FILSAFAT DI DUNIA ISLAM (1)

FILSAFAT DI DUNIA ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : FILSAFAT UMUM
DISUSUN
OLEH
Kelompok 11 (Sebelas)
Semester I-D Tarbiah
1. AYU ULANDARI
2. AYU TALIA FARAMITA
3. DINDA AYU ANDINI

\

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
2017-2018

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “FILSAFAT DI DUNIA ISLAM” pembuatan makalah dengan tepat

waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad

SAW

yang

merupakan

inspirator

terbesar

dalam

segala

keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah FILSAFAT UMUM yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung

kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten
dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Tanjung Pura Oktober 2017
Tim Penulis
Kelompok 11 (Sebelas)

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Sejarah dan Pengertian filsafat Islam.............................................................2
B. Sumber-Sumber Filsafat Islam........................................................................5
C. Filosofi Islam dan Filsafatnya.........................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................16
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................17

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat islam merupakan salah

satu bidang


keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra.

studi islam

yang

Sebagian mereka yang

berpikiran maju dan bersifat liberal cendrung mau menerima pemikiran filsafat
Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni yang berpegang
teguh pada doktrin ajaran Al-qur’an dan Al-hadits secara tekstual, cendrung
kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok
tersebut nampak kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat
dibandingkan dengan kelompok pertama. Kajian filsafat islam baru di lakukan
sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke-20 ini. Sedangkan
pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren,
pemikiran filsafat masih di anggap terlarang, karena dapat melemahkan iman.
Kalau pun di pesantren di ajarkan logika, yang pada hakikatnya merupakan ilmu
yang mengajarkan cara berpikir folosofis, namun hal ini tidak di terapkan,
melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan Pengertian filsafat Islam ?
2. Bagaimana Sumber-Sumber Filsafat Islam ?

3. Bagaimana Filosofi Islam dan Filsafatnya ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Sejarah dan Pengertian filsafat Islam
2. Untuk Mengetahui Sumber-Sumber Filsafat Islam
3. Untuk Mengetahui Filosofi Islam dan Filsafatnya

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Pengertian filsafat Islam
a. Singkat Tentang Perkembangan filsafat islam

Filsafat Islam muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besarbesaran dari buku-buku peradaban Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada

masa kejayaan Daulah Abbasiah, dimana pemerintahan yang berkuasa waktu itu
memberikan sokongan penuh terhadap gerakan penerjemahan ini, sehingga para
ulama bersemangat untuk melakukan penerjemahan dari berbagai macam
keilmuan yang dimiliki peradaban Yunani kedalam bahasa Arab, dan prestasi yang
paling gemilang dari gerakan ini adalah ketika para ulama berhasil
menerjemahkan ilmu filsafat yang mejadi maskot dari peradaban Yunani waktu
itu, baik filsafat Plato, Aristoteles, maupun yang lainnya. Sebenarnya gerakan
penerjemahan ini dimulai semenjak masa Daulah Umawiyyah atas perintah dari
Khalid bin Yazid Al-Umawî untuk menerjemahkan buku-buku kedokteran, kimia
dan geometria dari Yunani, akan tetapi para Ahli Sejarah lebih condong bahwa
gerakan ini benar-benar dilaksanakan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiah
saja, dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Al-Manshur (136-158 H)
hingga masa pamerintahan AL-Ma’mun (198-218 H), dimana penerjemahan ini
tidak terbatas pada beberapa bidang keilmuan saja,akan tetapi meliputi berbagai
cabang keilmuan sehingga kita bisa melihat lahirnya para ilmuan besar pada masa
ini, contohnya Al-Kindi (155-256 H) seorang filosof besar yang menguasai
beraneka bidang keilmuan, seperti matematika, astronomi, musik, geometri,
kedokteran dan politik, disamping nama-nama besar yang muncul setelahnya,
sebut saja Ar-Razi, Ibn Sina (370-428 H), Al-Farabi (359-438 H) dan yang
lainnya1


1 A. Khudori Soleh. M.Ag., Wacana Baru Filsafat Islam. (Pustaka Pelajar 2004) .
Hal: 15

2

Ada yang megatakan bahwa Islam tidak pernah dan bisa memiliki filsafat
yang independen. Adapun filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Muslim
adalah pada dasarnya filsafat Yunani, bukan filsafat Islam. Ada lagi yang
mengatakan bahwa nama yang tepat untuk itu adalah filsafat Muslim, karena yang
terjadi adalah filsafat Yunani yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh
para filosof Muslim.

