Tenaga Kesehatan Masukan Input

mampu, kurang cakap dan tidak terampil, mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya. Puskesmas Pijorkoling merupakan puskesmas satelit dan memiliki tenaga kesehatan yaitu 1 dokter dan 1 petugas TB paru. Petugas TB paru mempunyai tugas antara lain melakukan penemuan kasus, penjaringan ke desa, membuat fiksasi slide, mengantarkan slide ke PRM, dan memberikan penyuluhan, sementara dokter bertugas dalam mendiagnosa penderita TB paru. Petugas TB paru juga ikut dalam puskesmas keliling, sehingga tidak ada petugas lain yang berada di puskesmas untuk menangani penderita. Petugas mengantarkan slide ke PRM dengan kendaraan sendiri. Jumlah petugas yang sedikit dan tugas yang banyak menjadi kendala melakukan penemuan kasus secara aktif dan pelaksanaan program menjadi tidak optimal. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling bukan hanya tanggung jawab petugas TB paru melainkan adanya tenaga kesehatan lain yang ikut terlibat. Petugas TB paru tidak akan mampu mengatasi permasalahan TB paru tanpa adanya kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya. Puskesmas Pijorkoling melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dan Puskesmas Padangmatinggi. Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan berperan sebagai wasor yang setiap 1 bulan meninjau ke puskesmas untuk monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan seiring dengan pelaksanaan supervisi ke puskesmas. Pada saat supervisi juga dilakukan pencatatan dan pelaporan penderita TB paru, namun keterlambatan pelaporan dari puskesmas yang tidak tepat waktu menjadi hambatan dalam pelaksanaan program penanggulangan TB paru. Pencegahan dilakukan agar tidak terjadinya peningkatan jumlah penderita TB paru, untuk itu petugas TB paru berperan dalam melakukan penemuan kasus dan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dengan cara penyuluhan perorangan bagi penderita dan penyuluhan masyarakat. Petugas TB paru melakukan kerjasama dengan program promosi kesehatan untuk penyuluhan. Petugas TB juga melakukan penjaringan terhadap suspek TB paru. Di Puskesmas Pijorkoling, pemeriksaan dahak hanya sampai fiksasi slide saja selanjutnya slide tersebut diberikan ke PRM untuk dilakukan pewarnaan. Pewarnaan tersebut dilakukan oleh seorang analisis laboratorium dan berperan dalam melakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan tersebut akan diberikan kepada Puskesmas Pijorkoling yang kemudian dibaca oleh dokter. Petugas TB paru belum mendapatkan pelatihan disebabkan petugas baru bekerja sebagai petugas TB paru dan belum pernah diutus untuk mengikuti pelatihan. Petugas TB paru belum mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi, namun petugas TB paru telah dilatih oleh Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dalam hal pencatatan dan pelaporan. Pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tidak hanya mengenai pencatatan dan pelaporan, dilakukan juga pelatihan dalam hal fiksasi slide dan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas Kemenkes, 2011. Pelatihan berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia. Apabila semua petugas TB di puskesmas telah mengikuti pelatihan dan menerapkannya dalam pelayanan kesehatan maka diharapkan angka penemuan penderita TB paru akan meningkat pula sehingga mencapai target global 70 Awusi dkk, 2009.

5.1.3 Ketersediaan Dana

Adanya ketersediaan dana menjadi faktor pendukung dalam terlaksananya sebuah program termasuk juga program penanggulangan TB paru. Ketersediaan dana yang cukup akan menunjang proses pelaksanaan program agar efektif dan efisien, sehingga suatu program akan menjadi terhambat jika dana yang ada tidak memadai. Proposi biaya program TB paru sebagaian besar berasal dari hibah GF Global Fund yang merupakan bagian terpenting dari keseluruhan dana untuk program ATM AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria Warta Tuberkulosis Indonesia, 2013. The Global Fund adalah lembaga keuangan internasional yang berdedikasi untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk mencegah dan mengobati HIVAIDS, TB dan malaria Kemenkes, 2012. Pembiayaan program kesehatan termasuk penanggulangan TB paru sangat bergantung pada alokasi dari pemerintah pusat dan daerah. Alokasi APBD untuk penanggulangan TB paru masih rendah dikarenakan adaya pendanaan dari donor internasional. Pembiayaan program TB paru saat ini masih mengandalkan pendanaan dari donor internasional. Dana dalam melaksanakan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling berasal dari dinas kesehatan. Dinas Kesehatan memperoleh dana dari APBD dan ATM. Dana ATM merupakan dana Global Fund berupa hibah bantuan secara internasional. Dana tersebut hanya dipergunakan untuk biaya mengantar slide ke PRM, pengobatan dan puskemas keliling. Dana khusus untuk penjaringan kasus dengan kunjungan ke rumah-rumah warga belum ada. Dari hasil wawancara dengan dinas kesehatan bahwa dana yang ada belum memadai dan tidak sebanding dengan pekerjaan, adanya pengurangan dana. Ketersediaan dana yang digunakan dalam melaksanakan program penanggulangan TB paru, dinas kesehatan telah mengusulkan dana khusus TB paru ke dalam anggaran APBD. Dana hibah Global Fund telah dikurangi dan diperkirakan akan berakhir pada tahun 2015, sehingga pendanaan program TB paru dialihkan ke anggaran APBD. Sebelum adanya dana Global Fund, sumber dana untuk TB paru berasal dari APBD. Dana dalam program TB paru masih minim, hal ini dikarenakan dana yang didapat dari APBD terbatas dan dipergunakan untuk supervisi dan penjaringan ke desa, sementara dana yang dari Global Fund sudah berkurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiman 2012 yang mengatakan bahwa pelaksanaan pengendalian tuberkulosis dari aspek ketersediaan dana sudah memadai, sumber dana terbesar berasal dari Global Fund. Kontribusi Global