Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Daerah Ciampea Bogor

GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS DAN OTOT
PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus )
DI DAERAH CIAMPEA BOGOR

IVAN MAULANA ERSA
B04104012

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
IVAN MAULANA ERSA. Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot
pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Daerah Ciampea Bogor.
(Di Bawah Bimbingan Bambang Pontjo Priosoeryanto dan Risa Tiuria).
Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) sejak dahulu telah dikonsumsi
manusia. Ikan mujair merupakan ikan yang baik dibudidayakan pada daerah air
hangat. Ikan ini lebih toleran terhadap kadar salinitas, temperatur air yang tinggi,
oksigen terlarut yang rendah, dan konsentrasi amonia tinggi dibandingkan dengan
ikan air tawar lain yang umumnya dibudidayakan. Beberapa penyakit pada ikan

mujair dapat disebabkan oleh agen-agen seperti virus, bakteri, jamur, parasit, serta
toksikan dan defisiensi nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran histopatologi insang, usus dan otot ikan mujair yang berasal dari daerah
Ciampea, Bogor. Sebanyak 12 ekor ikan mujair yang diambil langsung dari kolam
ikan di Ciampea, Bogor digunakan dalam penelitian ini. Pengamatan histopatologi
digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang mungkin terjadi akibat
penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi pada jaringan insang, usus dan otot
dengan metode pewarnaan Haematoksilin dan Eosin. Hasil pengamatan
histopatologi pada insang menunjukkan adanya hiperplasia, fusi, proliferasi sel
goblet, edema, nekrosis epitel lamela insang dan invasi metazoa. Pada otot
umumnya terjadi degenerasi dan nekrosa sel. Pada usus terjadi proliferasi sel
goblet dan nekrosa sel. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat berbagai perubahan histopatologi pada ketiga bagian tubuh ikan
yang diamati dan hal ini kemungkinan disebabkan oleh infeksi mikroba maupun
parasit serta kualitas air kolam atau manajemen pemeliharaan yang kurang baik.

ABSTRACT

IVAN MAULANA ERSA. Histopathology Image Of Gill, Intestine and
Muscle at Mujair Fish (Oreochromis mossambicus) In Ciampea Bogor.

(Under Tuition of Bambang Pontjo Priosoeryanto and Risa Tiuria).
Mujair fish (Oreochromis mossambicus) have been known and used for
human consumption for a long time. They have been good growth in warm-water
aquaculture, more tolerant than most commonly farmed freshwater fish to a range
of salinity, high water temperature, low dissolved oxygen and high ammonia
concentrations. There have several diseases of Mujair fish, mainly those in
aquaculture disease cause by virus, bacteria, fungi, parasites, toxicant as well as
nutrition deficiencies. The aim of the research was to described the
histopathological lesions of gill, intestines and muscle tissue of Mujair fish from
Ciampea, Bogor . Totally of 12 Mujair fish from a fishpond in Ciampea, Bogor
were used. The observation parameters were histopathological lesions that
possibly found due to an infection or non-infection disease in gill, intestines and
muscle tissue using a Haematoksilin and Eosin stain. Result of the study showed
that there were hyperplasia, fussion, proliferation of goblet cells, oedema,
epithelial necrosis and metazoa parasitic infestation in gills lamella.
Degeneration and cells necroses were commonly found in the tissue muscle; while
in the intestines proliferation of goblet cells and cells necrosis were also common.
Based on the result mentioned above, we concluded that there were several types
of histopathological lesions on these three observed organs and these lesions
seem due to infections of microbes and parasites or poorly water quality as well

as mismanagement.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS DAN OTOT
PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus )
DI DAERAH CIAMPEA BOGOR

Oleh :

IVAN MAULANA ERSA
B04104012

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008


LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS
DAN OTOT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis
mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR.

Nama Mahasiswa

: Ivan Maulana Ersa

NRP

: B04104012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1


Dosen Pembimbing 2

drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D
NIP : 131 578 839

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D
NIP :131 690 352

Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini
NIP : 131 669 942

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pamekasan, Madura, Jawa Timur pada
tanggal 3 November 1985. Penulis merupakan anak keempat dari enam

bersaudara dari Bapak Sahuri Abbas dan Ibu Ettin Rochyatini.
Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan SDN selama lima tahun
pertama di SDN Waru Barat 1 Kecamatan Waru dan satu tahun selanjutnya di
SDN Barurambat Kota V Kota Pamekasan pada tahun 1998. Pada tahun 2001
penulis menyelesaikan pendidikan SLTP di SLTP Negeri 1 Kota Pamekasan.
Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pamekasan pada tahun 2004.
Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI pada Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran
Hewan.
Pada tahun 2006 penulis tergabung di Organisasi Eksternal HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat FKH-IPB selama satu tahun menjabat
sebagai Bendahara Umum.
Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana
Kedokteran Hewan diperoleh melalui penelitian selama delapan bulan di Bogor
yang berjudul “Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot pada Ikan
Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Daerah Ciampea Bogor” di bawah
bimbingan drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D dan drh Risa Tiuria,
MS,Ph.D.

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi
Insang, Usus dan Otot pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di
Daerah Ciampea Bogor” dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu terlaksananya tugas akhir ini dan secara
khusus kepada:
1. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto,MS,Ph.D dan drh Risa Tiuria, MS,
Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penulisan skripsi ini.
2. Drh. Kusdiantoro Mohammad, Msi selaku dosen pembimbing akademik
penulis selama menjalani perkuliahan.
3. Bapak, Ibu, kakak-kakak dan adik-adik saya tercinta atas do’a dan
dukungan, kasih sayang dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
4. Teman-teman gila Arios, Dhani, Abhin, Rico, Arie, Yuzar, Bagus buat
persahabatannya selama 4 tahun terakhir.
5. Teman-teman kosan (Bama, Desri, Giono, Faiz dan Taufan) dan
Asteroidea 41.

