanian hortikultura kabupaten karo...33

Analisis Location Quotient (LQ)...33

Analisis koefisien lokalita (α)...35


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan...39

Saran...40

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Statistik produksi komoditas kubis sumatera utara...20

2. Statistik geografi dan iklim kabupaten karo...28

3. Jumlah dana pembangunan desa menurut penggunaan dan sumber dana...29

4. Indikator kependudukan kabupaten karo...30

5. Ketenagakerjaan kabupaten karo...31

6. Perkembangan produksi buah dan sayur kabupaten karo menurut jenisnya...33

7. Nilai location quotient (LQ) komoditas kubis/kol di wilayah kabupaten karo tahun 2007-2011 berdasarkan jumlah produksi...35

8. Nilai koefisien lokalita komoditas kubis/kol di wilayah kabupaten karo tahun 2007-2011 berdasarkan jumlah produksi...36

9. Nilai koefisien spesialisasi komoditas kubis/kol di wilayah kabupaten karo tahun 2007-2011 berdasarkan jumlah produksi...38


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Data produksi komoditas hortikultura sayuran tahun 2011 di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah produksi (Ton)

2. Data produksi komoditas hortikultura sayuran tahun 2010 di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah produksi (Ton)

3. Data produksi komoditas hortikultura sayuran tahun 2009 di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah produksi (Ton)

4. Data produksi komoditas hortikultura sayuran tahun 2008 di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah produksi (Ton)

5. Data produksi komoditas hortikultura sayuran tahun 2007 di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah produksi (Ton)


(13)

ABSTRAK

RICKY HENDRA SIAGIAN (080304088) dengan judul penelitian

ANALISIS PERWILAYAHAN KOMODITAS KUBIS/KOL DI KABUPATEN KARO. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor kegiatan produksi dari kubis/kol yang menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi daerah basis, lokalita dan spesialisasi suatu wilayah.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), karena kabupaten karo merupakan salah satu daerah penghasil kubis terbesar di Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan metode analisis Location Quotient, metode koefisien lokalita dan metode analisis koefisien pesialisasi.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ada enam kecamatan yang rata-rata LQ lebih besar dari satu dalam lima tahun terakhir yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe, Simpang Empat, Dolat Rakyat dan Naman Teran. Hasil analisis lokalita menunjukan bahwa tidak terjadi pengumpulan pusat produksi dari komoditas kubis/kol, komoditas tersebut cenderung menyebar di banyak wilayah (kecamatan), hal ini karena nilai koefisien lokalita masing-masing kecamatan selama lima tahun bahwa tidak ada satupun wilayah di Kabupaten Karo berkoefisien sama dengan satu, bahkan nilai koefisien cenderung dibawah nol (-0). Hasil analisis spesialisasi komoditas kubis/kol menunjukan bahwa tidak adanya kegiatan berspesialisasi produksi dari komoditas kubis/kol, hal ini dilihat dari rata-rata selama lima tahun bahwa tidak ada satupun wilayah di Kabupaten Karo berkoefisien sama dengan satu, bahkan nilai koefisien cenderung dibawah nol (-0).

Kata kunci : Kubis/kol, Analisis Location Quotient, Analisis Lokalita, Analisis Spesialisasi


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap daerah di Indonesia memiliki wewenang dalam mengatur dan mengembangkan wilayahnya sendiri sesuai dengan perundang-undangan tentang pemerintahan dan otonomi daerah nomor 32 tahun 2004. Selama ini wilayah-wilayah yang tertinggal atau terbelakang mempunyai ketergantungan yang kuat dengan wilayah luar. Suatu wilayah melakukan kegiatan ekonomi untuk menghilangkan keterbelakangan (backwardness) dan mengurangi ketergantungan (dependency) pada wilayah lain. Mereka dituntut untuk menggerakkan sendiri sektor-sektor perekonomian dengan tujuan untuk mengurangi angka pengangguran pada wilayah tersebut, meningkatkan pendapatan masyarakat dan kestabilan harga.

Berdasarkan letak goegrafis dan sumber daya alam maka sektor pertanian di Indonesia memegang peranan yang lebih penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian Indonesia antara lain adalah sebagai sumber devisa negara, sebagai penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku industri, dan penyedia pangan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 237 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Sektor pertanian adalah sektor yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional saat ini. Berdasarkan peranan sektor pertanian saat ini diperlukan pemberdayaan perekonomian melalui sistem agribisnis dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, memenuhi kebutuhan konsumen,


(15)

meningkatkan pendapatan pelaku pertanian, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi pedesaan.

Provinsi Sumatera Utara memiliki 25 kabupaten dan 8 kota. Total luas dataran 71.680 km2 , total kepadatan penduduk 12,98 juta jiwa pada tahun 2010, berada tepat pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Sumatera Utara memiliki sektor-sektor perekonomian dan salah satunya adalah sektor pertanian (peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang sebagian besar dihasilkan ole holtikultura tersebut telah diekspor ke 2005).

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60 ,46%, sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air (0,36%),


(16)

sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan pertambangan sebesar 0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010).

Sektor pertanian yang begitu besar peranannya di Kabupaten Karo yang juga memberikan indikator bahwa diperlukannya penentuan kebijakan ekonomi terutama pada sektor pertanian. Selain itu pengembangan agribisnis juga perlu dilakukan. Pengembangan agribisnis tersebut dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pengembangan ini harus mampu memadukan kegiatan budidaya yang diselaraskan dengan keinginan pasar.

Rata-rata produktivitas komoditas buah-buahan di Kabupaten Karo pada tahun 2008-2010 memperlihatkan perkembangan yang cukup stabil, yaitu jeruk 420,9 kwintal/hektar, alpukat 192 kwintal/hektar, pisang 212,6 kwintal/hektar, marquisa 101,3 kwintal/hektar, durian 309,5 kwintal/hektar, nenas 293,2 kwintal/hektar, kentang 156,8 kwintal/hektar, kol/kubis 360,2 kwintal/hektar, sawi 236,2 kwintal/hektar, wortel 227,2 kwintal/hektar, cabe 89,4 kwintal/hektar, tomat 20,6 ton/hektar (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010).

Kubis/kol merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis/kol dalam meningkatkan pendapatan akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis/kol baru. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengankebutuhan konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhidalam era pasar bebas. Untuk mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis/kol nasionalperlu terus ditingkatkan (Karsinah, dkk, 2002).


(17)

Dari tahun 2008-2010 pertanian hortikultura mengalami pasang surut, dan cenderung berfluktuasi karena minat masyarakat menanam tanaman ini tergantung permintaan pasar dan harga jual petani yang juga tidak pernah stabil. Berikut adalah rataan produksi beberapa tanaman hortikultura di Kabupaten Karo pada tahun 2008-2010 ; jeruk (479.534 ton), alpukat (2.202 ton), pisang (2.715 ton), durian (5.612 ton), marquisa (3.524 ton) dan nenas (94 ton). Untuk sayur-sayuran adalah kentang (42.354 ton), kol/kubis (115.724 ton), sawi (61.166 ton), wortel (35.974 ton), cabe (40.378 ton) dan tomat (40.197 ton) (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2011). Upaya Kabupaten Karo untuk menjadi kawasan agroindustri yang berbasis pada komoditas unggulan dan layak ekspor adalah dengan menentukan komoditas unggulan yang merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komperatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai unggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Di tinjau dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena, 2000).

Salah satu pendekatan basis wilayah dalam pengembangan potensi pertanian di kabupaten adalah dalam satuan wilayah. Satu kecamatan adalah satu wilayah pengembangan yang memiliki keunggulan kompetitif untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis komoditi. Konsentrasi atau pemusatan produksi (aglomerasi)


(18)

komoditas utama di beberapa kecamatan sentra (basis) dengan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung akan mempermudah mengembangkan komoditas-komoditas tersebut. Pengetahuan tentang lokasi–lokasi (kecamatan) basis akan mempermudah kemungkinan pengembangan untuk memenuhi target kenaikan produksi dengan investasi yang lebih efisien.

Berkaitan dengan uraian diatas, optimalisasi potensi wilayah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Karo, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perwilayahan Komoditas Kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara”.


(19)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Wilayah-wilayah atau kecamatan-kecamatan mana sajakah di Kabupaten Karo yang merupakan wilayah basis penghasil kubis/kol tertinggi?