Ada lagi yang mengatakan bahwa nama yang lebih tepat adalah filsafat
Arab, dengan alasan bahwa bahasa yang digunakan dalam karya-karya filosofis
mereka adalah bahasa Arab, sekalipun para penulisnya banyak berasal dari Persia,
dan namanama lainnya seperti filsafat dalam dunia Islam.2

Adapun beliau sendiri cenderung pada sebutan filsafat Islam (Islamic
philosophy), dengan setidaknya 3 alasan :

1. Ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dunia Islam, Islam telah
mengembangkan sistem teologi yang menekankan keesaan Tuhan dan
syari’ah, yang menjadi pedoman bagi siapapun. Begitu dominannya
Pandangan tauhid dan syari’ah ini,sehingga tidak ada suatu sistem apapun,
termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai dengan ajaran pokok Islam
tersebut (tawhid) dan pandangan syari’ah yang bersandar pada ajaran
tauhid. Oleh karena itu ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia
Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya dengan
pandangan fundamental Islam tersebut, sehingga disadari atau tidak, telah
terjadi “pengislaman” filsafat oleh para filosof Muslim.
2. Sebagai pemikir Islam, para filosof Muslim adealah pemerhati flsafat asing
yang kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang diderita oleh filsafat Yunani,
misalanya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengeritiknya secara mendasar.
Misalnya, sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof
Peripatetik, namun ia tak segan-segan mengertik pandangan Aristoteles,
kalau dirasa tidak cocok dan 1menggantikannnya dengan yang lebih baik.
Beberapa tokoh lainnya seperti Suhrawardi, Umar b. Sahlan al-Sawi dan Ibn
2 Ibid hal. 17

3


Taymiyyah, juga mengeriktik sistem logika Aristotetles. Sementara
al-‘Amiri mengeritik dengan pedas pandangan Empedokles tentang jiwa,
karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam.

3. Adanya perkembangan yang unik dalam filsafat islam, akibat dari interaksi
antara Islam, sebagai agama, dan filsafat Yunani. Akibatnya para filosof
Muslim telah mengembangkan beberapa isu filsfat yang tidak pernah
dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat
kenabian, mikraj dsb.

b. filsafat islam

Filsafat Islam merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Secara harfiah,

pengertian filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai berpikir secara mendalam,
sistematik, radikal, dan universal alam rangka mencari kebenaran, inti atau
hakikat mengenai segala yang ada.3


Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat
islam adalah kata hikmah, sehingga kata hikmah ditempatkan pada kata failusuf
atau hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam). Ibnu Sina mengatakan, hikmah adalah
mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan
dan membenarkan segala hakikat baik yang teori maupun praktik menurut kadar
kemampuan manusia. Sedangkan pengertian filsafat Islam adalah suatu ilmu yang
dicelup ajaran islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

Banyak di kalangan para ahli berbeda pendapat dalam menamakan filsafat
Islam, ada yang menyebut dengan Filsafat Islam, ada juga yang menyebut dengan
Filsafat Arab. Prof. Mu’in menyatakan apabila filsafat itu disebut dengan Filsafat
3 Mustofa. Filsafat Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia 1997) hal.56

4

Arab, berarti mengeluarkan orang Iran, afganistan, Pakistan, dan orang India.
Oleh karena itu beliau memilih menyebut dengan Filsafat Islam.

Berbeda dengan Mauric de Wild, Emik Brehier dan Lutfi As Sayid menyebut
dengan Filsafat Arab, alasannya karena filsafat itu ditulis dalam bahasa Arab, atau

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan menambah unsure-unsur baru dalam
bahasa Arab juga.

Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin lebih tepat
disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi
juga peradaban. Pemikiran filsafat ini tentu berpengaruh pada peradaban Islam,
meskipun banyak sumbernya dan berbeda-beda jenis orangnya, corak pemikiran
tersebut adalah Islam.