6. Teman-teman penelitian, teknisi laboratorium Helminthologi, Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner serta
laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan-Institut Pertanian Bogor.
Dan kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penelitian, semoga skripsi
ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca
dan semoga Allah SWT rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

viii


PENDAHULAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang...................................................................................

1

Tujuan Penelitian ...............................................................................

2

Manfaat Penelitian .............................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

3


Ikan Mujair ........................................................................................

3

Perubahan Patologi Umum Ikan ........................................................

5

Gangguan Sistim Sirkulasi Ikan ...................................................

5

Degenerasi Seluler pada Ikan .......................................................

6

Nekrosis Jaringan Ikan .................................................................

7


Gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan Ikan ........................

8

Inflamasi pada Ikan.......................................................................

8

Melano-makrofag Centers (MMCs)...................................................

9

Organ Ikan.........................................................................................

9

Insang ............................................................................................

9

Usus...............................................................................................

11

Otot................................................................................................

12

Penyakit Infeksi pada Ikan .................................................................

14

Infeksi Virus pada Ikan .................................................................

14

Infeksi Bakteri pada Ikan ..............................................................

14

Infeksi Fungi pada Ikan.................................................................

15

Infeksi Protozoa pada Ikan............................................................

16

Infeksi Cacing Parasit dan Arthropoda pada Ikan.........................

16

Penyakit Non-Infeksi ....................................................................

17

MATERI DAN METODE..........................................................................

18

Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................

18

Bahan dan Alat Penelitian ................................................................

18

Metode Penelitian .............................................................................

18

Pembuatan Sediaan Histopatologi ....................................................

19

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

21

Insang.................................................................................................

21

Otot ....................................................................................................

31

Usus ...................................................................................................

38

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

42

Kesimpulan ........................................................................................

42

Saran ..................................................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

43

LAMPIRAN.................................................................................................

49

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1

Perubahan Histopatologi Insang pada Ikan Mujair.........................

22

2

Perbedaan Histopatologi antara Penyakit Insang akibat Bakteri
dan Defisiensi Asam Pantotenat.....................................................

24

3

Perubahan Histopatologi Otot pada Ikan Mujair............................

33

4

Perubahan Histopatologi Usus pada Ikan Mujair...........................

39

Lampiran
5

6

Jumlah Sel Goblet Pada Insang Ikan
Mujair (3 lamela
primer).............................................................................................

52

Jumlah Sel Goblet Pada Usus Ikan Mujair (4x Lapang
Pandang)..........................................................................................

52

GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS DAN OTOT
PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus )
DI DAERAH CIAMPEA BOGOR

IVAN MAULANA ERSA
B04104012

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
IVAN MAULANA ERSA. Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot
pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Daerah Ciampea Bogor.
(Di Bawah Bimbingan Bambang Pontjo Priosoeryanto dan Risa Tiuria).
Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) sejak dahulu telah dikonsumsi
manusia. Ikan mujair merupakan ikan yang baik dibudidayakan pada daerah air
hangat. Ikan ini lebih toleran terhadap kadar salinitas, temperatur air yang tinggi,
oksigen terlarut yang rendah, dan konsentrasi amonia tinggi dibandingkan dengan
ikan air tawar lain yang umumnya dibudidayakan. Beberapa penyakit pada ikan
mujair dapat disebabkan oleh agen-agen seperti virus, bakteri, jamur, parasit, serta
toksikan dan defisiensi nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran histopatologi insang, usus dan otot ikan mujair yang berasal dari daerah
Ciampea, Bogor. Sebanyak 12 ekor ikan mujair yang diambil langsung dari kolam
ikan di Ciampea, Bogor digunakan dalam penelitian ini. Pengamatan histopatologi
digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang mungkin terjadi akibat
penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi pada jaringan insang, usus dan otot
dengan metode pewarnaan Haematoksilin dan Eosin. Hasil pengamatan
histopatologi pada insang menunjukkan adanya hiperplasia, fusi, proliferasi sel
goblet, edema, nekrosis epitel lamela insang dan invasi metazoa. Pada otot
umumnya terjadi degenerasi dan nekrosa sel. Pada usus terjadi proliferasi sel
goblet dan nekrosa sel. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat berbagai perubahan histopatologi pada ketiga bagian tubuh ikan
yang diamati dan hal ini kemungkinan disebabkan oleh infeksi mikroba maupun
parasit serta kualitas air kolam atau manajemen pemeliharaan yang kurang baik.

ABSTRACT

IVAN MAULANA ERSA. Histopathology Image Of Gill, Intestine and
Muscle at Mujair Fish (Oreochromis mossambicus) In Ciampea Bogor.
(Under Tuition of Bambang Pontjo Priosoeryanto and Risa Tiuria).
Mujair fish (Oreochromis mossambicus) have been known and used for
human consumption for a long time. They have been good growth in warm-water
aquaculture, more tolerant than most commonly farmed freshwater fish to a range
of salinity, high water temperature, low dissolved oxygen and high ammonia
concentrations. There have several diseases of Mujair fish, mainly those in
aquaculture disease cause by virus, bacteria, fungi, parasites, toxicant as well as
nutrition deficiencies. The aim of the research was to described the
histopathological lesions of gill, intestines and muscle tissue of Mujair fish from
Ciampea, Bogor . Totally of 12 Mujair fish from a fishpond in Ciampea, Bogor
were used. The observation parameters were histopathological lesions that
possibly found due to an infection or non-infection disease in gill, intestines and
muscle tissue using a Haematoksilin and Eosin stain. Result of the study showed
that there were hyperplasia, fussion, proliferation of goblet cells, oedema,
epithelial necrosis and metazoa parasitic infestation in gills lamella.
Degeneration and cells necroses were commonly found in the tissue muscle; while
in the intestines proliferation of goblet cells and cells necrosis were also common.
Based on the result mentioned above, we concluded that there were several types
of histopathological lesions on these three observed organs and these lesions
seem due to infections of microbes and parasites or poorly water quality as well
as mismanagement.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS DAN OTOT
PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus )
DI DAERAH CIAMPEA BOGOR

Oleh :

IVAN MAULANA ERSA
B04104012

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, USUS
DAN OTOT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis
mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR.