2. Bagaimana karakteristik penyebaran komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo dan apakah mengarah ke asas Lokalita? Bagaimana solusi yang sebaiknya?

3. Bagaimana karakteristik komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo dan apakah mengarah ke asas spesialisasi? Bagaimana solusi yang sebaiknya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis wilayah basis komoditas kubis/kol berdasarkan

produksi di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis penyebaran komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis kekhususan suatu wilayah pada komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.


(20)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai gambaran peluang bisnis bagi para petani dan para pengusaha / investor dalam mengembangkan dan memulai usaha di Kabupaten Karo. 2. Sebagai sumber informasi dan studi bagi pihak-pihak terkait terhadap

pengembangan komoditi unggulan di Kabupaten Karo.

3. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan/kebijakan terkait perencanaan dan pembangunan Kabupaten Karo.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor/komoditas yang memiliki keunggulan/kelemahan yang ada di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor/komoditas yang memiliki keunggulan, memiliki potensi yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor/komoditas lain untuk berkembang (Tarigan, 2005).

Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan. Setiap wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor tersebut memiliki keunggulan untuk dikembangkan (Samuelson, 1997).

Basis ekonomi adalah ekonomi yang berdasarkan pada pandangan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari suatu wilayah dan mengelompokkan kegiatan ekonomi kepada kegiatan basis dan kegiatan non basis. Untuk mendorong pertumbuhan suatu


(22)

wilayah, perlu didorong pertumbuhan sektor basis karena akan mendorong pertumbuhan sektor non basis (Tarigan, 2005).

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di Indonesia bekerja dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menunjukkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, 2002).

Pemerintah daerah perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi tersebut haruslah basis dan memiliki potensi untuk dipasarkan keluar wilayah tersebut atau jika memungkinkan diekspor dimasa yang akan datang (Tarigan, 2005).

Dalam konteks teori produksi kaitannya dengan pertanian, faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya produksi adalah faktor alam (tanah) atau biasa disebut lahan, modal, dan tenaga kerja, selain itu juga faktor manajemen juga berperan dalam pengelolaan sumberdaya produksi pertanian (Mubyarto, 1994).

Di tinjau dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena, 2000).


(23)

Indonesia kaya akan komoditas hortikultura yang dapat dikembangkan di setiap kabupaten dan produsen hortikultura umumnya relatif luas. Begitu pula halnya dengan kebutuhan konsumsi sayuran dan buah di setiap kabupaten yang sangat beragam menurut jenis komoditas, kualitas dan segmen pasar. Pada masa otonomi daerah setiap kabupaten memiliki kemandirian yang luas dalam merumuskan kebijakan pembangunannnya, termasuk pemilihan komoditas yang akan dikembangkan di kabupaten yang bersangkutan. Permasalahannya adalah haruskah setiap kabupaten mengembangkan seluruh jenis komoditas hortikultura yang dibutuhkan di kabupaten yang bersangkutan (Irawan, 2003).

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan tanaman biofarmaka) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (Kementerian Pertanian, 2011).

Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman biofarmaka) merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani skala kecil, menengah dan besar dengan keunggulan berupa nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Produk hortikultura dalam negeri saat ini telah mampu memasok kebutuhan


(24)

konsumen dalam negeri melalui pasar tradisional dan pasar modern serta pasar luar negeri (Kementerian Pertanian, 2011).

Komoditas tanaman hortikultura memiliki volume permintaan yang relatif stabil namun perubahan-perubahan harga sering terjadi sehingga menyebabkan penerimaan di tingkat petani menjadi berkurang, hal ini dikarenakan dari ketidakmampuan produsen (petani) dalam mengatur penawarannya yang sesuai dengan kebutuhan permintaan pasar (Hastuti, 2004).

Potensi komoditas hortikultura juga sangat besar dilihat dari adanya kecenderungan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap sayur dan buah-buahan yang seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Sementara itu dari sisi produksi, potensi komoditas hortikultura masih bisa ditingkatkan baik dari sisi ketersediaan lahan, teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahannya (Irawan, 2003).

Kabupaten Karo merupakan penghasil komoditas sayur-sayuran terbesar di Sumatera. Hasil penelitian (Saptana, dkk, 2004) bahwa Kabupaten Karo adalah daerah penghasil utama sayur-sayuran di Sumatera, bahkan luas lahan tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Karo adalah 15,7 persen lebih besar dari total luas tanaman sayur-sayuran seluruh Sumatera.

Untuk produksi tanaman hortikultura di Kabupaten Karo ada enam jenis buah-buahan yang produksinya tertinggi diantara buah-buah lainnya ; jeruk (565.38 ton), alpukat (1.155 ton), pisang (3.092 ton), durian (4.831 ton), marquisa (5.522 ton) dan nenas (278 ton). Untuk sayur-sayuran yang adalah kentang (38.819 ton), kol/kubis (95.383ton), sawi (57.259 ton), wortel (24.684 ton), cabe


(25)

(37.276 ton) dan tomat (45.464 ton). (Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Karo, 2011).

Zaini (2007), dalam hasil penelitiannya tentang penentuan komoditi basis sub sektor pangan dan hortikultura di Kabupaten Paser, dengan menggunakan analisis LQ. Pada analisis LQ didapat bahwa ada beberapa komoditas basis di beberapa kecamatan yaitu petai, sirsak, manggis, belimbing, melinjo, jeruk, sukun, melon, nangka, yang semuanya bisa dikembangkan di hampir semua kecamatan di Kabupaten Paser.

Dan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulanti (2011) tentang penentuan prioritas komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara : aplikasi analisis LQ dan daya tarik – daya saing menyimpulkan bahwa komoditas unggulan yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan pada beberapa kecamatan adalah mangga, pepaya, jambu air, rambutan, nangka dan duku/langsat.

Analisis LQ (Location Quotient) juga bisa dipakai untuk menentukan koefisien lokasi atas dasar komoditas atau produksi suatu wilayah. Koefisien jenis ini biasa digunakan untuk menentukan apakah komoditas yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak (Nugroho, 2004).

Komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Karo termasuk komoditi unggulan. Kabupaten Karo merupakan wilayah basis komoditas kubis/kol. Pada tahun 2010, produksi kubis/kol di Kabupaten Karo mencapai 133.948 ton.


(26)

Landasan Teori

Pembangunan pertanian erat kaitannya dengan permasalahan wilayah atau regional. Terdapatnya keragaman hayati, iklim, potensi lahan masing-masing wilayah dan keragaman kualitas dan kuantitas manusia antar wilayah merupakan tantangan sekaligus peluang bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perencanaan pembangunan tidak bisa dilakukan secara terpusat ataupun dengan desain kebijakan dan program yang sifatnya umum. Pembangunan pertanian perlu dirancang dengan memperhatikan perencanaan dari daerah dan memperhatikan potensi sumberdaya pertanian secara spesifik terhadap lokasi (Wibowo, dkk, 2006).

Salah satu bentuk kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah yang didasarkan kepada keuntungan kompetitif adalah pengembangan komoditas unggulan. Dalam hal ini, pemerintah mendorong masing-masing wilayah/desa untuk mengembangkan satu atau dua komoditas utama yang mempunyai potensi besar. Melalui kebijakan tersebut diharapkan masing-masing wilayah akan dapat mengembangkan komoditas utama yang mempunyai daya saing tinggi. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era otonomi daerah untuk menghadapi persaingan sesama wilayah, tapi juga penting dalam menghadapi persaingan ditingkat global. Jika memiliki daya saing yang kuat, maka pemasaran produk akan semakin terjamin dan pengembangan ekonomi wilayah yang bersangkutan secara bertahap akan dapat ditingkatkan (Sjafrijal, 2008).

Pembangunan ekonomi Lokalita yang menyandarkan kepada basis ekonomi lokalitas yang tidak terlepas dari adanya pemanfaatan dan pemberdayaan


(27)

sumberdaya lokal akan mempercepat terjadinya pembangunan ekonomi lokal suatu wilayah (Blakely dalam Dartavia, 2003).

Fungsi koefisien Lokalita adalah melihat ada atau tidaknya pemusatan kegiatan pertanian di suatu wilayah, sehingga dapat diketahui apakah suatu komoditas produksinya terpusat pada suatu kecamatan atau tersebar di beberapa kecamatan.

