difiksasi oleh petugas dan akan dikumpulkan di puskesmas. Slide-slide tersebut dikumpulkan, apabila sudah jadwal mengantar slide ke PRM, maka slide tersebut
dibawa ke PRM. Jadwal ke PRM hanya sekali seminggu, sehingga hasil diagnosis tidak bisa langsung diketahui. Keterbatasan puskesmas Pijorkoling yang
merupakan puskesmas satelit dan tidak mempunyai laboratorium menyebabkan hasil diagnosis tidak dapat diketahui dengan segera.
Berdasarkan penelitian Hernanto 2001 bahwa adanya faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Faktor
tersebut yaitu kesulitan penderita mengeluarkan dahak, tingkat pendidikan petugas di puskesmas, dan kondisi mikroskop.
Diagnosis yang dilakukan pertama kali yaitu dengan melihat gejala-gejala umum TB paru, kemudian dilakukan pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak
dilakukan dengan mengambil dahak secara SPS. Jika salah satu atau lebih dari ketiga spesimen dahak positif, maka suspek dapat dikatakan penderita TB paru.
Dan apabila ketiga spesimen hasilnya negatif, maka dilakukan foto rontgen, setelah hasil rontgen diketahui perlu konsultasi dengan dokter untuk menegakkan
diagnosis. Dokter mendiagnosa hasil dari pemeriksaan dahak tersebut, jika terdapat 1
spesimen dahak yang positif maka penderita diberikan pengobatan dan dalam menjalankan pengobatan penderita diharapkan diawasi oleh seorang PMO. PMO
akan membantu mengingatkan, mengawasi, serta memotivasi penderita agar menjalankan pengobatan dengan teratur.
Penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan dalam alur diagnosis penderita TB paru. Pemeriksaan dahak yang dilakukan di PRM juga berdasarkan SPS,
namun jika ketiga spesimen dahak negatif, maka dilakukan pemeriksaan dahak ulang 2 minggu kemudian. Dalam waktu 2 minggu, suspek TB paru tidak
dibenarkan meminum antibiotik karena akan mematikan kuman dan hasil spesimen juga tidak optimal.
5.2.3 Penyuluhan Tuberkulosis
Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatannya Depkes, 2002. Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Zuliana 2009 disebutkan bahwa penyuluhan kesehatan adalah
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku
manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa penyuluhan dilakukan di luar gedung dan dalam gedung. Penyuluhan diluar gedung puskesmas yaitu
penyuluhan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan puskesmas keliling, sehingga puskesmas tidak memiliki jadwal yang tetap dalam penyuluhan.
Puskesmas bekerjasama dengan promosi kesehatan dalam melakukan penyuluhan. Penyuluhan di dalam gedung selalu dilakukan pada saat pemeriksaan dan
pemberian obat kepada penderita, dengan memberikan pesan-pesan seperti memberikan semangat untuk tetap berobat teratur, makanan tambahan puding
dengan mengingatkan bahaya dari TB paru itu sendiri. Penyuluhan TB ini perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan
dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan TB. Penyuluhan ditujukan kepada suspek, penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur hingga
sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan TB paru Depkes,
2002.
5.3 Keluaran Output
Tujuan umum program penanggulangan TB paru adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena TB paru. Upaya untuk menurunkan angka
tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan angka penemuan kasus TB paru serta dilakukan bersama lintas sektor dan lintas program. Upaya peningkatan
angka penemuan kasus dapat mencegah penularan akibat TB paru. Penemuan kasus yang telah dilakukan di Puskesmas Pijorkoling belum
mencapai target yang telah ditentukan. Angka penemuan kasus pada tahun 2013 yaitu 11,23, sedangkan target angka penemuan kasus 70 jumlah penderita TB
BTA positif yang dilaporkan diantara perkiraan jumlah penderita TB BTA positif. Hal ini terjadi karena penemuan kasus masih dilakukan dengan
menunggu penderita datang ke puskesmas.