Nama Mahasiswa

: Ivan Maulana Ersa

NRP

: B04104012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1

Dosen Pembimbing 2

drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D
NIP : 131 578 839

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D
NIP :131 690 352

Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini
NIP : 131 669 942

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pamekasan, Madura, Jawa Timur pada
tanggal 3 November 1985. Penulis merupakan anak keempat dari enam
bersaudara dari Bapak Sahuri Abbas dan Ibu Ettin Rochyatini.
Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan SDN selama lima tahun
pertama di SDN Waru Barat 1 Kecamatan Waru dan satu tahun selanjutnya di
SDN Barurambat Kota V Kota Pamekasan pada tahun 1998. Pada tahun 2001
penulis menyelesaikan pendidikan SLTP di SLTP Negeri 1 Kota Pamekasan.
Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pamekasan pada tahun 2004.
Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI pada Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran
Hewan.
Pada tahun 2006 penulis tergabung di Organisasi Eksternal HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat FKH-IPB selama satu tahun menjabat
sebagai Bendahara Umum.
Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana
Kedokteran Hewan diperoleh melalui penelitian selama delapan bulan di Bogor
yang berjudul “Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot pada Ikan
Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Daerah Ciampea Bogor” di bawah
bimbingan drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D dan drh Risa Tiuria,
MS,Ph.D.

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi
Insang, Usus dan Otot pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di
Daerah Ciampea Bogor” dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu terlaksananya tugas akhir ini dan secara
khusus kepada:
1. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto,MS,Ph.D dan drh Risa Tiuria, MS,
Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penulisan skripsi ini.
2. Drh. Kusdiantoro Mohammad, Msi selaku dosen pembimbing akademik
penulis selama menjalani perkuliahan.
3. Bapak, Ibu, kakak-kakak dan adik-adik saya tercinta atas do’a dan
dukungan, kasih sayang dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
4. Teman-teman gila Arios, Dhani, Abhin, Rico, Arie, Yuzar, Bagus buat
persahabatannya selama 4 tahun terakhir.
5. Teman-teman kosan (Bama, Desri, Giono, Faiz dan Taufan) dan
Asteroidea 41.
6. Teman-teman penelitian, teknisi laboratorium Helminthologi, Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner serta
laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan-Institut Pertanian Bogor.
Dan kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penelitian, semoga skripsi
ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca
dan semoga Allah SWT rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

viii

PENDAHULAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang...................................................................................

1

Tujuan Penelitian ...............................................................................

2

Manfaat Penelitian .............................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

3

Ikan Mujair ........................................................................................

3

Perubahan Patologi Umum Ikan ........................................................

5

Gangguan Sistim Sirkulasi Ikan ...................................................

5

Degenerasi Seluler pada Ikan .......................................................

6

Nekrosis Jaringan Ikan .................................................................

7

Gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan Ikan ........................

8

Inflamasi pada Ikan.......................................................................

8

Melano-makrofag Centers (MMCs)...................................................

9

Organ Ikan.........................................................................................

9

Insang ............................................................................................

9

Usus...............................................................................................

11

Otot................................................................................................

12

Penyakit Infeksi pada Ikan .................................................................

14

Infeksi Virus pada Ikan .................................................................

14

Infeksi Bakteri pada Ikan ..............................................................

14

Infeksi Fungi pada Ikan.................................................................

15

Infeksi Protozoa pada Ikan............................................................

16

Infeksi Cacing Parasit dan Arthropoda pada Ikan.........................

16

Penyakit Non-Infeksi ....................................................................

17

MATERI DAN METODE..........................................................................

18

Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................

18

Bahan dan Alat Penelitian ................................................................

18

Metode Penelitian .............................................................................

18

Pembuatan Sediaan Histopatologi ....................................................

19

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

21

Insang.................................................................................................

21

Otot ....................................................................................................

31

Usus ...................................................................................................

38

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

42

Kesimpulan ........................................................................................

42

Saran ..................................................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

43

LAMPIRAN.................................................................................................

49

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1

Perubahan Histopatologi Insang pada Ikan Mujair.........................

22

2

Perbedaan Histopatologi antara Penyakit Insang akibat Bakteri
dan Defisiensi Asam Pantotenat.....................................................

24

3

Perubahan Histopatologi Otot pada Ikan Mujair............................

33

4

Perubahan Histopatologi Usus pada Ikan Mujair...........................

39

Lampiran
5

6

Jumlah Sel Goblet Pada Insang Ikan
Mujair (3 lamela
primer).............................................................................................

52

Jumlah Sel Goblet Pada Usus Ikan Mujair (4x Lapang
Pandang)..........................................................................................

52

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

1

Ikan mujair yang digunakan pada saat Penelitian..........................

4

2

Persebaran Ikan Mujair Di Dunia (Webb et al. 2007)……………

5

3

Histologi Normal Insang Ikan bagian 1…………………………..

10

4

Histologi Normal Insang Ikan bagian 2…………………………..