Adanya penetapan lokasi untuk kegiatan pertanian sangat tergantung kepada input produksi dan keberadaan pasar untuk output. Jadi, besarnya permintaan pasar terhadap komoditas dan ketersediaan faktor-faktor produksi seperti modal, lahan dan tenaga kerja adalah faktor penentu utama dari lokasi produksi. Identifikasi nilai koefisien masing-masing komoditas akan dapat memprediksi lokasi potensial untuk pengembangan kegiatan pertanian tersebut. Selain itu juga bisa memperkirakan faktor-faktor lokasi yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu komoditas di wilayah tertentu (Dartavia, 2003).

Location Quotient (LQ) adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Teknik Location Quotient merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Location Quotient mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Location Quotient ialah suatu metode yang didasarkan pada teori basis ekonomi untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu region (kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan secara provinsi/nasional atau menghitung perbandingan antara share


(28)

output sektor i di kabupaten terhadap share output sektor i di provinsi. (Rusastra dkk, 2000)

Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, begitu juga dengan metode Location Quotient. Kelebihan metode Location Quotient dalam menganalisis komoditas unggulan yaitu penerapannya yang sederhana, mudah, tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit, memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung serta dapat diterapkan pada data historik untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung. Keterbatasan metode Location Quotient antara lain diperlukan akurasi data untuk mendapatkan hasil yang valid. Selain itu pada saat deliniasi wilayah kajian untuk menetapkan bahasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, metode ini tidak memiliki acuan yang jelas oleh karena itu data yang dijadikan sumber penelitian perlu diklarifikasi agar mendapatkan hasil yang akurat. Kelemahan lainnya, dalam menggunakan metode Location Quotient perlu berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa, bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional dan tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.

Analisis koefisien spesialisasi merupakan metode analisis modifikasi dari analisis Location Quotient yang dapat menunjukkan ada atau tidaknya spesialisasi kegiatan pertanian di suatu wilayah. Selain itu juga dengan koefisien spesialisasi dapat diperoleh kejelasan tentang tingkat spesialisasi komoditas basis pertanian di wilayah tersebut.

Kecamatan yang bernilai spesialisasinya lebih tinggi daripada kecamatan lain dalam memproduksi suatu jenis komoditas dapat dinyatakan bahwa


(29)

kecamatan tersebut memiliki keunggulan dalam memproduksi komoditas tersebut dan nilai koefisien spesialisasi juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah dalam memproduksi komoditas pertanian (Dartavia, 2003).

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini ada dua tahap penelitian dan tahap pertama adalah menganalisis potensi pertanian hortikultura Kabupaten Karo yang bertujuan untuk melihat seberapa besar potensi pertanian hortikultura komoditas kubis/kol masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo. Selain itu pada tahapan ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran komoditas unggulan kubis/kol masing-masing wilayah di Kabupaten Karo.

Potensi pertanian hortikultura komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo akan dianalisis dengan metode LQ (Location Quotient). Analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu, dimana pada dasarnya teknik analisis ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor didaerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Warpani dalam Endro, 2008).

Analisis LQ (Location Quotient) juga bisa dipakai untuk menentukan koefisien lokasi atas dasar komoditas atau produksi suatu wilayah. Koefisien jenis ini biasa digunakan untuk menentukan apakah komoditas yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak (Nugroho, 2004).

Tahapan berikutnya adalah menganalisis penyebaran budidaya komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo dengan menggunakan analisis Lokalita dan


(30)

kemudian menggunakan analisis koefisien spesialisasi yang umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi (kekhususan) suatu wilayah/kecamatan pada suatu komoditas hortikultura di Kabupaten Karo (Warpani dalam Endro, 2008). Dan Dalam bentuk diagram kerangka pemikiran seperti tersaji pada gambar 1 :


(31)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Pengaruh : Hasil

Penyebaran

Sub Sektor Hortikultura Potensi Wilayah Kabupaten

Karo

Penentuan Daerah Basis Kubis/kol

Memusat Menyebar Daerah Basis Daerah Non Basis

Kekhususan


(32)

Hipotesis Penelitian

1. Wilayah-wilayah atau kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karo merupakan daerah basis.

2. Penyebaran komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo tergolong memusat. 3. Spesialisasi komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo mengarah ke asas


(33)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Wilayah penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara yang terdiri 17 Kecamatan yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe, Simpang Empat, Payung, Munte, Tigabinanga, Juhar, Kutabuluh, Mardinding, Berastagi, Merek, Laubaleng, Dolat Rakyat, Naman Teran, Merdeka dan Tiga Nderket. Kabupaten Karo adalah salah satu wilayah di Sumatera Utara yang memiliki potensi di sektor pertanian dengan komoditas hortikultura. Selain itu komoditas yang dihasilkan umumnya juga sudah berbasis ekspor sehingga wilayah ini memiliki prospek yang bagus dari segi pembangunan ekonomi wilayah.

Adapun data statistik produksi komoditas kubis di Sumatera Utara seperti tersaji di Tabel 1.

Tabel 1. Statistik Produksi Komoditas Kubis Sumatera Utara

No. Kab/Kota Produksi

(ton)

Share Provinsi (%)

1 Simalungun 84.962 48.95

2 Karo 69.364 39.96

3 Dairi 11.492 6.62

4 Humbang Hasundutan 4.867 2.80

5 Samosir 1.720 0.99

6 Lainnya 1.160 0.67

Sumatera Utara 173.565 100.00

Sumber: Basis Data Statistik Pertanian, PUSDATIN

Metode Penentuan Komoditas

Penentuan Komoditas pada penelitian ini adalah dengan mengambil komoditas tanaman hortikultura jenis sayur (kubis/kol) yang terdapat di


(34)

Kabupaten Karo akan dijadikan sampel penelitian. Pemilihan komoditas didasarkan pada tingkat produksi yang merupakan komoditas unggulan dan komoditas yang dijadikan sampel merupakan komoditas yang berdasarkan pada proses budidaya dan bukan tumbuh liar didalam hutan. Komoditas yang diteliti adalah kubis/kol.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian maupun instansi terkait dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 - 2011.

Metode Analisis Data

Ada tiga analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama adalah metode analisis location quotient (LQ), metode analisis koefisien lokalita, dan metode analisis koefisien spesialisasi.

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Metode analisis pertama yang akan digunakan adalah metode analisis Location Quotient dengan tujuan menganalisis apakah komoditas kubis/kol yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Yang dimaksud dengan wilayah basis adalah wilayah yang telah mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan surplus produksinya mampu dijual diluar wilayah tersebut.


(35)

Analisis koefisien lokasi (Location Quotient) adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi (Hood, 1998).

Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).

Dalam penelitian ini analisis LQ berfungsi untuk melihat wilayah basis dan bukan basis komoditas kubis/kol pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo. Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Teknik ini membandingkan antara kemampuan suatu wilayah/kecamatan dalam menghasilkan suatu komoditas dengan wilayah/kecamatan lain yang merupakan penghasil komoditas yang sama. Analisis LQ (Location Quotient) juga bisa dipakai untuk menentukan koefisien lokasi atas dasar komoditas atau produksi suatu wilayah. Koefisien jenis ini biasa digunakan untuk menentukan apakah komoditas yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak.

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam


(36)

penetapan sektor (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Studi tentang perubahan peran kacang kedelai dalam sistem pangan di China yang membahas aspek produksi, pengolahan, konsumsi dan perdagangan, salah satu alat analisisnya menggunakan pendekatan LQ (Aubert dan Zhu, 2002). Demikian juga di Indonesia, misalnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dalam membahas sistem komoditas kedelai juga menggunakan model LQ ini (CGPRT, 1985).

Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor). Rumus Location Quotient / LQ:

LQ =

����� �

=

���� ��� (Nugroho, 2004)

Dimana :


(37)

Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten (ton).

N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten (ton). Apabila didapat nilai LQ > 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas basis pada suatu wilayah/kecamatan. Dan hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut cukup menonjol di Kabupaten Karo dan memungkinkan bagi kecamatan tersebut untuk mengekspor komoditas unggulannya keluar wilayahnya. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas non basis.

