47
BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN
4.1 Kawasan Penelitian
Daerah penelitian berada di ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yaitu Tapaktuan. Tapaktuan merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yang mudah
ditempuh dari Medan ibu kota Sumatera Utara dan Banda Aceh ibu kota provinsi Aceh, dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus, mini bus, dan taxi.
Disamping itu Tapaktuan juga dapat ditempuh melalui udara dari Medan atau Banda Aceh. Perjalanan yang menarik adalah melalui darat menyelusuri kaki bukit barisan
serta menawarkan sejuta pemandangan indah yang menakjubkan seperti pada Gambar 4.1, dan 4.2.
Gambar 4.1 Tapaktuan di tempuh melalui Banda Aceh
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Tapaktuan di tempuh melalui Medan
4.1.1. Geografis dan administratif Kota Tapak Tuan
Secara geografis kedudukan wilayah Kabupaten Aceh Selatan terletak pada salah satu kawasan andalan pesisir pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh, dimana
sebagian besar kawasan permukiman perkotaannya berbatasan langsung dengan laut dan pesisir pantai Barat-Selatan.
Kabupaten Aceh Selatan terletak pada garis 02 23’ 24”-03
44’ 24” LU dan 96
57’ 36”-97 56’ 24” BT, dengan luas daerah 4.185,56 Km
2
atau 418.556 Ha, dengan batas-batas wilayah adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh
Barat Daya, sebelah Selatan berbatasan dengan kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, dan sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Gambar 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Selatan Sumber: BAPPEDA Kabupaten Aceh Selatan, 2013
Secara administratif Kabupaten Aceh Selatan dibagi menjadi 18 kecamatan dengan jumlah desa 248 yang terdiri dari 43 mukim. Untuk lebih jelasnya
pembagian kecamatan dapat dilihat pada Table 4.1.
Tabel 4.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk
No Kecamatan Luas
Ha Persentase
Desa Jumlah
Penduduk
1 Trumon 44.065
10,23 12
5395 2
Trumon Tengah 43.285
10,05 10
5010 3
Trumon Timur 32.509
7,55 8
10351 4
Bakongan 7.883 1,83
5 10899
5 Kota Bahagia
18.645 4,33
10 4210
6 Bakongan Timur
19.582 4,55
7 5210
7 Kluet Selatan
11.463 2,66
17 12419
8 Kluet Timur
45.992 10,68
7 8565
9 Kluet Utara
7.370 1,71
19 22098
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Lanjutan
No Kecamatan Luas
Ha Persentasi
Desa Jumlah
pendudduk
10 Pasie Raja
10.037 2,33
20 15552
11 Kluet Tengah
78.951 18,33 13 6120
12 Tapaktuan 10.203
2,37 15
22463 13 Samadua
10.666 2,48
28 14421
14 Sawang 19.781
4,59 15
13662 15 Meukek
46.533 10,8
22 18147
16 Labuhanhaji 5.383
1,25 16
11863 17 Labuhanhaji
Timur 9.448 2,19
11 9366
18 Labuhanhaji Barat 8.904
2,07 13
15472 Sumber: Kabupaten Aceh Selatan Dalam Angka Tahun 2012
4.1.2 Topografi dan klimatologi Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari
dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curamterjal Gambar 4.4. Dari data yang diperoleh, kondisi
topografi dengan tingkat kemiringan sangat curamterjal mencapai 63,45, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66 dengan kemiringan lahan dominan
adalah pada kemiringan kemiringan 40 dengan luas 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15 seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada berbagai tingkat
kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat diatas permukaan laut ketinggian 0-25 meter memiliki luas terbesar yakni 152.648 hektar 38,11 dan terkecil adalah
ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar 9,92.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Toprogafi Kota Tapaktuan melalui foto citra satelit quik bird Sumber: BAPPEDA Kab. Aceh Selatan
Sementara itu, sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah jenis
tanah regosol hanya 5,213 ha.
4.1.3 Demografi Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh 60, suku
Aneuk Jamee 30 dan suku Kluet 10. Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana sejak abad ke-15. Walau sudah
Universitas Sumatera Utara
tidak lagi menggunakan sistem adat matrilineal, namun mereka masih menggunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh Bahasa Aneuk Jamee dalam percakapan sehari-
hari. Persebaran penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Persebaran Suku Bangsa di Tapak Tuan
No Suku Bangsa
Kecamatan
1 Suku Aceh
Sawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon
Tengah, dan Trumon Timur
2 Suku Aneuk
Jamee Kluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat,
Labuhan Haji Timur, Samadua, Tapak Tuan 3 Suku
Kluet Kluet Timur, Klut Tengah, Kluet Utara, dan Kluet
Selatan Sumber: BPS Kabupaten Aceh selatan, 2012
4.1.4 Kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Mayoritas penduduk di Tapaktuan beragam Islam, akan tetapi ada sebagian
kecil penduduk yang beragama Kristen dan Budha. Perbedaan keyakinan ini dikarenakan beragamnya etnis yang berdomisili, seperti etnis Cina. Selain suku Aceh
yang mendominasi di Tapaktuan, terdapat juga suku batak, minang, dan jawa, ini menambah keanekaragaman budaya yang ada di Tapaktuan. Kerukunan, gotong-
royong, keramah tamahan masyarakat daerah setempat yang membuat semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi
dengan berbagai perubahan yang begitu cepat. Kondisi ekonomi masyarakat dapat dilihat dari aspek mata pencaharian dan