11

5

Histologi Normal Usus Ikan …………………………………......

12

6

Histologi Normal Otot Ikan………………………………………

13

7

Hiperplasia dan fusi epitel lamela. Pewarnaan HE (Bar = 100
μm)..................................................................................................

23

Clubbing dan fusi lamela sekunder pada ujung filamen insang.
Lamela memanjang dan bengkok serta hemoragi (a). Pewarnaan
HE (Bar = 100 μm).........................................................................

24

Edema filamen (a) dan lamela sekunder (a), serta desquamasi
lamela (c) yang mungkin terjadi akibat zat-zat kimia dan logamlogam berat. Pewarnaan HE (Bar = 60 μm)...................................

25

Hemoragi (a), edema (b), proliferasi sel epitel (c) dan infiltrasi
sel-sel granul eosinofil (d). Pewarnaan HE (Bar = 20 μm)………

27

Monogenea (a) pada insang. Terjadi edema lamela sekunder (b)
dan primer (c), hemoragi (d), proliferasi sel goblet (e).
Pewarnaan HE (A. Bar = 60 μm, B. Bar = 40 μ m)……………...

28

Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang (X). Terjadi
hemoragi (a) dan infiltrasi sel radang (Z), desquamasi lamela (b),
edema filamen (c) dan hipertropi sel (d). Pewrnaan HE (Bar = 20
μm)..................................................................................................

29

8

9

10

11

12

No

Teks

Halaman

13

Myxospora plasmodia di epitel filamen insang (X). Terjadi
infiltrasi sel radang (a) dan proliferasi sel epitel (b). Pewarnaan
HE. (Bar = 20 μm)..........................................................................

30

Teleangiektasis lamela sekunder (a). Ruptur sel tiang lamela
sekunder, edema filamen (b), desquamasi epitel lamela (c) dan
proliferasi sel goblet (d). Pewarnaan HE (Bar = 40 μm)..............

31

Atropi sel otot berwarna lebih merah (a), nekrotik sel (b),
degenerasi vakuola (c). Pewarnaan HE (Bar = 20 μm)..................

33

Degenerasi lemak (b) dan edema (c). Pewarnaan HE (Bar 40 =
μm)..................................................................................................

34

Degenerasi Hialin dan Zenkers (a) pada serabut otot. Pewarnaan
HE (Bar = 40 μm)...........................................................................

35

Edema pada otot berupa rongga antar serabut otot (x). Dislokasi
nukleus (a) dan endomisium (c) pada serabut otot akibat edema.
Pewarnaan HE (Bar = 40 μm)........................................................

35

Gambaran histopatologi jaringan otot yang terinfeksi
Mikrospora. Infiltrasi sel radang dan hemoragi. Pewarnaan HE
(Bar = 20 μm).................................................................................

36

Gambaran histopatologi jaringan otot yang terinfeksi
Mikrospora. Multifokal spora (Gambar B) dan nekrotik jaringan
(Gambar A). Pewarnaan HE (A. Bar = 100 μm, B. Bar = 40
μm)………………………………………………………………..

37

Kongesti pembuluh darah (a), edema submukosa (b) dan
proliferasi sel goblet (c) yang mungkin terjadi akibat trauma.
Pewarnaan HE (Bar = 100 μm)…………………………………..

39

Infiltrasi sel-sel limfoid (a), edema submukosa (b), nekrosa dan
atropi vili usus (x). Pewarnaan HE (Bar = 20 μm)……………….

40

Protozoa pada usus (a). Oocysts bersporulasi pada epitelium.
Terjadi proliferasi sel goblet (b) dan edema (c). Pewarnaan HE
(Bar = 20 μm).................................................................................

41

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

DAFTAR LAMPIRAN
No

Teks

Halaman

1

Teknik Pembuatan Preparat Histologi (Metode Humason
1967)................................................................................................

50

Teknik Pewarnaan dengan Zat Warna Haematoksilin dan Eosin
(Metode Humason 1967)………………………………………….

51

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Budidaya perairan salah satunya adalah budidaya ikan, baik diperairan air
tawar, payau maupun laut. Di tahun 1996, hampir 22 % produksi total ikan dunia
dari 120 juta ton berasal dari budidaya perairan. Data statistik terakhir
menyatakan bahwa 32% produksi total ikan di dunia yang dikonsumsi manusia
berasal dari budidaya perairan (FAO 2003) dalam Bardach (1993).
Pertambahan penduduk dunia meningkatkan kebutuhan akan sumber
protein makanan daging dan ikan. Manfaat ikan semakin disadari sebagai pemacu
pertumbuhan tubuh manusia, peningkatan pertumbuhan otak manusia, mencegah
penyakit kolestrol/penyakit jantung serta manfaat lainnya bagi kesehatan manusia.
Ikan mengandung protein sekitar 16-24%, lemak 0,2-2,2%; karbohidrat, garamgaram mineral, dan vitamin (Susanto 1999).
Satu-satunya pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang
adalah melalui budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan
baik. Beberapa kendala bagi kelangsungan aktivitas budi daya terletak pada
kejadian suatu penyakit yang berhubungan dengan faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan. Misalnya, penangkapan ikan yang hampir tidak terkendali dan
dampak pencemaran oleh limbah rumah tangga, industri atau tumpahan minyak
yang semakin meluas dan bioaggresors yang mengurangi dan memutus siklus
kehidupan ikan di perairan di seluruh dunia sehingga menjadikan perbandingan
antara kebutuhan dan ketersediaan semakin besar dan tajam.
"Tilapia" adalah nama umum dari suatu kelompok ikan komersial penting
untuk konsumsi yang berasal dari famili Cichlidae dan endemik di Afrika. Nama
tilapia mungkin berasal dari kata Bechuana-Afrika "thiape" yang artinya ikan.
Tilapia berkembang luas di negara-negara tropis. Kelompok ikan dari famili
Cichlidae yang penting untuk budidaya terdiri dari tiga genus, yaitu Oreochromis,
Sarotherodon dan Tilapia (Geer dan Kamila 2005).
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) sejak dahulu telah dikonsumsi
manusia dan merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan

oleh tubuh. Insang, usus dan otot ikan mujair merupakan organ yang sering
terpapar oleh agen dan bagian penting dalam hubungannya dengan penyakit.
Organ-organ ini dapat mengalami perubahan patologi yang dapat disebabkan oleh
perubahan fisik dan kimiawi pada air.
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah utama yang sering dihadapi
oleh pembudidaya ikan. Kerugian yang terjadi bukan hanya pada jumlah populasi
ikan saja, melainkan secara material merupakan pukulan yang cukup berat bagi
para pembudidaya ikan. Di Indonesia, produksi ikan melalui budidaya perairan,
baik air tawar maupun air payau telah memberikan kontribusi yang signifikan
kepada perekonomian negara. Penyakit ikan epizootik

yang menyebabkan

kerugian besar terhadap industri perikanan indonesia yang terjadi di tahun 1951
mewabahnya Myxobolus pyriformis. Pada tahun 1953 mewabahnya Learnea
cyprinacea dan di tahun 1980 mewabahnya suatu spesies yang tidak
teridentifikasi, tetapi kemungkinannya adalah Aeromonas Sp. Peristiwa ini
menghabiskan biaya jutaan rupiah dan agen-agen penyakit tersebut dicurigai
berasal dari ikan-ikan yang diimpor. Adanya penyakit ikan erat hubungannya
dengan lingkungan dimana ikan itu berada. Oleh karena itu dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit ikan, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan
juga perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan,
misalnya perubahan patologi organ ikan, khususnya ikan mujair.

Tujuan Penelitian
Tujuan

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui

gambaran

histopatologi insang, usus dan otot ikan mujair Oreochromis mossambicus.

Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui dengan jelas

perubahan-

perubahan histopatologi penyakit ikan akibat penyakit infeksi dan non-infeksi,
khususnya pada ikan mujair.

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Mujair
Menurut Webb et al. 2007, nama umum: Tilapia mozambique atau
Mozambique mouthbrooder, Kurper atau mud bream (South Africa), Ikan mujair
atau Miracle fish (Indonesia).
Klasifikasi ikan mujair sebagai berikut:
Domain

: Eukaryota (Whittaker & Margulis 1978)

Kingdom

: Animalia (Linnaeus1758)

Subkingdom

: Bilateria (Hatschek 1888, Cavalier-Smith 1983, Hatschek
1888, cavalier-smith 1983)

Filum

: Chordata (Bateson 1885)

Superkelas

: Osteichthyes (Huxley 1880)

Series

: Percomorpha

Kelas

: Actinopterygii (Cope 1887 )

Ordo

: Perciformes

Subordo

: Labroidei

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis (Castelnau 1861)

Spesies

: Oreochromis mossambicus (Peters 1852)

Sinonim

:

Chromis mossambicus (Peters 1852), Tilapia mossambica (Peters 1852),
Sarothredon mossambica (Peters 1852), Sarotherodon mossambica (Peters 1852),
Sarotherodon mossambicum (Peters 1852), Oreochromis mozambica (Peters
1852), Tilapia mossambica mossambica (Peters 1852), Tilapia mossambicus
(Peters 1852), Oreochromis mossambica (Peters 1852), Chromis niloticus
mossambicus (Peters 1852), Cromis mossambicus (Peters 1852), Tilapia dumerili,
Tilapia dumerilii, Chromis dumerilii, Chromis vorax, Tilapia vorax (Pfeffer
1893), Sarotherodon mossambicus natalensis, Chromis natalensis, Tilapia
arnoldi.

Gambar 1. Ikan mujair yang digunakan pada saat Penelitian

Ikan Mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih
dengan warna abu-abu, coklat atau hitam (Gambar 1). Ikan ini berasal dari
perairan Afrika dan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di
muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Menurut
Webb et al. (2007), ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar
salinitas, temperatur air yang tinggi, oksigen terlarut yang rendah, dan konsentrasi
amonia yang tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lain yang umum untuk
budidaya. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih
cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Berat
ikan dapat mencapai 120 sampai 200 gram dalam waktu empat bulan dengan
sedikitnya 80% yang dapat bertahan hidup (EVIFRDC 1997).

Panjang total

maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm (Skelton 1994).
Ikan mujair bersifat herbivora, tetapi ikan ini juga mengkonsumsi detritus,
crustacea, bentos, dan berbagai bentuk makanan suplemen yang tersedia di air.
Ikan mujair tahan terhadap kerumunan dan resisten terhadap hama dan penyakit.
Ikan mujair merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan
oleh tubuh dan dapat dijadikan makanan pengganti ikan laut yang baik yang mana
harga ikan laut semakin hari semakin mahal (EVIFRDC 1997).
Webb et al. (2007) menyatakan bahwa ikan mujair berasal dari Afrika,
yaitu sekitar dataran rendah Zambezi, Shiré dan dataran pantai delta Zambezi
sampai pantai Algoa. Pada saat ini, ikan mujair telah tersebar luas
sekurang-kurangnya ke-90 negara di dunia, termasuk Indonesia (Gambar 2). Ikan

mujair diperkenalkan sebagai ikan budi daya atau ikan komersial dan di
Indonesia, ikan Mujair awalnya diperkenalkan sebagai ikan hias.