2. Analisis Koefisien Lokalita (ά)

Analisis koefisien lokalita digunakan untuk mengetahui angka penyebaran budidaya komoditas hortikultura di suatu wilayah, sehingga dapat diketahui tingkat konsentrasi atau pemusatan produksi (aglomerasi).

Rumus Koefisien Lokalita (ά):

ά =

����

-

(Warpani dalam Endro, 2008). Dimana :

Si = Jumlah (produksi) komoditas i pada tiap kecamatan (ton). S = Jumlah (total produksi) hortikultura tingkat kecamatan (ton). Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten (ton).

N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten (ton). Angka ά = 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura memusat, sedangkan ά< 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura menyebar.


(38)

3. Analisis Koefisien Spesialisasi (β)

Analisis koefisien spesialisasi umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi (kekhususan) suatu wilayah pada suatu komoditas hortikultura.

Rumus Koefisien Spesialisasi (β):

β

=

��

-

��

(Warpani dalam Endro, 2008). Dimana :

Si = Jumlah (produksi) komoditas i pada tiap kecamatan (ton). S = Jumlah (total produksi) hortikultura tingkat kecamatan (ton). Ni= Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten (ton).

N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten (ton). Nilai β = 1 mengindikasikan suatu wilayah atau kecamatan berspesialisasi pada suatu kegiatan komoditas hortikultura. Sedangkan β < 1 mengindikasikan tidak adanya kegiatan berspesialisasi komoditas hortikultura pada suatu kecamatan.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari bentuk-bentuk kesalahpahaman dan salah pengertian maka akan diuraikan beberapa defenisi dan batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


(39)

Defenisi

1. Analisis LQ adalah teknik analisis untuk mengetahui apakah komoditas kubis/kol yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

2. Wilayah basis adalah wilayah yang telah mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan surplus produksinya mampu dijual diluar wilayah tersebut.

3. Analisis koefisien lokalita digunakan untuk mengetahui angka penyebaran budidaya komoditas hortikultura di suatu kecamatan, sehingga dapat diketahui tingkat aglomerasinya (penyebaran).

4. Analisis koefisien spesialisasi umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi (kekhususan) suatu kecamatan pada suatu komoditas hortikultura.

5. Produksi adalah output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi (ton). Produktivitas adalah rataan hasil produksi per luas lahan (ton / Ha).

Batasan Operasional

1. Sektor ekonomi yang diteliti adalah sektor pertanian sub sektor hortikultura Kabupaten Karo.

2. Data penelitian yang diolah hanya data produksi komoditas hortikultura. 3. Tempat penelitian berada pada 17 Kecamatan yaitu Barusjahe, Tigapanah,

Kabanjahe, Simpang Empat, Payung, Munte, Tigabinanga, Juhar, Kutabuluh, Mardinding, Berastagi, Merek, Laubaleng, Dolat Rakyat, Naman Teran, Merdeka dan Tiga Nderket.


(40)

4. Jenis sayur-sayuran komoditas yang diteliti adalah kubis/kol.


(41)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Gambaran Geografi dan Iklim

Kabupaten Karo sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diapit oleh lima kabupaten dan satu provinsi, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Dairi, Samosir, Simalungun dan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Secara astronomis Kabupaten Karo berada antara 2º50’–3º19’ Lintang Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari total luas Provinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan letaknya yang berada pada jajaran Bukit Barisan maka sebahagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 280 - 1.420 meter di atas permukaan laut, tergolong kedalam daerah beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 18,8ºC sampai dengan 19,8ºC dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66 persen.

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2010 tertinggi pada bulan Nopember sebesar 268 mm dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 64mm, sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 21 hari dan terendah pada bulan Juni sebanyak 7 hari seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Karo

No Uraian Satuan 2010

1 Luas Km2 2.127,25

2 Kelembaban % 84,66

3 Hari hujan Hari 155

4 Suhu udara ºC 18,8 – 19,8

5 Letak di atas permukaan laut M 120 – 1.240 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011


(42)

Pemerintahan

Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17. Kecamatan tersebut yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe Simpang Empat, Payung, Munte, Tigabinanga, Juhar, Kutabuluh, Mardinding, Berastagi, Merek, Laubaleng, Dolat Rakyat, Naman Teran, Merdeka, dan Tiga Nderket. Hingga saat ini Kabupaten Karo terdiri dari 259 desa dan 10 kelurahan yang tersebar di 17 kecamatan.

Pelaksanaan otonomi daerah memberi ruang kepada setiap daerah untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Karo yang sebagian besar daerahnya masih merupakan pedesaan, memanfaatkan dana yang ada untuk memaksimalkan pembangunan desa. Jumlah dana pembangunan desa menurut penggunaannya seperti terlihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Jumlah dana Pembangunan Desa Menurut Penggunaan dan Sumber Dana (Juta/tahun)

No Uraian Penggunaan Dana / Tahun

2008 2009 2010

1 Prasarana/Sarana Desa 5.950 4.672 4.662

2 PKK - 504 630

3 BOP - 1.897,5 2.790

4 Jumlah Dana Pembangunan

Desa/Kel 5.950 6.575 6.552

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011

Pembangunan sarana dan prasarana desa tetap merupakan prioritas utama disetiap tahunnya karena diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.


(43)

Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba, Mandailing, Jawa, Simalungun dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya (di bawah 5%). Total jumlah penduduk Kabupaten karo pada tahun 2010 adalah 350.960 jiwa dan jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo akhir tahun 2010 adalah 165,03 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Karo, 2011).

Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk perempuan. Hal inidapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainyalebih kecil dari 100. Pada tahun 2010, untuk setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 99 orang penduduk laki-laki.

Berdasarkan data jumlah penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas maka diperoleh rata-rata rasio ketergantungan tiap tahun sebesar 61,06 yang berarti setiap seratus orang usia produktif (15-64 tahun) menanggung 61 orang usia non produktif, yaitu dari usia dibawah 15 tahun kebawah dan 65 tahun keatas seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Indikator Kependudukan Kabupaten Karo 2010.

No Uraian Jumlah

1 Jumlah Penduduk (jiwa) 350.960

2 Laki-laki 174.418

3 Perempuan 176.542

4 Pertumbuhan Penduduk 2000-2010 (%) 2,15%

5 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km) 165,98

6 Sex Ratio (L/P)(%) 98,80%

7 Jumlah Rumah Tangga 94.938

8 Rata-rata ART (Jiwa/RT) 3,70

% Penduduk Kelompok Umur

9 0-14 Tahun 115.365

10 15-64 Tahun 217.906

11 65+ Tahun 17.689


(44)

Komposisi penduduk Karo didominasi oleh penduduk berusia muda. Penduduk usia 0-4 tahun jumlahnya masih tetap lebih besar dari kelompok umur usia yang lebih tua di atasnya. Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah maka jumlah penduduk usia 0-4 tahun akan semakin berkurang.

Dari total penduduk usia angkatan kerja (15 Tahun ke atas), hampir setengah dari jumlah penduduk Kabupaten Karo termasuk dalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami sedikit peningkatan selama tiga tahun terakhir dari 84,99 persen di tahun 2008 menjadi 85,47 persen di tahun 2010.

Pasar tenaga kerja Kabupaten Karo juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia angkatan kerja yang bekerja sebesar 98,45 persen di tahun 2010. Tingkat Pengangguran terlihat semakin menurun selama kurun waktu 2008- 2010. Pada Tahun 2008 tingkat pengangguran sebesar 6,18 persen. Angka ini menurun menjadi 1,55 persen pada tahun 2010 seperti tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Ketenagakerjaan Kabupaten karo 2008-2010.

No Uraian 2008 2009 2010

1 TPAK (%) 84,99 83,93 85,47

2 Tingkat Pengangguran (%) 6,18 2,06 1,55

3 Bekerja (%) 93,82 97,94 98,45

4 Bekerja di Sektor Pertanian (%) 73,95 73,66 72,98 5 Bekerja di Sektor Industri (%) 1,93 0,85 2,74 6 Bekerja di Sektor Jasa (%) 22,51 23,75 24,28 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011

Pilihan kerja disektorpertanian masih menjadi pilihan utama para penduduk di Kabupaten Karo dengan persentase 72,98 persen pada tahun 2010, yang diikuti sektor jasa-jasa dengan persentase 24,28 persen. Sementara pekerja sektor


(45)

industri sebanyak 2,74 persen Tahun 2009 dan hal ini menunjukkan peningkatan perekonomian di Kabupaten Karo merupakan kontribusi dari sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Karo, 2011).

