MAKALAH ANALISIS TENTANG SUKU BUNGA DAN

MAKALAH
ANALISIS TENTANG SUKU BUNGA DAN HUKUM BUNGA DALAM
PERBANKAN MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan

Disusun oleh:
YUNI
3403130134
AKUNTANSI-E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH
2014

KATA PENGANTAR
Assalamualikum Warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penyusun makalah tentang “Analisis Tentang
Suku Bunga dan Hukum Suku Bunga dalam Perbankan Menurut

Pandangan Islam” ini dapat terselesaikan serta tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang “pengertian suku bunga temasuk di
dalamnya membahas tingkat suku bunga dan juga membahas hukum bunga dalam
islam yang di bahas dalam Al-Qur’an, dan hadits”
Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjungan
kita yakni kanjeng nabi Muhammad SAW. Dan semoga syafaatnya selalu
menyertai kehidupan ini.
Dalam penyusunan artikel ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Muhktar AK.,SE.,M.M selaku dosen mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan yang telah memberikan arahan dan membimbing
kami dalam penulisan makalah ini
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta

yang

telah


memberikan

dorongan

dan

bantuan

dalam

menyelesaian makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manpaat dan
berguna bagi pembaca khusus nya umum nya untuk kita semua. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ke terbatasan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis menerima dan mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Ciamis, Oktober 2014
penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis moneter yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan
merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yamg diakibatkan
oleh nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan
salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda
suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga harga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
(intrinsik) mata uang suatu negara (Tajul Kahalwaty, 2000 : 5).
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis
nilai tukar semakin mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit
yaitu sekitar 11,05 persen dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot
tajam. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang Negara terhadap luar negeri
meningkat secara tajam. Selain itu berpengaruh terhadap timbul Non Performing
Loans (NPL) atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan
mengganggu (dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional
bank. Masalh lain yang ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal
menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi

inflasi adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun
arti luas (M2) atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank
swasta maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga.
Bunga yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik
yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya dibank,
sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan
meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang
sebagian besar berupa pemberian kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah
melakukan kebijakan moneter dengan menekan jumlah uang beredar melalui
peningkatan suku bunga bank. Dalam pandangan agama islam bunga bank

hukumnya haram itu di perkuat dengan adanya dalil dalil Al Quran, dan hadis
yang memperkuat hukum haram tersebut. Berdasarkan dekade 1960-an,
perbincangan mengenai larangan riba bunga bank semakin memanas saja.
Setidaknya ada dua pendapat mendasar yang membahas masalah tentang riba.
Pendapat pertama berasal dari mayoritas ulama yang mengadopsi dan intrepertasi
para fuqaha tentang riba sebagaimana yang tertuang dalam fiqh. Pendapat lainnya
mengatakan, bahwa larangan riba dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan adanya upaya eksploitasi, yang secara ekonomis menimbulkan dampak
yang sangat merugikan bagi masyarakat.

Kontroversi bunga bank konvensional masih mewarnai wacana yang
hidup di masyarakat. Dikarenakan bunga yang diberikan oleh bank konvensional
merupakan sesuatu yang diharamkan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah
jelas mengeluarkan fatwa tentang bunga bank pada tahun 2003 lalu. Namun,
wacana ini masih saja membumi ditelinga kita, dikarenakan beragam argumentasi
yang dikemukakan untuk menghalalkan bunga, bahwa bunga tidak sama dengan
riba. Walaupun Al-Quran dan Hadits sudah sangat jelas bahwa bunga itu riba. Dan
riba hukumnya adalah haram.
Untuk mendudukan kontroversi bunga bank dan riba secara tepat
diperlukan pemahaman yang mendalam baik tentang seluk beluk bunga maupun
dari akibat yang ditimbulkan oleh dibiarkannya berlaku sistim bunga dalam
perekonomian dan dengan membaca tanda-tanda serta arah yang dimaksud
dengan riba dalam Al Qur’an dan Hadist. Al-Quran dan Sunnah dengan sharih
telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai bentuknya; dan seberapun
banyak ia dipungut. Allah swt berfirman:
‫خب لمطمه ال لشي ألطامن إملن ال ألمإلس لذلإلك إبأ لن لمهأم لقاملوا إإن للما ال أبلي أمع‬
‫ال لإذيلن ي لأ أك مملولن الإلربا ل ي لمقوممولن إإ للا ك للما ي لمقومم ال لإذي ي لتل ل‬
‫إمثأمل الإلربا لوأ للح لل الل لمه ال أبلي ألع لولح لرلم الإلربا لفلمأن لجالءمه لمأوإعلظةة إمأن لر إبلإه لفان أتللهى لفل لمه لما لسل للف لوأ لأممرمه إإللى الل لإه لولمأن‬
‫حامبال لناإر مهأم إفيلها لخالإمدولن‬
‫ل‬