Gambar 2. Persebaran Ikan Mujair Di dunia (Webb et al. 2007)

Perubahan Patologi Umum Ikan
Gangguan Sistim Sirkulasi Ikan
Hemoragi adalah keluarnya darah dari pembuluh darah dan banyak
terdapat di kulit, membran mukosa, di dalam rongga-rongga yang mengandung
serous atau diantara sel-sel jaringan atau organ. Darah keluar dari pembuluh
darah karena adanya lubang pada dinding atau darah menerobos dinding yang
utuh karena peningkatan porositas dari pembuluh darah tersebut. Hemoragi dapat
disebabkan oleh trauma, ruptur pembuluh darah atau peningkatan porositas akibat
infeksi bakteri, virus atau bahan toksik. Pada ikan, semua pengaruh dari proses
hemoragi bersifat ringan jika terjadi proses pembentukan darah dengan cepat.
Anemia dapat terjadi pada ikan jika proses hemoragi bersifat akut akibat penyakit
infeksi. Anemia ini ditandai dengan kepucatan insang dan organ-organ bagian
dalam (Plumb 1994).
Edema adalah suatu akumulasi cairan yang abnormal di dalam
rongga-rongga tubuh atau di dalam ruang-ruang interstitial dari jaringan dan organ
yang dapat mengakibatkan kebengkakan. Edema ditandai oleh adanya cairan
kuning di dalam rongga abdominal atau material encer/berair, seperti gelatin di
dalam jaringan. Edema mengindikasikan adanya suatu ketidakseimbangan

tekanan hidrostatik atau kesalahan pada tekanan osmotis darah, peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler, limfe, obstruksi atau disfungsi ginjal.
Kondisi-kondisi ini dapat dihubungkan dengan bahan-bahan toksik kimia, virus,
bakteri dan penyakit parasitik. Kerusakan mekanis atau penyakit dapat
mempengaruhi ikan terhadap infeksi lebih lanjut karena edematos menyediakan
suatu medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Hibiya and Fumio 1995).
Teleangiectasis adalah membengkaknya pembuluh darah pada insang ikan
dan mirip dengan aneurisma pada hewan vertebrata tingkat tinggi. Aneurisma
merupakan pembengkakan yang permanen dari arteri, sedangkan telangiectasis
merupakan suatu kondisi yang reversibel dan pasif. Teleangiectasis dapat
disebabkan oleh kerusakan mekanis, bahan toksik, virus, bakteri, toksin-toksin
bakteri, parasit-parasit dan dalam beberapa kasus defisiensi nutrisi (Plumb 1994).

Degenerasi Seluler pada Ikan
Degenerasi dapat disebabkan oleh kekurangan material essensial
(misalnya, oksigen atau nutrisi yang vital), kekurangan sumber energi yang
mengganggu metabolisme, pemanasan mekanik atau dapat disebabkan oleh luka
akibat listrik, akumulasi substansi yang abnormal di dalam sel-sel yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atau patogen-patogen seperti parasit dan toksin
yang dihasilkan atau oleh bahan kimia beracun, ketidakseimbangan nutrisi dan
zat-zat iritan yang ringan. Degenerasi granuler merupakan perubahan yang paling
berat yang muncul pada serabut otot dan dikenal sebagai nekrosis pencairan,
yaitu degenerasi granuler yang mempengaruhi seluruh serabut atau hanya suatu
bagian saja (Plumb 1994).
Cloudy atau degenerasi berbutir sering disebabkan oleh toksemia bakteri,
perubahan awal (mikroskopis), yaitu adanya indikasi degenerasi seluler. Sel-sel
akibat penyakit "Cloudy" akan mengalami pembesaran, sitoplasmanya tampak
homogen, dan kusam. Hal ini sering muncul selama awal perubahan patologi
serabut otot. Cloudy swelling pada serabut otot mengacu pada suatu kebengkakan
yang terlokalisir atau umum yang disertai oleh hilangnya kelurikan pada bagian
yang dipengaruhi. Nukleus hanya mengalami sedikit perubahan, tetapi bagian
yang bengkak cenderung memperlihatkan material yang eosinofilik. Cloudy

swelling mungkin merupakan suatu kondisi yang dapat balik yang dihasilkan oleh
perubahan-perubahan dari sitoplasma (Plumb 1994).
Degenerasi hialin merupakan perubahan yang mengikuti cloudy swelling
dan dapat disebut juga nekrosis koagulasi. Nukleus kromatin berkondensasi dan
menyebabkan lurik pada serabut otot menghilang. Degenerasi lemak merupakan
hasil dari suatu akumulasi lipid, terutama di dalam hati dan diikuti piknosis serta
nekrosis. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh suatu penyakit infeksi,
ketidakseimbangan nutrisi, hipoksia, anemia, dan mungkin beberapa bahan toksik
(Hibiya and Fumio 1995).

Nekrosis Jaringan Ikan
Menurut Plumb (1994), nekrosis adalah kematian sel-sel atau jaringan
yang menyertai degenerasi sel pada setiap kehidupan hewan dan merupakan tahap
akhir degenerasi yang irreversibel. Karakteristik dari jaringan nekrotik, yaitu
memiliki warna yang lebih pucat dari warna normal, hilangnya daya rentang
(jaringan menjadi rapuh dan mudah terkoyak), atau memiliki konsistensi yang
buruk atau pucat (seperti bubur), dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak
enak serta kalsifikasi .
Nekrosis dapat disebabkan oleh trauma, agen-agen biologis (virus, bakteri,
jamur dan parasit), agen-agen kimia atau terjadinya gangguan terhadap
penyediaan darah pada suatu daerah khusus. Nekrosis pencairan adalah jenis
nekrosis yang paling umum terjadi pada ikan. Enzim-enzim di dalam sel akan
menghancurkan sel dan jika hal ini terjadi pada epitelium atau otot ikan, maka
jaringan yang nekrosa akan terkelupas. Nekrosis koagulasi mengacu pada suatu
daerah nekrosis yang mana berat dan sifat mikroskopis alami jaringan itu dapat
dikenal. Hal ini dihubungkan dengan perlukaan yang disebabkan oleh beberapa
jenis dari bahan toksik. Nekrosis kaseosa muncul ketika suatu organisme yang
patogen menghasilkan bahan perkejuan, material keputihan pada suatu lesio dan
nekrosis ini tidak umum terjadi pada ikan yang sakit (Plumb 1994).