Pertanian

Kabupaten Karo merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu produktivitas tanaman pangan khususnya padi perlu terus ditingkatkan. Produksi padi baik padi sawah maupun padi ladang di Karo mengalami peningkatan dari 109.280 ton tahun 2008 menjadi 132.077 ton pada tahun 2009. Namun di tahun 2010, terjadi penurunan luas panen yang mengakibatkab produksi padi menurun menjadi 105.300 ton.

(Statistik Daerah Kabupaten Karo, 2011).

Perkembangan sub sektor hortikultura Kabupaten Karo yang diusahakan oleh masyarakat berupa tanaman sayuran dan buah-buahan yang meliputi, tomat, kol, kentang, petsai, cabe, buncis, wortel, bawang daun, arcis, jeruk, marquisa, alpokat dan pisang. Dari tahun 2007-2010 mengalami pasang surut, dari tahun ke tahun cenderung ber-fluktuasi karena minat masyarakat menanam tanaman ini tergantung permintaan pasar dan harga jual petani yang juga tidak pernah stabil. Tanaman ini umumnya diusahakan di Kecamatan Simpang Empat, Berastagi, Kabanjahe, Tigapanah, Merek, Barusjahe Naman Teran, Dolat Rayat, dan Merdeka.

Sayur-sayuran merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Karo seperti cabe, kubis/kol, sawi, kentang, tomat dan wortel . dan komoditas buah-buahan di Kabupaten Karo termasuk komoditas unggulan, secara total buah-buahan pada


(46)

tahun 2010, luas panen mencapai 25.850 ha, produksi sebesar 281.651,3 ton sedangkan produktivitas 108,956 kw/ha seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan produksi buah dan Sayur Kabupaten Karo menurut jenisnya tahun 2007-2011 (Ton).

No Komoditas 2007 2008 2009 2010

1 Jeruk 653.622 408.913 413.959 1.437.782

2 Pisang 5.742,7 2.638 2.796 2.713

3 Marquisa 6.879 7.938 3.580 2.581

4 Kubis/Kol 110.335 117.843 95.381 133.948

5 Kentang 34.126 34.255 38.820 53.988

6 Cabe 36.800 37.672 39.505 43.959


(47)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Potensi Pertanian Hortikultura Kabupaten Karo

Analisis potensi pertanian hortikultura dilakukan terhadap komoditas yang dipilih berdasarkan pada tingkat produksi, permintaan masyarakat terhadap komoditas. Komoditas yang dijadikan sampel merupakan komoditas yang berdasarkan pada proses budidaya dan bukan tumbuh liar didalam hutan. Pemilihan pada jenis komoditas yang diteliti adalah jenis sayur-sayuran yaitu kubi/kol.

Kemampuan wilayah dalam menghasilkan komoditas unggulan dianalisis dengan metode LQ (Location Quotient), koefisien Lokalita untuk mengukur angka persebaran budidaya komoditas di suatu kecamatan dan koefisien spesialisasi untuk mengukur tingkat kekhususan suatu kecamatan pada suatu komoditas.

Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu wilayah dalam sektor kegiatan tertentu, dimana pada dasarnya teknik analisis ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di wilayah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Wilayah yang memiliki nilai LQ < 1 bukanlah wilayah basis bagi produksi komoditas tersebut dan wilayah yang memiliki LQ > 1 merupakan wilayah basis bagi produksi komoditas tersebut(Warpani. S ,1984).


(48)

Kubis/kol adalah salah satu komoditas jenis sayur-sayuran unggulan yang perkembangan produksinya stabil pada lima tahun terakhir, dan berikut hasil penelitian komoditas kubis/kol dengan menggunakan analisis LQ pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Location Quotient (LQ) komoditas kubis/kol di wilayah Kabupaten Karo tahun 2007 – 2011 berdasarkan jumlah produksi (Ton).

No Kecamatan Nilai LQ

1 Barusjahe 1,024707

2 Tigapanah 0,987779

3 Kabanjahe 0,99393

4 Simpang Empat 1,232304

5 Payung 0,054236

6 Munte 0,009029

7 Tigabinanga -

8 Juhar -

9 Kutabuluh -

10 Mardingding -

11 Berastagi 0,745521

12 Merek 0,752374

13 Laubaleng -

14 Dolat Rakyat 1,00074

15 Naman Teran 1,21661

16 Merdeka 0,798072

17 Tiga Nderket -

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011 (Data diolah)

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa ada empat kecamatan yang rata-rata nilai LQ lebih besar dari satu dalam data lima tahun terakhir yaitu Barusjahe, Simpang Empat, Dolat Rakyat dan Naman Teran. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut sebagai wilayah basis sekaligus penghasil komoditas unggulan kubis/kol di Kabupaten Karo.


(49)

Analisis Koefisien Lokalita (ά)

Analisis koefisien lokalita digunakan untuk mengetahui angka penyebaran budidaya komoditas hortikultura di suatu wilayah, sehingga dapat diketahui tingkat aglomerasinya (Warpani, 1984). Angka ά = 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura memusat, sedangkan ά < 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura menyebar.

Tabel 8. Nilai Koefisien lokalita (ά) komoditas kubis/kol di wilayah Kabupaten Karo tahun 2007 – 2011 berdasarkan jumlah produksi (Ton).

No Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1 Barusjahe 0.019913 -0.00295 0.006891 -0.0067 -0.01816 -0.0002

2 Tigapanah -0.02369 -0.01618 -0.01815 0.0374 0.012503 0.00162

3 Kabanjahe -0.03303 0.006221 0.000509 -0.00778 0.055168 0.004216

4 Simpang Empat 0.128076 0,094951 -0.01589 0.049966 0.046892 0.060799

5 Payung -0.04168 -0.03937 - - - -0.04052

6 Munte - - - -0.00708 - -0.00708

7 TigaBinanga - - - -

8 Juhar - - - -

9 Kutabuluh - - - -

10 Mardingding - - - -

11 Berastagi -0.02469 -0.01552 -0.01407 -0.03246 0.004233 -0.0165

12 Merek -0.01601 -0.00749 -0.01213 -0.01931 -0.00268 -0.01152

13 Laubaleng - - - -

14 Dolat Rakyat - 0.004324 0.013662 0.009214 -0.01849 0.002177

15 Naman Teran - 0.028096 0.089151 0.058866 0.018613 0.048681

16 Merdeka - -0.03045 0.008949 -0.03431 0.006854 -0.01224

17 Tiga Nderket - - - -

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011 (Data diolah)

Hasil analisis lokalita menunjukkan bahwa tidak terjadi pengumpulan pusat produksi dari komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo. Pola produksi komoditas kubis cenderung menyebar di banyak wilayah (kecamatan). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien lokalita masing-masing kecamatan selama lima tahun bahwa tidak ada satupun kecamatan/wilayah di Kabupaten Karo berkoefisien ά = 1, bahkan nilai ά cenderung dibawah nol (-0) dan hipotesis ditolak.


(50)

Tidak berpusatnya produksi suatu komoditas hortikultura pada wilayah kecamatan tertentu tentunya mempersulit pengembangan komoditas unggulan pada masing-masing kecamatan, namun hal ini juga memiliki keuntungan yaitu mengurangi resiko kegagalan panen akibat serangan hama penyakit, kondisi cuaca yang tidak menentu, ataupun faktor tak terduga lainnya, sehingga seandainya suatu wilayah mengalami kegagalan panen maka dapat ditunjang oleh keberhasilan di wilayah lain.

Analisis Koefisien Spesialisasi (β)

Analisis koefisien spasialisasi umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi (kekhususan) suatu wilayah pada satu komoditas hortikultura (Warpani, 1984). Nilai β = 1 mengindikasikan suatu wilayah atau kecamatan berspesialisasi pada suatu kegiatan komoditas hortikultura. Sedangkan β < 1 mengindikasikan tidak adanya kegiatan berspesialisasi komoditas hortikultura pada suatu kecamatan.


(51)

Tabel 9. Nilai koefisien Spesialisasi (β) komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo tahun 2007 – 2011 berdasarkan jumlah produksi.

No Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1 Barusjahe 0.140918 -0.04905 0.096806 -0.03834 -0.10839 0.008391

2 Tigapanah -0.11488 -0.07704 -0.07908 0.096552 0.029805 -0.02893

3 Kabanjahe -0.1056 0.027773 0.002476 -0.02194 0.099505 0.000444

4 Simpang Empat 0.057768 0.056161 -0.02491 0.098251 0.072745 0.052003

5 Payung -0.24229 -0.27919 - - - -0.26074

6 Munte - - - -0.27183 - -0.27183

7 Tigabinanga - - - -

8 Juhar - - - -

9 Kutabuluh - - - -

10 Mardingding - - - -

11 Berastagi -0.1071 -0.05699 -0.04741 -0.10966 0.02076 -0.06008

12 Merek -0.11293 -0.05298 -0.0582 -0.09605 -0.00741 -0.06552

13 Laubaleng - - - -

14 Dolat Rakyat - 0.132083 0.026899 0.047041 -0.04266 0.040841

15 Naman Teran - 0.099524 0.065307 0.063089 0.041686 0.067402

16 Merdeka - -0.09245 0.037432 -0.11677 0.013704 -0.03952

17 Tiga Nderket - - - -

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011 (Data diolah)

Hasil analisis koefisien spesialisasi komoditas kubis/kol menunjukkan bahwa tidak adanya kegiatan berspesialisasi produksi dari komoditas kubis/kol di tiap kecamatan Kabupaten karo. Pola produksi cenderung terbagi kepada beberapa komoditas di masing-masing kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata selama lima tahun bahwa tidak ada satupun kecamatan/wilayah yang berkoefisien β = 1, bahkan nilai β cenderung dibawah nol (-0).

Spesialisasi wilayah memiliki tujuan yaitu menguatkan suatu kecamatan pada hanya satu komoditas unggulan sehingga kecamatan tersebut lebih mudah dalam mengembangkan sektor pertanian hortikultura-nya. Namun untuk menspesialisasikan pada satu jenis komoditas pertanian pada suatu wilayah kecamatan mempunyai banyak tantangan karena suatu wilayah kecamatan sebenarnya tidak hanya membutuhkan satu jenis komoditas saja, tetapi


(52)

memerlukan jenis komoditas lain untuk dibudidayakan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan permintaan masyarakat yang beraneka ragam dan untuk mengantisipasi adanya kegagalan panen pada satu atau lebih jenis komoditas yang diusahakan.


(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada analisis Location Quotient (LQ) komoditas kubis ada empat kecamatan

yang rata-rata nilai koefisien LQ lebih besar dari satu (LQ > 1) dalam data lima tahun terakhir yaitu Barusjahe, Simpang Empat, Dolat Rakyat dan Naman Teran. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut sebagai wilayah basis sekaligus penghasil komoditas unggulan kubis di Kabupaten Karo.

2. Penyebaran lokasi budidaya komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo tidak secara umum mengarah pada asas lokalita karena nilai koefisien lokalita komoditas kubis/kol bernilai kurang dari satu (ά < 1) pada masing-masing kecamatan. Pola produksi komoditas kubis/kol juga cenderung menyebar di banyak wilayah/kecamatan.

3. Kekhususan suatu wilayah pada komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo menunjukkan tidak adanya kegiatan berspesialisasi produksi dari komoditas kubis/kol di tiap kecamatan Kabupaten karo karena nilai koefisien spesialisasi komoditas kubis/kol bernilai kurang dari satu (β < 1). Pola produksi cenderung terbagi kepada beberapa komoditas di masing-masing kecamatan.


(54)

Saran

1. Pengembangan masing-masing wilayah basis komoditas kubis/kol perlu diupayakan untuk meningkatkan perekonomian wilayah masing-masing wilayah basis.

2. Diperlukan sistem budidaya pertanian terpadu sehingga diharapkan mampu meingkatkan produksi kubis/kol dan mendorong terwujudnya budidaya kubis/kol yang terpusat pada wilayah basis (lokalita) dan spesialisasi komoditas kubis/kol pada masing-masing wilayah basis.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010.Profil Pertanian Kabupaten Karo 2010. Kabupaten Karo.

__________________. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011. Kabupaten Karo.

Balitbangsumut. 2005. Kegiatan Diseminasi Mendukung Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara.

Blakely dalam Dartavia, Z. 2003. Analisis Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus :Wilayah Pembangunan Barat Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor.

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.

Dartavia, Z. 2003. Analisis Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus :Wilayah Pembangunan Barat Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor.

Hastuti, E.L. 2004.Kelembagaan Pemasaran dan Kemitraan Komoditi Sayuran. Jurnal Social Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. SOCA. Vol. 4. No. 2. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Hood, R. 1998. Economic Analysis: A Location Quotient. Primer. Principal Sun Region Associates, Inc.

Husodo, SY. 2002, Membangun Kemandirian di Bidang Pangan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional. Makalah Rapimnas Kadin Indonesia, 27-28 Februari, Jakarta.

Irawan, B. 2003.Membangun Agribisnis Hortikultura Terintegrasi dengan Basis Kawasan Pasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

_________. 2003. Agribisnis hortikultura: peluang dan tantangan dalam era perdagangan bebas. Jurnal sosial-ekonomi pertanian dan agribisnis, vol. 3 no. 2 : 107-209. Juli 2003. Fakultas pertanian universitas udayana. Denpasar.

Karsinah, S. Purnomo, Sudjidjo, dan Sukarmin. 2002. Perbaikan Tekstur

Buah Jeruk Siam melalui Hibridisasi. Seminar Hasil Penelitian tahun 2002.


(56)

Kementrian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan

Hortikultura Tahun 2012. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal

Hortikultura 2011. Jakarta Selatan.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Nugroho, S. 2004. Model Ekonomi Basis Untuk perencanaan Daerah.Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 1/ Juli 2004 :23-30. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Rusastra, I.W., Pantjar Simatupang dan Benny Rachman. 2000.

Pengembangan Ekonomi Pedesaan Berlandaskan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Samuelson, Paul A. 1997. Makro-Ekonomi, Edisi Keempatbelas. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Saptana, M dkk. 2004.Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera Utara (KASS). Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Sjafrijal.2008.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang.

Syafaat, N dan Supena Friyatno. 2000. Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian Di Wilayah Sulawesi: Pendekatan Input-Output, Ekonomi Dan Keungan Indonesia, Vol, XLVIII No.4.

Tarigan, R.2005.Ekonomi regional Edisi Revisi. Penerbit bumi aksara, Jakarta.

Warpani dalam Endro, P. 2008. Potensi Wilayah Komoditas Pertanian Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Berbasis Agribisnis Kabupaten Banyumas. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Warpani S. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Wibowo, R dkk. 2006. Konsep dan landasan Analisis Wilayah. Fakultas pertanian Universitas Jember. Bondowoso.

Yulanti, M. 2011. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Buah-Buahan di Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara : Aplikasi Analisis LQ Dan Daya Tarik – Daya Saing. Jurnal Agribisnis Pedesaan Volume 01 Nomor 03 September 2011. Universitas Lambung Mangkura Kalimantan Selatan. Banjarmasin.


(57)

Zaini, A. 2007. Penentuan Komoditi Basis Sub Sektor Tanaman Hortikultura Di Kabupa ten Paser.Universitas Mulawarman. Samarinda.


(58)

LAMPIRAN 1 : Data Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun 2011 Di Kabupaten Karo Berdasarkan Jumlah Produksi (Ton). Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah bawang merah bawang putih bawang

daun kentang kubis sawi wortel cabe tomat buncis lobak kol bunga

kacang

panjang terong labu siam

Barusjahe - - 493 4820 1528 509 431 1610 927 - 1027 - 10 270 11625

Tigapanah - - - 3420 7846 3121 6442 3746 1718 - 2696 - 110 29099

Kabanjahe - - 1083 5458 13050 3028 4095 3609 552 3160 759 2668 - 880 116 38458

Simpang

Empat - - 215 5740 13976 7980 1826 5609 1030 2792 1545 4000 - - - 44713

Payung 51 - - - - 2935 - 5628 5030 853 - - - 78 - 14575

Munte - - - 2537 561 19 - - 52 1732 - 4901

Tigabinanga - - - 1679 69 - - - 1748

Juhar - - - 41 - - - - 50 - - 91

Kutabuluh - - - 6000 - - - 6000

Mardingding - - - 354 - - - - 11 - - 365

Berastagi - - 1026 2634 3686 559 1301 578 2384 747 259 854 - 117 - 14145

Merek 902 50 - 5362 5836 1226 913 2796 6470 1071 281 - - 203 - 25110

Laubaleng - - - 177 - - - - 3 - - 180

Dolat

Rakyat - - 1365 3528 5928 3602 4005 2416 2073 1425 1000 3482 - 1180 62 30066

Naman

Teran - - - 6852 8719 4388 1 2494 6899 777 - 338 - - 504 30972

Merdeka - - 1220 7357 8796 2734 3240 2406 2595 1110 1195 4041 - - - 34694

Tiga

Nderket - - - 513 730 - - - 2 1243 - 2488

Jumlah 953 50 5402 45171 69365 30082 22254 42193 28393 14599 5039 19106 118 5443 1062 289230


(59)

LAMPIRAN 2 : Data Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun 2010 Di Kabupaten Karo Berdasarkan Jumlah Produksi (Ton).