pendidikan. Kegiatan perekonomian dan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
Universitas Sumatera Utara
bekerja pada pemerintahan dan sebagian kecil mengandalkan sektor pertanian dan kelautan, gambaran ini sesuai dengan keadaan topografi Tapaktuan. Karakteristik
budidaya pertanian yang menonjol adalah pertanian lahan kering dengan budidaya tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Pada pertanian lahan basah hanya
ditanami tanaman pangan yaitu padi, pada pertanian budidaya perkebunan jenis tanaman yang ditanam adalah karet, kelapa, nilam, kelapa sawit, pala, pinang, kopi,
dan lain-lain. Tapi diantara tanaman perkebunan yang dihasilkan, yang sangat baik produksinya adalah tanaman pala, sehingga tak jarang Tapaktuan dijuluki sebagai
Kota Pala. Keanekaragaman yang terdapat di Tapaktuan, bukan hanya dari segi etnis dan
suku penduduknya saja, tetapi dari segi kebudayaan. Tapaktuan juga memiliki banyak kegiatan adat istiadat dan kebudayaan yang sampai saat ini masih rutin dilakukan,
yaitu: Upacara Tulak Bala yaitu, rangakaian upacara adat masyarakat Aceh Selatan yang bermukim di tepi laut atau sepanjang aliran sungai. Upacara ini dimaksudkan
untuk mengusir roh-roh jahat, setan atau jin yang berkeliaran dan bersarang di mana- mana. Masyarakat berbondong-bondong menuju tempat upacara dengan
menggunakan baju baru, membawa makanan dan minuman, serta peralatan yang diperlukan saat bersantai. Sebuah rakit yang terbuat dari pohon pisang dimana telah
terdapat tujuh bungkus nasi putih, seekor ayam putih dan segala macam jenis kue yang dikaitkan di rakit tersebut. Setelah menyanyantap makanan yang dibawa,
seluruh sisa makanan masyarakat dikumpulkan dan diletakkan di atas rakit, dan para masyarakat satu persatu dipercikkan air peusijuk dan rakitpun dihanyutkan ke lautan
Universitas Sumatera Utara
sambil pemimpin upacara adat membaca doa. Dari kejauhan masyarakat tetap melihat rakit yang dihanyutkan terombang-ambing dibuai arus, setiap gerakan rakit
mengandung makna. Setelah rakit di lepas semua masyarakat yang mengikuti upacara harus mandi bersama memebersihkan badan agar semua penyakit larut terbawa arus
lautsungai. Tradisi Makan-makan, yaitu tradisis budaya dilakukan pada saat menyambut
bulan puasa tepatnya sehari sebelum puasa. Tradisi Meugang, adalah tradisi adat Aceh dalam menyambut bulan puasa, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dimana
semua masyarakat pada hari ini memasaka jenis makanan seperti, daging, ayam, ketupat, dan lemang.
Kebiasaan baru yang lagi marak beberapa tahun belakangan ini sejak diberlakukannya syariat Islam di Provinsi Aceh dimana dinas terkait dalam hal ini
adalah Dinas Syariat Islam melakukan razia terhadap masyarakat yang melanggar peraturan syariat Islam yang berlaku, razia dilakukan misalnya bagi kaum wanita
tidak menggunakan jelbab saat keluar rumah, memakai pakaian ketat, memakai celana ketat, sedangkan untuk kaum pria dilarang menggunakan celana pendek di atas
lutut saat keluar rumah, dilarang berdua-duaan bagi pasangan yang bukan muhrim ditempat yang sepi, dilarang membuka toko atau berjualan pada saat shalat jumat, dan
banyak lagi aturan-aturan yang harus ditaati dalam konteks syariat Islam, dan semua aturan yang sudah ada apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan, dan sanksi tersebut bisa berupa hukuman cambuk dan
Universitas Sumatera Utara
kurungan penjara, tapi untuk kasus-kasus tertentu hukuman bisa berupa peringatan saja.
Rencana pengembangan pariwisata di Tapaktuan terus bergulir. Perencanaan demi perencanaan terus dibuat, namun dalam realisasi rencana pengembangan
pariwisata di Tapaktuan masih banyak mengalami hambatan. Salah satunya adalah faktor budaya masyarakat yang berpegang pada syariat Islam. Sebagaimana yang kita
ketahui Provinsi Aceh sudah beberapa tahun belakang menerapkan Syariat Islam, qanun-qanun tentang berbagai bidang dibuat yang mengacu pada penerapan Syariat
Islam di dalamnya. Tapaktuan adalah ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan salah satu dari Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh, yang secara
otomatis juga menerapkan syariat Islam. Sehingga syariat Islam menjadi persoalan tersendiri dalam peningkatan kinerja pariwisata.
Banyaknya peraturan, larangan, serta batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh wisatawan ketika hendak berwisata, menjadikan para wisatawan mengalami
penurunan minat untuk berwisata, khususnya wisatawan dari luar daerah. Hal ini tentu saja kontras dengan karakter kawasan pariwisata yang sangat kental dengan
sifat terbuka tanpa mengenal banyaknya peraturan, batasan, dan larangan-larangan. Disatu sisi, pemerintah mendorong pariwisata sebagai salah satu sektor
andalan kabupaten, dimana pemerintah giat memfasilitasi pengembangan infrastuktur pariwisata diobjek wisata andalan, disisi lain adanya peraturan dan norma-norma
yang harus dipatuhi oleh wisatawan pada saat berwisata.
Universitas Sumatera Utara
Sekilas hal ini tidak tampak kontradiktif, namun ketika kedua aktivitas ini pariwisata dan syariat Islam bertemu di lapangan, maka akan terjadi dilema,
sehingga banyaknya wisatawan khususnya dari luar daerah tidak berminat untuk datang ke kawasan wisata tersebut. Dan ini tentu saja berdampak bagi kinerja
pariwisata yang diharapkan nantinya menjadi salah satu sektor pendukung pembangunan Kota Tapaktuan.
4.2 Potensi Wisata di Tapaktuan