‫عالد لفمأول لإئلك أ لأص ل‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan “
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya”. [QS Al Baqarah (2): 275]

Di dari Nabiyullah Muhammad saw

‫ل للعلن لرمسأومل اللإه لص للى اللمه ل‬
‫ مهأم لسلواءة‬:‫ لولقالل‬,‫عل لي أإه لولسل للم آإكلل الإلربا ل لوممأوإكل لمه لولكاإتبلمه لولشاإهلدي أإه‬
“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba,
penulisnya, dan dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka semua sama”. (HR
Muslim)

Sudah jelaslah bagiamana riba itu dilarang dengan tahapan tahapan yang
sama dengan pengharaman arak. Bila diterapkan bunga, maka sejak awal
perjanjian, pihak pemilik uang telah menetapkan seberapa besar pihak peminjam
harus mengembalikan uangnya dengan nilai yang tentu saja menjadi lebih tinggi
dari jumlah uang yang ia pinjamkan. Disinilah letak kdazaliman yang dari jumlah
yang ia pinjam, ataupun sebaliknya bisa terjadi ketimpangan pembagian
keuntungan yang tidak merata antara pihak pemilik dan dengan pihak peminjam.
Berbeda denga sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah,
antara pihak pemlik dana (nasabah) dengan pihak yang akan mengelola uangnya
(bank) terdapat adanya kesepakatan berapa bagi hasil yang dijalankan dan
memperoleh keuntungan. Disini, semua pihak yang melakuakan kerja sama bagi

hasil akan memperoleh haknya untuk mendaptkan baginya masing – masing
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di identifikasi masalah sebagai brikut:
1. Perbankan konvensional tidak sesuai system aturan sar’i
2. Hubungan umat islam indonesia dengan perbankan
3. Hukum bunga bertentangan dengan syariat islam
4. Masih banyak masyarakat yang mempertanyakan halal dan haramnya

bunga bank menurut syariat islam
5. Beragamnya argumen masyarakat mengenai bahwa bunga bank tidak sama
dengan riba
6. Pengukuran Tingkat Suku bunga pada bank konvensional berbeda dengan
system bagi hasil menurut syariah
7. Suku bunga tidak sesuai dengan syariat islam
8. Berpengaruhnya suku bunga dan riba bagi negara dan masyarakat
9. Kontropersi bunga bank konvesional yang masih mewarnai wacana hidup
masyarakat dikarenakan bunga bank konvensional di haramkan MUI.
1.3 Batasan Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas penulis memberi batasan atas makalah
ini dengan bahasan yang hanya mencangkup “Analisis tentang suku bunga dan
hukum bunga dalam bank menurut pandangan islam”.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana suku bunga menurut pandangan islam
2. Bagaimana hukum bunga menurut syariat islam
3. Bagaimana perbankan menurut syariat islam
1.5 Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mengetahui suku bunga menurut pandangan islam


2. Untuk mengetahui hukum bunga menurut syariat islam
3. Untuk mengetahui perbankan menurut syariat islam
1.6 Kegunaan
1.

kegunaan secara teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan.
b. Dapat mengetahui tentang suku bunga dan hukum bunga dalam
perbankan menurut pandangan hukum islam berdasarkan Al Qur’an,
hadits dan kesepakatan para ulama

2.

Secara praktis
a. Agar dapat di dipraktikan dan di pahami dalam kehidupan sehari hari
b. Sebagai acuan untuk pembuatan makalah jika diperlukan.