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011

Kecamatan Jenis Komoditas

Jumlah bawang merah bawang putih bawang

daun kentang Kubis sawi wortel

cabe merah

cabe

rawit tomat buncis lobak kol bunga

kacang

panjang terong labu siam

Mardinding - - - 178 77 - - - - 42 - - 297

Lau Baleng - - - 593 797 - - - - 24 - - 1414

Tiga Binanga - - - 486 - - - 486

Juhar - - - 152 - - - 69 - - 221

Munte - - - - 37 - - 2025 - 42 285 - - 60 1041 - 3490

Kutabuluh - - - 3540 - - - 3540

Payung 171 - - - - 3890 - 4359 166 1662 1281 - - - 420 - 11949

Tiganderket - - - 21 - 664 280 3611 26 - - 20 150 - 4772

Simpang Empat - - 285 4996 25932 10531 3898 4083 - 863 8297 3156 6079 - - - 68120

Naman Teran - - 15 15365 43183 25587 1008 10042 113 18770 7921 156 1337 - - 1483 124980

Merdeka - - 5570 4998 6521 3441 6815 1715 211 3425 2317 1318 2982 - 50 - 39363

Kabanjahe - - 2941 4512 12380 5544 7131 1751 130 2093 4336 1708 4231 - 760 8 47525

Berastagi - - 3615 4010 6850 4015 6496 2264 - 4801 1866 1499 3842 - - 389 39647

Tigapanah - - - 6615 19668 4740 14264 2148 601 411 1526 129 1248 - 551 - 51901

Dolat Rayat - - 1583 1749 8644 2422 3633 2175 235 925 1838 983 1541 - 260 248 26236

Merek 685 36 - 8198 5018 1465 1327 2431 - 5211 1591 752 - - 210 - 26924

Barusjahe - - 806 3545 5713 4038 2758 2743 - - 2589 - 762 - 451 - 23405


(60)

LAMPIRAN 3 : Data Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun 2009 Di Kabupaten Karo Berdasarkan Jumlah Produksi (Ton). Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah Bawang Merah Bawang Putih Bawang

Daun Kentang Kubis Petsa/Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 150 1256 2356 1190 1169 41 336 241 - 51 - - 6790

Tigapanah - - 6977 1428 3745 1561 1879 925 722 2724 156 146 1116 510 21889 Kabanjahe - - 1002 1538 4956 2674 965 2513 2007 1310 813 76 1726 36 19616 Simpang Empat - - 1646 4916 13709 10371 4552 4723 5358 7449 2719 159 5255 - 60857 Payung 68 - - - - 3513 3204 1833 1245 - - - 9863

Munte - - - 322 1050 - 323 - - - 1695

Tigabinanga - - - 3648 - - - 3648

Juhar - - - 89 - - - 89

Kutabuluh - - - 3599 - - - 3599

Mardingding - - - 303 - - - 303

Berastagi - - 2602 2320 5742 3243 1185 2839 1267 3501 1,500 255 3536 328 28318 Merek 392 25 - 4820 3816 1360 2288 4632 1409 855 281 - - - 19878

Laubaleng - - - 449 - - - 449

Dolat Rakyat - - 2556 3903 13422 9568 2271 1276 3368 5453 2249 255 3720 401 48442 Naman Teran - - - 16052 41077 26014 10828 24700 9478 1176 - 89 790 - 130204 Merdeka - - 1272 2587 6558 3021 1121 1236 1299 1976 500 - 3014 218 22802 Tiga Nderket 9 - - - 905 1734 168 - - - - 2816

Jumlah 469 25 16205 38820 95381 62837 39505 46452 26980 24685 8218 1031 19157 1493 381258


(61)

LAMPIRAN 4 : Data Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun 2008 Di Kabupaten Karo Berdasarkan Jumlah Produksi (Ton). Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah Bawang Merah Bawang Putih Bawang

Daun Kentang Kubis Petsa/Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 143 1845 1699 1092 852 - 841 236 - 123 246 - 7077

Tigapanah - - 2194 3050 5248 1048 2242 1230 998 3327 379 679 3023 1327 24745

Kabanjahe - - 929 1869 8365 2302 2758 2702 1722 2720 1120 210 1700 - 26397

Simpang Empat - - 8035 11585 68792 24858 11240 12420 14685 17478 14438 1180 14524 - 199235

Payung 689 - - - 165 2685 8944 1844 2289 - - - 16616

Munte - - - 2981 63 653 - - - 3697

Tigabinanga - - - 850 - - - 850

Juhar - - - 26 - - - 26

Kutabuluh - - - 750 - - - 750

Mardingding - - - 138 - - - 138

Berastagi - - 2550 2650 7450 3990 728 1255 1039 5642 2732 418 3580 60 32094 Merek 468 65 - 3685 3935 695 1333 4832 936 515 200 - - - 16664

Laubaleng - - - 479 - - - 479

Tiganderket 247 - - 27 - 310 734 1265 296 - - - 2879

Naman Teran - - - 4766 12929 4400 1952 4640 1697 615 - 124 1644 500 33267

Merdeka - - 1403 4200 7635 13190 1365 1945 1487 2990 1165 - 3030 411 38821

Dolat Rakyat - - 185 578 1625 399 300 130 172 90 60 19 300 - 3858

Jumlah 1404 65 15439 34255 117843 54969 37672 32326 26815 33613 20094 2753 28047 2298 407593


(62)

LAMPIRAN 5 : Data Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun 2007 Di Kabupaten Karo Berdasarkan Jumlah Produksi (Ton). Kecamatan Jenis Komoditas Jumlah Bawang Merah Bawang Putih Bawang

Daun Kentang Kubis

Petsa/

Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 51 3040 6713 651 2680 - 1483 528 122 108 215 - 15591

Tigapanah - - 1423 3630 3976 2425 2120 1369 915 2575 895 188 1166 2068 22750

Kabanjahe - - 1400 2630 6353 3460 5175 5067 3370 2304 1077 291 3390 - 34517

Simpang Empat - - 7156 20236 84986 33437 13496 18835 15661 20723 15253 977 13861 - 244621

Payung 1681 - - - 899 3036 7985 4167 1214 - - - 18982

Munte - - - 855 155 244 - - - 1254

Tigabinanga - - - 370 - - - 370

Juhar - - - 39 - - - 39

Kutabuluh - - - 1040 - - - 1040

Mardingding 16 - - - 147 - - - 163

Berastagi - - 1309 1684 4643 4088 283 1089 605 6569 2384 160 2620 - 25434 Merek 408 50 - 2906 2765 543 2153 5660 426 595 - - - 140 15646 Laubaleng 60 - - - 457 - - - 517

Jumlah 2165 50 11339 34126 110335 47640 36800 36342 23918 33294 19731 1724 21252 2208 380924


(63)

Sei Bingei

Sei Bingei

Kutam-baru

Selapian Bahorok

Kuala

K

u

ta

li

m

ba

r

u

S

ib

o

la

n

g

it

PETA SITUASI KAWASAN EKOSISTEM LEUSER BLOK KARO LANGKAT


(1)

