LAPORAN HASIL OBSERVASI MENGENAI KAJIAN

LAPORAN HASIL OBSERVASI MENGENAI KAJIAN KURIKULUM DALAM
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SMP PUTRA
SILIWANGI LEMBANG

Linda Siti Zainab (1500509), Nur Ulfa (1501861), Reika Frastaliya (1504442), Shafitry
Dirgandhini (1503504) dan Suwandi (1507231).
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
Lindazainab56@gmail.com
Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd., Ence Surahman, M.Pd.

A. Pendahuluan
Kurikulum berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu, dan pada awalnya
digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai start sampai finish untuk memperoleh
medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan
menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk
ijazah (Tim Pengembang kurikulum MKDP Kuirkulum dan Pembelajaran, 2016: 2).
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar
mutu yang jelas dan mantap. Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni

kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruanpembaruan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan
faktor perkembangan zaman. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan
yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan
yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Penyusun melakukan
observasi mengenai kajian kurikulum dalam pembelajaran IPS di SMP Putra Siliwangi
Lembang. Di SMP tersebut, masih menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

1

Pelajaran) 2006. Banyak yang menjadi alasan sekolah tersebut masih menggunakan
KTSP.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penyusun membuat beberapa tujuan yaitu: 1)
untuk mengetahui sejarah kurikulum di Indonesia, 2) untuk mengetahui korelasi antara
konsep kurikulum yang dipelajari dalam perkuliahan dengan praktiknya yang terdapat
di sekolah penyusun amati, 3) untuk mengetahui gambaran umum mengenai
pengembangan kurikulum di SMP Putra Siliwangi Lembang. Adapun manfaat dari

penulisan laporan ini untuk penyusun adalah sebagai sarana kreativitas mahasiswa dan
mengimplementasikan ilmu yang telah didapat. Dan semoga dengan adanya laporan ini
dapat memberi informasi kepada pembaca mengenai praktik perkembangan kurikulum
salah satunya di SMP Putra Bumi Siliwangi. Metode yang penyusun gunakan dalam
penulisan laporan ini adalah metode observasi dan metode pustaka. Dalam mencari
data, penyusun mengamati langsung kepada responden yaitu dengan teknik wawancara.
Sehingga penyusun mendapatkan informasi mengenai lika-liku perkembangan
kurikulum di SMP yang penyusun pilih. Dan juga di dalam penulisan laporan ini
didukung oleh buku-buku kepustakaan dan sumber-sumber untuk dijadikan acuan yang
relevan dengan materi yang sedang dibahas.
B. Pembahasan
Sejarah kurikulum di Indonesia mengalami pergantian sebanyak sepuluh kali.
Rasionalisasinya perubahan kurikulum di Indonesia disebabkan oleh pembaharuanpembaharuan untuk mengikuti dunia pendidikan yang semakin modern serta faktor
tuntutan zaman. Menurut blog yang ditulis oleh Heri Indra Gunawan
(http://www.gurungapak.com/2016/03/perkembangan-kurikulum-1947-sampai.html)
periodesasi kurikulum dari tahun ke tahun yang terdapat di Indonesia yaitu sebagai
berikut: 1) Kurikulum 1947, perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut

sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar
pengajaran. 2) Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Pada tahun 1952
kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap
mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum
ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. 3)
Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu

2

pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. 4)
Kurikulum 1968. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni
dilakukan perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini
merupakan perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni

dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. 5) Kurikulum Periode 1975. Kurikulum 1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi
dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus
trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. 6)
Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan. Kurikulum 1984 mengusung
process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan
tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. 7) Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan

menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. 8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi;
dan pengembangan pembelajaran. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan
pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu
sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan
suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. 9) Kurikulum
Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006. Disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal
1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi,
penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar

3


kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik. Tujuan
KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. 10) Kurikulum
Periode 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan
pemutakhiran dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan
pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum
2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu
mempunyai perbedaan dengan yang lama. Korelasi antara konsep kurikulum yang
dipelajari dalam perkuliahan dengan praktiknya yang terdapat di sekolah penyusun
amati pada umumnya sudah sesuai dengan konsepnya. Namun banyak yang terjadi di
lapangan terkadang tidak sesuai dengan konsep kurikulum. Disebabkan oleh faktor
budaya serta lingkungan yang ada di sekolah.
Menurut wawancara yang telah penyusun lakukan kepada kepala sekolah di SMP Putra
Siliwangi Lembang yang bernama bapa Asep Sugandhini, S.H., S.Pd. di Bandung Barat
masih banyak sekolah-sekolah yang akreditasinya masih B, kurikulum yang digunakan
masih KTSP. Jika sekolah yang terdapat di Bandung Barat menggunakan kurikulum
2013 maka dana yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas di sekolah tersebut
ditanggung oleh sekolah yang bersangkutan. Di kota Bandung sudah banyak sekolah