B. Sumber-Sumber Filsafat Islam
Seperti sudah disebutkan dalam ringkasan sejarah kemunculan Filsafat
Islam sebelumnya, kerja-kerja penerjemahan terhadap karya-karya Filsafat Yunani
yang di lakukan umat Islam tidak mungkin terjadi tanpa adanya bantuan tidak
langsung dari para Filosof Iskandariah. Dengan kata lain, hubungan antara Filsafat
Yunani dan tradisi pemikiran Islam di dahului oleh kontak- budaya Islam dengan
kebudayaan Kristen Timur (mesir) yang sudah lebih dulu menyerap inti Filsafat
Yunani. Jika demikian adanya, maka apapun yang menjadi sumber dalam Filsafat
Yunani adalah juga sumber Filsafat Islam.

Filsafat Islam tidak menolak keberadaan indera dan akal sebagai sumber
pengetahuan manusia. Dalam pembicaraan epistemologinya secara umum, indera
dan pengalaman inderawi di jadikan sebagai gerbang awal pengetahuan. Alat-alat
indera mengantarkan keseluruhan objek-objek terindera kepada alat kerja
pengetahuan yang lebih mempuni dalam penarikan kesimpulan yakni akal

5

manusia. Tidak penting untuk membicarakan kontroversi seputar definisi akal
pada manusia jika pembicaraan pengetahuan dikonsentrasikan pada mekanisme
kerja pembentukan pengetahuan berdasarkan data-data yang diterima oleh alatalat indera, baik indera bagian luar, maupun indera bagian dalam. Secara
keseluruhan, para Filosof dalam tradisi Islam tidak menolak aspek penting akal
dalam Filsafat Islam. Hanya saja, dalam kadar penggunaan kemampuan rasional,
boleh jadi para Filosof itu memang berbeda sesuai dengan karakter filsafat yang
mereka usung.4

Selain pengalaman inderawi dan penalaran logis, dalam tradisi Filsafat
Islam, keberadaan wahyu juga diterima sebagai sumber pengetahuan. Bahkan,
pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu memiliki setatus istimewa, karna
seorang penerima pengetahuan melalui wahyu adalah orang yang memiliki
otoritas keagamaan tinggi yang sering diistilahkan dengan Nabi atau Rasul Tuhan.
Tentu saja, pengetahuan semodel ini berbeda dengan pengetahuan manusia biasa
yang berporos pada indera dan akal. Namun demikian, keberadaan wahyu sebagai
pedoman iman harus dipercayai secara taken for granted, dan para filosof muslim
berusaha untuk memahami wahyu sebagai realitas keilmuan yang bisa dikaji dan
diletakkan dalam tataran teoritis.

Islam merupakan agama yang paling memuliakan teks suci. Dalam
berbagai forum pidato, penulisan buku dan pergaulan sehari-hari, umat Islam
kerap menukil dan menyartakan kutipan-kutipan teks suci. Teks suci telah
dijadikan sebagai rujukan legitimasi berbagai wacana Ilmiah dan politik. Hal ini
membawa masalah baru ketika batas antara interpretasi, manipulasi dan apresiasi
atas teks suci tidak jelas dan kabur. Jika dikaitkan dengan prihal seni seni, karna
Islam menganut paham Ikonoklasme radikal, maka yang paling menonjol adalah
seni kaligrafi, berbeda dari keyakinan Hindu dan Kristen yang justru menjadikan
lukisan dan patung sebagai medium ritual.5

4 Ibid hal. 57
5 Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2011) hal 89

6

Dalam menyikapi teks suci, keragaman cara pernah muncul dan
kesemuaannya membuktikan bahwa umat Islam menjadikan teks sebagai turats
yang dinamis. Teks diyakini sebagai sumber inspirasi, resource dalam melakukan
adaptasi dan adjustment. Kebebasan dalam berpikir dan berkreasi telah
melahirkan peradaban Islam yang agresif dan ekspansif, digulirkan diatas teks
suci sesuai dengan kepetingan zaman dan diselenggarakan dalam upaya
merealisasikan Islam yang relavan di tiap zaman.