Kecamatan

Jenis Komoditas

Jumlah bawang

merah

bawang putih

bawang

daun kentang kubis sawi wortel cabe tomat buncis lobak kol bunga

kacang

panjang terong labu siam

Barusjahe - - 493 4820 1528 509 431 1610 927 - 1027 - 10 270 11625

Tigapanah - - - 3420 7846 3121 6442 3746 1718 - 2696 - 110 29099

Kabanjahe - - 1083 5458 13050 3028 4095 3609 552 3160 759 2668 - 880 116 38458 Simpang

Empat - - 215 5740 13976 7980 1826 5609 1030 2792 1545 4000 - - - 44713

Payung 51 - - - - 2935 - 5628 5030 853 - - - 78 - 14575

Munte - - - 2537 561 19 - - 52 1732 - 4901

Tigabinanga - - - 1679 69 - - - 1748

Juhar - - - 41 - - - - 50 - - 91

Kutabuluh - - - 6000 - - - 6000

Mardingding - - - 354 - - - - 11 - - 365

Berastagi - - 1026 2634 3686 559 1301 578 2384 747 259 854 - 117 - 14145

Merek 902 50 - 5362 5836 1226 913 2796 6470 1071 281 - - 203 - 25110

Laubaleng - - - 177 - - - - 3 - - 180

Dolat

Rakyat - - 1365 3528 5928 3602 4005 2416 2073 1425 1000 3482 - 1180 62 30066 Naman

Teran - - - 6852 8719 4388 1 2494 6899 777 - 338 - - 504 30972

Merdeka - - 1220 7357 8796 2734 3240 2406 2595 1110 1195 4041 - - - 34694

Tiga

Nderket - - - 513 730 - - - 2 1243 - 2488

Jumlah 953 50 5402 45171 69365 30082 22254 42193 28393 14599 5039 19106 118 5443 1062 289230


(2)

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2011

Kecamatan

Jumlah bawang

merah

bawang putih

bawang

daun kentang Kubis sawi wortel

cabe merah

cabe

rawit tomat buncis lobak kol bunga

kacang

panjang terong labu siam

Mardinding - - - 178 77 - - - - 42 - - 297

Lau Baleng - - - 593 797 - - - - 24 - - 1414

Tiga Binanga - - - 486 - - - 486

Juhar - - - 152 - - - 69 - - 221

Munte - - - - 37 - - 2025 - 42 285 - - 60 1041 - 3490

Kutabuluh - - - 3540 - - - 3540

Payung 171 - - - - 3890 - 4359 166 1662 1281 - - - 420 - 11949

Tiganderket - - - 21 - 664 280 3611 26 - - 20 150 - 4772

Simpang Empat - - 285 4996 25932 10531 3898 4083 - 863 8297 3156 6079 - - - 68120 Naman Teran - - 15 15365 43183 25587 1008 10042 113 18770 7921 156 1337 - - 1483 124980

Merdeka - - 5570 4998 6521 3441 6815 1715 211 3425 2317 1318 2982 - 50 - 39363

Kabanjahe - - 2941 4512 12380 5544 7131 1751 130 2093 4336 1708 4231 - 760 8 47525 Berastagi - - 3615 4010 6850 4015 6496 2264 - 4801 1866 1499 3842 - - 389 39647

Tigapanah - - - 6615 19668 4740 14264 2148 601 411 1526 129 1248 - 551 - 51901

Dolat Rayat - - 1583 1749 8644 2422 3633 2175 235 925 1838 983 1541 - 260 248 26236

Merek 685 36 - 8198 5018 1465 1327 2431 - 5211 1591 752 - - 210 - 26924

Barusjahe - - 806 3545 5713 4038 2758 2743 - - 2589 - 762 - 451 - 23405


(3)

Kecamatan

Jenis Komoditas

Jumlah Bawang

Merah

Bawang Putih

Bawang

Daun Kentang Kubis Petsa/Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 150 1256 2356 1190 1169 41 336 241 - 51 - - 6790

Tigapanah - - 6977 1428 3745 1561 1879 925 722 2724 156 146 1116 510 21889 Kabanjahe - - 1002 1538 4956 2674 965 2513 2007 1310 813 76 1726 36 19616 Simpang Empat - - 1646 4916 13709 10371 4552 4723 5358 7449 2719 159 5255 - 60857 Payung 68 - - - - 3513 3204 1833 1245 - - - 9863

Munte - - - 322 1050 - 323 - - - 1695

Tigabinanga - - - 3648 - - - 3648

Juhar - - - 89 - - - 89

Kutabuluh - - - 3599 - - - 3599

Mardingding - - - 303 - - - 303

Berastagi - - 2602 2320 5742 3243 1185 2839 1267 3501 1,500 255 3536 328 28318 Merek 392 25 - 4820 3816 1360 2288 4632 1409 855 281 - - - 19878

Laubaleng - - - 449 - - - 449

Dolat Rakyat - - 2556 3903 13422 9568 2271 1276 3368 5453 2249 255 3720 401 48442 Naman Teran - - - 16052 41077 26014 10828 24700 9478 1176 - 89 790 - 130204 Merdeka - - 1272 2587 6558 3021 1121 1236 1299 1976 500 - 3014 218 22802 Tiga Nderket 9 - - - 905 1734 168 - - - - 2816 Jumlah 469 25 16205 38820 95381 62837 39505 46452 26980 24685 8218 1031 19157 1493 381258


(4)

Kecamatan Bawang Jumlah Merah

Bawang Putih

Bawang

Daun Kentang Kubis Petsa/Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 143 1845 1699 1092 852 - 841 236 - 123 246 - 7077

Tigapanah - - 2194 3050 5248 1048 2242 1230 998 3327 379 679 3023 1327 24745 Kabanjahe - - 929 1869 8365 2302 2758 2702 1722 2720 1120 210 1700 - 26397 Simpang Empat - - 8035 11585 68792 24858 11240 12420 14685 17478 14438 1180 14524 - 199235

Payung 689 - - - 165 2685 8944 1844 2289 - - - 16616

Munte - - - 2981 63 653 - - - 3697

Tigabinanga - - - 850 - - - 850

Juhar - - - 26 - - - 26

Kutabuluh - - - 750 - - - 750

Mardingding - - - 138 - - - 138

Berastagi - - 2550 2650 7450 3990 728 1255 1039 5642 2732 418 3580 60 32094 Merek 468 65 - 3685 3935 695 1333 4832 936 515 200 - - - 16664

Laubaleng - - - 479 - - - 479

Tiganderket 247 - - 27 - 310 734 1265 296 - - - 2879

Naman Teran - - - 4766 12929 4400 1952 4640 1697 615 - 124 1644 500 33267

Merdeka - - 1403 4200 7635 13190 1365 1945 1487 2990 1165 - 3030 411 38821

Dolat Rakyat - - 185 578 1625 399 300 130 172 90 60 19 300 - 3858

Jumlah 1404 65 15439 34255 117843 54969 37672 32326 26815 33613 20094 2753 28047 2298 407593


(5)

Kecamatan

Jenis Komoditas

Jumlah Bawang

Merah

Bawang Putih

Bawang

Daun Kentang Kubis

Petsa/

Sawi Cabe Tomat Buncis Wortel Lobak Ercis

Kol Bunga

Labu Siam

Barusjahe - - 51 3040 6713 651 2680 - 1483 528 122 108 215 - 15591

Tigapanah - - 1423 3630 3976 2425 2120 1369 915 2575 895 188 1166 2068 22750 Kabanjahe - - 1400 2630 6353 3460 5175 5067 3370 2304 1077 291 3390 - 34517 Simpang Empat - - 7156 20236 84986 33437 13496 18835 15661 20723 15253 977 13861 - 244621

Payung 1681 - - - 899 3036 7985 4167 1214 - - - 18982

Munte - - - 855 155 244 - - - 1254

Tigabinanga - - - 370 - - - 370

Juhar - - - 39 - - - 39

Kutabuluh - - - 1040 - - - 1040

Mardingding 16 - - - 147 - - - 163

Berastagi - - 1309 1684 4643 4088 283 1089 605 6569 2384 160 2620 - 25434 Merek 408 50 - 2906 2765 543 2153 5660 426 595 - - - 140 15646 Laubaleng 60 - - - 457 - - - 517 Jumlah 2165 50 11339 34126 110335 47640 36800 36342 23918 33294 19731 1724 21252 2208 380924


(6)

Sei Bingei Sei Bingei Kutam-baru

Selapian Bahorok

Kuala

K

u

ta

li

m

ba

r

u

S

ib

o

la

n

g