Gangguan-gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan Ikan
Atropi merupakan berkurangnya ukuran dari suatu bagian tubuh yang
dewasa atau organ karena pengurangan ukuran atau jumlah dari sel-sel yang ada.
Atropi adalah suatu proses lambat yang dapat disebabkan oleh kelaparan atau
malnutrisi (penyebab paling umum), kekurangan persediaan darah yang cukup
atau infeksi kronis (Plumb 1994).
Hipertropi adalah bertambahnya ukuran atau volume dari suatu bagian
tubuh karena suatu peningkatan ukuran dari sel-sel individu. Hipertropi biasanya
disebabkan oleh peningkatan permintaan terhadap fungsi, tetapi dapat juga
diinisiasikan oleh agen infeksi (Plumb 1994).
Hiperplasia merupakan penambahan dari suatu bagian tubuh atau organ
karena adanya peningkatan dalam jumlah sel-sel. Satu bentuk hiperplasia pada
ikan ditandai oleh meningkatnya ketebalan dari epitel lamela insang karena
infeksi atau iritasi ringan yang berkelanjutan. Hiperplasia dapat diakibatkan oleh
polutan-polutan air seperti dari beberapa virus ikan yang menyebabkan
pembentukan lesio-lesio hiperplastik, hal ini terutama sekali terjadi pada
integument (Robert 2001).

Inflamasi pada Ikan
Plumb (1994) menyatakan bahwa inflamasi adalah suatu respon agresif
dari pembuluh darah dan seluler dari jaringan hewan hidup terhadap suatu luka
yang subletal dan salah satu reaksi pertahanan yang paling penting yang dimiliki
hewan. Ketika luka masuk dalam tubuh, respon utama terhadap luka berupa suatu
akumulasi cairan dari sistem pembuluh darah dan migrasi limfosit, neutrofil,
makrofag, dan komponen-komponen darah yang lain menuju daerah yang terluka.
Inflamasi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, trauma, panas, iradiasi dan
bahan toksik.
Inflamasi hemoragik ditandai oleh kehadiran dari sejumlah besar eritrosit
dan komponen-komponen darah lain pada permukaan organ atau di dalam
eksudat. Inflamasi hemoragik secara umum tersebar pada membran-membran
yang mengandung atau mengeluarkan serum atau mukus. Inflamasi ini dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, atau bahan toksik. Erythemia merupakan

suatu kondisi pada kulit, yang biasanya dihubungkan dengan inflamasi hemoragik
(Plumb 1994).
Fagositosis dan reaksi selular merupakan infiltrasi selular (mayoritas oleh
sel fagosit) daerah yang rusak dapat terjadi pada suatu periode tertentu setelah
onset lesio dan sulit untuk diidentifikasi oleh material pewarnaan. Sel fagosit
tersebut dapat berupa neutrofil, limfosit, histiosit dan fibroblas-fibroblas dari
endomisium (Hibiya and Fumio 1995).

Melano-Makrofag Centres (MMCs)
Ikan memiliki kumpulan-kumpulan dari makrofag, yang lebih dikenal
dengan pusat melano-makrofag (MMCs) (Agius and Robert 1981) dalam Robert
(2001).

MMCs

melokalisir

akumulasi

makrofag-makrofag

yang

berisi

hemosiderin, lipofuchsin dan ceroid sama seperti pigmen melanin. MMCs banyak
ditemukan di dalam jaringan limfoid kebanyakan teleost, dan juga pada lesio-lesio
akibat peradangan. Fungsi melanin di dalam jaringan tidak jelas. Hal ini mungkin
didasarkan atas material radikal bebas yang stabil dari melanin dan
kemampuannya untuk menetralkan reaksi radikal bebas. Ellis (1981b) menyatakan
bahwa melanin pada organ viscera dapat sebagai alat perlindungan dari kerusakan
akibat radikal bebas. Pada organisme yang lebih tinggi, melanin memiliki peran
yang luas dalam perlindungan melawan invasi parasit tertentu pada jaringan dan
juga pertahanan melawan mekanisme yang berpotensi menimbulkan bahaya pada
diri sendiri, selama pengaktifan sistim pertahanan dalam tubuh itu sendiri.

