Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. Dalam menyelenggarakan fungsi UKP, Puskesmas berwenang untuk: a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung; e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi; f. Melaksanakan rekam medis; g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan; h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan; i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan Permenkes RI No. 75 tahun 2014.

2.2.4 Puskesmas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Dalam upaya penanggulangan tuberkulosis KPP kelompok puskesmas pelaksana yang terdiri dari: a. Puskesmas Satelit PS Puskesmas Satelit adalah puskesmas yang tidak memiliki laboratorium sendiri. Fungsi puskesmas ini adalah melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan sampai fiksasi sediaan dahak. Kemudian sediaan dahak tersebut dikirim ke Puskesmas Rujukan Mikroskopis PRM untuk dibaca hasilnya. b. Puskesmas Rujukan Mikroskopis PRM Puskesmas rujukan mikroskopis adalah puskesmas yang sudah memiliki laboratorium sendiri. Puskesmas biasanya dikelilingi oleh 5 puskesmas satelit. Fungsi dari PRM adalah sebagai puskesmas rujukan dalam pemeriksaan slide sediaan dahak dan pelaksana pemeriksaan dahak untuk tuberkulosis. c. Puskesmas Pelaksana Mandiri PPM Pada geografis yang sulit, dibentuk puskesmas pelaksana mandiri. Puskesmas pelaksana mandiri ini berfungsi seperti puskesmas rujukan mikroskopis, hanya saja pada puskesmas ini tidak bekerja sama dengan puskesmas satelit Kemenkes, 2011.

2.3 Program Penanggulangan Tuberkulosis

Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh Fasyankes terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar Kemenkes, 2011. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. WHO menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu: 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. 2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. 3. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO. 4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memdahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC Depkes, 2002.

2.3.1 Tujuan Program Penanggulangan TB Paru

Adapun tujuan program penanggulangan TB paru yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB paru dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga penyakit TB paru tidak menjadi masalah kesehatan Indonesia Kemenkes, 2011.