Teks diyakini perlu untuk dibaca berulang-ulang untuk menemukan spirit
yang dikandungnya. Spirit yang terkandung dalam teks merupakan syarat untuk
merealisasikan Islam yang tidak interpretable ketika dihadapkan dengan
kebutuhan umat yang actual dan yang mungkin belum terjadi di masa-masa
terdahulu.

C. Filosofi Islam dan Filsafatnya
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh
filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak mengambil pikiran Aristoteles dan
sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus sehingga banyak teorinya yang
diambil. Memang demikianlah keadaan orang yang datang kemudian, terpengaruh
oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Kita saja yang hidup
pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang
Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan hanya
mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan
semata-mata dari Aristoteles, seperti apa yang dikatakan Renan, atau dari neoPlatonisme, seperti yang dikatakan Duhem, karena filsafat Islam telah
menampung dan mempertemukan berbagai aliran pemikiran. Kalau filsafat
Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan
India dan Iran juga menjadi sumbernya pula.

Perpindahan dan pertukaran pikiran tidak selalu berarti berhutang budi.
Sesuatu persoalan kadang-kadang dibicarakan dan diselidiki oleh orang banyak
dan hasilnya dapat mempunyai bermacam-macam corak: seseorang bisa
7

mengambil persoalan yang pernah dikemukakannya oleh orang lain sambil
mengemukakan teori dan pikirannya sendiri. Spinoza misalnya, meskipun banyak
mengikuti Descartes, namun ia mempunyai mazhabnya sendiri. Ibnu Sina,
meskipun murid yang setia dari Aristoteles, namun ia mempunyai pikiran-pikiran
yang berlainan.

Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana
yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruhpengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa
dilupakan. Pada akhirnya tidaklah bisa dipungkuri bahwa dunia Islam telah
berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan
keadaan masyarakat Islam sendiri.6

1. AL-KINDI

Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin
Al-Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185
H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak
dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan
ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan
Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.

Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah
suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang
berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan
yang tinggi.

Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para intelektual, maka
pendiidkan yang pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan
berhitung. Disamping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga
6 Ibid hal. 90

8

menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno, dan bahasa
Arab.

Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan antara
kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah
ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi
martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi
keduanya memiliki perbedaan.

Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah
wujud yang hak (benar), yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu
mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud
sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir wujudNya
dan tidak wujud kecuali denganNya.7

Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah:

1. Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.

2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun
Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.

3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.

4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.

5. Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan
dengan Tuhan dan sifat-sifatNya.

7 Ibid hal. 90-91

9

6. Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam
menakwilkan ayat-ayat Qur’an.

Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang
lengkap. Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama-tama membuka
pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman. Pendiri filsafat
Islam yang sebenarnya ialah Al-Farabi.

2. AL-FARABI

Ia adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan
Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H
(870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang wanita
Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Karena itu, Al-Farabi
dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan
dari keturunan Iran.

Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar
biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa
Iran, Turkistan, dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan
Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.

Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota
Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar
antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad, ia
memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.8
8 Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1986) hal. 67

10

Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada
masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik
yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami
ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam,
ketuhanan, fiqih, dan mantik.

Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan
penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang
logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas
pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.

Di antara karangan-karangannya ialah:

1. Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah.

2. Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua
Filosof; maksudnya Plato dan Aristoteles).

3. Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan).

4. ‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok persoalan).

5. Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota Utama
Negeri Utama).

6. Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).

3. IBNU SINA

Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana Khilafah Abbasiyah
mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah
11

kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri
sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah,
dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka
berlangsung terus sampai tahun 447 H.

Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Samani di
Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masanya, yaitu di
tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara,
Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar
ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun.
Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah
itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.

Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan
usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam
urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk
mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.

Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal ialah:

1. Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari
Ibnu Sina, dan trediri dari enpat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika,
dan metafisika (ketuhanan).9

2. An-Najat. Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan pernah
diterbitkan bersama-sama dengan buku al-Qanun dalam ilmu kedokteran
pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.

9 Ibid hal. 68

12

3. Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling
baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis.

4. Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakan orang, karena
tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada
memuat bagian logika.

5. Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan orang-orang Barat.
Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan pernah menjadi
buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad
ketujuhbelas Masehi.

Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh
pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi
keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi.
Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58
tahun.

4. AL-GHAZALI

Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar
Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran).
Kata-kata al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z).
dengan menduakalikan z, kata-kata al-Ghazzali diambil dari kata-kata Ghazzal,
artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan ayahnya ialah memintal benang
wol, sedang al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata-kata Ghazalah, nama
kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.10

10 Ibid hal. 69

13

Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus, kemudian
meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai
yang terakhir ini wafat tahun 478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada
Nidzam al-Mulk di kota Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan dan
penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu enam tahun lamanya.
Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamah
Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di
Baghdad, selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiranpikiran golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain.

Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga
menurut pandangan orang-orang ahli ketimuran (Orientalis), agama Islam yang
digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi alGhazali.

Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan
mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah
ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu
Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan,
kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam
bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.

Karyanya

yang

terbesar

yaitu

Ihya

‘Ulumuddin

yang

artinya

“Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa tahun
dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan
yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan
saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan
luar Islam.

Bukunya yang lain yaitu al-Munqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari
Kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan
sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai
14

Tuhan. Diantara penulis-penulis modern banyak yang mengikuti jejak al-Ghazali
dalam menuliskan autobiografi.

Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum Muslimin sendiri
sampai sekarang ini, sebagaimana juga di kalangan tokoh-tokoh pikir abad
pertengahan bahkan juga sampai pada tokoh-tokoh pikir abad modern.

5. IBNU BAJAH

Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan
Ibnus-Shaigh atau Ibnu Bajah. Orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan
menamai Ibnu Bajah dengan “Avempace”, sebagaimana mereka menyebut namanama Ibnu Sina, Ibnu Gaberol, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, masing-masing
dengan nama Avicenna, Avicebron, Abubacer, dan Averroes.11

Ibnu Bajah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11 Masehi. Tahun
kelahirannya yang pasti tidak diketahui, demikian pula masa kecil dan masa
mudanya. Sejauh yang dapat dicatat oleh sejarah ialah bahwa ia hidup di Serville,
Granada, dan Fas; menulis beberapa risalah tentang logika di kota Serville pada
tahun 1118 M, dan meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M ketika usianya
belim lagi tua. Menurut satu riwayat, ia meninggal dunia karena diracuni oleh
seorang dokter yang iri terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.

Buku-buku yang ditinggalkannya ialah:

Beberapa risalah dalam ilmu logika, dan sampai sekarang masih tersimpan di
perpustakaan Escurial (Spanyol).

1. Risalah tentang jiwa.

11 Suharto op cit. Hal. 102

15

2. Risalah al-Ittisal, mengenai pertemuan manusia dan akal-faal.

3. Risalah al-Wada’, berisi uraian tentang penggerak-pertama bagi manusia
dan tujuan yang sebenarnya bagi wujud manusia dan alam.

4. Beberapa risalah tentang ilmu falak dan ketabiban.

5. Risalah Tadbir al-Mutawahhid.

6. Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari Aristoteles, alFarabi, Porphyrus, dan sebagainya.

Ibnu Bajah telah memberi corak baru terhadap filsafat Islam di negeri Islam barat
dalam teori ma’rifat (epistemology, pengetahuan), yang berbeda sama sekali
dengan corak yang telah diberikan oleh al-Ghazali di dunia timur Islam, setelah ia
dapat menguasai dunia pikir sepeninggal filosof-filosof Islam.

6. IBNU THUFAIL

Ia adalah Abubakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di
Wadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi
kedokteran, kesusasteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota
tersbut dan berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia
menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-Mansur, khalifah kedua daru daulah
Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan yang tinggi dan dapat
mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di antaranya
ialah Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan
Aristoteles.12

12 Ibid hal. 103

16

Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail
yang menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika,
kejiwaan dan sebagainya, disamping risalah-risalah (surat-surat) kiriman kepada
Ibnu Rusyd. Akan tetapi karangan-karangan tersebut tidak sampai kepada kita,
kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin Yaqadhan, yang merupakan intisari
pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, dan yang telah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. Suatu manuskrip di perpustakaan Escurrial yang berjudul Asrar
al-Hikmat ai-Masyriqiyyah (Rahasia-rahasia Filsafat Timur) tidak lain adalah
bagian dari risalah Hay bin Yaqadhan.