Organ Ikan
Insang
Komponen pernapasan insang terdiri dari filamen atau lamela primer dan
lamela sekunder. Di tengah lamela primer terdapat tulang atau plat-plat kartilago
yang mendukung struktur lamela. Diantara struktur pendukung terdapat suatu
lapisan jaringan ikat yang berisi sel-sel eosinofilik dan pembuluh darah. Lamela
primer merupakan tempat suplai darah dari dan ke lengkungan insang yang mana
terdapat limfosit dan granul eosinifilik (EGCs). Wakabayashi dan Egusa (1980)

dalam Robert (2001) menyatakan bahwa adanya limfosit dan granul eosinifilik
terjadi akibat adanya penyakit-penyakit bakteri.
Lamela sekunder terdiri atas dua permukaan yang dihubungkan oleh
sel-sel tiang yaitu sel yang terletak diantara sirkulasi darah menjaga kesatuan
lamela. Sel-sel pernapasan ikan yang sehat hanya terdiri dari dua atau tiga lapis
sel epitelium yang rata dan terletak di membran basal. Di antara sel epitelium
terdapat sel goblet yang menghasilkan sel-sel mukus dan sel klorid yang penting
di dalam osmoregulasi. Lamela sekunder ikan memiliki sedikit mukus, yaitu suatu
lapisan sel epitelia (Roberts 1978) dan kapiler-kapiler darah yang dibatasi oleh
sel tiang dan makrofag (Hibiya and Fumio 1995).
Insang merupakan organ respirasi yang utama dan vital pada ikan. Epitel
insang ikan merupakan bagian utama untuk pertukaran gas, keseimbangan asam
basa, regulasi ion, dan ekskresi nitrogen. Oleh karena itu, jika ikan tercemar oleh
polutan lingkungan seperti amonia, pestisida, logam, nitrit, dan petroleum
hidrokarbon, fungsi vital ini dalam keadaan bahaya karena menghalangi
penerimaan oksigen misalnya terjadi fusi.

Gambar 3. Histologi Normal Insang Ikan bagian 1.
(www.ehu.es/europeanclass2003/Image45.gif)

Gambar 4. Histologi Normal Insang Ikan bagian 2. (http://www.histologyworld.com/photoalbum/thumbnails.php?album=72&page=6)

Usus
Usus merupakan organ yang sering terpapar oleh agen-agen mikroba dan
organ penting dalam hubungannya dengan penyakit. Patogen dan parasit dapat
masuk ke dalam usus melului oral, khususnya melalui bahan makanan yang
tercemar. Apabila terjadi infeksi, maka limfosit akan menginvasi lapisan usus.
kemudian, terjadi peradangan dan kondisi tersebut akan meningkat menjadi
degenerasi, deskuamasi sel dan sekresi mukus ke dalam lumen. Setelah itu,
nekrosis menyebar ke bagian lamina propia dan jaringan otot licin. Pada epitel
mukosa yang sensitif dapat terjadi peradangan yang terlokalisir dan timbul
ulcerasi. Hal ini dapat terjadi akibat patogen-patogen usus dan benda-benda asing
yang dicerna seperti kayu dan batu. Pada kasus-kasus degenerasi usus yang berat,
fungsi absorbsi usus terhenti dan ikan mati (Hoole et al. 2001)
Bagian transversal usus merupakan lumen yang tertutup oleh lipatan
jaringan yang tersusun dari epitelium dan didukung oleh lamina propia, serta selsel didekatnya/zona penghubung. Jaringan ini dibatasi oleh dua lapisan otot licin,
yaitu suatu lapisan serosa dari jaringan ikat dan pembuluh darah (Hibiya dan
Fumio 1995). Usus ikan mengandung sel-sel eosinofil granular mukosa yang
fungsinya belum diketahui (Irianto 2005).

Gambar 5. Histologi Normal Usus Ikan (http://www.histologyworld.com/photoalbum/thumbnails.php?album=72&page=6)

Otot
Otot licin ditemukan di dalam dinding pembuluh darah, saluran
pencernaan, saluran empedu dan saluran pankreas yang terdiri dari bundel panjang
membentuk serat-serat, bersifat polos, disuplai oleh pembuluh darah dan
diinervasi saraf. Serat otot bersifat fleksibel, kuat dan dapat melakukan gerakan
kontraksi involunter dan mempertahankan bentuk banyak jaringan (Hoole et al.
2001). Pada saluran pencernaan terdapat dua lapisan otot licin. Satu berjalan
secara longitudinal sepanjang saluran dan yang lain membatasi saluran. Pada
sebagian kecil jaringan otot saluran pencernaan terdapat fibroblas, kolagen dan
serabut-serabut elastis, kapiler-kapiler dan syaraf. Nukleus kaya akan kromatin
dan berisi satu, dua atau lima nukleolus. Perubahan-perubahan patologi yang
terjadi pada otot licin dapat berupa inflamasi dan nekrosis yang biasanya terjadi
akibat parasit dan infeksi bakteri.
Otot bergaris melintang membentuk otot rangka dan otot jantung yang
terdiri dari miomer-miomer. Miomer-miomer tersebut dipisahkan oleh septa
kolagen. Ada dua jenis otot bergaris melintang, yaitu otot putih dan otot merah.

Secara

histologi,

serabut-serabut

tersebut

terdiri

atas

sarkoplasma,

miofibril-miofibril, nukleus dan sarkolema. Sarkoplasma mengisi ruang di antara
miofibril-miofibril, meskipun terutama sekali menonjol di sekitar nucleus dan di
dekat syaraf terakhir yan menginervasi serabut-serabut otot. Sarkoplasma
menyediakan nutrisi untuk miofibril-miofibril dan memainkan suatu peran yang
penting di dalam proses-proses kontraktilitas dari serabut-serabut otot. Nukleus
berbentuk oval yang memperlihatkan ukuran yang sangat bervariasi dan selalu
terletak di bawah sarkolema. Karakteristik otot bergaris melintang, yaitu terdapat
banyak nukleus di dalam serabut ototnya (Hibiya and Fumio 1995). Disekitar
serabut otot terdapat endomisium yang berisi fibroblas dan makrofag tertentu.
Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada otot ini dapat berupa nekrosis
(miopati) yang merupakan suatu wujud dari defisiensi vitamin, inflamasi,
degenerasi hialin dan tumor otot rangka, misalnya rhabdomyoma (Hoole et al.
200