yang terakreditasi A, banyak sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2013 serta
dalam pengadaan fasilitasnya ditanggung oleh Pemerintah Kota. Sebab SMP Putra
Siliwangi ini status akreditasnya B sekolah tersebut masih menggunakan KTSP dan
menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah, tahun depan akan menggunakan
kurikulum 2013.
Tim pengembang kurikulum di SMP Putra Siliwangi dilakukan oleh Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, komite perwakilan dari orang tua, perwakilan
murid yang diwakili oleh anggota OSIS, dan konsultan di bidang kurikulum. Akan
tetapi, dalam mendatangkan konsultan di bidang kurikulum itu membutuhkan dana yang
besar maka untuk melakukan kajian pengembangan kurikulum dilakukan diskusi
bersama Kepala Dinas Pendidikan Bidang Kurikulum, teman kepala sekolah yang
mengajar di SMP lain, serta mencari informasi di internet. Di SMP Putra Siliwangi
sendiri, melakukan revisi untuk kurikulum itu pada saat ajaran baru yang sebelumnya
dilakukan evaluasi terlebih dahulu, jika terdapat masalah yang mendesak dan harus
direvisi maka dilakukan revisi pada saat tengah semester. Sebelum melakukan revisi,
pengembang kurikulum melakukan evaluasi terlebih dahulu dari peserta didik dan guru.
Melihat aspek kurikulum yang masih belum maksimal dalam pengaplikasiannya. Untuk
kurikulum yang digunakan di SMP Putra Siliwangi ini mengacu pada kurikulum yang
sudah ditetapkan dari pusat, hanya dalam pengembangannya disesuaikan dengan
keadaan dan budaya yang terdapat di sekolah. Kurikulum yang terdapat di pusat lebih

bersifat umum yakni untuk seluruh Indonesia, sedangkan di Indonesia memiliki daerah
yang berbeda-beda maka harus disesuaikan dengan lingkungan sekolah. Misalnya untuk
4

penerapan mata pelajaran IPS. SMP Putra Siliwangi ini berada di Lembang merupakan
dataran tinggi, di dekat lingkungan sekolah banyak perkebunan. Siswa dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitar dengan mengamati kontur tanah atau mengamati
perbedaan mata pencaharian, perilaku, sikap, cara untuk mempertahankan hidup di
antara masyarakat daerah pegunungan berelief dataran tinggi dan perilaku masyarakat
yang terdapat di dataran rendah. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum disesuaikan
dengan lingkungan sekolahnya.
Menurut narasumber, kebijakan kurikulum pemerintah mengenai perintah untuk
menggunakan kurikulum 2013 sebaiknya sarana-sarana dan fasilitas yang dibutuhkan
harus menunjang. Agar semua sekolah dapat menggunakan kurikulum 2013. Sebab di
kota pun masih terdapat sekolah yang sarana-prasarananya belum memadai untuk
menggunakan kurikulum 2013. Apalagi di sekolah-sekolah yang jauh dari perkotaan.
Agar kurikulum 2013 itu dapat diterapkan secara merata di Indonesia maka saranaprasarananya pun harus menunjang. Serta pembelajaran IPS ini menjadi pelajaran yang
disukai peserta didik. Dalam penggunaan metode, pengajar harus kreatif dan inovatif
tidak hanya menggunakan satu metode misalnya ceramah saja dalam pembelajaran IPS,
kebanyakan siswa mengantuk. Seharusnya diberikan metode yang menarik misalnya

membawa siswa mengamati angsung fenomena yang terjadi di alam sekitarnya. Diajak
untuk menganalisis perubahan perilaku masyarakat. Dalam meteri sistem pemerintahan
siswa dapat diajak berkunjung ke kantor Kepala Desa dan kantor Kecamatan setempat
dekat sekolah untuk melihat sistem pemerintahan secara langsung kepada sumber
pengetahuannya. Narasumber memberi pesan kepada penyusun sebagai calon guru IPS
di SMP, bahwa belajar dengan tekun, sebaiknya tidak mengejar materi terlebih dahulu,
memanfaatkan ilmu yang didapat serta ilmu tersebut diamalkan baik di keluarga
maupun di masyarakat.
C. Penutup
Sejarah mencatat bahwa periodesasi pergantian kurikulum yang terdapat di Indonesia
berubah sebanyak sepuluh kali yakni kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013,
kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti perkembangan dunia
pendidikan yang semakin modern dan faktor perkembangan zaman. Pada umumnya
korelasi antara konsep kurikulum yang dipelajari dalam perkuliahan dengan praktiknya
yang terdapat di sekolah penyusun amati sudah sesuai. Di SMP Putra Bumi Siliwangi
kurikulum yang dugunakan adalah KTSP. Yang menjadi penyebab sekolah tersebut
masih menggunakan KTSP ialah sekolah tersebut masih berakreditas B, sarana dan
prasaran untuk berganti kurikulum menjadi 2013 belum memadai, serta KTSP tersebut
sudah disesuaikan dengan perilaku serta budaya yang terdapat di lingkungan sekolah.
Saran bagi pembaca, dalam menggunakan kurikulum apapun harus disesuaikan dengan

kebudayaan yang terdapat di lingkungan sekolah, disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Bagi guru, khususnya guru IPS dalam mengemas suatu materi
pembelajaran harus kreatif dan inovatif sehingga pada saat siswa belajar IPS tidak

5

merasa bosan. Guru harus bisa mengubah paradigma siswa mengenai fenomena
“Pelajaran IPS yang membosankan” menjadi “Pelajaran IPS yang menyenangkan”.
Metode yang digunakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta karakter yang
dimiliki oleh siswa.

Daftar Pustaka:
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Pembelajaran UPI. (2016). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Gunawan, Heri Indra. Perkembangan Kurikulum 1947 sampai Kurikulum 2013.
(Perjalanan
Kurikulum
Indonesia).
[Online].
Diakses

dari:
http://www.gurungapak.com/2016/03/perkembangan-kurikulum-1947sampai.html.
Hamalik, Oemar. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

6

LAMPIRAN

(Gambar bukti wawancara kelompok tiga dengan Kepala Sekolah SMP Putra Siliwangi
Lembang)

7

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62