Ibnu Thufail tergolong filosof dalam masa Skolastik Islam. Pemikiran
kefilsafatannya cukup luas, termasuk metafisika. Dalam pencapaian Ma’rifatullah,
Ibnu Thufail menempatkan sejajar antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut
sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada tempatnya, sebab syari’at
sumbernya adalah wahyu (yakni : dari Tuhan), sedangkan akal merupakan
aktifitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya hanyalah dampak mencari alasan
rasional bagi syari’at mengenai dalil-dalil adanya Tuhan.

7. IBNU RUSYD

Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, lahir di
Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal
dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol).
Ayahnya adalah seorang hakim, dan kakeknya yang terkenal dengan sebutan
“Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di Cordova.

Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap
filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya,
karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tidak pernah terputus
membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam
perkawinan dirinya.13
13 Mustofa op cit, hal 113

17

Karangannya meliputi berbagai ilmu, seperti: fiqih, ushul, bahasa,
kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu
lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan
sendiri, atau ulasan, atau ringkasan. Karena sangat tinggi penghargaannya
terhadap Aristoteles, maka tidak mengherankan kalau ia memberikan perhatiannya
yang besar untuk mengulaskan dan meringkaskan filsafat

Aristoteles.

Buku-

buku lain yang telah diulasnya ialah buku-buku karangan Plato, Iskandar
Aphrodisias, Plotinus, Galinus, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan Ibnu Bajah.

Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat, yaitu:

1. Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqih. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi
perbandingan mazhabi (aliran-aliran) dalam fiqih dengan menyebutkan
alasannya masing-masing.

2. Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was-Syari’at min al-Ittisal (ilmu
kalam). Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian
antara filsafat dan syari’at, dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, orientalis asal Jerman.

3. Manahijul Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah (ilmu kalam). Buku ini
menguraikan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan kelemahankelemahannya, dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman,
juga oleh Muler, pada tahun 1895 M.

4. Tahafut at-Tahafut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan
ilmu kalam, dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan alGhazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah. Buku Tahafut at-Tahafut
berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan terjemahannya ke
dalam bahasa Inggris oleh van den Berg yang terbit pada tahun 1952 M.

18

Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat, paling dalam
pandangannya, paling hebat pembelaannya terhadap akal dan filsafat, sehingga ia
benar-benar menjadi filosof-pikiran dikalangan kaum Muslimin.14

14 Ibid hal. 115

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Islam merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Secara harfiah,

pengertian filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai berpikir secara mendalam,
sistematik, radikal, dan universal alam rangka mencari kebenaran, inti atau
hakikat mengenai segala yang ada
Sumber-Sumber Filsafat Islam Seperti sudah disebutkan dalam ringkasan
sejarah kemunculan Filsafat Islam sebelumnya, kerja-kerja penerjemahan
terhadap karya-karya Filsafat Yunani yang di lakukan umat Islam tidak mungkin
terjadi tanpa adanya bantuan tidak langsung dari para Filosof Iskandariah. Dengan
kata lain, hubungan antara Filsafat Yunani dan tradisi pemikiran Islam di dahului
oleh kontak- budaya Islam dengan kebudayaan Kristen Timur (mesir) yang sudah
lebih dulu menyerap inti Filsafat Yunani. Jika demikian adanya, maka apapun
yang menjadi sumber dalam Filsafat Yunani adalah juga sumber Filsafat Islam
Filosofi Islam dan FilsafatnyaTidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran
filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak
mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus
sehingga banyak teorinya yang diambil. Memang demikianlah keadaan orang
yang datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru
kepada mereka. Kita saja yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih
berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru
tidak berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa
filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, seperti apa yang
dikatakan Renan, atau dari neo-Platonisme, seperti yang dikatakan Duhem, karena
filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran pemikiran.
Kalau filsafat Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau
kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya pula.

20

DAFTAR PUSAKA
A. Khudori Soleh. M.Ag. 2000. Wacana Baru Filsafat Islam. Pustaka Pelajar
Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Daudy, Ahmad. 1986. Kuliah Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang

21